Prakarsa Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan Industri

55

B. Prakarsa Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan Industri

Pembangunan kawasan industri di Indonesia dapat diprakarsai oleh pemerintah sebagai infrastruktur industri. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 45 PP Nomor 142 Tahun 2015. Maksud dari pemerintah memprakarsai pembangunan kawasan industri ialah pemerintah melakukan investasi langsung untuk membangun kawasan industri. Sehingga dalam hal ini pemerintah dapat memprakarsai pembangunan kawasan industri di Indonesia apabila: 92 1. Dalam hal pihak swasta tidak berminat atau belum mampu untuk membangun kawasan industri Langkah yang dapat dilakukan pemerintah dengan kondisi pihak swasta tidak berminat atau belum mampu untuk membangun kawasan industri di Indonesia sementara pemerintah perlu mempercepat industrialisasi di wilayah pusat pertumbuhan industri dengan mempertimbangkan geoekonomi, geopolitik dan geostrategis ialah dengan memprakarsai sendiri pembangunan kawasan industri di Indonesia. 2. Untuk percepatan penyebaran dan pemerataan pembangunan kawasan industri Langkah yang dapat dilakukan pemerintah agar pembangunan kawasan industri mengalami penyebaran dan pemerataan secara cepat di seluruh wilayah negara Republik Indonesia termasuk di daerah-daerah yang ada di Indonesia ialah dengan melakukan kerjasama dengan BUMNBUMD dan swasta. Bentuk kerjasama yang dilakukan antara pemerintah dengan BUMNBUMD dan swasta ialah bisa berupa melakukan kegiatan investasi langsung untuk menunjang 92 Pasal 45 ayat 1 PP Nomor 142 Tahun 2015. Universitas Sumatera Utara 56 pembangunan kawasan industri yang lebih baik dan sesuai dengan yang di harapkan maupun pengadaan tanah untuk pembangunan kawasan industri. Ketentuan mengenai pembangunan kawasan industri di Indonesia berlaku secara mutatis mutandis terhadap pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah. Sehingga antara ketentuan mengenai pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah tidak jauh berbeda dengan ketentuan mengenai pembangunan kawasan industri. Namun, yang menjadi perbedaan di antara keduanya ialah di dalam pembangunan kawasan industri dilakukan oleh badan usaha seperti BUMN atau BUMD, koperasi atau PT. Sedangkan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah dilakukan oleh badan layanan umum selanjutnya disebut BLU di bidang penyediaan infrastruktur. Badan layanan umum di bidang penyediaan infrastruktur adalah unit yang bertugas melaksanakan pembangunan dan pengelolaan kawasan industri. Infrastruktur industri yang disediakan oleh BLU berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Selain ketentuan mengenai pembangunan, perizinan, fasilitas dan standar kawasan industri berlaku juga secara mutatis mutandis terhadap pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah. 93 93 Pasal 50 PP Nomor 142 Tahun 2015. Misalnya mengenai perizinan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah tidak jauh berbeda dengan perizinan pembangunan kawasan industri yaitu sama sama harus mengurus IUKI. Namun, dalam hal ini pemerintah juga akan membentuk BLU sebagai pihak yang akan mengajukan perizinan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh Universitas Sumatera Utara 57 pemerintah dan dalam hal ini juga pemerintah daerah harus memfasilitasi dan memberi kemudahan dalam proses perizinan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah tersebut. 94 Berdasarkan hal diatas, maka BLU yang dibentuk oleh pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam hal pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah baik dari segi penyediaan infrastruktur sampai dengan perizinan. Selanjutnya dalam hal pengadaan tanah untuk pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 48 PP Nomor 142 Tahun 2015. Menurut UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang dimaksud dengan pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Namun, apabila pemerintah belum membentuk BLU maka perizinan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah akan diajukan oleh satuan kerja di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian. Sedangkan perizinan pembangunan kawasan industri diajukan oleh badan usaha yang melakukan kegiatan usaha kawasan industri. Sehingga antara pihak yang mengajukan perizinan pembangunan kawasan industri dengan pihak yang mengajukan perizinan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah berbeda. 95 Pihak yang berhak ialah pihak yang menguasai atau memiliki objek pengadaan tanah. 96 94 Pasal 47 ayat 3 PP Nomor 142 Tahun 2015. 95 Pasal 1 angka 2 UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. 96 Pasal 1 angka 3 UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Universitas Sumatera Utara 58 Tahapan-tahapan dalam hal menyelenggarakan pengadaan tanah untuk pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah, meliputi: 97 1. Perencanaan Perencanaan merupakan tahapan awal sebelum melakukan pengadaan tanah. Pada tahap perencanaan ini akan dilakukan oleh pemerintah yang memerlukan lahan untuk pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah. Perencanaan pengadaan tanah tersebut didasarkan atas RTRW dan prioritas pembangunan yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah, rencana strategis atapun rencana kerja pemerintah instansi yang bersangkutan. Perencanaan pengadaan tanah ini nantinya akan disusun dalam bentuk dokumen perencanaan pengadaan. 2. Persiapan Setelah dokumen perencanaan pengadaan tanah selesai disusun maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan persiapan sebelum melakukan pengadaan tanah. Persiapan pengadaan tanah ini dapat berupa pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan awal lokasi rencana pembangunan dan konsultasi publik rencana pembangunan. 3. Pelaksanaan pengadaan tanah Tahap pelaksanaan pengadaan tanah ini dilakukan setelah persiapan pengadaan tanah selesai dilakukan. Pada tahap ini pemerintah mulai dapat mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada lembaga pertanahan. Lembaga pertanahan adalah lembaga pemerintahan non kementerian di Indonesia yang 97 Pasal 13 UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Universitas Sumatera Utara 59 mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 4. Penyerahan hasil Tahap ini adalah tahap terakhir dari penyelenggaraan pengadaan tanah. Pada tahap penyerahan hasil ini lembaga pertanahan akan menyerahkan hasil pengadaan tanah kepada pemerintah yang memerlukan tanah tersebut. Penyerahan hasil ini dilakukan setelah: 98 a. Pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak dan pelepasan hak. b. Pemberian ganti kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri. Setelah serah terima dilakukan antara lembaga pertanahan dengan pemerintah maka selanjutnya pemerintah dapat melakukan kegiatan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah. Lahan yang telah selesai dalam proses pengadaan tanah akan diberikan hak pengelolaan dan di atas hak pengelolaan tersebut dapat diberikan HGB. 99 Hak pengelolaan menurut UU Pengadaan tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya. 100 Sedangkan HGB menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria ialah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun. 101 Lahan hasil dari pengadaan tanah tersebut dapat dimanfaatkan oleh perusahaan industri setelah mendapatkan persetujuan dari menteri perindustrian. 98 Pasal 48 ayat 1 UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. 99 Pasal 48 ayat 3 PP Nomor 142 Tahun 2015. 100 Pasal 1 angka 7 UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Ketentuan Umum. 101 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pasal 35. Universitas Sumatera Utara 60 Sehingga bagi perusahaan industri yang melakukan pemanfaatan lahan akan dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis. 102 Perjanjian tertulis ini sebagai bukti otentik bahwa menteri perindustrian telah mengizinkan perusahaan kawasan industri untuk memanfaatkan lahan tersebut dengan di ikuti syarat-syarat tertentu. Perjanjian tertulis tersebut paling sedikit memuat: 103 1. Jangka waktu pemanfaatan lahan. 2. Besaran biaya pemanfaatn lahan. 3. Pemanfaatan lahan oleh perusahaan industri sesuai dengan yang diperjanjikan. Perjanjian tertulis tersebut dibuat agar lahan yang dimanfaatkan oleh perusahaan industri tidak digunakan di luar yang tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati dan sesuai dengan IUKI.

C. Komite Kawasan Industri