BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Setengah dari responden remaja putri di SMA Santo Thomas 1 Medan memiliki perilaku diet yang buruk 50
2. Setengah dari responden remaja putri di SMA Santo Thomas 1 medan
memiliki self esteem yang rendah 50 3.
Lebih dari setengah responden remaja putri di SMA Santo Thomas 1 medan memiliki body image yang baik 51,1
4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self esteem dan perilaku
diet 5.
Terdapat hubungan yang signifikan antara body image dan perilaku diet
6.2. Saran
1. Perlu adanya penyuluhan gizi dan kesehatan oleh sekolah untuk perilaku
makan yang baik ditambah dengan bimbingan untuk mengembangkan body image dan self esteem ke arah yang lebih baik
2. Remaja dengan gambaran body image buruk dan tingkat self esteem yang
rendah perlu dibimbing dan diawasi oleh guru konseling untuk menghindari perilaku perilaku diet yang buruk.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor faktor yang
berhubungan dengan self esteem dan perngaruhnya terhadap perilaku makan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diet
Menurut Wahid 2009 diet adalah segala usaha dan perjuangan seseorang untuk membuat tubuh menjadi sehat dan ideal sesuai dengan keinginan dirinya.
Menurut Oxford Dictionaries 2013 diet adalah pola makan seseorang yang berbeda dimana seseorang membatasi atau mengatur jumlah makanan mereka
untuk kepentingan penurunan berat badan atau alasan kesehatan. Menurut Cambridge Dictionaries 2013, diet adalah sebuah pola makan dimana seseorang
membatasi jumlah makannya atau memakan makanan tertentu dengan tujuan untuk menjadi lebih kurus atau untuk kesehatan.
Diet banyak dilakukan orang dengan tujuan sebagai berikut: menjaga kestabilan tubuh, menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh, menjadi langsing,
dan memperindah bentuk tubuh Abdul Wahid, 2009
2.1.1. Diet Sehat
Menurut Harvard School of Public Health 2013 pola makan dalam satu piring makanan yang baik healthy eating plate adalah apabila terdiri dari :
1. Buah buahan dan sayur sayuran
Setengah isi dari piring yang kita makan terisi dengan buah-buahan dan sayur-saturan.
Semakin berwarna dan semakin bervariasi jenis buah-buahan dan sayur- sayuran semakin baik. Kentang dan french fries tidak terhitung sebagai sayur
sayuran dalam healthy eating plate, karena mereka memiliki kadar karbohidrat yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
2. whole grains
whole grains mengisi dari seperempat bagian dari isi piring yang akan kita makan.
Whole wheat, brown rice, dan makanan lain yang terbuat dari bahan tersebut harus mengisi seperempat piring makanan sehari hari. Makanan
tersebut nantinya akan memiliki efek yang kecil terhadap kadar gula darah dibandingkan dengan nasi putih dan jenis refined grains lainnya.
3. Sumber protein yang sehat
Sumber-sumber protein yang sehat mengisi seperempat dari isi piring yang akan kita makan.
Pilihlah ikan, ayam, atau kacang-kacangan karena sumber makanan tersebut memiliki nutrisi yang baik untuk kesehatan, seperti asam lemak
omega 3 pada ikan yang berguna untuk kesehatan jantung dan serat pada kacang-kacangan yang baik untuk pencernaan.
Batasi daging merah seperti daging sapi, lembu, dan babi, serta hindari daging yang telah diolah, seperti sosis, nugget, dan bacon. Sumber makanan
tersebut jika dimakan secara terus-menerus akan meningkatkan resiko
penyakit jantung dan diabetes tipe 2.
4. Penggunakan minyak tanaman yang sehat
Gunakan minyak tanaman seperti olive, jagung, dan bunga matahari dalam memasak. Batasi penggunaan mentega dalam memasak.
5. Minum air putih, kopi, atau teh
Batasi jus buah menjadi satu gelas perhari karena mengandung gula yang tinggi. Hindari minuman dengan gula yang tinggi karena minuman tersebut
hanya mengandung kalori yang tinggi tanpa nutrisi yang bermakna.
Universitas Sumatera Utara
6. Tetap aktif beraktivitas
Tetap aktif sangat penting untuk menjaga berat badan. Lakukan olahraga yang anda sukai secara teratur dan masukkan jam olahraga dalam jadwal
harian anda.
2.1.2. Diet pada Remaja
Remaja dikategorikan rentan terhadap masalah gizi. Menurut Arisman 2003, ada tiga alasan mengapa remaja dikategorikan rentan: pertama, remaja
membutuhkan energi dan zat gizi yang lebih banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan tubuh mereka, kedua, remaja harus melakukan penyesuaian akan
masukan energi dan zat gizi terhadap gaya hidup dan kebiasaan mereka, ketiga, kehamilan, alkohol, obat obatan, keikutsertaan dalam olahraga, dan media akan
mempengaruhi kebutuhan gizi mereka. Remaja belum sepenuhnya matang, baik secara fisik, kognitif, dan
psikososial. Dalam masa pencarian identitas ini, remaja cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kegemaran yang tidak lazim, seperti pilihan untuk menjadi
vegetarian ataupun food fadism, merupakan contoh keterpengaruhan remaja terhadap lingkungannya. Kecemasan akan bentuk tubuh membuat remaja sengaja
tidak makan yang tidak jarang berujung pada anoreksia nervosa. Kebiasaan ini dipengaruhi oleh keluarga, teman, dan media. Teman sebaya berpengaruh besar
pada remaja dalam hal memilih makanan. Ketidakpatuhan terhadap teman dikhawatirkan dapat menyebabkan remaja merasa terkucil dan merusak rasa
percaya diri mereka Arisman, 2003 Berdasarkan suatu penelitian pada 4046 remaja putri pada SMA di
amerika serikat mengenai diet pada remaja menunjukkan bahwa 43 remaja melakukan diet dengan motivasi untuk memperbaiki bentuk tubuh mereka, 25
remaja melakukan diet karena mereka merasa tubuh mereka terlalu berat atau merasa pakaian mereka sudah tidak muat lagi, 14 remaja melakukan diet
berdasarkan rekomendasi dokter, keluarga, atau teman teman mereka, 7 remaja
Universitas Sumatera Utara
melakukan diet karena suatu kejadian tertentu yang memaksa mereka melakukan diet, seperti tarian tertentu dan acara tertentu, 6 remaja melakukan diet karena
mereka merasa harus melakukan diet, 3 remaja melakukan diet dengan alasan kesehatan, dan sisanya karena alasan lain ataupun tidak menjawab Dwyer,
Feldman, Mayer, 1967.
2.1.3. Gangguan Perilaku Diet
Anorexia nervosa dan bulimia nervosa adalah gangguan makan yang mengandung pola makan abnormal. Menurut Papalia 2011 anorexia nervosa
adalah gangguan makan yang ditandai dengan pelaparan diri sedangkan bulimia nervosa adalah gangguan makan dimana seseorang secara reguler mengkonsumsi
makanan dalam jumlah besar kemudian mengeluarkan kembali makanan tersebut dari tubuhnya dengan menggunakan obat pencahar, memuntahkan dengan
sengaja, atau melakukan latihan fisik secara berlebihan. Orang dengan anorexia nervosa tidak ingin atau tidak dapat menjaga berat
tubuh normal mereka. Mereka memiliki ketakutan berlebihan akan kenaikan berat badan meskipun mereka memiliki berat badan yang sangat rendah. Mereka
memiliki pandangan yang salah mengenai bentuk tubuh. Wanita dengan anorexia nervosa akan mengalami gangguan menstruasi dengan tidak adanya menstruasi
dalam tiga sikllus normal Halgin Whitbourne, 2009. Orang dengan bulimia nervosa akan memakan makanan dalam jumlah
yang besar dan mengkompensasi jumlah kalori yang masuk dengan memuntahkan makanan tersebut atau dengan cara ektrim lainnya. Mereka akan memakan jumlah
makanan yang lebih besar dari kabanyakan orang, bahkan kehilangan kendali atas dirinya mengenai makanan yang mereka makan. Orang dengan bulimia nervosa
akan memuntahkan makanan yang mereka makan tadi atau ada yang melakukan aktivitas fisik secara berlebihan Halgin Whitbourne, 2009.
Evaluasi diri yang salah terhadap bentuk tubuh dan rendahnya rasa percaya akan menimbulkan kecemasan dan depresi pada seseorang. Kecemasan
Universitas Sumatera Utara
ini akan terus bertumbuh dan pada akhirnya memaksa seseorang untuk melakukan diet. Tekanan sosial terhadap bentuk tubuh yang kurus juga akan menimbulkan
pandangan negatif ada seseorang terhadap bentuk tubuh dirinya yang pada akhirnya memaksa seseorang untuk melakukan diet. Diet yang belebihan akan
memicu seseorang untuk menimbulkan kondisi anorexia nervosa atau bulimia nervosa Nolen Hoeksema, 2007
2.2. Remaja
Menurut Sutejo 2000 masa remaja adalah masa pertumbuhan anak menjadi dewasa, masa terjadi perkembangan seksual, atau masa dalam kehidupan
yang dimulai dengan terjadinya sifat sifat seksual sekunder yang pertama sampai pada masa akhir pertumbuhan somatik. Menurut Kliegman 2007 masa remaja
adalah masa dimana seseorang berada antara 10 – 20 tahun dengan perubahan cepat bentuk tubuh, psikologis, dan fungsi sosial. Mengutip dari WHO 2013
masa remaja adalah suatu periode antara 10 – 19 tahun yang ditandai dengan perubahan fisik, psikologis, dan sosial.
Pertumbuhan pada masa remaja ditinjau dari berat bada dan tinggi badan, merupakan suatu kurva sigmoid. Suatu masa pertumbuhan yang dimulai dengan
akselerasi yang tinggi sehingga hampir mencapai dua kali lipat mendahului kematangan seksual dan kemudian menjadi semakin lambat sampai berakhir pada
terhentinya pertumbuhan tulang Sutejo, 2000. Dalam masa remaja, pertumbuhan yang cepat ini sering menyebabkan
perasaan canggung yang terjadi karena pertumbuhan bermacam macam bagian tubuh yang tidak sama. Ekstremitas bertambah panjang dengan cepat sekali
dibandingkan dengan pertumbuhan kepala dan badan, sehingga lengan dan tungkai seolah-olah terlalu panjang dan kaki serta tangan kelihatannya terlalu
besar Sutejo, 2000. Kliegman 2007 membagi masa remaja menjadi tiga masa berdasarkan
perubahan biologis, psikologis, dan sosial. Tiga masa tersebut adalah masa remaja
Universitas Sumatera Utara
awal, menengah, dan lanjut. Masa remaja awal terjadi pada usia 10 – 13 tahun. Masa remaja menengah terjadi pada usia 14 – 16 tahun. Masa remaja lanjut terjadi
pada usia 17 – 20 tahun.
2.2.1 Pertumbuhan Fisik Remaja
Kliegman 2007 membagi pertumbuhan fisik remaja menjadi tiga masa yaitu:
1. Remaja awal
Pada masa remaja awal akan muncul karakter seks sekunder, perubahan tubuh menuju ukuran dewasa, dan perkembangan kemampuan reproduksi.
Androgen akan mulai diproduksi pada awal 6 tahun yang bersamaan dengan perkembangan sekunder kelamin. Perkembangan pubertas cepat akan terjadi
seiring dengan peningkatan sensivitas dari pituitary terhadap gonadotropin- releasing hormone GnRH, pengeluaran GnRH, LH, dan FSH selama tidur,
dan peningkatan androgen dan estrogen yang belum diketahui secara jelas pemicu yang mengawali pengeluaran hormon hormon tersebut.
2. Remaja menengah
Pada masa remaja menengah terjadi peningkatan tinggi tubuh, berat tubuh, dan massa otot. Pada remaja putri pertumbuhan cepat mulai terjadi pada usia
11,5 tahun dan berakhir pada usia 16 tahun sedangkan pada remaja putra mulai terjadi pada usia 13,5 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun. Berat
badan dan massa otot meningkat sejalan dengan peningkatan tinggi tubuh yang disertai dengan peningkatan kekuatan tubuh. Remaja putra menunjukkan
peningkatan berat badan dan massa otot yang lebih tinggi dibandingkan dengan remaja putri.
3. Remaja lanjut
Pada masa remaja lanjut terjadi perkembangan fisik remaja yang rendah. Perkembangan akhir payudara dan kelamin terjadi pada usia 17-18 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Kumis, janggut, dan rambut pada dada pada remaja putra muncul pada masa remaja lanjut. Jerawat muncul pada massa ini pada sebagian besar remaja,
terutama remaja putra.
2.2.2. Perkembangan Psikologis Remaja
Kliegman 2007 membagi perkembangan psikologis remaja menjadi tiga masa yaitu:
1. Remaja awal.
Pada masa remaja awal terjadi perkembangan proses berfikir dari berfikir konkrit menjadi berfikir abstrak. Remaja akan melihat segala sesuatu dari
berbagai macam sudut pandang dan berfikir mengenai proses berfikir itu sendiri. Sebagian besar remaja pada masa remaja awal dapat berfikir logis
pada perkerjaan sekolah tapi tidak pada masalah pribadi. Perkembangan moral pada masa remaja awal sejalan dengan
perkembangan proses berfikir. Remaja tidak melakukan sesuatu yang benar sebagai akibat dari rasa takut terhadap orang dewasa namun melilhat sesuatu
yang salah dan sesuatu yang benar sebagai hal yang absolut. Remaja harus diperlakukan secara adil, jika tidak mereka akan marah.
Pada remaja awal terjadi peningkatan kesadaran diri terhadap perubahan fisik yang terjadi pada diri remaja. Remaja akan terus memikirkan perubahan
dirinya dan merasa orang orang di sekitar mereka memperhatikan mereka terus menerus. Media massa turut berperan mempengaruhi remaja mengenai
padangan mereka terhadap perkembangan fisik dirinya. Remaja putri dapat melihat mereka kelebihan berat badan dan remaja putra dapat bingung dengan
konsep maskulinitas akibat pengaruh media massa.
Universitas Sumatera Utara
2. Remaja menengah
Pada masa remaja menengah, remaja mulai menganalisa dan mempertanyakan hal yang terjadi di sekitar mereka. Remaja mulai mengerti
kesulitan-kesulitan dalam hidup dan mengerti konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan. Pemikiran yang fleksibel pada masa remaja menengah
memungkinkan hubungan yang saling mempengaruhi dengan sesama. Remaja mulai dapat menerima kedaan perubahan fisik dirinya dan mulai
berfikir tentang masa depan pada masa remaja menengah. Remaja mulai mempertanyakan identitas dirinya sehingga normal bagi mereka untuk
berganti-ganti jenis pakaian, kelompok pertemanan, dan hobi setiap bulan. Remaja putri akan mengutamakan hubungan interpersonal mereka sedangkan
remaja putra akan berfokus pada kemampuan yang mereka miliki. 3.
Remaja lanjut Pada masa remaja lanjut terjadi perkembangan fisik yang rendah sehingga
remaja mulai mengembangkan pandangan yang stabil tentang citra tubuh mereka. Remaja pada masa ini cenderung tidak egois dan lebih memikirkan
tentang keadilan dan kecintaan terhadap negara. Mereka akan memiliki rencana jangka panjang mengenai masa depan mereka. Sebagian remaja juga
akan idealis dan tidak toleran terhadap padangan orang yang berlawanan terhadap pandangan mereka.
Emosi pada masa remaja lanjut cenderung stabil. Hubungan intim dengan lawan jenis lebih penting nilainya dibandingan dengan hubungan dengan
kelompok pertemanan. Hubungan dengan sesama akan lebih kepada cinta dan komitmen.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Self Esteem
Menurut Santrock 2003 self esteem adalah dimensi evaluatif yang menyeluruh dalam diri. Self esteem juga disebut sebagai harga diri atau gambaran
diri. Self esteem merupakan hasil evaluasi dari pemahaman remaja mengenai
dirinya sendiri. Pemahaman diri self understanding merupakan gambaran kognitif remaja mengenai dirinya, dasar dan isi dari konsep diri remaja. Dimensi
dari pemahaman diri remaja menurut Santrock, 2003 terdiri dari: 1.
Abstrak dan idealistik
Remaja awal mulai berfikir mulai berfikir secara abstrak dan idealistik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia abstrak adalah sesuatu yang tidak
berwujud dan tidak berbentuk. Menurut Oxford Dictionaries 2013 abstrak adalah sesuatu yang berwujud dalam suatu pemikiran atau ide tanpa adanya
bentuk fisik atau eksistensi yang konkret. Remaja mulai menggunakan konsep konsep untuk menjelaskan siapa dirinya dalam kehidupan. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia idealistik 2013 adalah seseorang yang hidup
menurut cita cita atau menurut patokan yang dianggap sempurna. Remaja
mulai menetapkan jati dirinya dan patokan hidup yang harus dia jalani. 2.
Terdiferensiasi Pemahaman diri remaja bisa menjadi terdiferensiasi. Remaja dapat
memahami peran perannya yang berbeda tergantung pada konteks tertentu. Remaja dapat menggambarkan perbedaan karateristik hubungannya atara
keluarga, teman sebaya, dan lawan jenis Santrock, 2003. Menurut Harter 1990 dalam Santrock 2003 remaja memahami bahwa dirinya memilliki diri
yang berbeda-beda, tergantung pada peran atau konteks tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3. Kontradiksi dalam diri
Remaja akan mengalami kontradiksi dalam dirinya akibat banyaknya peran yang berada adalam diri remaja tersebut Santrock, 2003. Berdasarkan
suatu penelitian oleh Harter, Bresnick, Bouchey, Whitesell 1997 terhadap beberapa siswa kelas tujuh, sembilan, dan sebelas menunjukkan bahwa
terdapat sejumlah kontradiksi dalam diri remaja ketika mendeskripsikan mengenai diri mereka sendiri.
4. Fluktuasi diri
Remaja akan memunculkan sikap fluktuasi dalam diri mereka akibat kontradiksi yang mereka alami. Remaja akan mengalami perubahan mood dan
sikap dengan cepat pada suatu waktu. Ketidakstabilan ini akan terus muncul sampai remaja berhasil membentuk gambaran dirinya yang utuh.
5. Ideal self dan real self
Remaja akhirnya dapat mengkonstruksikan diri mereka yang ideal dan diri mereka yang sebenarnya. Kemampuan untuk menyadari adanya perbedaan
antara diri yang nyata dan diri yang ideal menunjukkan peningkatan kemampuan kognitif, namun terkadang akan muncul perbedaan yang terlalu
jauh antara diri yang nyata dengan diri yang ideal sehingga remaja tidak mampu menyesuaikan dirinya. Pandangan remaja mengenai diri yang ideal
dapat menciptakan pandangan possible self yaitu diri yang mungkin dapat menjadi kenyataan dan diri yang mereka takutkan menjadi kenyataan.
6. True self dan false self
Remaja akan membentuk diri mereka yang benar dan diri mereka yang palsu dalam interaksi sosial mereka. Remaja cenderung untuk menunjukkan
diri mereka yang palsu kedtika berada pada situasi yang romantis dan ketika berada dengan teman teman sekelasnya. Remaja menunjukkan diri mereka
yang palsu untuk membuat orang lain kagum, untuk mencoba tingkah laku
Universitas Sumatera Utara
atau peran baru akibat pemaksaan dari orang lain,dan karena orang lain tidak memahami diri mereka yang sebenarnya.
7. Perbandingan sosial
Remaja akan lebih sering menggunakan perbandingan sosial untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, namun remaja tidak mengakui bahwa
mereka menggunakan perbandingan sosial. Remaja menganggap terungkapnya motif perbandingan sosial dapat membahayakan popularitas
mereka. Remaja terkadang akan bingung memilih kelompok sosial yang akan menjadi perbandingan sosial mereka.
8. Kesadaran diri
Remaja akan lebih sadar dan lebih memikirkan mengenai pemahaman dirinya. Remaja menjadi lebih introspektif. Namun, introspeksi tidak serlalu
terjadi ketika remaja berada dalam keadaan isolasi sosial. Remaja kadang- kadang meminta dukungan dan penjelasan diri dari teman-temannya yang
akan memunculkan suatu definisi baru mengenai diri mereka. 9.
Perlindungan diri Remaja memiliki mekanisme untuk melindungi dan mengembangkan diri
mereka. Remaja cenderung akan menolak karaterstik negatif dalam diri mereka dan mengeksplorasi karateristik positif dalam diri mereka. Remaja
akan berfikir secara introspektif untuk melindungi diri mereka dan bertindak secara idealistik.
10. Integrasi diri
Pemahaman diri remaja, terutama di masa remaja akhir, menjadi lebih terintegrasi menjadi suatu kesatuan yang sistemik. Menurut Harter 1990 dan
Selman 1980 dalam Santrock 2003 remaja yang lebih tua lebih mampu mendeteksi adanya ketidakkonsistenan dalam deskripsi diri mereka di masa
Universitas Sumatera Utara
sebelumnya. Remaja akan menyatukan berbagai konsep diri yang mereka bentuk sebelumnya.
2.3.1 Faktor yang Mempengaruhi Rasa Percaya Diri
Menurut Santrock 2003 faktor-faktor yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri adalah sebagai berikut :
1. Penampilan fisik
Penampilan fisik merupakan suatu kontributor yang sangat berpengaruh pada rasa percaya diri remaja Santrock, 2003. Menurut
Santrock 2003 yang mengutip penelitian Harter 1989 menemukan bahwa didapati hubungan yang kuat antara penampilan diri dengan harga diri remaja
secara umum yang tidak hanya bertahan selama remaja namun juga seumur hidup. Menurut Santrock 2003 yang mengutip penelitian Lord Eccles
1994 mengungkapkan bahwa konsep diri remaja yang berhubungan dengan ketertarikan fisik merupakan faktor terkuat untuk menentukan rasa percaya
diri keseluruhan remaja. Menurut Jarry, Kossert, Ip 2012 dalam penelitiannya mengenai hubungan rasa percaya diri wanita terhadap
penampilan menunjukkan bahwa wanita dengan rasa percaya diri yang ditingkatkan merasa tidak puas dengan penampilan fisik mereka ketika
ditunjukkan gambar model yang kurus. 2.
Pengaruh orang tua Hubungan remaja dengan orang tua mereka memberikan pengaruh
terhadap rasa percaya diri remaja. Menurut Santrock 2003 yang mengutip penelitian Coopersmith 1967 terhadap hubungan anak dengan ibunya
mengukapkan bahwa ekspresi rasa kasih sayang, penilaian terhadap masalah yang dihadapi anak, keharmonisan di rumah, partisipasi dalam aktivitas
bersama keluarga, kesediaan untuk memberikan pertolongan kepada anak ketika mereka membutuhkannya, penetapan peraturan yang jelas dan adil,
kepatuhan terhadap peraturan tersebut dan memberikan kebebasan kepada
Universitas Sumatera Utara
anak dengan batas-batas yang telah ditentukan berhubungan terhadap rasa percaya diri anak.
3. Teman sebaya
Penilaian teman sebaya memiliki derajat yang tinggi pada anak anak yang lebih tua dan remaja. Menurut Santrock 2003 yang mengutip penelitian
Harter 1987 mengenai hubungan teman sebaya menunjukkan bahwa dukungan teman sebaya merupakan faktor yang lebih penting dibandingkan
dengan dukungan orang tua di masa remaja akhir. Terdapat dua jenis dukungan teman sebaya yang diteliti, yaitu dukungan teman sekelas dan
dukungan teman akrab. Dukungan teman sekelas lebih berpengaruh kuat terhadap rasa percaya diri remaja dibandingkan dengan dukungan teman
akrab. Hal tersebut mungkin sebab teman akrab selalu memberikan dukungan yang dibutuhkan sehingga dukungan tersebut tidak dianggap oleh remaja
sebagai sesuatu yang dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka.
2.3.2. Konsekuensi dari Rendahnya Tingkat Rasa Percaya diri
Menurut Damon 1991 dalam Santrock 2003 rasa percaya diri yang rendah dapat menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosional yang bersifat
sementara. Tapi bagi beberapa remaja dapat menimbulkan banyak masalah. Rendahnya rasa pecaya diri dapat menyebabkan depresi, bunuh diri, anoreksia
nervosa, dan masalah penyesuaian diri lainnya. Menurut Rutter Garmezy 1983 dalam Santrock 2003 remaja dengan tingkat percaya diri yang rendah
akan mengalami kesulitan dalam proses perpindahan sekolah, kehidupan keluarga, kejadian kejadian yang membuat tertekan, dan peningkatan masalah masalah lain
dalam hidup remaja tersebut.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Gambaran Tubuh
Menurut National Eating Disorder Association 2013 gambaran tubuh adalah bagaimana seseorang melihat diri mereka sendiri di depan cermin atau
ketika membayangkan diri mereka sendiri dalam pikiran. Menurut National Eating Disorders Collaboration 2011 body image adalah persepsi seseorang
mengenai penampilan fisik mereka serta pemikiran dan perasaan yang timbul akibat persepsi tersebut. Menurut Papalia 2011 citra tubuh adalah keyakinan
deskriptif dan evaluatif tentang penampilan seseorang. Perubahan fisik pada remaja akan membuat remaja menjadi amat
memperhatikan tubuh mereka dan membangun citranya sendiri mengenai bagaimana tubuh mereka tampaknya Santrock, 2003. Menurut Hamburg 1974
Wright 1989 dalam Santrock 2003 perhatian berlebihan terhadap citra tubuh sendiri sangat kuat pada masa remaja, terutama selama pubertas, saat remaja tidak
puas akan keadaan tubuhnya dibandingkan dengan akhir masa remaja. Hanya sedikit remaja yang mengalai kateksis tubuh atau merasa puas
dengan tubuhnya. Ketidakpuasan lebih banyak dialami di beberapa bagian tubuh tertentu. Kegagalan mengalami kateksis tubuh menjadi salah satu penyebab
timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya self esteem selama masa remaja Hurlock, 2003
Remaja menganggap penampilan fisik sangat penting sebab mereka menganggap penampilan fisik seseorang beserta indentitas seksualnya merupakan
ciri pribadi yang paling jelas dan paling mudah untuk dikenali oleh orang lain dalam suatu interaksi sosial. Meskipun pakaian dan alat-alat kecantikan dapat
digunakan untuk menyembunyikan bentuk fisik yang tidak disukai dan untuk menonjolkan bentuk fisik yang disukai, namun belum cukup menjamin adanya
kateksis tubuh pada remaja Hurlock, 2003.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gambaran Tubuh Remaja
1. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin menandai persepsi remaja mengenai tubuh mereka. Remaja putri umumnya tidak puas dengan keadaan tubuhnya dan
memiliki lebih banyak citra tubuh yang negatif, dibandingkan dengan remaja putra. Sejalan dengan berlangsungnya perubahan pubertas, remaja putri seringkali
menjadi tidak puas dengan keadaan tubuhnya, mungkin karena lemak tubuhnya yang bertambah, sedangkan remaja putra lebih puas dengan memasuki masa
pubertas, mungkin karena massa otot mereka meningkat Santrock, 2003. 2.
Interaksi sosial Agar merasa puas dengan kehidupannya sehingga dapat menganggap diri
sendiri bahagia, remaja tidak hanya menyukai dan menerima diri sendiri tetapi juga merasa bahwa dia diterima oleh orang lain. Sangat sulit bagi remaja untuk
menerima diri sendiri apabila dia mereasa gelisah akan tubuhnya yang berubah dan merasa tidak puas dengan penampilan dirinya. Kesadaran bahwa penampilan
semakin penting dalam kehidupan sosial akan membuat keprihatinan remaja bertambah. Semakin kuat keprihatinan remaja akan dukungan sosial terhadap
dirinya semakin dia mengkhawatirkan penampilan dirinya. Anak perempuan akan cenderung lebih sadar bahwa penampilan diri memainkan peran penting dalam
hubungan sosial dibandingkan dengan anak laki-laki Hurlock, 2003 Kesadaran akan adanya reaksi sosial terhadap berbagai bentuk tubuh
menyebabkan remaja prihatin akan pertumbuhan tubuhnya yang tidak sesuai dengan standar budaya yang berlaku. Remaja putri ingin memiliki bentuk tubuh
yang indah, tinggi yang sesuai dengan stereotip jenis kelaminnya, lebih langsing, memiliki pinggang dan pinggul yang lebih kecil, lengan dan tungkai kaki yang
lebih ramping, dan payudara yang lebih besar. Hurlock, 2003
Universitas Sumatera Utara
3. Media massa dan standar kecantikan masyarakat
Dalam beberapa tahun terakhir, standar kecantikan yang diterima masyarakat terus berubah menjadi bentuk tubuh yang lebih kurus. Menjadi biasa
dan tidak aneh apabila remaja putri cemas mengenai berat badannya dan membatasi jumlah makanannya untuk mencapai bentuk tubuh yang lebih kurus
Halgin Whitbourne, 2009. Ukuran ideal untuk wanita di Amerika Serikat dan Eropa telah menjadi
lebih kurus dalam 45 tahun terakhir. Model dalam majalah kecantikan, pemenang kontes kecantikan Miss America dan Miss Universe, boneka barbie, dan semua
ikon kecantikan wanita telah menjadi lebih kurus. Ukuran tubuh rata-rata para model majalah sekarang telah menjadi sangat kurus dan sangat sulit dicapai dan
dipertahankan oleh kebanyakan wanita Nolen Hoeksema, 2007. Berdasarkan penelitian oleh Stice, Spangler, Agras 2001 terhadap 219
remaja putri mengenai efek remaja yang terekspose terhadap majalah dengan model yang kurus selama 15 bulan menunjukkan bahwa remaja yang sebelumnya
telah tertekan untuk menjadi lebih kurus menjunjukkan sikap depresi dan menjadi lebih tidak puas terhadap penampilan mereka. Remaja yang kurang mendapat
dukungan dari keluarganya menjadi tidak puas terhadap penampilan mereka, mulai mengikuti program penurunan berat badan, dan menunjukkan gejala
bulimia Stice, Spangler, Agras, 2001. 4. Sosial-ekonomi dan Etnis
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gangguan perilaku makan akibat gangguan pandangan mengenai body image lebih sering terjadi pada masyarakat
golongan atas dan menengah keatas dibandingkan dengan masyarakat golongan bawah. Gangguan ini juga jarang ditemui pada masyarakat keturunan Afrika-
Amerika dan Hispanic dibandingkan dengan masyarakat Caucasian Nolen Hoeksema, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Hubungan Self Esteem dan Body Image Terhadap Perilaku Diet Remaja Putri
Beberapa ahli mengungkapkan bahwa faktor biologis, psikologis, dan kepribadian berinteraksi untuk terbentuknya gangguan perilaku makan. Faktor-
faktor tersebut sendiri mungkin tidak dapat mengembangkan suatu perilaku makan namun jika digabungkan, faktor faktor tersebut memiliki kemungkinan
yang tinggi untuk mengembangkan gangguan perilaku makan Nolen Hoeksema, 2007.
Tekanan sosial untuk tampil kurus memiliki peranan yang besar dalam perkembangan kebiasaan diet tidak sehat yang akan berujung kepada gangguan
perilaku makan. Berat badan ideal untuk wanita yang disampaikan media massa sulit untuk dicapai dan di bawah standar kesehatan untuk wanita pada umumnya.
Citra tubuh yang negatif akan timbul akibat tekanan sosial untuk tampil kurus yang akan menuju kepada perilaku diet yang berlebihan. Keinginan makan yang
sangat besar tanpa disadari akan muncul yang akan membawa dirinya ke perasaan yang lebih negatif dan self esteem yang lebih rendah Nolen Hoeksema, 2007.
Menurut Heinberg dan Thompson 1992 dalam Maxfield 2000 Tekanan sosial untuk tampil lebih kurus lebih memiliki dampak jika datang dari orang
orang tertentu seperti orang tua dan teman sebaya. Penelitian yang dilakukan Heinberg dan Thompson 1992 dalam Maxfield 2000 menemukan bahwa orang
yang menerima masukan tentang berat badannya dari teman sebaya cenderung mengalami ketidakpuasan terhadap berat badannya dibandingkan jika masukan
tersebut berasal dari orang lain. Heinberg dan Thompson 1992 dalam Maxfield 2000 juga mengungkapkan bahwa orang yang sering membandingkan dirinya
dengan orang lain, terutama dalam kelompok teman sebaya, memiliki resiko untuk mengembangkan body image yang negatif.
Faktor biologis juga dapat berinteraksi untuk menimbulkan perilaku gangguan makan. Orang dengan gangguan perilaku makan mungkin memiliki
faktor genetis untuk kelainan tersebut. Faktor genetis mungkin berperan dalam
Universitas Sumatera Utara
kemampuan seseorang untuk menjalani diet yang ketat dan kecenderungan orang untuk menjadi cemas dan depresi terhadap dirinya. Orang dengan kelainan
perilaku makan sangan mudah stress dan memiliki kecenderungan untuk makan sebagai resepon dari rasa stressnya tersebut Nolen Hoeksema, 2007.
Perilaku gangguan makan merupakan hasil dari reaksi biokimia tidak normal yang kemungkinan memiliki hubungan dengan faktor genetis Halgin
Whitbourne 2009. Menurut Strober 1991 dalam Halgin Whitbourne 2009 menemukan bahwa gangguan perilaku makan cenderung terjadi pada suatu
keluarga. Faktor kepribadian juga berperan dalam menimbulkan perilaku gangguan
makan. Evaluasi berlebihan terhadap diri sendiri dan self esteem yang rendah dapat membuat orang untuk melakukan segala hal untuk mencapai berat badan
yang ideal menurut dirinya sendiri. Kepribadian ini mungkin muncul pada anak dengan orang tua yang kurang perhatian terhadap perkembangan anaknya Nolen
Hoeksema, 2007. Hill 2002 dalam Barker Bornstein 2010 mengungkapkan bahwa self
esteem yang rendah serta ketidakpuasan terhadap body image berhubungan dengan perilaku diet pada masa remaja awal. Freistad Rise 2004 dalam
Barker Bornstein 2010 melaporkan jika body image dan self esteem berinteraksi dengan perilaku diet pada remaja putri.
Perilaku gangguan makan memiliki kencederungan untuk terus ada setelah dia muncul. Perhatian berlebihan terhadap berat badan pada penderita anorexia
nervosa diperkuat oleh pandangan masyarakat mengenai berat badan ideal dan dukungan dari orang tua maupun kerabat ketika orang tersebut kehilangan berat
badan. Orang dengan bulimia nervosa dan binge-eating memiliki keinginan yang kuat untuk menjaga berat badannya namun gagal dalam melaksanakannya
sehingga mereka jatuh kedalam perilaku tersebut sebagai jalan keluar dari perasaan negatif terhadap dirinya Nolen Hoeksema, 2007.
Universitas Sumatera Utara
Impulsif binge
Perilaku kompensasi muntah dan olahraga berlebihan
Jika sukses dalam kelihangan berat badan
Anorexia nervosa Binge-eating
disorder Bulimia nervosa
Body image Cemas dan depresi
Pengaruh media massa dan tekanan sosial untuk
Diet berlebihan Evaluasi berlebihan
dan low self esteem Genetik
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang