49
Gambar 2 Hekwieler
kapal beroda di Batang Hari ke Jambi
Sumber: http:media-kitlv.nl., diakses 12 September 2016
3.3.1 Pola Perdagangan Karet
Pola perdagangan karet rakyat di Jambi mengalami perubah yang cukup signifikan pada tahun 1920.Hal ini terlihat dari perdagangan yang dilakukan sebelum
tahun 1920, pengumpulan karet yang dilakukan oleh pedagang perantara yang berada di pedalaman Jambi. Para pedagang perantara ini mendapatkan informasi harga karet
dari pedagang besar yang ada di ibu kota Jambi melalui telegram. Jadi ada perbedaan
Universitas Sumatera Utara
50
waktu antara kedatangan informasi dan waktu pengangkutan karet ke kapal beroda dari pedalaman hingga ke Jambi.
Perbedaan waktu yang terjadi ini menyebabkan terjadinya spekulasi harga dalam pembelian karet rakyat. Perbedaan harga yang dibayarkan oleh pedagang
perantara kepada petani karet dan perbedaan harga karet yang dibayarkan pedagang besar kepada perantara, perbedaan harga ini juga didasari oleh berbagai faktor yaitu:
• Biaya transport pengiriman dari desa produsen ke Jambi,
• Biaya pengankutan dan penurunan karet dari kapal,
• Perkiraan kehilangan berat karena menyusutnya air dan kotoran pada karet
olahan selama perjalan ke Jambi, dan •
Keuntungan untuk pedagang perantara dan keuntungan yang diambil rata rata antara 2,5 sampai 3 Straits Dollar per pikul
67
Perubahan pola perdagangan ini terjadi karena munculnya perdagangan yang secara langsung diangkut dengan rakit langsung menuju ke Jambi, selain itu
meningkatnya peran pedagang pribumi Jambi, yang pada sebelumnya tidak memiliki peran dalam penyaluran hasil dagang. Hal ini berbeda sekali bila dilihat pada sebelum
tahun 1920, hampir seluruh kegiatan perdagangan yang terjadi di hulu sampai hilir Jambi didominasi oleh pedagang Cina, mulai dari kegiatan ekspor karet ke Singapura,
67
De Indische Mercuur, 12 Mei 1926 No.19,hlm 353
Universitas Sumatera Utara
51
pemasokan barang Impor, selain itu pedagang Cina juga menjadi pemilik kapal-kapal yang mengangkut karet menuju ke Jambi.
Setelah karet rakyat melimpah dan harga yang membaik di pasar internasional, para petani Jambi mulai tertarik untuk membawa hasil karetnya sendiri
menuju Jambi.Hal ini dikarenakan oleh prosesnya lebih cepat dan tidak perlu menunggu pedagang perantara untuk datang mengangkut karetnya, selain itu biaya
yang dapat ditekan lebih menguntungkan.Karena karet yang diangkut oleh kapal beroda milik pedagang Cina, petani harus membayar antara f 1 sampai f 2 per pikul.
Sementara jika petani mengangkut sendiri hasil karet menuju ke Jambi menggunakan rakit bisa membawa sekitar 100 sampai dengan 200 pikul, biaya yang dikeluarkan
sekitar f 75 untuk jarak dari Sarolangun menuju Jambi. Perdagangan karet melalui sungai pada tahun 1920-an banyak menggunakan
rakit bambu, rakit yang digunakan untuk menyalurkan hasil karet ke Jambi mampu mengangkut karet yang cukup banyak dengan modal yang sedikit. Dengan
menggunakan rakit para petani dapat menunggu sampai harga karet cukup tinggi, hal ini menjadikan petani mendapatkan harga cukup tinggi untuk karet yang
dijualnya.Berbeda jika karet itu dijual pada pedagang perantara, harga karet pun bisa jatuh ditambah lagi dengan potongan potongan yang diberikan dari para pedagang
Universitas Sumatera Utara
52
perantara tersebut.Selain itu menuggu diatas kapal akan sangat mahal, jika berada di atas rakit akan lebih murah.
68
Dari ketiga kelompok tersebut para pedagang Cina merupakan kelompok yang memiliki jaringan yang cukup kuat, hal ini dikarenakan adanya jaringan dagang
dengan pemilik pabrik remilling di Singapura, selain itu pedagang Cina memiliki kekuatan modal yang besar, dan penguasaan jalur perdagangan dari pedalaman Jambi
sampai ke pelabuhan Jambi.
3.3.2 Dominasi Pedagang Cina