Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN K1 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SIMPANG LIMUN MEDAN TAHUN 2013

TESIS

Oleh

JULIANA MUNTHE 117032188/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN K1 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SIMPANG LIMUN MEDAN TAHUN 2013

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M. Kes) dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi S2 Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JULIANA MUNTHE 117032188/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Judul Tesis : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN K1 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG LIMUN MEDAN TAHUN 2013

Nama Mahasiswa : Juliana Munthe Nomor Induk Mahasiswa : 117032188

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si) (Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes)

Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 27 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si Anggota : 1. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes

2. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si


(5)

PERNYATAAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BIDAN DALAM PEMBERIAN VITAMIN K1 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS SIMPANG LIMUN MEDAN TAHUN 2013

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2014

Juliana Munthe


(6)

ABSTRAK

Vitamin K merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan diberikan kepada bayi baru lahir secara rutin untuk mencegah penyakit hemoragik. Vitamin K adalah ko-faktor dalam pembekuan darah dan diproduksi oleh bakteri dalam usus. Sampai kolonisasi usus sempurna, bayi berisiko mengalami perdarahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi bidan dalam memberikan Vitamin K1 pada bayi baru lahir. Jenis penelitian adalah survei dengan metode cross sectional. Populasi adalah seluruh bidan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan tahun 2013 sebanyak 35 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen (pemberian vitamin K1), variabel independen (masakerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, dan program pemerintah), Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis hubungan masing-masing antara variabel masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, dan program pemerintah dengan pemberian vitamin K1 dan regresi logistik berganda untuk melihat pengaruh antara variabel variabel masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, dan program pemerintah dengan pemberian vitamin K1 secara bersama-sama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja dan pengetahuan berpengaruh terhadap pemberian vitamin K. Variabel yang paling besar pengaruhnya adalah pengetahuan dengan nilai Exp B= 2,583 artinya bidan yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang pemberian vitamin K1 mempunyai peluang untuk tidak memeberikan vitamin K1 pada bayi baru lahir 24 kali lebih besar dibandingkan dengan bidan yang memiliki pengetahuan yang baik.

Masa kerja dan pengetahuan berpengaruh terhadap pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang didapat serta didukung dengan pengetahuan yang baik maka keterampilan dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan akan semakin tinggi sehingga partisipasi bidan dalam kegiatan puskesmas akan semakin baik.

Disarankan kepada bidan yang menolong persalinan dan perawatan bayi baru lahir sebaiknya melakukan pelayanan sesuai SOP dan melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya vitamin K1 pada bayi baru lahir.


(7)

ABSTRACT

Vitamin K is one of the important nutrients that are soluble in fat and given to newborns routinely to prevent hemorrhagic disease. Vitamin K is a co-factor in the coagulation and is produced by bacteria in the gut. Until intestinal colonization perfect, infants are at risk of bleeding.

This study aims to determine the factors that affect midwives and the most dominant factor in the provision of vitamin K1 in newborns. This type of research is a cross-sectional survey method. The population is all midwives in the Work Area Health Center Medan Simpang Lemonade in 2013 as many as 35 people, and the entire population sampled. The data obtained through questionnaires with measures of vitamin K is to give and not give. Data were analyzed by univariate tests to describe the frequency distribution of each dependent variable (vitamin K1), the independent variable (timework, knowledge, attitudes, availability of vitamin K1, and government programs), Chi Square test to see how far their relationship each timework, knowledge, attitudes, availability of vitamin K1, and government programs variable with the vitamin K1 variable and multiple logistic regression to see the influence of the timework, knowledge, attitudes, availability of vitamin K1, and government programs variable on the vitamin K1variable together.

The results showed that the length of service and knowledge affect the administration of vitamin K. Variables that most influence is the knowledge of the value of Exp B = 2,583 means that if a midwife has a good knowledge likely to give vitamin K by 24 than if the midwife had poor knowledge. Giving vitamin K that is not influential, attitude, availability vitmin K and government programs.

Years of service and knowledge affect the vitamin K1 in newborns with good knowledge of the skills in performing duties at the higher activities so that participation in the activities of midwives clinic, the better.

Provide important socialization of its benefits and the effect of vitamin K1 in the newborn againts pregnant woman and working with communities through community leaders, religious leaders and decision makers.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyusun tesis ini, penulis mendapat bantuan, dorongan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, D.T.M&H., M.Sc. (CTM), Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat.

4. Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, M.Si dan Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.Kes, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Anggota Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatian selama proses proposal hingga penulisan tesis ini selesai.


(9)

5. dr. Muhammad Rusda, Sp.OG (K) dan dr. Yusniwarti Yusad, MSi, selaku Tim Penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik dan saran untuk kesempurnaan tesis ini.

6. Para dosen, staf dan semua pihak yang terkait di lingkup Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. drg. Usma Polita, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan.

8. drg. Suzie Hendriati, selaku Kepala Puskesmas Simpang Limun Medan yang telah membantu dan memberikan izin untuk penelitian.

9. Orang tua tercinta Ayahanda Alm. H. Hasman Munthe, Ibunda Hj. Masni Pasaribu, Amangboru M. Yahya Pane, Bou Nuraini br. Tarigan yang telah memberikan do’a, dukungan dan bantuan selama penyelesaian tesis ini.

10. Suami tercinta Gunawan Pane beserta anakku Qalesya Pane yang telah memberikan do’a, dukungan, pengorbanan baik lahir maupun batin dan berkat beliaulah saya termotivasi untuk menyelesaikan studi ini.

11. Teman- teman seperjuangan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat yang telah bersedia menjadi teman diskusi untuk penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini belumlah sempurna. Akan tetapi saya berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi pengambil kebijakan dibidang kesehatan dan pengembangan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya

Medan, Januari 2014 Penulis

Juliana Munthe 117032188/IKM


(10)

RIWAYAT HIDUP

Juliana Munthe, dilahirkan di Kampung Pajak pada tanggal 28 April 1986. Juliana Munthe adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda H. Hasman Munthe dan Ibunda Hj. Masni Pasaribu.

Pendidikan dasar penulis tempuh di SD Negeri 112321 Kampung Pajak (tamat tahun 1998) Sekolah Menengah Pertama di MTS Negeri Aek Natas (tamat tahun 2001) Sekolah Menengah Akhir di MA Negeri 1 Medan, tamat tahun 2004. Tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di D-III Kebidanan Sentral Padangsidempuan. Tahun 2009, penulis melanjutkan perkuliahan di jenjang pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Universitas Padjadjaran Bandung dan selesai tahun 2010. Pada tahun 2011, penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara sampai sekarang.

Setelah tamat dari D-III Kebidanan Juliana Munthe bertugas sebagai bidan di Klinik Bersalin ASSYIFA dan setelah tamat dari Program Pendidikan D-IV Bidan tahun 2010 bertugas sebagai dosen di Akademi Kebidanan dr. Rusdi Medan.


(11)

DAFTRA ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Hipotesis Penelitian ... 6

1.5. Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Vitamin ... 8

2.2. Pemberian Vitamin K pada Bayi Baru Lahir ... 14

2.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian Vitamin K ... 15

2.4. Landasan Teori ... 19

2.5. Kerangka Konsep ... 24

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 24

3.1. Jenis Penelitian ... 24

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

3.3. Populasi dan Sampel ... 24

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4.1 Data Primer ... 25

3.4.2 Data Sekunder ... 25

3.5.Uji Validitas dan Reabilitas Data ... 25

3.6. Variabel dan Definisi Operasional ... 28

3.7. Metode Pengukuran... 29

3.8. Metode Analisis Data ... 29

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 32

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 32

4.2. Pemberian Vitamin K1 ... 33


(12)

4.3.1 Variabel Demografi ... 33

4.3.2 Pemberian Vitamin K1 ... 33

4.3.3 Pengetahuan ... 34

4.3.4 Sikap ... 37

4.3.5 Ketersediaan Vitamin K1 ... 40

4.3.6 Program Pemerintah ... 41

4.3.7 Gambaran Pengetahuan, Masa Kerja dan Pemberian Vitamin K1 ... 41

4.3.8 Gambaran Masa Kerja, Pendidikan dan Pemberian Vitamin K1 ... 42

4.4 Analisis Bivariat ... 43

4.4.1 Hubungan Masa Kerja dengan Pemberian K 1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan ... 43

4.4.2 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan ... 44

4.4.3 Hubungan Sikap dengan Pemberian Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan ... 45

4.4.4 Hubungan Ketersediaan Vitamin K1 dengan Pemberian Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan ... 45

4.4.5 Hubungan Program Pemerintah dengan Pemberian Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan ... 46

4.5 Analisis Multivariat ... 46

Bab 5. PEMBAHASAN ... 50

5.1. Pengaruh Masa Kerja dengan Pemberian Vitamin K1pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 50

5.2. Pengaruh Pengetahuan dengan Pemberian Vitamin K1pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 51

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

6.1. Kesimpulan ... 53

6.2. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 55


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Bahan Makanan yang Mengandung Vitamin K ... 12 2.2. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Vitamin K ... 12 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan Bidan

di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Medan ... 26 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Sikap Bidan di

Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Medan ... 27 3.3 Metode Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen ... 29 4.1 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan

Tahun 2013 ... 33 4.2 Kriteria Bayi yang Mendapat Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas

Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 34 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan, Umur dan Masa Kerja di Wilayah

Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 34 4.4 Distribusi Kategori Pemberian Vitamin K1 di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 35 4.5 Distribusi Pengetahuan Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 di Wilayah

Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 36 4.6 Distribusi Kategori Pengetahuan tentang Pemberian Vitamin K1 pada

Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 38 4.7 Distribusi Sikap Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 di Wilayah Kerja

Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 39 4.8 Distribusi Kategori Sikap tentang Pemberian Vitamin K1 pada Bayi

Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 41


(14)

4.9 Distribusi Kategori Ketersediaan Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 41 4.10 Distribusi Kategori Program Pemerintah tentang Pemberian Vitamin K1

pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 42 4.11 Distribusi Pengetahuan, Masa Kerja dan Pemberian Vitamin K1 pada

Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 42 4.12 Distribusi Masa Kerja, Pendidikan dan Pemberian Vitamin K1 pada

Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 43 4.13 Hubungan Masa Kerja Bidan dengan Pemberian Vitamin K 1 pada

Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 45 4.14 Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Vitamin K 1 pada Bayi Baru

Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 45 4.15 Hubungan Sikap dengan Pemberian Vitamin K 1 pada Bayi Baru Lahir

di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 ... 46 4.16 Hubungan Program Pemerintah dengan Pemberian Vitamin K1 Pada

Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan ... 47 4.17 Pengaruh Variabel Independen (Pengetahuan) terhadap Pemberian

Vitamin K1 Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan ... 48


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Landasan Teori Lawrence Green (1980) ... 23 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 24


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Surat Persetujuan Menjadi Responden ... 59

2. Kuesioner Penelitian ... 60

3. Kisi-kisi Kuesioner ... 65

4. Master Data ... 70

5. Output ... 72


(17)

ABSTRAK

Vitamin K merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan diberikan kepada bayi baru lahir secara rutin untuk mencegah penyakit hemoragik. Vitamin K adalah ko-faktor dalam pembekuan darah dan diproduksi oleh bakteri dalam usus. Sampai kolonisasi usus sempurna, bayi berisiko mengalami perdarahan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi bidan dalam memberikan Vitamin K1 pada bayi baru lahir. Jenis penelitian adalah survei dengan metode cross sectional. Populasi adalah seluruh bidan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan tahun 2013 sebanyak 35 orang. Seluruh populasi dijadikan sampel. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji univariat untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel dependen (pemberian vitamin K1), variabel independen (masakerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, dan program pemerintah), Uji Chi Square digunakan untuk menganalisis hubungan masing-masing antara variabel masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, dan program pemerintah dengan pemberian vitamin K1 dan regresi logistik berganda untuk melihat pengaruh antara variabel variabel masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, dan program pemerintah dengan pemberian vitamin K1 secara bersama-sama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa kerja dan pengetahuan berpengaruh terhadap pemberian vitamin K. Variabel yang paling besar pengaruhnya adalah pengetahuan dengan nilai Exp B= 2,583 artinya bidan yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang pemberian vitamin K1 mempunyai peluang untuk tidak memeberikan vitamin K1 pada bayi baru lahir 24 kali lebih besar dibandingkan dengan bidan yang memiliki pengetahuan yang baik.

Masa kerja dan pengetahuan berpengaruh terhadap pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir. Semakin lama seseorang bekerja semakin banyak pengetahuan dan keterampilan yang didapat serta didukung dengan pengetahuan yang baik maka keterampilan dalam melaksanakan tugas pada saat kegiatan akan semakin tinggi sehingga partisipasi bidan dalam kegiatan puskesmas akan semakin baik.

Disarankan kepada bidan yang menolong persalinan dan perawatan bayi baru lahir sebaiknya melakukan pelayanan sesuai SOP dan melakukan sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya vitamin K1 pada bayi baru lahir.


(18)

ABSTRACT

Vitamin K is one of the important nutrients that are soluble in fat and given to newborns routinely to prevent hemorrhagic disease. Vitamin K is a co-factor in the coagulation and is produced by bacteria in the gut. Until intestinal colonization perfect, infants are at risk of bleeding.

This study aims to determine the factors that affect midwives and the most dominant factor in the provision of vitamin K1 in newborns. This type of research is a cross-sectional survey method. The population is all midwives in the Work Area Health Center Medan Simpang Lemonade in 2013 as many as 35 people, and the entire population sampled. The data obtained through questionnaires with measures of vitamin K is to give and not give. Data were analyzed by univariate tests to describe the frequency distribution of each dependent variable (vitamin K1), the independent variable (timework, knowledge, attitudes, availability of vitamin K1, and government programs), Chi Square test to see how far their relationship each timework, knowledge, attitudes, availability of vitamin K1, and government programs variable with the vitamin K1 variable and multiple logistic regression to see the influence of the timework, knowledge, attitudes, availability of vitamin K1, and government programs variable on the vitamin K1variable together.

The results showed that the length of service and knowledge affect the administration of vitamin K. Variables that most influence is the knowledge of the value of Exp B = 2,583 means that if a midwife has a good knowledge likely to give vitamin K by 24 than if the midwife had poor knowledge. Giving vitamin K that is not influential, attitude, availability vitmin K and government programs.

Years of service and knowledge affect the vitamin K1 in newborns with good knowledge of the skills in performing duties at the higher activities so that participation in the activities of midwives clinic, the better.

Provide important socialization of its benefits and the effect of vitamin K1 in the newborn againts pregnant woman and working with communities through community leaders, religious leaders and decision makers.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di Amerika Serikat, frekuensi Perdarahan Defisiensi Vitamin K (PDVK) dilaporkan antara 0,25 sampai 1,7%, di Inggris 10 kasus dari 27 penderita atau sebesar 37%, dan di beberapa Negara Asia angka kesakitan bayi karena Perdarahan Defisiensi Vitamin K berkisar 1:1.200 sampai 1:1,400 kelahiran hidup. Sedangkan di Thailand dilaporkan sebanyak 82% atau 524 kasus dari 641 penderita PDVK, dan di Jepang menemukan kasus ini pada 1:4.500 bayi 81% di antaranya komplikasi perdarahan dalam otak. Kejadian pada 2 negara ini menurun setelah diperkenalkannya pemberian vitamin K profilaksis pada semua bayi baru lahir untuk mencegah perdarahan dalam otak (Midwifery, 2009).

Selama kurun waktu 20 tahun angka kematian bayi (AKB) telah berhasil diturunkan secara tajam, namun AKB menurut SDKI 2002-2003 adalah 35 per 1000 KH. Angka tersebut masih tinggi, dan saat ini mengalami penurunan cukup lambat. Jika dilihat dari umur saat bayi meninggal berdasarkan SKRT 2001 sekitar 57% kematian terjadi di masa neonatal dengan penyebab utama kematian adalah asfiksia bayi baru lahir 27%, prematuritas dan BBLR 29%, masalah pemberian makan 10%, tetanus neonatorum 10%, masalah hematologi 6%, infeksi 5%, dan lainnya 13% (Kemenkes RI, 2009).


(20)

Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tataran provinsi maupun nasional. Selain itu, program pembangunan kesehatan di Indonesia banyak menitikberatkan pada upaya penurunan AKB. Angka Kematian Bayi merujuk pada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota Provinsi Sumatera Utara, dari 277.448 bayi lahir hidup terdapat 2.145 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun. Berdasarkan angka ini diperhitungkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Sumatera Utara hanya 7,73/1000 kelahiran hidup pada tahun 2010. Rendahnya angka ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus yang terlaporkan adalah kasus kematian yang terjadi di sarana pelayanan kesehatan, sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi di masyarakat belum seluruhnya terlaporkan (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2011).

Selain di tingkat provinsi, di tingkat kabupaten/kotamadya medan, angka kematian bayi mengalami penurunan dari 0,045% menjadi 0,038%. Jumlah kematian bayi pada tahun 2009 yaitu 20 bayi dari 44.175, sedangkan tahun 2010 jumlah kematian bayi sebanyak 17 bayi dari 44.996 bayi. Ada banyak faktor yang menyebabkan kematian bayi. Namun cukup sulit untuk menentukan faktor dominan yang menyebabkan kematian bayi. Berbagai macam program yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian bayi, salah satunya dengan meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk bayi (Dinas Kesehatan Kota Medan, 2011).


(21)

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human Development Report 2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran. Hasil SDKI 2012 AKB adalah 32 Kematian per 1.000 kelahiran hidup. Kematian neonatus yang disebabkan karena masalah hematologi adalah ikterus dan defisiensi vitamin K1 karena pembentuknya yang belum sempurna pada bayi baru lahir. Oleh karena itu jika terjadi perdarahan intrakranial dalam proses persalinan bisa berakibat kematian atau kecacatan. Keadaan ini termasuk dalam Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K1 (PDVK), dimana walaupun angka kejadian yang terekam masih kecil, tetapi jika dilihat dampaknya terhadap kelangsungan hidup dan kualitas anak maka perlu dilakukan intervensi secara dini. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi terhadap masalah-masalah penyebab kematian bayi untuk mendukung upaya percepatan penurunan AKB di Indonesia, antara lain dengan pemberian profilaksis vitamin K1 injeksi pada bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2009).

Sudah menjadi standar praktik untuk memberi vitamin K1 selama 2 jam pertama kehidupan bayi untuk mencegah penyakit hemoragik bayi baru lahir (hemorrhagic disease of the newborn/HDNB). Vitamin K1 adalah ko-faktor dalam koagulasi dan diproduksi oleh bakteri dalam usus. Sampai kolonisasi usus sempurna bayi beresiko mengalami perdarahan. Karena terdapat sedikit vitamin K1 dalam ASI dari pada formula, bayi menyusu ASI lebih mungkin terinfeksi. HDNB diklasifikasikan sebagai dini, klasik, atau lanjut. Penyakit dini mulai dalam 24 jam


(22)

kelahiran. Penyakit klasik muncul pada 7 hari pertama, dan yang lanjut terjadi dalam 1 sampai 12 bulan setelah kelahiran (Walsh, Linda V, 2007).

Sejalan dengan itu, Departemen Kesehatan RI bekerjasama dengan Tim Ahli dari berbagai profesi dan Tim Teknis Health Technology Assesment (HTA) Indonesia pada tahun 2002-2003 telah merekomendasikan pemberian profilaksis vitamin K1 pada semua bayi baru lahir di Indonesia. Sebagai tindak lanjutnya, disusun pedoman teknis pemberian injeksi Vitamin K1 profilaksis pada bayi baru lahir di tingkat pelayanan kesehatan dasar yang bertujuan memberikan petunjuk tentang penatalaksanaan pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir untuk mencegah kejadian PDVK (Kemenkes RI, 2009).

Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang. Tindakan seseorang terhadap sesuatu dapat ditunjukkan dengan sikap. Sikap merupakan suatu reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2007).

Selain faktor ibu, bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategi terutama dalam menurunkan angka kematian bayi. Salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka kematian bayi adalah penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan pencegahan timbulnya permasalahan dengan mengatasinya lebih dini, dan penyediyaan pelayanan maternal dan neonatal yang berkualitas, setiap persalinan di tolong oleh bidan terlatih atau tenaga kesehatan


(23)

terlatih. Sehingga komplikasi neonatal mendapat pelayanan yang adekuat oleh sebab itu, bidan harus terampil dangan didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai (Ikatan Bidan Indonesia, 2006).

Berdasarkan Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun, dari 10 bidan terdapat 9 bidan yang tidak memberikan vitamin K1 pada bayi baru lahir dengan alasan bahwa dari pihak ibu, ibu merasa keberatan karena bayinya disuntik, alasan lain yaitu menurut bidan pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir tersebut hanya diberikan pada bayi yang bermasalah dan bayi yang memiliki imun yang baik.

Berdasarkan latar belakang diatas, bahwa informasi yang didapat dari survei awal masih banyak bidan yang belum memahami tentang pentingnya pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir sehingga penulis tertarik untuk meneliti Faktor-faktor yang memengaruhi bidan dalam Pemberian Vitamin K1 Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan penelitian ini adalah “Faktor-faktor Apa Saja yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 Pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013”.


(24)

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi bidan dan faktor dominan yang memengaruhi bidan dalam pemberian Vitamin K1 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013”.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh faktor (masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, program pemerintah) yang memengaruhi bidan dalam pemberian Vitamin K1 pada bayi baru lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013”.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat:

1. Memberi masukan kepada Puskesmas Simpang Limun tentang pemberian Vitamin K1 pada bayi baru lahir, serta menjadi masukan dalam upaya mempercepat akselerasi penurunan angka kematian bayi.

2. Memberi masukan kepada bidan yang ada di wilayah kerja Pukesmas Simpang Limun dalam memberikan vitamin K1 pada bayi baru lahir.

3. Memberi masukan pada orang tua khususnya calon ibu hamil dan ibu yang sedang hamil yang ada di wilayah kerja puskesmas Simpang Limun tentang pentingnya pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir


(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Vitamin

Vitamin adalah zat esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin dapat berakibat terganggunya kesehatan, karena itu diperlukan asupan harian dalam jumlah tertentu yang idealnya bisa diperoleh dari makanan. Vitamin merupakan senyawa organik yang berperan bagi fungsi fisiologis normal vitamin juga tergolong ada dua kelompok yaitu vitamin larut lemak dan vitamin larut air. Vitamin larut lemak tegolong dalam vitamin K (mutiara, 2008, hlm. 5).

Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II,VII,IX,X dan antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan M yang belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah.

Ada tiga bentuk vitamin K yang diketahui yaitu: Vitamin K1 (phytomenadione) terdapat pada sayuran hijau, sediaan yang ada saat ini adalah cremophor dan vitamin Vitamin K mixed micelles (KKM). Vitamin K2 (menaquinone) disintesis oleh flora usus normal seperti Bacteriodes fragilis dan beberapa strain E. coli. Vitamin K3 (menadione) yang sering dipakai sekarang merupakan vitamin K sintetik tetapi jarang


(26)

diberikan lagi pada nenonatus karena dilaporkan dapat menyebabkan anemia hemolitik (Kemenkes RI, 2009).

Vitamin K yang diberikan pada bayi baru lahir adalah vitamin K1 yang terdapat pada sayuran hijau. Dalam beberapa kali Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA), dan Kongres Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI) ke VIII tahun 1998 dan ke IX tahun 2001 telah direkomendasikan pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir. Hal ini mendorong dilakukannya kajian oleh Health Technology Assesment (HTA) Depkes bekerjasama dengan organisasi profesi terhadap pemberian injeksi vitamin K1 profilaksis pada bayi baru lahir, yang merekomendasikan bahwa semua bayi baru lahir harus mendapat profilaksis vitamin K, regimen vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1, dan cara pemberian secara intramuskular (Kemenkes RI, 2009).

Sejak lama fungsi vitamin K yang diketahui adalah dalam pembekuan darah, walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Baru sejak tahun 1970-an para ahli mengetahui secara lebih jelas peranan vitamin K didalam tubuh, yang ternyata tidak hanya dalam pembekuan darah saja. (Almatsier, 2009). Pada pembentukan protombin tubuh memerlukan vitamin , hingga vitamin tersebut besar artinya pada proses pembekuan darah (Pudjiadi, 2000).

Bayi baru lahir cenderung memiliki kadar vitamin K dan cadangan vitamin K dalam hati yang relatif lebih rendah dibanding bayi yang lebih besar. Sementara itu asupan vitamin K dari ASI belum mencukupi (0,5 ng/L), sedangkan vitamin K dari makanan tambahan dan sayuran belum dimulai. Hal ini menyebabkan bayi baru lahir


(27)

cenderung mengalami defisiensi vitamin K sehingga berisiko tinggi untuk mengalami PDVK. Di beberapa negara Asia angka kesakitan bayi karena PDVK berkisar antara 1: 1.200 sampai 1 : 1.400 Kelahiran Hidup. Angka tersebut dapat turun menjadi 1:10.000 dengan pemberian profilaksis vitamin K1 pada bayi baru lahir (Kemenkes RI, 2009).

Permasalahan akibat PDVK adalah terjadinya perdarahan otak dengan angka kematian 10 – 50% yang umumnya terjadi pada bayi dalam rentang umur 2 minggu sampai 6 bulan, dengan akibat angka kecacatan 30 – 50%. Secara nasional belum ada data PDVK, sedangkan data dari bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI RSCM (tahun 1990-2000) menunjukkan terdapatnya 21 kasus, diantaranya 17 (81%) mengalami komplikasi perdarahan intrakranial (catatan medik IKA RSCM 2000) (Kemenkes RI, 2009).

Selain itu, salah satu akibat defisiensi vitamin K terlihat pada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) berupa perdarahan yang timbul sekitar 2 jam sampai 8 hari paska imunisasi. Dari data Komnas KIPI jumlah kasus perdarahan paska imunisasi yang diduga karena defisiensi vitamin K selama tahun 2003 sampai 2006 sebanyak 42 kasus, dimana 27 kasus (65%) diantaranya meninggal.

Di Indonesia selama ini pemberian vitamin K umumnya hanya diberikan pada bayi baru lahir yang memiliki risiko saja seperti BBLR, bayi lahir dengan tindakan traumatis, bayi lahir dari ibu yang mengkonsumsi obat anti koagulan dan obat anti kejang. Berkaitan dengan kasus KIPI yang diduga kuat karena defisiensi vitamin K,


(28)

dimana petugas kesehatan di lapangan tidak mengetahui bahwa berbagai kasus KIPI sebenarnya dapat dicegah dengan pemberian profilaksis vitamin K1.

Waktu pembekuan darah akan memanjang pada kekurangan vitamin E hingga dapat menimbulkan hemoragi pada kulit, mukosa, dan jaringan lain. Bayi baru lahir tidak memiliki banyak vitamin K sedangkan ususnya belum mengandung banyak kuman pembuat vitamin tersebut. Hipoprotombinemia dapat menyebabkan hemoragi dibawah dura meter pada kelahiran sukar hingga dapat memberikan gejala seperti spasme, sianosis, ubun-ubun yang menonjol, parises tungkai dan sebagainya. Kejadian demikian lebih sering ditemukan pada bayi premature (Pudjiadi, 2000).

Kadar vitamin K bahan makanan belum diketahui dengan pasti. Olson (1973) telah membuat ringkasan kadar vitamin K bahan makanan yang dikumpulkan dari beberapa bioassay. Sumber utama vitamin K adalah hati,sayuran daun bewarna hijau,kacang buncis,kacang polong, kol dan brokoli.Semakin hijau daun-daunan semakin tinggi kandungan vitamin K nya. Bahan makanan lain yang mengandung vitamin K dalam jumlah lebih kecil adalah susu,daging,telur,serealia,buah buahan,dan sayuran lain. Sumber penting vitamin K lain adalah flora bakteri dalam usus halus (jejunum dan ileum)Penggunaan menakinon yang disintesis oleh mokroorganisme usus halus belum diketahui dengan pasti.


(29)

Tabel 2.1. Bahan Makanan yang Mengandung Vitamin K

Bahan Makanan Bahan Makanan

Susu sapi 3 Asparagus 57

Keju 35 Buncis 14

Mentega 30 Brokoli 200

Ayam 11 Kol 125

Daging sapi 7 Daun selada 129

Hati sapi 92 Bayam 89

Hati ayam 7 Kentang 3

Minyak jagung 10 Tomat 5

Jagung 5 Pisang 2

Gandum 5 Jeruk 1

Tepung terigu 4 Kopi 38

Roti 4 Teh hijau 712

Angka kecukupan vitamin K yang dianjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin untuk Indonesia dapat dilihat pada tabel 2.2 (Almatsier, 2009).

Tabel 2.2. Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan untuk Vitamin K GOLONGAN UMUR AKG ( ) Golongan Umur AKG ( 0-6 bl 7-12 bl 1-3 th 4-6 th 7-9 th Pria 10-12 th 13-15 th 16-19 th 20-45 th 46-59 Th > 60 th

5 10 15 20 20 45 65 70 80 80 80 Wanita 10-12 th 13-15 th 16-19 th 20-50 th 46-59 th > 60 th Hamil Menyusui 0-6 bl 7-12 bl 45 55 60 65 65 65 65 65 65

Kekurangan vitamin K menyebabkan darah tidak menggumpal, sehingga bila ada luka atau pada operasi terjadi pendarahan. Kekurangan vitamin K karena


(30)

makanan jarang terjadi, sebab vitamin K terdapat secara luas dalam makanan. Kekurangan vitamin K terjadi bila ada gangguan apsorpsi lemak bila produksi empedu kurang atau pada diare. Kekurangan vitamin K bisa juga terjadi bila seseorang mendapat antibiotika sedangkan tubuhnya kurang mendapat vitamin K dari makanan. Antibiotika membunuh kuman- kuman didalam usus yang membentuk vitamin K. Oleh karena itu,sebelum operasi biasanya diperiksa terlebih dahulu kemampuan darah untuk menggumpal dan sebagai pencegahan diberi suntikan vitamin K. Vitamin K biasanya diberikan sebelum operasi untuk mencegah perdarahan berlebihan.

Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion. Gejala kelebihan vitamin K adalah hemolisis sel darah merah,sakit kuning (jaundice) dan kerusakan pada otak (Almatsier,2009).

Kekurangan vitamin K pada neonatus menyebabkan gejala melena neonatorium dan timbul pada umur 2 atau 3 hari. Adapun gejalanya ialah perdarahan pada lambung dan usus sehingga menyebabkan muntah darah dan berak darah, kadang-kadang juga perdarahan dari hidung dan umbilicus. Keadaan yang berarti dapat menimbulkan kematian. Pada keadaan kekurangan vitamin K, dan bayi cukup bulan yang dilahirkan dengan ekstrasi forsep atau vakum: 1 mg selama 3 hari berturut-turut (Pudjiadi, 2000)


(31)

Bayi baru lahir adalah bayi yang berusia 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Bayi baru lahir dibagi menjadi dua : bayi baru lahir dini usia 0 sampai 7 hari dan bayi baru lahir lanjut usia 7 sampai 28 hari (Zunera, 2006).

Masa perinatal dan neonatal merupakan masa yang kritis bagi kehidupan bayi. Dua pertiga kematian bayi terjadi dalam masa 28 hari (neonati dini) dimana 60% nya terjadi dalam waktu 7 hari setelah persalinan. Dengan pemantauan kontinu/ketat dan asuhan pada ibu dan bayi pada masa nifas dapat mencegah angka kematian bayi. Faktor-faktor yang menyebabkan kematian perinatal adalah: Perdarahan, Hipertensi, Infeksi, Kelahiran preterm atau bayi berat lahir rendah, Asfiksia, Hipotermi.

Penanganan bayi baru lahir yang kurang baik dapat menyebabkan hipotermi,

cold stress (stress dingin/hipotermi sedang), yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemi, hipoglikemi dan mengakibatkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok dan keterlambatan tumbuh kembang (Soetjoningsih, 1995).

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir (JNPK-KR/POGI, 2007).

Adapun cara pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir yaitu: pertama; perhatikan jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml. kedua; Masukkan vitamin K1 ke dalam semprit sekali pakai steril 1ml, kemudian


(32)

disuntikkan secara intramuskular di paha kiri bayi bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir. Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0 (uniject), dengan selang waktu 1-2 jam. Pada bayi yang akan dirujuk tetap diberikan vitamin K1 dengan dosis dan cara yang sama. Pada bayi yang lahir tidak ditolong bidan, pemberian vitamin K1 dilakukan pada kunjungan neonatal pertama (KN 1) dengan dosis dan cara yang sama. Ketiga; Setelah pemberian injeksi vitamin K1, dilakukan observasi (Kemenkes RI, 2009).

2.3.Faktor-faktor yang Memengaruhi Pemberian Vitamin K

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu (2011) mengenai gambaran pengetahuan ibu hamil tentang vitamin K pada Bayi Baru Lahir di Desa Banjarsari, hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan ibu hamil tentang vitamin K pada bayi baru lahir dari 50 responden terdapat 35 responden (70%) termasuk kategori kurang (Rahayu, 2011).

Hasil penelitian oleh Ervinawati (2010) mengenai pelaksanaan pemberian vitamin K oleh Bidan pada bayi baru lahir di Puskesmas Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010, penelitian ini menunjukkan mayoritas dari segi Umur 10 orang (32,2 %) pada rentang usia 36-40 tahun, dan berdasarkan Pendidikan sebagian besar 28 orang (90,3 %) berpendidikan D-III, sedangkan berdasarkan Lama berkerja sebagian besar 9 responden (29 %) lama berkerja 16-20 tahun, dan sebagian besar 31 orang (100 %) bersifat positif (Ervinawati, 2010).


(33)

Berdasarkan penelitian oleh Mark tentang “The Risk of Childhood Cancer after Neonatal Exposure to Vitamin K” menyatakan bahwa vitamin K diberikan di ruang bersalin oleh tenaga kerja CPP dan ruang observasi anak, terdapat 18 anak yang belum mendapat vitamin K (Mark A, 1993).

Berdasarakan dari berbagai penelitian diatas dapat dikaitkan dengan teori Green (1980), bahwa Perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar perilaku (non behavior causes) sedangkan perilaku ditentukan oleh beberapa faktor yaitu :

Faktor pertama lama kerja adalah jangka waktu yang telah dilalui seseorang sejak menekuni pekerjaan. Lama kerja dapat menggambarkan pengalaman seseorang dalam menguasai bidang tugasnya. Pada umumnya, petugas dengan pengalaman kerja yang banyak tidak memerlukan bimbingan dibandingkan dengan petugas yang pengalaman kerjanya sedikit. Menurut Ranupendoyo dan Saud (1990), semakin lama seseorang bekerja pada suatu organisasi maka akan semakin berpengalaman orang tersebut sehingga kecakapan kerjanya semakin baik.

Masa kerja adalah rata-rata masa kerja responden yang dihitung setelah dia menyelesaikan pendidikannya dan mulai bekerja pertama kalinya sebagai tenaga penolong persalinan khususnya dalam penanganan perlengketan plasenta. Lamanya bekerja berkaitan erat dengan pengalaman-pengalaman yang telah didapat selama menjalankan tugas dan pengalaman seseorang dalam melakukan tugas tertentu secara terus menerus dalam waktu yang cukup lama dapat meningkatkan kedewasaan


(34)

teknisnya. Semakin lama masa kerja kecakapan seseorang semakin baik karena sudah menyesuaikan dengan pekerjaannya.

Faktor kedua yaitu pengetahuan, berdasarkan Bloom (1974) dalam Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Faktor ketiga sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek (Allport, 1954). Menurut Purwanto (1999) sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri-ciri sikap adalah, sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dirumuskan dengan jelas. Objek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi


(35)

dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto, 1999).

Faktor keempat ketersediaan alat adalah tersedianya sarana dan peralatan untuk mendukung tercapainya tujuan pelayanan kebidanan sesuai beban tugasnya dan fungsi institusi pelayanan. Menurut Heni (2009), prosedur ketersediaan alat meliputi: Tersedia peralatan sesuai dengan standar, ada mekanisme keterlibatan. Ada buku inventaris peralatan yang mencerminkan jumlah barang dan kualitas barang. Ada pelatihan khusus untuk bidan tentang penggunaan alat tertentu. Ada prosedur permintaan dan penghapusan alat.

Faktor kelima yaitu program pemerintah adalah suatu ketetapan atau keputusan dari pemerintah dalam hal yang berkaitan dengan kesehatan. Khususnya dalam penyelenggaraan pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 yang dilaksanakan oleh fasilitas kesehatan pemerintah, swasta dan masyarakat yang berbasis hak anak melalui kerjasama lintas program dan lintas sektoral. Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan pemberian profilaksis injeksi vitamin K1 pada bayi baru lahir. Mengupayakan kualitas pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir yang bermutu dan


(36)

mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan program dan anggaran terpadu.

Pemerintah meningkatkan akses pelayanan kesehatan gizi yang bermutu, melalui penempatan bidan di desa dan peningkatan kemampuan tenaga kesehatan dalam mendeteksi, menemukan dan menangani kasus gizi buruk sedini mungkin. Selain itu pemerintah juga membentuk Tim Asuhan Gizi yang terdiri dari dokter, perawat, bidan, ahli gizi, serta dibantu oleh tenaga kesehatan lain. Diharapkan dapat memberikan penanganan yang cepat dan tepat pada kasus gizi buruk baik di Puskesmas maupun di rumah sakit.

2.4. Landasan Teori

Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh mahluk hidup, baik yang diamati secara langsung atau tidak langsung perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu: aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat. Bahkan kegiatan internal seperti berpikir, berpersepsi dan emosi juga merupakan perilaku manusia.

Sejalan dengan batasan perilaku menurut Skinner maka Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mewujudkan kesehatan


(37)

seseorang diselenggarakan dengan empat macam pendekatan yaitu pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (curative) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative).

Respon atau reaksi manusia dibedakan menjadi dua kelompok yaitu yang bersifat pasif dan bersifat aktif. Bersifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap), bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice). Perilaku terhadap pelayanan kesehatan adalah respon seseorang terhadap pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan yang modern maupun pelayanan kesehatan yang tradisional. Perilaku ini menyakut respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan pengguna fasilitas, petugas, dan obat-obatan. Perilaku seseorang di pengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain ; susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa perilaku terbentuk dari 3 faktor yaitu : faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), faktor-faktor pemungkin (enabling factors), dan faktor-faktor penguat (reinforcing factors).

Faktor-faktor predisposisi mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya. Hal di atas dapat berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap manfaat pemberian vitamin K pada bayi. Sebagai


(38)

contoh seorang ibu yang bersalin di klinik bersalin akan memberikan kepercayaan kepada bidan untuk mendapatkan pelayanan yang terbaik pada ibu dan bayinya . Demikian juga, penerimaan perilaku baru atau adopsi melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran,dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).

Faktor-faktor pemungkin mencakup ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakekatnya mendukung untuk mewujudkan perilaku kesehatan, maka faktor ini disebut dengan faktor pendukung atau faktor pemungkin. Misalnya termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit.

Faktor-faktor penguat meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan, dan undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas terutama petugas kesehatan. Demikian juga halnya dengan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir, tenaga kesehatan yang melakukan pertolongan persalinan atau petugas pelayanan kesehatan ibu dan anak di semua unit pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan yang terbaik bagi bayi baru lahir dengan pemberian vitamin K1.


(39)

Berdasarkan penelitian oleh Bidan Sara Wickham tentang “provides a much-needed update on vitamin K prophylaxis.” menyatakan bahwa vitamin K1 dapat diberikan pada bayi baru lahir, karena semua bayi dilahirkan dengan tingkat rendah vitamin K1. Risiko bayi yang tidak diberikan vitamin K1 adalah HDN adalah antara 1 : 10.000 dan 1 dari 25.000, diketahui bahwa bayi paling berisiko dari HDN adalah bayi yang memiliki kelahiran traumatik (klinis, bayi yang dilahirkan secara forsep, ventouse atau darurat caesar, atau bayi yang memar). Tidak ada jaminan bahwa bayi yang lahir secara fisiologis akan terkena HDN dan bayi diberikan vitamin K masih dapat terkena HDN, atau menderita efek samping lainnya (Sara Wickham, 2001).

Gambar 2.1 Landasan Teori Lawrence Green (1980) Faktor Predisposing :

- Pengetahuan - Sikap

- Nilai

- Kepercayaan - Variabel Demografi

Faktor Reinforcing : - Dukungan Keluarga - Dukungan Tenaga

Kesehatan - Dukungan Tokoh

Masyarakat

- Peraturan/Program Pemerintah

Perilaku Kesehatan Faktor Enabling :

- Sumber-sumber yang Tersedia /

Ketersediaan Fasilitas - Keterampilan lain - Fasilitas


(40)

2.5. Kerangka Konsep

Mengacu kepada landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian Faktor Predisposisi

- Masa kerja - Pengetahuan - Sikap

Faktor Enabling

- Ketersediaan Vitamin K1

Faktor Reinforcing

- Program Pemerintah

Pemberian Vitamin KI


(41)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah bentuk survey explanatory research

dengan rancangan cross sectional. Desain ini digunakan untuk menjelaskan pengaruh factor masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, dan program pemerintah terhadap pemberian vitamin K1, melalui pengujian hipotesis (Notoatmodjo, 2010).

3.2.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan mulai bulan Juni 2013.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013 sebanyak 35 orang, dan seluruh populasi dijadikan sampel.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya dengan menyebar kuesioner kepada responden untuk mereka isi sendiri dengan terlebih dahulu menjelaskan cara pengisiannya didampingi oleh


(42)

peneliti dibantu tenaga kesehatan setempat. Instrumen wawancara terstruktur yang disusun dalam bentuk kuesioner yang telah disiapkan mencakup variabel yang memengaruhi pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir dimana sebelumnya sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari laporan data Puskesmas Simpang Limun Medan dan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara berupa data tentang angka kematian bayi dan jumlah bayi baru lahir.

3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas Data

Kelayakan dalam menggunakan instrumen yang akan dipakai untuk penelitian diperlukan uji validitas dan realibilitas. Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kemaknaan suatu alat ukur (instrument) dalam mengukur suatu pertanyaan, bahwa instumen dikatakan valid, apabila instumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur harus mengukur apa yang akan diukur. Uji validitas suatu instumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor variabel atau item dengan skor total variabel (Corrected Item Total Correlation), dengan ketentuanjika nilai corrected item total correlation> dari nilai r tabel bila (=0,361 pada taraf signifikansi 5%, df= 28) maka dinyatakan valid. Dan bila r hitung < r tabel maka dinyatakan tidak valid (Hidayat, 2010, Riyanto, 2009).


(43)

Uji reliabilitas dilakukan setelah semua data dinyatakan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas. Reliabilitas data merupakan indeks yang menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur dapat dipercaya dengan tepat dengan menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan ketentuan jika nilai r- alpha > 0,60 maka pernyataan dikatakan reliabel (Nursalam, 2008).

Uji validitas dan realibilitas dilakukan pada 30 bidan dengan karakteristik yang sama dengan responden diWilayah Kerja Puskesmas Teladan Medan. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Pengetahuan Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Medan

Variabel Nilai Corrected Item-Total

Cronbach’s

Alpha

Keterangan

Pengetahuan 1 0,596 Valid

Pengetahuan 2 0,613 Valid

Pengetahuan 3 0,655 Valid

Pengetahuan 4 0,607 Valid

Pengetahuan 5 0,448 Valid

Pengetahuan 6 0,525 Valid

Pengetahuan 7 0,551 Valid

Pengetahuan 8 0,612 Valid

Pengetahuan 9 0,428 Valid

Pengetahuan 10 0,685 Valid

Pengetahuan 11 0,584 Valid

Pengetahuan 12 Pengetahuan 13 Pengetahuan 14 Pengetahuan 15 Pengetahuan 16 Pengetahuan 17 Pengetahuan 18 Pengetahuan 19 Pengetahuan 20 Pengetahuan 21 0,583 0,511 0,612 0,625 0,562 0,568 0,571 0,563 0,499 0,704 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid


(44)

Berdasarkan Tabel 3.1 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel pengetahuan sebanyak 21 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai cronbach alpha 0,910, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel pengetahuan valid dan reliabel.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas pada Instrumen Sikap Bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Teladan Medan

Variabel Nilai Corrected Item-Total

Cronbach’s

Alpha

Keterangan

Sikap 1 0,449 Valid

Sikap 2 0,843 Valid

Sikap 3 0,583 Valid

Sikap 4 0,600 Valid

Sikap 5 0,631 Valid

Sikap 6 0,657 Valid

Sikap 7 0,514 Valid

Sikap 8 0,717 Valid

Sikap 9 0,466 Valid

Sikap 10 0,646 Valid

Sikap 11 Sikap 12

0,819 0,644

Valid Valid

Reliabilitas 0,864 Reliabel

Tabel 3.2 di atas diperoleh bahwa dari seluruh variabel sikapsebanyak 12 pertanyaan mempunyai nilai r-hitung > 0,361 (r-tabel) dengan nilai cronbach alpha

0,864, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pertanyaan variabel sikap valid dan reliabel.


(45)

3.6. Variabel dan Definisi Operasional 3.6.1 Variabel

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pemberian vitamin K1.diberikan atau tidak diberikan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, dan program pemerintah. 3.6.2 Definisi Operasional

1) Pemberian vitamin KI adalah ada atau tidak adanya bayi yang diberikan bidan vitamin K1 segera setelah bayi lahir.

2) Masa Kerja adalah pengalaman responden yang dihitung berdasarkan lamanya responden bekerja sebagai tenaga kesehatan menolong persalinan.

3) Pengetahuan adalah segala sesuatu yang dipahami oleh bidan mengenai pemberian vitamin K1.

4) Sikap adalah respon bidan mengenai pemberian vitamin K1.

5) Ketersediaan vitamin K1 adalah ada atau tidaknya persediaan vitamin K1 untuk diberikan kepada bayi baru lahir.

6) Program pemerintah adalah strategi dan pelayanan pemerintah dalam memberikan vitamin K1 pada bayi baru lahir.


(46)

Metode pengukuran dalam penelitian ini seperti berikut :

Tabel 3.3 Metode Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen

Variabel Kategori Skala Ukur

Pemberian vitamin K1

0 : Ya, jika responden memberikan vitamin K1 pada bayi baru lahir

1 : Tidak, jika responden tidak memberikan vitamin K1 pada bayi baru lahir

Ordinal

Masa Kerja (X1)

0 :>5 tahun 1 : <5 tahun

Ordinal Pengetahuan

(X2)

0 : Baik, jika responden menjawab skor> 50 % dari total skor

1 : Kurang baik, jika responden menjawab skor< 50 % dari total skor

Ordinal

Sikap (X3) 0 : Baik, jika responden menjawab skor ≥50%

dari total skor

1 : Kurang baik, jika responden menjawab skor <50% dari total skor

Ordinal

Ketersediaan vitamin K1 (X4)

0 : Ada, jika vitamin K1 tersedia di sarana pelayanan kesehatan

1 : Tidakada, jika vitamin K1 tidak tersedia di sarana pelayanan kesehatan

Ordinal

Program pemerintah (X5)

0 : Ada, jika program pemerintah terlaksana

1:Tidak Ada, jika jika program pemerintah tidak terlaksana

Ordinal

3.8 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan (Sastroasmoro, 2002).

1. Analisis Univariat, merupakan analisis yang menitik beratkan kepada penggambaran atau deskripsi data yang diperoleh, menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variable dependen (pemberian vitamin K1), variable


(47)

independen (Masakerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, program pemerintah).

2. Analisis Bivariat, digunakan untuk melihat sejauhmana hubungan masing-masing variable independen (Masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, program pemerintah) dengan variable dependen (pemberian vitamin K1) menggunakan uji Chi-Square untuk memilih kandidat model yang dapat dimasukkan kedalam uji regresi logistic berganda dengan nilai signifikan ≤ 0,25.

3. Analisis Multivariat, bertujuan untuk melihat pengaruh antara variable independen (masa kerja, pengetahuan, sikap, ketersediaan vitamin K1, program pemerintah) terhadap variable dependen (pemberian vitamin K1) secara bersama-sama. Analisis multivariat yang digunakan adalah regresi logistic ganda dengan pertimbangan teknik analisis ini dapat memberikan jawaban mengenai besarnya pengaruh variabel independen terhadap variable dependen yang berupa data kategori (dengan 2 kategori). Analisis multivariat yang digunakan adalah dengan analisis regresi logistic berganda dengan persamaan :

Logit P(x) = a+ b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ ….. + bnXn

Keterangan :

P = Probabilitas a = Konstanta b1,2,3,n = Koefisienregresi


(48)

Penentuan variabel yang layak masuk sebagai kovariat dalam analisis regresi logistik berganda dengan menetapkan kemaknaan sebesar 25%. Apabila variabel mempunyai nilai p < 0,25 maka akan diolah secara serentak dan bila nilai p > 0,25 maka variabel tersebut tidak diturutkan dalam pengolahan data.

Hasil analisis regresi logistic berganda dapat disimpulkan dengan melihat nilai p pada tingkat kepercayaan 95%, bila variabel mempunyai nilai p > 0,05 berarti tidak memiliki pengaruh yang bermakna dan dikeluarkan dari model analisis regresi logistic berganda, variabel yang mempunyai nilai p < 0,05 berarti memiliki pengaruh yang bermakna. Penentuan variabel yang paling dominan berpengaruh dinyatakan dengan bilai B yang paling tinggi.

Untuk melihat probalilitas individu dilakukan dengan persamaan berikut : P(x) =


(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Lokasi Penelitian

Puskesmas Simpang Limun didirikan pada tahun 1972 dan diresmikan oleh Gubernur Sumatera Utara, Marah Halim. Puskesmas Simpang Limun berada di Jalan Kemiri 1 No. 33, Kelurahan Sudirejo II Kecamatan Medan Kota. Luas bangunan Puskesmas Simpang Limun 197 m2 sedangkan luas bangunan rumah dinas 80 m. Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun meliputi :

a. Luas wilayah : 210,69 Ha b. Jumlah penduduk : 30,910 jiwa c. Jumlah Kelurahan : 3 Kelurahan yaitu:

1. Sudirejo I terletak di Jalan Santun 2. Sudirejo II terletak di Jalan Kemiri I 3. Sitirejo I terletak di Jalan Pintu Air

Sarana kesehatan merupakan sarana penting guna menunjang kesehatan masyarakat. Karena itu sangat dibutuhkan ketersediaanya, mengingat sebagian besar warga masyarakat memiliki akses jaminan kesehatan berupa Medan Sehat dan Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat). Sarana kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan adalah sebagai berikut :


(50)

Tabel 4.1 Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

No Sarana Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Rumah Sakit 1

Puskesmas 1

Balai pengobatan 2

Apotik 8

Praktek dokter 11

Praktek dokter gigi 5

Praktek bidan 15

Optik 1

Tukang pijat 2

Posyandu 26

Sumber : Puskesmas Simpang Limun Medan, 2013

Sarana dan prasarana kesehatan tersebut telah melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga masyarakat merasa sangat terbantu dan dapat menikmati manfaatnya. Karakteristik responden terdiri dari semua bidan yang bertugas di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan. Dari 35 orang bidan tersebut, 8 orang sebagai tenaga medis di Puskesmas Simpang Limun , 12 orang sebagai tenaga medis di Rumah Sakit Estomihi dan 15 orang adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS)/honorer yang membuka praktek bidan di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan.

4.2. Pemberian Vitamin K1

Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskuler di paha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir begitu juga pada bayi premature dan bayi cukup bulan yang dilahirkan dengan ekstraksi forsep


(51)

atau vakum harus segera mendapat vitamin K1. Kriteria bayi yang mendapat vitamin K1 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Kriteria Bayi yang Mendapat Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

No Kriteria

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Bayi lahir normal/sehat Bayi dengan Ibu yang anemi Bayi post Sectio Caesarea

Bayi lahir dengan tindakan vacum

Bayi lahir dengan tindakan ekstrasi forsep Bayi premature

4.3.Analisis Univariat 4.3.1 Variabel Demografi

Gambaran variabel demografi berdasarkan pendidikan, umur dan masa kerja di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pendidikan, Umur dan Masa Kerja di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

No Karakteristik Responden n Persentase

1 Pendidikan

Tinggi (DIII, D-IV, Sarjana) 31 88,6

Rendah (D-I) 4 11,4

Jumlah 35 100,0

2 Umur

≥40 tahun 14 40,0

<40 tahun 21 60,0

Jumlah 35 100,0

3 Masa Kerja 34,3

>5 tahun 12 65,7

<5 tahun 23


(52)

Berdasarkan hasil tabel 4.3 diperoleh bahwa yang berpendidikan tinggi (DIII, D-IV, sarjana) sebesar 88,6% dan 11,4% yang berpendidikan rendah (D-I). Berdasarkan umur responden lebih banyak umur <40 tahun (60,0%) dan 40,0 % yang berumur ≥40 tahun. Masa kerja bidan lebih banyak <5 tahun sebanyak 23 bidan (65,7%) dan 12 bidan (34,3%) yang masa kerja >5 tahun.

4.3.2 Pemberian Vitamin K1

Berdasarkan distribusi responden tentang pemberian vitamin K1 di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan dapat diuraikan bahwa, responden sebagian besar memberikan vitamin K1 sebanyak 26 orang (74,3%), dan selebihnya bidan yang tidak memberikan vitamin K1 sebanyak 9 orang (25,7%).

Tabel 4.4 Distribusi Kategori Pemberian Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

No Pemberian Vitamin K1 n Persentase (%)

1. Memberikan 26 74,3

2. Tidak memberikan 9 25,7

Jumlah 35 100,0

Berdasarkan hasil jawaban responden yang memberikan vitamin K1 terdapat beberapa responden yang memberikan vitamin KI sebesar 74,3%, sedangkan 25,7% lagi tidak memberikan vitamin KI kepada bayi baru lahir. Waktu pemberian vitamin KI kepada bayi baru lahir yaitu paling lambat 2 jam setelah lahir. Jenis vitamin K yang digunakan dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg dan diberikan 1 mg melalui injeksi intramuskular di paha kiri bayi.


(53)

4.3.3 Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan diukur dengan 21 pertanyaan yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

Keterangan Jawaban

Skor

Salah Benar

n % n %

1 Vitamin K adalah vitamin yang

diberikan pada bayi yang baru lahir 23 65,7 12 34,3 12

2 Jenis vitamin K yang diberikan pada bayi baru lahir adalah vitamin K1 (phytomenadione)

35 100,0 35

3 Jenis vitamin K yang lain, seperti K2 (menaquinone) juga bisa didapatkan dari sayuran hijau, sama dengan vitamin K1

(phytomenadione)

23 65,7 12 34,3 12

4 Vitamin phytomenadione diberikan untuk membantu proses pembekuan darah pada bayi yang baru lahir

7 20,0 28 80,0 28

5 Pemberian profilaksis vitamin K pada bayi baru lahir

direkomendasikan pada tahun 2001.

20 57,1 15 42,9 15

6 Vitamin K1 berfungsi sebagai proses pembekuan darah bayi baru lahir dengan trauma jalan lahir saja.

7 20,0 28 80,0 28

7 Setiap bayi baru lahir pada dasar sudah memiliki cadangan vitamin K dalam hati, namun masih sangat rendah, sedangkan dari konkumsi makanan belum dimulai, maka bayi sering defisiensi vitamin K

13 37,1 22 62,9 22

8 Kekurangan vitamin K pada bayi baru lahir dapat menyebabkan melena yang timbul pada umur 2 atau 3 hari, dengan gejala

perdarahan dari lambung sehingga menyebabkan muntah darah

9 25,7 26 74,3 26

9 Bayi yang mengalami perdarahan intrakanial, gejala yang mudah dikenali adalah tangisan bayi dengan nada rendah


(54)

Tabel 4.5 (Lanjutan)

10 Bayi premature, dan bayi cukup bulan yang dilahirkan dengan vakum tidak dapat diberikan vitamin K

3 8,6 32 91,4 32

11 Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah, dapat diberikan vitamin K1

9 25,7 26 74,3 26

12 Sumber vitamin K1 adalah sayuran daun berwarna hijau, kacang buncis, kacang polong dan brokoli

7 20,0 28 80,0 28

13 Sumber vitamin K1 juga didapat dari flora usus normal bacteriodes fragilis

18 51,4 17 48,6 17

14 Air susu ibu (ASI) tidak banyak

mengandung vitamin K 19 54,3 16 45,7 16

15 Kelebihan vitamin K hanya bisa terjadi bila vitamin K diberikan dalam bentuk berlebihan berupa vitamin K sintetik menadion

18 51,4 17 48,6 17

16 Kelebihan vitamin K dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah

9 25,7 26 74,3 26

17 Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 profilaksis.

8 22,9 27 77,1 27

18 Pada saat melakukan tindakan injeksi,letakkan bayi dengan posisi punggung diatas

17 48,6 18 51,4 18

19 Ketika menyuntikkan vitamin K tidak perlu memakai sarung tangan seteril.

28 80,0 7 20,0 7

20 Lakukan desinfeksi pada bagian tubuh bayi yang akan diberikan suntikan tepatnya di paha kiri bayi

8 22,9 27 77,1 27

21 Jenis vitamin K yang diberikan pada bayi baru lahir adalah vitamin K1(phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg Vitamin K1 per 1 ml

11 31,4 24 68,6 24

J u m l a h skor jawaban yang sesuai 453

Skor jawaban yang ideal : (skor tertinggi x banyak pertanyaan x

banyak sampel) = 1 x 21 x 35 753

maka pengetahuan bidan tentang Pemberian vitamin K1adalah :

(453/753) x 100 % 61,63%

Keterangan Jawaban

Skor

Salah Benar


(55)

Pengetahuan bidan tentang pemberian vitamin K1 menunjukkan bahwa semua bidan mengetahui Jenis vitamin K yang diberikan pada bayi baru lahir adalah vitamin K1 (phytomenadione) sebesar 100% dan mayoritas bidan tidak mengetahui bahwa Ketika menyuntikkan vitamin K memakai sarung tangan sebesar 80,0%. Pengetahuan bidan tentang pemberian vitamin K1 tergolong baik yaitu sebesar 61,63%

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 35 bidan dengan menanyakan pengetahuan responden tentang pemberian vitamin K1 kepada bayi baru lahir dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Distribusi Kategori Pengetahuan tentang Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan

Tahun 2013

No Pengetahuan n Persentase (%)

1. Baik 27 77,1

2. Kurang baik 8 22,9

Jumlah 35 100,0

Pengetahuan paling banyak pada kategori baik sebanyak 27 orang (77,1%) dibandingkan dengan pengetahuan kurang baik sebanyak 11 orang (22,9%).

4.3.4 Sikap

Pengukuran sikap diukur dengan 12 pertanyaan yang dapat dilihat pada tabel berikut:


(56)

Tabel 4.7 Distribusi Sikap Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

No Keterangan

Bobot nilai

Skor

1 2 3 4 5

n % n % n % N % n %

1 Pemberian vitamin K dilakukan hanya sebagai implementasi dari program

pemerintah

11 31,4 20 57,1 0 0,0 3 8,6 1 2,9 68

2 Pemberian vitamin K merupakan upaya meminimalkan risiko perdarahan walaupun dalam persalinan normal

0 0,0 2 5,7 8 22,9 9 25,7 16 45,7 144

3 Dalam setiap

persalinan normal ada kemungkinan terjadi trauma jalan lahir pada bayi, sementara bayi yang lahir dalam keadaan sehat (normal), dengan demikian tidak harus diberikan vitamin K

2 5,7 7 20,0 5 14,3 16 45,7 5 14,3 120

4 Pemberian vitamin K hanya dilakukan pada bayi yang bermasalah seperti bayi prematur

0 0,0 6 17,1 5 14,3 7 20,0 17 48,6 140

5 Dengan pemberian vitamin K bidan yakin bayi tidak mengalami perdarahan

1 2,9 7 20,0 6 17,1 20 57,1 1 2,9 118

6 Semua bidan harus mencatat dan

melaporkan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir,

1 2,9 2 5,7 8 22,9 18 51,4 6 17,1 131

7 Penyuntikan vitamin K dilakukan secara steril

2 5,7 13 37,1 12 34,3 8 22,9 131

8 Bayi yang lahir tidak ditolong bidan, maka pemberian vitamin K boleh dilakukan kapan saja


(57)

Tabel 4.7 (Lanjutan)

Sikap bidan tentang pemberian vitamin K1 menunjukkan bahwa bidan menyatakan sangat setuju bahwa perdarahan intrakranial dalam proses persalinan dapat berakibat kecacatan pada bayi, oleh karena itu pemberin vitamin K menjadi langkah yang tepat untuk mencegah kejadian tersebut sebesar 54,3%. Sebesar 57,1% bidan menyatakan setuju bahwa dengan pemberian vitamin K bidan yakin bayi tidak

No Keterangan

Bobot nilai

Skor

1 2 3 4 5

n % n % n % n % n %

9 Vitamin K dapat disuntikkan secara intramuskular di daerah mana saja pada tubuh bayi,

2 5,7 11 31,4 2 5,7 16 45,7 4 11,4 114

10 Setelah bayi

mendapatkan vitamin K , maka tidak perlu dilakukan observasi

1 2,9 9 25,7 1 2,9 21 60,0 3 8,6 121

11 Kualitas pelayanan kesehatan bagi bayi baru lahir dapat tercapai jika pelayanan dasar dilakukan secara komprehensi

0 0,0 0 0,0 7 20,0 13 37,1 15 42,9 148

12 Perdarahan intrakranial dalam proses persalinan dapat berakibat kecacatan pada bayi, oleh karena itu pemberin vitamin K menjadi langkah yang tepat untuk mencegah kejadian tersebut

0 0,0 5 14,3 7 20,0 4 11,4 19 54,3 142

J u m l a h skor yang jawaban yang sesuai 1498

Skor jawaban yang ideal : (skor tertinggi x banyak pertanyaan x banyak sampel) = 5 x 12 x 35

2100 maka sikap bidan tentang Pemberian vitamin K1 adalah : (1498/2100) x 100 % 71,33%


(58)

mengalami perdarahan. Sebesar 37,1% bidan menyatakan ragu-ragu bahwa penyuntikan vitamin K dilakukan secara steril. Sebesar 31,4 bidan menyatakan tidak setuju bahwa vitamin K dapat disuntikkan secara intramuskular di daerah mana saja pada tubuh bayi. Sebesar 8,6% bidan menyatakan sangat tidak setuju bahwa bayi yang lahir tidak ditolong bidan, maka pemberian vitamin K boleh dilakukan kapan saja. Sikap bidan tentang pemberian vitamin K1 tergolong baik yaitu sebesar 71,33%.

Distribusi responden berdasarkan sikap di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan, seperti terlihat pada Tabel 4.5 berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Kategori Sikap tentang Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan

Tahun 2013

No Sikap n Persentase (%)

1. Baik 24 68,6

2. Kurang baik 11 31,4

Jumlah 35 100,0

Distribusi responden berdasarkan sikap diperoleh bahwa bidan yang bersikap baik sebesar 68,6% dan 31,4% bidan yang bersikap kurang baik.

4.3.5 Ketersediaan Vitamin K1

Di wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun Medan diperoleh bahwa bidan yang mengatakan vitamin K1 tersedia di tempat praktik sebanyak 35 orang (100,0%).

Tabel 4.9 Distribusi Kategori Ketersediaan Vitamin K1 di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

No Ketersediaan Vitamin K1 n Persentase (%)

1. Tersedia 35 100,0

2. Tidak tersedia 0 0,0


(59)

4.3.6 Program Pemerintah

Berdasarkan hasil penelitian tentang Program Pemerintah yang dilakukan pada 35 responden diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.10 Distribusi Kategori Program Pemerintah tentang Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun

Medan Tahun 2013

No Program Pemerintah n Persentase (%)

1. Terlaksana 6 17,1

2. Tidak terlaksana 29 82,9

Jumlah 35 100,0

Program pemerintah tentang pemberian vitamin K1 pada bayi baru lahir yang mengatakan terlaksana sebesar 17,1% sedangkan yang tidak terlaksana sebesar 82,9%.

4.3.7 Gambaran Pengetahuan, Masa Kerja dan Pemberian Vitamin K1

Gambaran mengenai pengetahuan, masa keja dan pemberian vitamin K1 pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan, Masa Kerja dan Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan

Tahun 2013

Masa Kerja

Pemberian Vitamin K1

Memberikan Tidak

Memberikan

Total

n % n % n %

>5 tahun Pengetahuan Baik 4 66,7 2 33,3 6 100 Kurang 1 16,7 5 83,3 6 100,0 Pengetahuan Baik 20 95,2 1 4,8 21 100,0


(1)

Program Pemerintah * Memberi Vitamin K

Crosstab

Memberi Vitamin K

Total Memberikan Tidak

Memberikan

Program Pemerintah Terlaksana Count 4 2 6

% within Program Pemerintah 66.7% 33.3% 100.0%

% of Total 11.4% 5.7% 17.1%

Tidak terlaksana

Count 22 7 29

% within Program Pemerintah 75.9% 24.1% 100.0%

% of Total 62.9% 20.0% 82.9%

Total Count 26 9 35

% within Program Pemerintah 74.3% 25.7% 100.0%

% of Total 74.3% 25.7% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Point Probability

Pearson Chi-Square .220a 1 .639 1.000 .493 Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .211 1 .646 1.000 .493

Fisher's Exact Test .635 .493

Linear-by-Linear Association

.214c 1 .644 1.000 .493 .332

N of Valid Cases 35

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.54.

b. Computed only for a 2x2 table


(2)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent Selected Cases Included in Analysis 35 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 35 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 35 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original

Value Internal Value

Memberikan 0

Tidak memberikan

1

Categorical Variables Codings

Frequency

Parameter coding

(1)

Sikap Baik 24 .000

Kurang baik 11 1.000

Pengetahuan Baik 27 .000

Kurang baik 8 1.000

Masa Kerja >5 tahun 12 .000


(3)

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

Memberi Vitamin K

Percentage Correct Memberikan

Tidak memberikan

Step 0 Memberi Vitamin K Memberikan 26 0 100.0

Tidak memberikan 9 0 .0

Overall Percentage 74.3

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -1.061 .387 7.524 1 .006 .346

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Masa kerja(1) 10.171 1 .001

Pengetahuan(1) 13.187 1 .000

Sikap(1) 3.272 1 .070

Overall Statistics 16.337 3 .001


(4)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 12.069 1 .001

Block 12.069 1 .001

Model 12.069 1 .001

Step 2 Step 3.880 1 .049

Block 15.949 2 .000

Model 15.949 2 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 27.834a .292 .429

2 23.954a .366 .538

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 .000 0 .

2 .097 2 .953

Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test

Memberi Vitamin K = Memberikan

Memberi Vitamin K = Tidak memberikan

Total Observed Expected Observed Expected

Step 1 1 24 24.000 3 3.000 27


(5)

Step 2 1 20 19.862 1 1.138 21

2 4 4.138 2 1.862 6

3 1 1.138 1 .862 2

4 1 .862 5 5.138 6

Classification Tablea

Observed

Predicted

Memberi Vitamin K

Percentage Correct Memberikan

Tidak memberikan

Step 1 Memberi Vitamin K Memberikan 24 2 92.3

Tidak memberikan 3 6 66.7

Overall Percentage 85.7

Step 2 Memberi Vitamin K Memberikan 25 1 96.2

Tidak memberikan 4 5 55.6

Overall Percentage 85.7

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.

Lower

Step 1a Pengetahuan(1) 3.178 1.021 9.696 1 .002 24.000 3.24 Constant -2.079 .612 11.531 1 .001 .125

Step 2b Masa kerja(1) -2.062 1.066 3.741 1 .053 .127 .01 Pengetahuan(1) 2.583 1.114 5.376 1 .020 13.236 1.49

Constant -.798 .812 .966 1 .326 .450

a. Variable(s) entered on step 1: Pengetahuan.


(6)

Model if Term Removed

Variable

Model Log Likelihood

Change in -2 Log

Likelihood df

Sig. of the Change

Step 1 Pengetahuan -19.952 12.069 1 .001

Step 2 Masa kerja -13.917 3.880 1 .049

Pengetahuan -14.945 5.937 1 .015

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 1 Variables Masa_kerja(1) 4.529 1 .033

Sikap(1) .419 1 .518

Overall Statistics 4.900 2 .086

Step 2 Variables Sikap(1) .471 1 .492


Dokumen yang terkait

Faktor – faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

2 75 115

Pelaksanaan Pemberian Vitamin K oleh Bidan Pada Bayi Baru Lahir di Puskesmas Kecamatan Medan Marelan Tahun 2010

3 57 46

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI BIDAN DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANCUR BATU TAHUN 2015 Rani Gartika Silalahi

0 0 12

Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

0 0 23

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vitamin - Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

0 0 16

Faktor-faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Vitamin K1 pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2013

0 0 16

II. Petunjuk Pengisian Isilah data dengan benar - Faktor – faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 27

Faktor – faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Faktor – faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 10

Faktor – faktor yang Memengaruhi Bidan dalam Pemberian Imunisasi Hepatitis B pada Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Tahun 2014

0 0 17