Penatalaksanaan Benign Prostatic Hyperplasia .1 Definisi

2.2.8 Penatalaksanaan

Tujuan terapi pada pasien BPH adalah memperbaiki kualitas hidup pasien. Pilihannya adalah: konservatif watchful waiting, medikamentosa, pembedahan, dan lain-lain. 9 1. Konservatif Watchful Waiting Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien dengan skor IPSS 7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Pada terapi ini, pasien dapat diberikan penjelasan mengenai segala sesuatu hal yang mungkin dapat memperburuk keluhan, misalnya: 1. Jangan banyak minum dan mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, 2. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada kandung kemih kopi atau cokelat, 3. Batasi penggunaan obat influenza yang mengandung fenilpropanolamin, 4. Jangan menahan kencing terlalu lama, 5. Penanganan konstipasi. Pasien diminta untuk datang kontrol berkala 3-6 bulan untuk menilai perubahan keluhan yang dirasakan, IPSS, uroflowmetry, maupun volume residu urin. 9 2. Medikamentosa Terapi ini diberikan pada pasien dengan skor IPSS 7. Jenis obat yang digunakan adalah: a. α₁-blocker Pengobatan dengan α₁-blocker bertujuan untuk menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga mengurangi resistensi tonus leher kandung kemih dan uretra. Beberapa obat yang tersedia, yaitu terazosin, doksazosin, alfuzosin, dan tamsulosin yang cukup diberikan sekali sehari. 9 b. 5α-reductase inhibitor 5ARI 5ARI bekerja dengan cara menginduksi apoptosis sel epitel prostat yang kemudian mengecilkan volume prostat hingga 20 - 30. Saat ini terdapat 2 jenis 5ARI yang dipakai untuk mengobati BPH, yaitu finasteride dan dutasteride. 9 Universitas Sumatera Utara c. Antagonis Reseptor Muskarinik Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan antagonis reseptor muskarinik bertujuan untuk menghambat atau mengurangi stimulasi reseptor muskarinik sehingga akan mengurangi kontraksi sel otot polos kandung kemih. Beberapa obat antagonis reseptor yang terdapat di Indonesia adalah fesoterodine fumarate, propiverine HCL, solifenacin succinate, dan tolterodine I-tartrate. 9 d. Phospodiesterase 5 Inhibitor PDE 5-inhibitor PDE 5-inhibitor meningkatkan konsentrasi aktivitas dan cyclic guanosine monophosphate cGMP intraseluler, sehingga dapat mengurangi tonus otot polos detrusor, prostat, dan uretra. Saat ini di Indonesia terdapat 3 jenis PDE 5-inhibitor yang tersedia, yaitu sildenafil, vardenafil, dan tadalafil. 9 e. Terapi Kombinasi  α₁-blocker + antagonis reseptor muskarinik. Terapi kombinasi ini bertujuan untuk memblok α₁-adrenoreceptor dan cholinoreceptors muskarinik M2 dan M3 pada saluran kemih bawah. Terapi kombinasi ini dapat mengurangi frekuensi berkemih, nokturia, urgensi, episode inkontinensia, skor IPSS dan memperbaiki kualitas hidup dibandingkan dengan α₁-blocker atau plasebo saja. 9 f. Fitofarmaka Beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan tertentu dapat dipakai untuk memperbaiki gejala, tetapi data farmakologis tentang kandungan zat aktif yang mendukung mekanisme kerja obat fitoterapi sampai saat ini belum diketahui dengan jelas. Diantara fitoterapi yang banyak dipasarkan adalah: Pygeum africanum , Serenoa repens, Hypoxis rooperi, Radix urtica, dan masih banyak lainnya. 9 3. Pembedahan Indikasi tindakan pembedahan, yaitu pada BPH yang sudah menimbulkan komplikasi, seperti: retensi urin akut, gagal Trial Without Catheter TwoC, infeksi saluran kemih berulang, hematuria makroskopik berulang, batu kandung kemih, penurunan fungsi ginjal yang disebabkan oleh obstruksi akibat BPH, dan perubahan patologis pada kandung kemih dan saluran kemih bagian atas. 9 Universitas Sumatera Utara Indikasi relatif lain untuk terapi pembedahan adalah keluhan sedang hingga berat, tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian terapi non bedah, dan pasien yang menolak pemberian terapi medikamentosa. 9 a. Invasif Minimal - Transurethral Resection of the Prostate TURP TURP merupakan tindakan baku emas pembedahan pada pasien BPH dengan volume prostat 30 - 80 ml. Secara umum, TURP dapat memperbaiki gejala BPH hingga 90 dan meningkatkan laju pancaran urin hingga 100. 9 - Laser Prostatektomi Terdapat 5 jenis energi yang dipakai untuk terapi invasif BPH, yaitu: Nd:YAG, Holmium:YAG, KTP:YAG, Green Light Laser, Thulium:YAG Tm:YAG, dan diode. Penggunaan laser pada terapi pembesaran prostat jinak dianjurkan pada pasien yang terapi antikoagulannya tidak dapat dihentikan. 9 - Lain-lain Tindakan invasif minimal lainnya adalah: Transurethral Incision of the Prostate TUIP atau insisi leher kandung kemih bladder neck insicion, termoterapi kelenjar prostat dengan gelombang panas yang dihasilkan dari berbagai cara, seperti Transurethral Microwave Thermotherapy TUMT, Transurethral Needle Ablation TUNA, dan High Intensity Focused Ultrasound HIFU, dan stent. 9 b. Operasi Terbuka Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui transvesikal Hryntschack atau Freyer dan retropubik Millin. Pembedahan terbuka dianjurkan pada prostat yang volumenya lebih dari 80 ml. Prostatektomi terbuka adalah cara operasi yang paling invasif dengan morbiditas yang lebih besar. 2,9 2.3 Diabetes Mellitus Tipe 2 2.3.1 Definisi

Dokumen yang terkait

Hubungan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

16 180 62

Hubungan Riwayat Diabetes Mellitus Dengan Penyakit Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan 2015

0 0 2

Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

0 0 13

Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

0 0 3

Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

0 0 16

Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

0 0 4

Hubungan Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan Kejadian Benign Prostatic Hyperplasia di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2015

0 0 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) - Hubungan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

0 0 16

Hubungan Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

0 0 15