66
BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Analisis data dalah proses menjadikan data memberikan pesan kepada pembaca. Analisis data menjadikan data tersebut mengeluarkan maknanya sehingga para pembaca tidak
hanya mengetahui data melainkan juga mengetahui apa yang ada dibalik itu. Analisis data merupakan tahap pengumpulan data dan informasi, penyederhanaan data kemudian data
dianalisis sampai kepada kesimpulan. Kemudian data yang disajikan berupa kesimpulan data yang sudah dianalisis.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif. Melalui teknik analisis ini data hasil penelitian disusun, diklasifikasikan menjadi bentuk frekuensi, yang
setelah itu diinterprestasikan. Sehingga diperoleh gambaran sebenarnya mengenai peranan Willayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kota
Takengon NAD. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan menggunakan teknik kuesioner dimana sampel dalam penelitian ini 99 orang masyarakat yang ada di Desa
Kemili yang tahu dan memberikan informasi sejauh mana peranan Willayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas di Desa Kemili.
Agar pembahasan tersebut tersusun secara sistematis dan jelas, maka analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan membagi dua sub bab berikut ini:
A. Karakteristik umum responden
B. Peranan Wilayatul Hisbah Sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003
Universitas Sumatera Utara
67
5.2 Karakteristik Umum Responden
Untuk mengenali responden, peneliti menggunakan kuesioner yang juga berisi essay profil untuk di isi oleh responden. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang didapat dengan
menggunakan kuesioner, maka dapat diperoleh karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, usia, agama, pendidikan, pekerjaan dan suku. Untuk lebih jelasnya akan disajikan
kedalam tabel-tabel data hasil penelitian berikut:
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
No Usia
Frekuensi Persentase
1 2
3 4
5 6
7 16-21 tahun
22-27 tahun 28-33 tahun
34-39 tahun 40-45 tahun
46-51 tahun 52-57 tahun
27 23
18 11
9 10
2 27,27
23,23 18,18
11,11 9,09
10,10 2,02
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014 Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.1 dapat diketahui bahwa salah satu
kriteria responden pada penelitian ini yaitu masyarakat secara umum yang terdapat di Desa Kemili. Mayoritas responden yang ditanya mengenai peranan Willayatul Hisbah adalah usia
remaja yaitu berusia 16-21 tahun sebanyak 27 responden 27,27. Usia responden 22-27 tahun dikategorikan dewasa muda dengan 23 responden 23,23, usia 28-33 tahun dengan
18 responden 18,18, usia 46-51 tahun sebanyak 10 responden 10,10 dan sebagaianya.
Universitas Sumatera Utara
68
Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Jenis Kelamin
Frekuensi Persentase
1 2
Laki-laki Perempuan
35 64
35,35 65,65
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.2 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang menjadi sampel berjenis kelamin perempuan berjumlah 64 responden
65,65 dan 35 responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 35 responden 35,35. Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak mempunyai
kriteria tertentu, baik laki-laki dan perempuan dapat dijadikan sampel asalkan merupakan berdomisili di Desa Kemili dan sedikit tahu tentang peran Willayatul Hisbah dalam aksinya
memerangi seks bebas.
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
No Pendidikan
Frekuensi Persentase
1 2
3 4
5 Tidak tamat SD
Tamat SD Tamat SLTP
Tamat SLTA D3 atau Perguruan Tinggi
8 21
17 38
15 8,09
21,21 17,17
38,38 15,15
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pola pikir individu. Baik berupa wawasan, pemahaman dan pandangan atau persepsi yang dapat menjadi pendorong
bagi individu tersebut dalam menentukan tindakan, pilihan serta berprilaku. Berdasarkan data
Universitas Sumatera Utara
69 yang telah disajikan pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa mayoritas responden merupakan
tamatan SLTA Sekolah Lanjutan Tingkat Atas yaitu dengan 38 responden 38,38, ini artinya, kesadaran masyarakat Desa Kemili terhadap pendidikan dapat dikatakan cukup baik.
Meskipun masih jarang yang berpendidikan hingga tingkat perguruan tinggi, setidaknya sebagian besar masyarakat di Desa Kemili telah menjalani pendidikan hingga tingkat
SLTAsederajat dan wajib belajar 9 tahun hingga SLTPsederajat.
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada masyarakat Desa Kemili yang kurang menyadari arti penting pendidikan. Masyarakat yang kurang menyadari arti penting
pendidikan tersebut beranggapan bahwa mencari penghasilan yang banyak untuk kemapanan ekonomi lebih penting. Bagi mereka hal itu tidak ditentukan oleh tingginya pendidikan
seseorang, tetapi lebih ditentukan oleh berusaha dan bekerja keras.
Tabel 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan
No Pekerjaan
Frekuensi Persentase
1 2
3 4
5 Pegawai Swasta
Pegawai BUMN PNS atau ABRI
Pelajar atau Mahasiswa Ibu Rumah Tangga
29 4
3 48
15 29,29
4,04 3,03
48,48 15,15
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.4 dapat diketahui bahwa mayoritas responden merupakan pelajar atau mahasiswa yaitu sebanyak 48 responden 48,48. Usia
remaja sangat produktif di desa ini dan paling rentan untuk terindikasi melakukan hubungan seks bebas dan membuat mereka melakukan pernikahan dini. Beberapa remaja telah
Universitas Sumatera Utara
70 ditangani oleh Willayatul Hisbah dimana konsekuensinya mereka harus melakukan
pernikahan. Selain itu pegawai swasta sebanayk 29 responden 29,29. Beberapa responde
Karakteristik responden berdasarkan agama
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan dapat diketahui bahwa mayoritas responden beragama Islam. Meskipun terdapat berbagai suku di desa ini, namun
mereka belajar Islam dan akhirnya masuk Islam.
Tabel 5.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Suku
No Suku
Frekuensi Persentase
1 2
3 4
5 Aceh
Jawa Batak
Melayu Mandailing
56 23
7 12
1 56,56
23,23 7,08
12,12 1,01
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.5 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 56 responden 56,56 memiliki Suku Aceh sebagai salah satu suku
dominan yang terdapat di Desa Kemili dan selain itu Desa Kemili merupakan tanah Aceh. Indonesia merupakan Negara yang kaya sumber daya alam serta tanahnya yang subur, tidak
itu saja Indonesia juga memiliki kekayaan budaya. Selain itu Suku Jawa dengan 23 responden merupakan suku nomor dua terbanyak penduduknya di Desa Kemili yaitu 23 responden
23,23, Suku Jawa merupakan suku pendatang dimana masyarakat Suku Jawa ke desa ini
untuk berdagang dan bertani.
Universitas Sumatera Utara
71
5.3 Gambaran Pengetahuan Responden Tentang Peranan Wilayatul Hisbah Sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas
Wilayatul Hisbah adalah sebuah institusi yang dihadirkan sebagai sebuah lembaga yang terstruktur dan memiliki managerial dalam menjalankan dan melakukan pengawasan,
pembinaan dan pemberian sanksi terhadap aplikasi s yari‟at Islam ditengah-tengah masyarakat
yang dalam konteks penelitian ini masyarakat di Desa Kemili Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah yang secara khusus memiliki subtansi penerapan
syari‟at Islam di seputar wilayah Serambi Mekkah. Dalam Penelitian Ini dikhususkan mengenai peranan Wilayatul
Hisbah sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Mesum atau Seks bebas yang bertujuan untuk mengurangi perilaku seks bebas tersebut. Gambaran pengetahuan responden tentang
Peranan Wilayatul Hisbah Sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.6 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Adanya Lembaga Willayatul Hisbah
No Keterangan Responden
Frekuensi Persentase
1 2
Ya Tidak
63 36
63,63 36,36
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa mayoritas responden sebanyak 63 responden 63,63 adanya lembaga Willayatul Hisbah di Aceh.
Hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa keberadaan Wilayatul Hisbah sudah sangat umum ditengah-tengah masyarakat di Aceh khususnya Desa Kemili. 36 responden
36,36 tidak mengetahui adanya Willaytul Hisbah karena sebagian masih pendatang dan kurang sadar akan permasalahan lingkungan.
Universitas Sumatera Utara
72
Tabel 5.7 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Adanya Qanun Nomor 14 Tahun 2003
Tentang Khalwat Mesum Atau Seks Bebas No.
Keterangan Responden Frekuensi
Persentase
1 2
Ya Tidak
83 16
83,84 16,16
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Berdasarkan hasil data yang telah disajikan pada tabel 5.7 dapat diketahui bahwa
mayoritas responden yaitu sebanyak 83 responden 83,84 mengetahui tentang adanya
Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas dan sebagian 16n responden 16,16 tidak mengetahui tentang Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat
Mesum atau Seks Bebas. Kesimpulannya bahwa pengetahuan responden akan Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas cukup signifikan dimana
Willayatul Hisbah atau Dinas setempat melakukan sosialisasi yang cukup matang akan sebuah peraturan. Akan tetapi juga dapat dilihat bahwa masih adanya responden yang tidak
mengetahui Qanun tersebut. Hal ini desebabkan Wilayatul Hisbah masih kurang meberikan informasi kepada Masyarakat di Aceh atau belum meratanya informasi tersebut, sehingga
masih sangat perlu ditingkatkan pemberian informasi kepada masyarakat khususnya di Desa Kemili.
Universitas Sumatera Utara
73
Tabel 5.8 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Adanya Sanksi Terhadap Pelanggaran
Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas No
Keterangan Responden Frekuensi
Persentase
1 Ya
97 97,98
2 Tidak Ada
2 2,02
Total 99
100 Sumber: Kuesioner, 2014
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.8 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 97 responden 97,98 mengetahui tentang sanksi pelanggaran Qanun
Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas dan sebagian kecil dari responden yaitu 2 responden 2,02 orang tidak mengetahui tentang sanksi pelanggaran
Qanun. Catatan data yang yang dihasilkan mengenai persentase responden akan pengetahuan tentang sanksi pelanggaran Qanun di Desa Kemili dapat disimpulkan bahwa keberadaan
sanksi tersebut sudah menjadi informasi yang hampir merata dimasyarakat. Terobosan yang dilakukan para pengurus Wilayatul Hisbah baik bersifat langsung
maupun tidak langsung misalnya komunikasi yang bersifat kontak sosial dalam hal menerangkan dan memaparkan keberadaan sanksi atas pelanggaran Qanun bersifat
langsung dan melalui sosial media bersifat tidak langsung tentunya salah satu faktor keberhasilan dalam menyebarluaskan informasi mengenai sanksi atas pelanggaran Qanun
ditengah-tengah masyarakat Desa Kemili. Faktor eksternal seperti enforcement penguatan Qanun-qanun dari pihak pemerintah juga merupakan salah satu keberhasilan Willayatul
Hisbah. Hal ini diharapkan menjadi teladan didalam pelaksanaan syari‟at Islam yang
senantiasa melakukan sosialisasi terhadap keberadaan Qanun tersebut misalnya dalam acara formal dan non-formal pemerintah seperti arisan ibu PKK, apel upacara atau seminar-
seminar pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
74 Pelanggaran Qanun bagi anggota masyarakat telah membentuk sebuah nilai stereotip
konsep yang berhubungan dengan bentuk negatif bagi pelanggar. Bagi anggota masyarakat yang melanggar biasanya mendapat cibiran ataupun sedikit terisolir dari kelompok
masyarakat misalnya berduaan diantara lawan jenis pada jam-jam malam dan lain sebagainya. Keberadaan sanksi laten tersebut tentunya menuntut masyarakat untuk mengerti
Qanun walaupun sebagian besar diantara mereka kurang memahami secara tulisan tetapi mereka dapat belajar dari bentuk kebiasaan ataupun caramah-ceramah merupakan bentuk
lisan sehingga terhindar dari sanksi tersebut. Akan tetapi masih ada juga yang tidak mengetahui pemberian sanksi tersebut. Hal ini karena masih sangat jarang sekali pemberian
sanksi ini diberikan dan di laksanakan.
Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Razia Di Tempat-Tempat Pelanggaran Syari’at
Islam
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan bahwa keseluruhan responden pernah mengetahui adanya razia yang dilakukan Wilayatul Hisbah di Desa Kemili. Salah satu
peranan Wilayatul Hisbah dalam pengawasan adalah melakukan razia di tempat-tempat yang diduga telah terjadi pelanggaran atas Qanun khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang
perbuatan khalwat mesum atau seks bebas baik itu di warung internet, hotel atau motel maupun diskotik atau kafe-kafe. Kegiatan ini diharapkan dapat mengurangi seks bebas
bahkan menghilangkan perbuatan yang salah menurut Syari‟at Islam.
Universitas Sumatera Utara
75
Tabel 5.9 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Patroli Untuk Mengawasi Di Tempat-Tempat
Pelanggaran Syari’at Islam Khususnya Seks Bebas
No Keterangan Responden
Frekuensi Persentase
1 2
Pernah Tidak Pernah
98 1
98.99 1,01
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Salah satu peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 adalah pengawasan berbentuk patroli yang dilakukan petugas
Wilayatul Hisbah. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 98 responden 98,99 mengetahui bahwa Willayatul Hisbah
pernah melakukan patroli untuk mengawasi di tempat-tempat pelanggaran Sya ri‟at Islam
khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas. Patroli
yang dilakukan sering saat malam hari yaitu diatas pukul 20.00 WIB.
Tabel 5.10 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Sosialisasi Kepada Masyarakat Tentang Adanya
Peraturan-PeraturanQanun- Qanun Syari’at Islam Tentang Khalwat Mesum atau
Seks Bebas No
Keterangan Responden Frekuensi
Persentase
1 2
Pernah Tidak Pernah
94 5
94.94 5,06
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Universitas Sumatera Utara
76 Salah satu peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas sesuai Qanun
Nomor 14 Tahun 2003 adalah pembinaan berbentuk sosialisasi yang dilakukan petugas Wilayatul Hisbah Kepada masyarkat agar masyarakat mengetahui adanya peraturan-peraturan
atau Qanun-Qanun Sya ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat
Mesum atau seks bebas. Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 94 responden 94,94 mengetahui adanya
sosialisasi yang dilakukan oleh Wilayatul Hisbah kepada masyarakat tentang adanya peraturan-peraturan atau Qanun-Qanun Sya
ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas.
Sosialisasi yang dimaksud adalah segala tindakan yang dilakukan Willayatul Hisbah untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai Qanun tersebut. Adapun bentuk
sosialisasi yang dilakukan seperti dialog interaktif, ceramah di pengajian dan lain-lain. Tetapi, terdapat 5 responden 5,05 yang tidak mengetahui adanya sosialisasi tersebut. Hal
ini menunjukkan bahwa Wilayatul Hisbah masih sangat perlu meningkatkan sosialisasinya sehingga masyarakat mengetahui akan adanya peraturan-peraturan Sya
ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas.
Tabel 5.11 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Ceramah Di Pengajian Mengenai
Syari’at Islam Khususnya Tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas
No. Keterangan Responden
Frekuensi Persentase
1 2
Pernah Tidak Pernah
92 7
92,92 7,08
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Universitas Sumatera Utara
77 Salah satu peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas sesuai Qanun
Nomor 14 Tahun 2003 tentang khalwat mesum atau seks bebas adalah pembinaan berbentuk sosialisasi yang salah satunya adalah ceramah di pengajian dilakukan petugas
Wilayatul Hisbah Kepada masyarkat agar masyarakat mengetahui adanya peraturan-peraturan atau Qanun-
Qanun Syari‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas. Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.11 dapat
diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 92 responden 92,92 mengetahui adanya ceramah yang dilakukan Wilayatul Hisbah tentang adanya peraturan-peraturan atau Qanun-
Qanun Sya ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum
atau seks bebas. Namun sebagian kecil masyarakat yang menjadi responden yaitu 7 responden 7,08, hal ini dikarenakan kurang adanya kesadaran diri dari masyarakat
tersebut untuk datang ke pengajian sehingga mereka tidak mengetahui adanya sosialisasi tersebut.
Tabel 5.12 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Dialog Interaktif Di Radio Tentang
Syari’at Islam Khususnya Khalwat Mesum atau Seks Bebas
No Keterangan Responden
Frekuensi Persentase
1 2
Pernah Tidak Pernah
89 10
89,89 10,11
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Salah satu peranan Wilayatul Hisbah dalam mengurangi seks bebas sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang khalwat mesum atau seks bebas adalah pembinaan
berbentuk sosialisasi yang salah satunya adalah dialog interaktif di radio agar masyarakat mengetahui adanya peraturan-peraturan atau Qanun-Qanun Sya
ri‟at Islam khususnya Qanun
Universitas Sumatera Utara
78 Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas. Berdasarkan data yang
disajikan pada tabel 5.12 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 89 responden 89,89 mengetahui adanya dialog interaktif yang dilakukan Wilayatul Hisbah. Namun
sebagian kecil responden yaitu 10 responden 10,11 tidak mengetahui adanya dialog interaktif yang dilakukan Wilayatul Hisbah. Hal ini menunjukkan dialog interaktif diradio
tidak terlalu efesien, hal ini disebabkan ssaat ini masyarakat kurang maun mendengarkan mendengarkan radio karena dinilai tidak zamannya lagi dimana masyarakat saat ini lebih
suka menonton TV ataupun mengakses internet.
Tabel 5.13 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Sosialisasi Dengan Cara Seminar Di Sekolah-
Sekolah Tentang Syari’at Islam Khususnya Tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas
No Keterangan Responden
Frekuensi Persentase
1 2
Pernah Tidak Pernah
89 10
89,89 10,11
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Seminar yang dilakukan Wilayatul Hisbah di sekolah-sekolah merupakan salah satu cara sosialisasi yang bertujuan untuk pembinaan yang diharapkan dapat membina khususnya
remaja untuk tidak melakukan seks bebas. Remaja merupakan nsalah satu pihak yang rentan untuk melakukan aktivitas seks bebas pada saat ini. Seks bebas merupakan sebuah tindakan
yang tidak sesuai dengan Qanun Nomor 14 tahun 2003. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.13 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden yaitu sebanyak 89 responden 89,89 mengetahui adanya seminar disekolah- sekolah mengenai Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas
yang dilakukan oleh Willayatul Hisbah. Namun seminar yang dilakukan masih meninggalkan
Universitas Sumatera Utara
79 catatan-catatan kecil dimana seminar yang dilakukan Willayatul Hisbah masih belum merata
dan masih sangaat sedikit dilakukan. Hal ini terbukti dari masih ada juga responden yang menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya seminar di sekolah-sekolah tersebut.
Tabel 5.14 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Kerja Sama Dengan Masyarakat Dalam
Menegakkan Syari’at Islam Khususnya Tentang Khalwat MesumSeks Bebas
No Keterangan Responden
Jumlah Persentase
1 2
Pernah Tidak Pernah
96 3
96,97 3,03
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Melakukan kerja sama dengan masyarakat dalam menegakkan Sya ri‟at Islam
khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas yang dilakukan oleh Wilayatul Hisbah merupakan salah satu cara pembinaan yang bertujuan untuk
menghilangkan atau meminimalisir perilaku menyimpang seks bebas di Desa Kemili. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.14 dapat diketahui bahwa mayoritas responden
yaitu 96 responden 96,97 mengatakan pernah mengetahui adanya kerja sama antara Wilayatul Hisbah dengan masyarakat dalam menegakkan Sya
ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas dimana kerjasama tersebut
cukup memuaskan. Hal ini disebabkan Wilayatul Hisbah sering melakukan kerja sama dengan masyarakat dengan pelantara Geuchik Gampong Kampung atau Desa Kemili untuk
mensosialisasikan ataupun melakukan pengawasan di Desa Kemili. Bagi masyarakat yang pernah melihat atau tahu tentang aktivitas seks bebas maka akan langsung ditindak lanjuti
dan diserahkan kepada Wilayatul Hisbah.
Universitas Sumatera Utara
80
Tabel 5.15 Wilayatul Hisbah Pernah Memberikan Nasehat Kepada Setiap Masyarakat Yang
Melanggar Syari’at Islam Khususnya Tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas
No Keterangan Responden
Frekuensi Persentase
1 2
Pernah Tidak Pernah
97 2
97,98 2,02
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Setelah tertangkap oleh Wilayatul Hisbah, pelaku mesum atau seks bebas idealnya akan diberikan nasehat yang bertujuan untuk membuat pelaku tersebut tidak melanggar
Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas lagi. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.15 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu
sebanyak 97 responden 97,98 mengetahui bahwa Wilayatul Hisbah pernah memberikan nasehat kepada setiap masyarakat yang melanggar Sya
ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Khalwat Mesum atau seks bebas. Hanya sebagian kecil yang tidak
mengetahui yaitu sebanyak 2 responden 2,02.
Tabel 5.16 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Ceramah Di Masjid-Masjid Tentang
Syari’at Islam Khususnya Tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas
No Keterangan Responden
Frekuensi Persentase
1 2
Pernah Tidak Pernah
89 10
62.96 37.04
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Universitas Sumatera Utara
81 Ceramah di masjid-masjid tentang Sya
ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas yang dilakukan oleh Wilayatul Hisbah
merupakan tindakan pembinaan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan moral dan ketebalan iman masyarakat untuk tidak melakukan tindakan tercela yang melanggar Qanun
Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas. Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 5.16 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 89
responden 89,89 mengetahui adanya ceramah di masjid-masjid tentang Sya ri‟at Islam
khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas. Sebagian kecil responden tidak mengetahui adanya ceramah tersebut yaitu 10 respoonden
10,11, hal tersebut dikarenakan kurang kesadaran diri dari masyarakat akan kegiatan tersebut.
Tabel 5.17 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Hukuman Cambuk 3-9 Kali Atau Denda Rp.
2.500.000 - Rp. 10.000.000 Bagi Yang Melanggar Syari’at Islam Khususnya Qanun
Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas No
Keterangan Responden Frekuensi
Persentase
1 2
Ya Tidak
89 11
89,89 11,11
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Hukuman Cambuk 3-9 kali atau denda Rp. 2.500.000 - Rp. 10.000.000 bagi yang melanggar Sya
ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas merupakan tindakan pemberian sanksi yang dilakukan Wilayatul Hisbah
yang bertujuan untuk menghilangkan prilaku seks bebas atau mesum. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.17 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 89
Universitas Sumatera Utara
82 responden dengan persentase 89,89 mengetahui adanya hukuman cambuk tersebut. Namun
11 responden tidak mengetahui hukuman cambuk atau sanksi tersebut. Hal ini dikarenakan masih sangat jarang sekali sanksi tersebut dilaksanakan di Kampung Kemili. Disini peneliti
sebut di Kampung Kemili karena memang pelaksanaan hukuman cambuk pelaksanaannya di kabupaten, tepatnya dihalaman Masjid Raya. Padahal sanksi tersebut merupakan peraturan
daerah yang legal dan idealnya dilaksanakan, jika tidak dilaksanakan untuk apa ada hukuman tersebut, bukannya lebih baik tidak ada dan sebaiknya dipakai hukuman Nasional.
Tabel 5.18 Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan Hukuman Kurungan 2-6 Bulan Atau Denda Rp.
5.000.000 – Rp. 15.000.000 Bagi yang Melanggar Syari’at Islam Khususnya Qanun No.
14 Tahun 2003 Tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas No
Keterangan Responden Frekuensi
Persentase
1 2
Ya Tidak
21 78
21,21 78,79
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Hukuman kurungan 2-6 Bulan atau denda Rp. 5.000.000 – Rp. 15.000.000 bagi yang
melanggar Sya ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum
atau seks bebas merupakan tindakan pemberian sanksi yang dilakukan oleh Wilayatul Hisbah. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.18 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden yaitu 78 responden dengan persentase 78,79 tidak mengetahui adanya pemberian sanksi tersebut. Hal ini disebabkan masih jarangnya penerapan sanksi tersebut di Desa
Kemili, sangat ironi sekali Qanun tersebut tidak dilaksanakan.
Universitas Sumatera Utara
83
Tabel 5.19 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan
Hukuman Sanksi Diarak Keliling Kampung dan Dinikahkan Bagi Yang Terbukti Melakukan Hubungan Intim Melanggar
Syari’at Islam Khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 Tentang Khalwat Mesum atau Seks Bebas
No Keterangan Responden
Frekuensi Persentase
1 2
Ya Tidak
68 31
68,69 31,31
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Sanksi diarak keliling Kampung dan dinikahkan bagi yang terbukti melakukan hubungan intim melanggar Sya
ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks bebas merupakan tindakan pemberian sanksi yang dilakukan
Wilayatul Hisbah dan telah diterapkan di Desa Kemili. Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.19 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu 68 responden 68,69
mengetahui adanya sanksi tersebut. Sanksi tersebut direalisasikan dalam bentuk arak-arakan keliling Kampung dan dinikahkan bagi yang terbukti melakukan hubungan intim melanggar
Sya ri‟at Islam khususnya Qanun Nomor 14 Tahun 2003 tentang Khalwat Mesum atau seks
bebas dan hukuman cambuk sesuai Qanun Nomor 14 Tahun 2003.
Universitas Sumatera Utara
84
Tabel 5.20 Gambaran Pengetahuan Responden Mengenai Wilayatul Hisbah Pernah Melakukan
Sanksi Yang Terdapat Pada Point Nomor 13, 14 dan 15 Pernah Dilaksanakan No
Keterangan Responden Frekuensi
Persentase
1 2
Pernah Tidak Pernah
88 11
88,89 11,11
Total 99
100
Sumber: Kuesioner, 2014
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.20 dapat diketahui bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 88 responden mengetahui Willayatul Hisbah pernah melaksanakan
sanksi cambuk, diarak dan dinikahkan bagi yang melanggar Qanun di Desa Kemili. Meskipun hanya beberapa orang namun penerapan aturan tersebut sangat penting untuk
menekan angka seks bebas di Desa Kemili. Sanksi yang sering diterapkan hukuman di arak dan dinikahkan dibandingkan dengan hukuman cambuk bagi pelaku yang melanggar Qanun
Nomor 14 tahun 2003 tentang khalwat mesum atau seks bebas.
Universitas Sumatera Utara
85
BAB VI PENUTUP