56
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tamatan Pendidikan
No Tamatan
Jumlah Frekuensi
Laki-laki Perempuan
1 2
3 4
SDSederajat SLTPSederajat
SMASederajat Perguruan Tinggi
95 118
1425 712
380 357
4275 2138
475 475
5700 2850
Total 2350
7150 9500
Sumber: Kantor Kecamatan Bebesen, 2014 Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa mayoritas
penduduk di Kampung Kemili merupakan tamatan Sekolah Menengah Atas yaitu 5700 jiwa dimana berjenis kelamin laki-laki 1425 jiwa dan 4275 berjenis kelamin perempuan. Kesdaran
penduduk akan sebuah pendidikan di Kampung Kemili dinilai cukup tinggi dimana 50 dari penduduknya menamatkn belajar 12 tahun.
4.3.3 Keadaan Sosial Penduduk Kampung Kemili
Masalah keluarga sejahtera dan kesejahteraan sosial adalah masalah interaksi antara manusia dan lingkungan sosialnya dengan segala kompleksitas dan implikasinya. Berbagai
usaha peningkatan keluarga sejahtera dan kesejahtraan sosial yang dilaksnankan pemerintah kampung, masyarakat, dan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM tidak lain adalah untuk
mengatasi berbagai maslah sosial yang lebih nyata dan luas. Seperti kemiskinan, tuna sosial, kriminalitas, kemaksiatan dan kegiatan amoral lainnya.
Kendati telah ada berbagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, namun tingkat kesejahteraan yang dicapai masi jauh dari yang di harapkan. Krisis ekonomi yang
Universitas Sumatera Utara
57 belum pulih sepenuhnya, ditambah lagi dengan situasi pasca konplik telah menyababkan
kondisi kesejahteraan sosial masyarakat di daerah ini semakin memprihatinkan. Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesejahteraan sosial saat ini adalah
bagaimana mencegah bertambahnya masalah sosial, khususnya adalah masalah kemiskinan, disamping bagaimana pula mewujudkan rasa aman dan upaya perlindungan sosial bagi
masyarakat dapat dioptimalkan. Selain itu bagaimana mengedepankan partisipasi masyarakat dengan menggali dan mengembangkan kepedulian sosial, seperti kesetiakawaan sosial, dan
sikaf gotong royong sehingga dapat membantu mengatasi berbagai masalah sosial.
4.3.4 Keadaan Budaya Kependudukan Kampung Kemili
Penduduk kampung kemili terdiri atas beberapa suku, seperti Gayo, Aceh, Jawa, minang, Alas, Batak dan lain-lain, namun keseragaman penduduk tersebut membuat kemili
sebagai kampung yang mempunyai nilai peradaban yang tinggi dengan tingkat keramah tamahan penduduknya yang saling menghargai satu sama lain serta didukung oleh Seni dan
Budaya.
Namun keseragaman seni dan peradaban yang dimiliki akibat campuran berbagai suku sering membuat Sastra tradisional dan kesenian khas penduduk local hamper tidak
dikenal lagi, untuk menghindari tersolirnya budaya lokal, pemerintah Aceh Tengah yang didukung oleh Lembaga Adat dan Seni Gayo terus menggelar perlombaan secara periodik
sehingga akan mendorong tumbuhnya minat mencipta di kalangan seniman dan budayawan. Rumah adat yang terletak di kampung kemili menjadi sentral kegiatan seni dan tradisi
masyarakat gayo dan merupakan wadah menghimpun bakat dan kreasi muda. Pembinaan, pelatihan dan seragam kesenian yang diperlukan demi kelestariannya Kesenian dan Budaya
yang ada serta Pembangunan Umah Edet merupakan prasaran sebagai tempat atau sanggar
Universitas Sumatera Utara
58 Latihan berbagai kebudayaan dan menjadi kebanggan masyarakat Kampung Kemili tentunya,
namun belum difungsikan secara optimal.
Era repormasi dan demokratis seperti sekarang ini berpeluang besar menggusur nilai- nilai budaya leluhur serta bercampur aduknya aneka ragam kebudayaan, sehingga
berimplikasi negatif terhadap ketahanan budaya daerah. Jika hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan akan terjadi pandangkalan nila-nilai moral dan nilai-nilai leluhur budaya yang
berakibat merosotnya harga diri dan martabat masyarakat daerah.
Asimilasi kebudayaan lokal terhadap budaya yang datang dari luar Kampung Kemili haruslah berimplikasi positif terhadap upaya pengembangan dan pembangunan di kabupaten
ini. Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kebudayaan kedepan adalah bagaimana menjadikan budaya-budaya luar sebagai pendukung percepatan pencapaian tujuan
pembangunan, dengan menolak budaya-budaya luar yang negatif yang tidak sesuai dengan syariat islam, dan menerima unsur-unsur budaya luar yang positif. Oleh karena itu,
bagaimana membentuk daya tangkal swakarsa di tengah-tengah masyarakat merupakan tantangan yang harus dihadapi.
4.3.5 Keadaan Ekonomi Penduduk Kampung Kemili Tabel 4.6