Peran Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan Industri Ditinjau dari Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri

(1)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali Pers, 2006

Arsyad, Lincolin. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 1992

Atmosudirdjo, Prajudi. Hukum Administrasi Negara, Cet.10. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994

Dirdjojuwono, Roetanto W. Kawasan Industri Indonesia (Sebuah Konsep

Perencanaan dan aplikasinya). Bogor: Pustaka Wirausaha Muda, 2004

Djojodipuro, Marsudi. Teori Lokasi. Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 1992 Hendro G, Eko Punto. Ketika Tenun Mengubah Desa Troso. Semarang:

Penerbit Bendera, 2000

Huda, Ni’matul. Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah Perkembangan Dan

Problematika. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005

Ikhsan, Edy dan Mahmul Siregar. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum

Sebagai Bahan Ajar. Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara, 2009

Kadir, Muhammad Abdul. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1992

Manullang, M. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995 Richardson, Harry W. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Terjemahan Paul


(2)

Samsul, Mohammad. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Surabaya: Erlangga, 2006

Sembiring, Sentosa. Hukum Investasi, Cetakan I. Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2007

Smith, David M. Industrial Location. New York: John Wiley & Son, 1981 Soemartono, RM. Gatot P. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika, 1996

__________, Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 1998 Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas

Indonesia (UI) Pers, 1998

Suhardi, Gunarto. Beberapa Elemen Penting dalam Hukum Perdagangan

Internasional. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya, 2004

Sujanto. Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan. Ghalia Indonesia, 1986

Sukirno, Sadono. Ekonomi Pembangunan: proses, masalah dan dasar

kebijaksanaan, Edisi ke-2. Jakarta: Kencana, 2007

Toha, Suherman. Penelitian Masalah Hukum tentang Penerapan Good

Corporate Governance Pada Dunia Usaha. Badan Pembinaan Hukum

Nasional Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2007 Trisnawati, Sule Erni dan Kurniawan Saefullah. Pengantar Manajemen.

Jakarta, Edisi Permata, Prenada Media, 2005


(3)

B. Kamus

Alwi, Hasan et.al. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 2001

Chaniago, Amran Ys. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Cetakan ke V. Bandung: Pustaka Setia, 2002

Hornby, As. oxford advance dictionary of current english. Twenty-fifth impression. USA: Oxford University Press, 1989

Salim, Peter. The Contempory English-Indonesia Dictionary. Jakarta: Modern English Press, Edisi ketiga-1987

Soefaat et.al. Kamus Tata Ruang, Edisi 1. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen PU/Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia, 1997

C. Peraturan

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


(4)

Republik Indonesia. Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian

Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Penyediaan Dan Pemberian Tanah Untuk Keperluan Perusahaan

Republik Indonesia. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan Industri Dan Izin Perluasan Kawasan Industri

Republik Indonesia. Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 tentang Kawasan Industri

Republik Indonesia. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri


(5)

Timoticin Kwanda. “Pengembangan Kawasan Industri di Indonesia.” Jurnal Dimensi Teknik Arsitektur, Vol. 28, No. 1, Juli 2000

World Bank, World Development Report. Mengenal Keterkaitan Antara

Investasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Pengentasan kemiskinan ( A Better Investment Climate For Everyone,2004

Tim Koordinasi Kawasan Industri Departemen Perindustrian, Kebijakan

Pembangunan Kawasan Industri Pasca Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri, Seminar Pembangunan Kawasan

Industri, Jakarta, 1990

Departemen Penerangan RI. Pertanahan Dalam Pembangunan Indonesia, Jakarta 1982

Dedi Mulyadi. “Pengembangan Sistem Logistik Yang Efisien Dan Efektif Dengan Pendekatan Supply Chain Management.” Vol,V , No.3, 2011

E. Website

http:

http:

http: 2016).


(6)

http:

.

http:

29 februari 2016).

http:(diakses pada 2 Maret 2016).

http:

http:

.

http:

tanggal 12 maret 2016).

http: pada 13 maret 2016).


(7)

BAB III

TUGAS DAN WEWENANG PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN INDUSTRI

A. Kawasan Strategis Nasional

Kawasan industri di Indonesia dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional. Hal ini berdasarkan pada ketentuan PP Nomor 142 Tahun 2015. Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.82

82

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 1 angka 28.

Berdasarkan Pasal 1 diatas, diketahui bahwa kawasan industri di Indonesia dapat ditetapkan menjadi kawasan strategis nasional apabila kawasan industri mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional baik terhadap kedaulatan negara Indonesia maupun lingkungan hidup. Namun, dari beberapa hal tersebut kawasan industri hanya memiliki pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap perekonomian maupun lingkungan hidup negara Indonesia. Sehingga dengan demikan, penataan ruang dalam pembangunan kawasan industri di Indonesia tetap dapat lebih diprioritaskan atau lebih diutamakan. Serta kawasan industri yang telah ditetapkan menjadi kawasan strategis nasional akan dikuasai oleh negara Indonesia.


(8)

Penataan ruang kawasan strategis dilakukan untuk mengembangkan, melestarikan, melindungi dan/atau mengoordinasikan keterpaduan antara pembangunan nilai strategis kawasan dalam mendukung penataan ruang wilayah. Kawasan industri dikatakan mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap perekonomian negara Indonesia, apabila memenuhi beberapa kriteria yang terdapat di dalam Pasal 48 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (selanjutnya disebut PP Nomor 15 tahun 2010). Pasal 48 ini merupakan pasal yang menentukan mengenai kriteria kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi yaitu memiliki:83 1. Potensi ekonomi cepat tumbuh.

2. Sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi. 3. Potensi ekspor.

4. Dukungan kawasan perumahan dan permukiman yang dilengkapi dengan jaringan prasarana dan utilitas, serta sarana pemerintahan penunjang kegiatan ekonomi.

5. Kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi.

6. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan.

7. Fungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi.

Beberapa kriteria-kriteria yang terdapat di dalam Pasal 48 di atas dimiliki oleh kawasan industri di Indonesia yaitu berupa kawasan industri yang memiliki potensi pertumbuhan ekonomi yang cepat tumbuh, kawasan industri memiliki

83

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang, Pasal 48 yang selanjutnya disebut dengan PP Nomor 15 Tahun 2010.


(9)

potensi ekspor dari hasil produksi industrinya, kawasan industri memiliki dukungan dari pemerintah dengan diberikannya jaringan prasarana dan utilitas serta sarana dalam menunjang kegiatan kawasan industri di Indonesia dan juga kawasan industri memanfaatkan teknologi yang tinggi khususnya teknologi dalam perindustrian. Sedangkan kawasan industri dikatakan mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap lingkungan hidup, apabila memenuhi beberapa kriteria yang terdapat di dalam Pasal 51 PP Nomor 15 Tahun 2010. Pasal 51 ini merupakan pasal yang menentukan mengenai kriteria kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup meliputi:84

1. Tempat perlindungan keanekaragaman hayati.

2. Kawasan lindung yang ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora, dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan.

3. Kawasan yang memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian.

4. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro.

5. Kawasan yang menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup.

6. Kawasan rawan bencana alam.

7. Kawasan yang sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan hidup.

84


(10)

Beberapa kriteria yang terdapat di dalam Pasal 51 di atas dimiliki oleh kawasan industri di Indonesia yaitu berupa kawasan industri merupakan kawasan yang menuntut prioritas tinggi terhadap peningkatan kualitas lingkungan hidup dan kawasan yang sangat menentukan dalam hal perubahan rona alam dan mempunyai dampak yang sangat luas terhadap kelangsungan hidup masyarakat Republik Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, maka kawasan industri di Indonesia dapat dikatakan sebagai kawasan yang mempunyai pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap perekonomian negara Indonesia dan lingkungan hidup.

Kriteria nilai strategis untuk kawasan strategis nasional ditentukan berdasarkan aspek eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dalam penanganan kawasan.85 Eksternalitas adalah suatu efek samping dari suatu tindakan pihak tertentu terhadap pihak lain, baik dampak yang menguntungkan maupun yang merugikan.86 Akuntabilitas berasal dari istilah dalam bahasa Inggris

accountability yang berarti pertanggungjawaban atau keadaan untuk dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban.87 Akuntabilitas yaitu berfungsinya seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.88

85

Pasal 52 PP Nomor 15 Tahun 2010.

Sedangkan efisiensi dalam penanganan kawasan adalah suatu kondisi atau keadaan untuk melakukan penanganan kawasan secara benar.

(diakses pada 29

februari 2016).

87

Peter Salim, The Contempory English-Indonesia Dictionary (Jakarta: Modern English Press, Edisi ketiga-1978), hlm. 16.

88

Suherman Toha, Penelitian Masalah Hukum tentang Penerapan Good Corporate

Governance Pada Dunia Usaha. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan Hak


(11)

Penetapan kawasan industri sebagai kawasan strategis nasional merupakan salah satu bagian dari rencana tata ruang kawasan strategis nasional. Bagian ini memang tidak ada tercantum secara eksplisit di dalam peraturan perundang-undangan tentang penataan ruang, namun secara implisit kawasan industri dapat ditetapkan menjadi bagian dari salah satu kawasan strategis nasional yang ada di Indonesia. Hal ini karena kawasan industri memiliki nilai strategis nasional. Kawasan strategis nasional dapat ditetapkan sebagai kawasan strategis provinsi dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota.89

Rencana tata ruang kawasan strategis nasional diselenggarakan oleh negara dan negara memberikan kewenangan penyelenggaraan rencana tata ruang kawasan strategis nasional kepada pemerintah. Adapun prosedur penyusunan rencana tata ruang untuk rencana tata ruang kawasan strategis nasional menurut Pasal 53 PP Nomor 15 Tahun 2010 yaitu meliputi:90

1. Proses penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis nasional Proses penyusunan ini diakukan melalui beberapa tahap yaitu:91 a. Persiapan penyusunan.

b. Pengumpulan data.

c. Pengolahan data dan analisis paling sedikit meliputi teknik analisis yang terkait dengan nilai strategis kawasan yang dimilikinya.

d. Perumusan konsepsi rencana.

e. Penyusunan rancangan peraturan presiden tentang rencana tata ruang kawasan strategis nasional yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

89

Pasal 52 ayat (2) PP Nomor 15 Tahun 2010. 90

Pasal 53 PP Nomor 15 Tahun 2010. 91


(12)

2. Pelibatan peran masyarakat pada tingkat nasional dalam penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis nasional

Setelah tahapan proses penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis nasional selesai dilakukan maka selanjutnya pemerintah melibatkan peran masyarakat pada tingkat nasional dalam penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis nasional. Pelibatan peran masyarakat dalam penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis nasional antara lain dilakukan melalui penjaringan opini publik, forum diskusi dan konsultasi publik pada tingkat nasional.

3. Pembahasan rancangan rencana tata ruang kawasan strategis nasional oleh pemangku kepentingan di tingkat nasional

Setelah penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis nasional selesai dilakukan maka selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai hasil rancangan rencana tata ruang kawasan strategis nasional kepada pemangku kepentingan di tingkat nasional.

Berdasarkan hal diatas, dapat diketahui bahwa dengan ditetapkannya kawasan industri sebagai kawasan strategis nasional maka keuntungan yang akan diperoleh ialah kawasan industri akan lebih diprioritaskan atau lebih diutamakan dalam hal penataan ruangnya untuk pembangunan kawasan industri itu sendiri, mengingat kawasan industri memiliki pengaruh yang sangat penting secara nasional terhadap perekonomian negara Indonesia maupun lingkungan hidup negara Indonesia. Sehingga persoalan mengenai ruang atau lokasi pembangunan kawasan industri tidak perlu lagi untuk dipersoalkan.


(13)

B. Prakarsa Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan Industri

Pembangunan kawasan industri di Indonesia dapat diprakarsai oleh pemerintah sebagai infrastruktur industri. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 45 PP Nomor 142 Tahun 2015. Maksud dari pemerintah memprakarsai pembangunan kawasan industri ialah pemerintah melakukan investasi langsung untuk membangun kawasan industri. Sehingga dalam hal ini pemerintah dapat memprakarsai pembangunan kawasan industri di Indonesia apabila:92

1. Dalam hal pihak swasta tidak berminat atau belum mampu untuk membangun kawasan industri

Langkah yang dapat dilakukan pemerintah dengan kondisi pihak swasta tidak berminat atau belum mampu untuk membangun kawasan industri di Indonesia sementara pemerintah perlu mempercepat industrialisasi di wilayah pusat pertumbuhan industri dengan mempertimbangkan geoekonomi, geopolitik dan geostrategis ialah dengan memprakarsai sendiri pembangunan kawasan industri di Indonesia.

2. Untuk percepatan penyebaran dan pemerataan pembangunan kawasan industri Langkah yang dapat dilakukan pemerintah agar pembangunan kawasan industri mengalami penyebaran dan pemerataan secara cepat di seluruh wilayah negara Republik Indonesia termasuk di daerah-daerah yang ada di Indonesia ialah dengan melakukan kerjasama dengan BUMN/BUMD dan swasta. Bentuk kerjasama yang dilakukan antara pemerintah dengan BUMN/BUMD dan swasta ialah bisa berupa melakukan kegiatan investasi langsung untuk menunjang

92


(14)

pembangunan kawasan industri yang lebih baik dan sesuai dengan yang di harapkan maupun pengadaan tanah untuk pembangunan kawasan industri.

Ketentuan mengenai pembangunan kawasan industri di Indonesia berlaku secara mutatis mutandis terhadap pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah. Sehingga antara ketentuan mengenai pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah tidak jauh berbeda dengan ketentuan mengenai pembangunan kawasan industri. Namun, yang menjadi perbedaan di antara keduanya ialah di dalam pembangunan kawasan industri dilakukan oleh badan usaha seperti BUMN atau BUMD, koperasi atau PT. Sedangkan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah dilakukan oleh badan layanan umum (selanjutnya disebut BLU) di bidang penyediaan infrastruktur.

Badan layanan umum di bidang penyediaan infrastruktur adalah unit yang bertugas melaksanakan pembangunan dan pengelolaan kawasan industri. Infrastruktur industri yang disediakan oleh BLU berasal dari anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Selain ketentuan mengenai pembangunan, perizinan, fasilitas dan standar kawasan industri berlaku juga secara mutatis mutandis terhadap pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah.93

93

Pasal 50 PP Nomor 142 Tahun 2015.

Misalnya mengenai perizinan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah tidak jauh berbeda dengan perizinan pembangunan kawasan industri yaitu sama sama harus mengurus IUKI. Namun, dalam hal ini pemerintah juga akan membentuk BLU sebagai pihak yang akan mengajukan perizinan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh


(15)

pemerintah dan dalam hal ini juga pemerintah daerah harus memfasilitasi dan memberi kemudahan dalam proses perizinan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah tersebut.94

Berdasarkan hal diatas, maka BLU yang dibentuk oleh pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dalam hal pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah baik dari segi penyediaan infrastruktur sampai dengan perizinan. Selanjutnya dalam hal pengadaan tanah untuk pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Pasal 48 PP Nomor 142 Tahun 2015. Menurut UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang dimaksud dengan pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.

Namun, apabila pemerintah belum membentuk BLU maka perizinan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah akan diajukan oleh satuan kerja di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan di bidang perindustrian. Sedangkan perizinan pembangunan kawasan industri diajukan oleh badan usaha yang melakukan kegiatan usaha kawasan industri. Sehingga antara pihak yang mengajukan perizinan pembangunan kawasan industri dengan pihak yang mengajukan perizinan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah berbeda.

95

Pihak yang berhak ialah pihak yang menguasai atau memiliki objek pengadaan tanah.96

94

Pasal 47 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015. 95

Pasal 1 angka 2 UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. 96

Pasal 1 angka 3 UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.


(16)

Tahapan-tahapan dalam hal menyelenggarakan pengadaan tanah untuk pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah, meliputi:97 1. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan awal sebelum melakukan pengadaan tanah. Pada tahap perencanaan ini akan dilakukan oleh pemerintah yang memerlukan lahan untuk pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah. Perencanaan pengadaan tanah tersebut didasarkan atas RTRW dan prioritas pembangunan yang tercantum dalam rencana pembangunan jangka menengah, rencana strategis atapun rencana kerja pemerintah instansi yang bersangkutan. Perencanaan pengadaan tanah ini nantinya akan disusun dalam bentuk dokumen perencanaan pengadaan.

2. Persiapan

Setelah dokumen perencanaan pengadaan tanah selesai disusun maka langkah selanjutnya yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah melakukan persiapan sebelum melakukan pengadaan tanah. Persiapan pengadaan tanah ini dapat berupa pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan awal lokasi rencana pembangunan dan konsultasi publik rencana pembangunan.

3. Pelaksanaan pengadaan tanah

Tahap pelaksanaan pengadaan tanah ini dilakukan setelah persiapan pengadaan tanah selesai dilakukan. Pada tahap ini pemerintah mulai dapat mengajukan pelaksanaan pengadaan tanah kepada lembaga pertanahan. Lembaga pertanahan adalah lembaga pemerintahan non kementerian di Indonesia yang

97


(17)

mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Penyerahan hasil

Tahap ini adalah tahap terakhir dari penyelenggaraan pengadaan tanah. Pada tahap penyerahan hasil ini lembaga pertanahan akan menyerahkan hasil pengadaan tanah kepada pemerintah yang memerlukan tanah tersebut. Penyerahan hasil ini dilakukan setelah:98

a. Pemberian ganti kerugian kepada pihak yang berhak dan pelepasan hak. b. Pemberian ganti kerugian telah dititipkan di pengadilan negeri.

Setelah serah terima dilakukan antara lembaga pertanahan dengan pemerintah maka selanjutnya pemerintah dapat melakukan kegiatan pembangunan kawasan industri yang diprakarsai oleh pemerintah. Lahan yang telah selesai dalam proses pengadaan tanah akan diberikan hak pengelolaan dan di atas hak pengelolaan tersebut dapat diberikan HGB.99 Hak pengelolaan menurut UU Pengadaan tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum adalah hak menguasai dari negara yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegangnya.100 Sedangkan HGB menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria ialah hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan di atas tanah yang bukan miliknya sendiri, dengan jangka waktu paling lama 30 tahun.101

Lahan hasil dari pengadaan tanah tersebut dapat dimanfaatkan oleh perusahaan industri setelah mendapatkan persetujuan dari menteri perindustrian.

98

Pasal 48 ayat (1) UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. 99

Pasal 48 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015. 100

Pasal 1 angka 7 UU Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Ketentuan Umum. 101

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Pasal 35.


(18)

Sehingga bagi perusahaan industri yang melakukan pemanfaatan lahan akan dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis.102 Perjanjian tertulis ini sebagai bukti otentik bahwa menteri perindustrian telah mengizinkan perusahaan kawasan industri untuk memanfaatkan lahan tersebut dengan di ikuti syarat-syarat tertentu. Perjanjian tertulis tersebut paling sedikit memuat:103

1. Jangka waktu pemanfaatan lahan.

2. Besaran biaya pemanfaatn lahan.

3. Pemanfaatan lahan oleh perusahaan industri sesuai dengan yang diperjanjikan. Perjanjian tertulis tersebut dibuat agar lahan yang dimanfaatkan oleh perusahaan industri tidak digunakan di luar yang tercantum dalam perjanjian yang telah disepakati dan sesuai dengan IUKI.

C. Komite Kawasan Industri

Komite kawasan industri dibentuk dalam rangka untuk mendukung pencapaian pembangunan kawasan industri di Indonesia.104

Berdasarkan Pasal 1 tersebut, dapat diketahui bahwa komite kawasan industri di Indonesia dibentuk oleh menteri di bidang perindustrian. Mengenai Komite kawasan industri sangat membantu menteri perindustrian dalam hal pelaksanaan kebijakan pengembangan dan pengelolaan kawasan industri di Indonesia. Menurut Pasal 1 angka 10 PP Nomor 142 Tahun 2015 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan komite kawasan industri adalah wadah yang dibentuk oleh menteri dengan tugas membantu dalam pelaksanaan kebijakan pengembangan dan pengelolaan kawasan industri.

102

Pasal 49 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015. 103

Pasal 49 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015. 104


(19)

keanggotaan di dalam komite kawasan industri terdiri dari unsur pemerintah, pemerintah daerah dan HKI di Indonesia, kamar dagang serta industri yang membidangi kawasan industri yang diangkat dan ditetapkan oleh menteri di bidang perindustrian.105 Adapun tugas yang harus dipenuhi oleh komite kawasan industri dalam hal mendukung pencapaian pembangunan kawasan industri di Indonesia ialah antara lain:106

1. Memberikan usulan dan masukan kepada menteri perindustrian sebagai bahan penyusunan perumusan kebijakan

Komite kawasan industri dalam hal untuk mendukung pencapaian pembangunan kawasan industri di Indonesia yang lebih baik lagi maka dapat memberikan usulan dan masukan mengenai hal-hal yang dianggap penting dalam pembangunan kawasan industri di Indonesia untuk nantinya diusulkan dan menjadi bahan masukan bagi menteri perindustrian sebagai bahan penyusunan perumusan kebijakan agar sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan kawasan industri di Indonesia.

2. Melakukan pengawasan pelaksanaan pengembangan kawasan industri

Komite kawasan industri harus mengawasi pelaksanaan dari pengembangan kawasan industri di Indonesia agar pelaksanaan pengembangan kawasan industri yang dilakukan sesuai dengan izin dan aturan yang berlaku. 3. Melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah terkait dan/atau pemerintah

daerah serta perusahaan kawasan industri

Koordinasi ini dilakukan agar komite kawasan industri dapat menjalankan tugasnya dengan lebih baik lagi didalam kawasan industri.

105

Pasal 51 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015. 106


(20)

4. Melakukan evaluasi perkembangan kawasan industri

Komite kawasan industri melakukan evaluasi atau penilaian terhadap perkembangan kawasan industri yang terjadi di Indonesia agar perkembangan kawasan industri tersebut sesuai dengan yang seharusnya menurut peraturan yang berlaku dan terarah.

5. Mengusulkan referensi harga jual atau sewa kaveling dan/atau bangunan industri di kawasan industri

Komite kawasan industri memberikan keterangan yang jelas dan pasti mengenai segala hal yang menyangkut harga jual maupun harga sewa dari kaveling dan bangunan industri di dalam kawasan industri kepada badan usaha yang ingin membeli atau menyewa kaveling dan bangunan di dalam kawasan industri tersebut.

6. Melakukan tugas akreditasi kawasan industri yang diberikan oleh menteri perindustrian

Komite kawasan industri dapat melakukan tugas berupa pemberian akreditasi kawasan industri kepada perusahaan kawasan industri di Indonesia yang telah memenuhi standar kawasan industri. Tugas ini diberikan oleh menteri perindustrian kepada komite kawasan industri apabila komite akreditasi kawasan industri belum dibentuk.

Seluruh tugas-tugas diatas nantinya wajib dilaporkan kepada menteri perindustrian sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) tahun. Kemudian mengenai biaya yang dibutuhkan dalam rangka pelaksanaan tugas komite kawasan industri akan dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara.


(21)

D. Tugas dan Wewenang Pemerintah dalam Pembangunan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri

Negara Indonesia menyelenggarakan pembangunan kawasan industri untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Indonesia. Karena kawasan industri merupakan salah satu bagian yang dapat mempengaruhi pertumbuhan negara Indonesia khususnya dalam hal perekonomian Indonesia. Dalam melaksanakan tugas pembangunan kawasan industri di Indonesia tersebut, negara memberikan tugas dan kewenangan penyelenggaraan pembangunan maupun pengelolaan kawasan industri di Indonesia kepada pemerintah dan juga kepada pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing.

Tujuan dari diserahkannya tugas dan kewenangan negara kepada pemerintah maupun kepada pemerintah daerah ialah agar penyelenggaraan pembangunan kawasan industri di Indonesia dapat terselenggara dengan cepat, merata di seluruh wilayah Republik Indonesia dan sesuai dengan yang direncanakan untuk sebesar-besarnya pada kemakuran rakyat. Pemerintah atau pemerintah pusat menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU Perda) ialah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia yang dibantu oleh wakil presiden dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Neagara Republik Indonesia Tahun 1945.

Berdasarkan Pasal 1 diatas, maka penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang kawasan industri akan dilaksanakan oleh presiden dan dibantu oleh menteri khususnya menteri perindustrian. Menteri perindustrian nantinya akan


(22)

melaksanakan tugas berupa menyelenggarakan pembangunan kawasan industri di lokasi yang sesuai dengan RTRW nasional dan RTRW pada lintas wilayah provinsi Indonesia. Sedangkan pemerintah daerah menurut Pasal 1 angka 3 UU Perda adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. Menurut Ni’matul Huda pemerintahan daerah adalah suatu pemerintahan otonom dalam negara kesatuan Republik Indonesia.107

Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas daerah kabupaten kota.108

107

Ni’matul Huda, Otonomi Daerah Filosofi, Sejarah Perkembangan Dan Problematika (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 20.

108

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 2 ayat (1).

Dalam hal ini penyelenggaraan urusan pemerintahan di bidang pembangunan kawasan industri di daerah Indonesia akan dilaksanakan berdasarkan asas desentralisasi oleh gubernur atau bupati/walikota secara bersama-sama atau sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Asas desentralisasi adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonom. Asas otonom ialah prinsip dasar penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan otonomi daerah.

Gubernur atau bupati/walikota nantinya akan melaksanakan tugas berupa menyelenggarakan pembangunan kawasan industri di lokasi yang sesuai dengan RTRW pada lintas wilayah kabupaten/kota atau RTRW pada wilayah kabupaten/kota di Indonesia. Secara umum terdapat tujuh hal yang menjadi tugas pemerintah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan kawasan industri di Indonesia yaitu:


(23)

1. Melaksanakan tugas dan kewenangan yang diberikan oleh negara kepada pemerintah dan pemerintah daerah untuk membangun kawasan industri di Indonesia.

2. Menyelenggarakan pembangunan kawasan industri di Indonesia untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

3. Penyelenggaraan pembangunan kawasan industri di Indonesia dilakukan dengan tetap menghormati hak yang dimiliki manusia sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

4. Menyelenggarakan pembangunan kawasan industri yang merata diseluruh wilayah negara kesatuan Republik Indonesia.

5. Menyelenggarakan pembangunan kawasan industri yang berwawasan lingkungan.

6. Menyelenggarakan pembangunan kawasan industri di lokasi yang sesuai dengan RTRW.

7. Menyelenggarakan pembangunan kawasan industri yang dapat meningkatkan daya saing investasi dan daya saing industri.

Tugas-tugas diatas tersebut dapat terwujud apabila pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing bertanggungjawab dan tidak melakukan penyalahgunaan wewenang atas tugas-tugas yang diberikan oleh negara dalam hal pembangunan kawasan industri di Indonesia yang sesuai dengan tujuan pembangunan kawasan industri yang ada di dalam PP Nomor 142 tahun 2015. Menurut Prajudi Atmosudirdjo bahwa kita perlu membedakan antara kewenangan (authority, gezag) dan wewenang (competence, bevoegdheid).


(24)

Kewenangan adalah apa yang disebut dengan “kekuasaan formal”, kekuasaan yang berasal dari kekuasaan legislatif yaitu kekuasan yang diberikan oleh undang-undang atau kekuasaan eksekutif administratif. Kewenangan yang biasanya terdiri atas beberapa wewenang adalah kekuasaan terhadap segolongan orang-orang tertentu atau kekuasaan terhadap sesuatu bidang pemerintahan atau bidang urusan tertentu yang bulat, sedangkan wewenang hanya mengenai sesuatu onderdil tertentu. Di dalam kewenangan terdapat wewenang-wewenang (rechtsbevoegdheden). Wewenang adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu tindakan hukum publik, misalkan wewenang menandatangani atau menerbitkan surat-surat izin dari seorang pejabat atas nama menteri, sedangkan kewenangan tetap berada di tangan menteri delegasi wewenang.109

Kewenangan-kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam pembangunan kawasan industri di Indonesia berbeda satu dengan yang lainnya, sesuai dengan kewenangannya masing-masing. Adapun kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah dalam pembangunan kawasan industri di Indonesia yang dilaksanakan oleh menteri perindustrian menurut Pasal 4 PP Nomor 142 Tahun 2015 adalah meliputi:110

1. Pengaturan, pembinaan, dan pengembangan kawasan industri. 2. Perencanaan pembangunan kawasan industri.

3. Penyediaan infrastruktur kawasan industri.

4. Prakarsa pembangunan kawasan industri oleh pemerintah. 5. Penetapan standar kawasan industri.

6. Penetapan pedoman teknis pembangunan kawasan industri.

109

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Cet.10 (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), hlm. 78.

110


(25)

7. Fasilitasi penyelesaian permasalahan terkait pendirian dan pengembangan kawasan industri dapat berupa tanah, infrastruktur, air baku, energi, ketenagakerjaan, dan perizinan.

8. Penetapan suatu kawasan industri sebagai obyek vital nasional sektor industri. 9. Penetapan pedoman referensi harga jual atau sewa kaveling dan/atau

bangunan industri di kawasan industri atas usul komite kawasan industri. 10.Pembentukan komite kawasan industri.

Kewenangan-kewenangan tersebut merupakan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah dalam kawasan industri nasional dan lintas wilayah provinsi Indonesia. Sehingga siapapun termasuk pemerintah daerah tidak bisa untuk mengambil alih atau menggantikan kewenangan-kewenangan tersebut tanpa adanya persetujuan oleh menteri perindustrian. Dan adapun kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah dalam pembangunan kawasan industri di Indonesia yang dilaksanakan oleh gubernur atau bupati/walikota menurut Pasal 5 PP Nomor 142 Tahun 2015 adalah meliputi:111

1. Perencanaan pembangunan kawasan industri. 2. Penyediaan infrastruktur industri.

3. Pemberian kemudahan dalam perolehan/pembebasan lahan pada wilayah daerah yang diperuntukkan bagi pembangunan kawasan industri.

4. Pelayanan terpadu satu pintu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

5. Pemberian insentif dan kemudahan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

111


(26)

6. Penataan industri untuk berlokasi di kawasan industri. 7. Pengawasan pelaksanaan pembangunan kawasan industri.

Kewenangan-kewenangan tersebut merupakan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah dalam kawasan industri lintas wilayah kabupaten/kota atau wilayah kabupaten/kota Indonesia. Sehingga dapat diketahui bahwa antara pemerintah dengan pemerintah daerah sudah memiliki kewenangan-kewenangannya masing-masing menurut PP Nomor 142 Tahun 2015. Dengan demikian tugas dan wewenang yang dimiliki oleh pemerintah dan pemerintah daerah berdasarkan PP Nomor 142 Tahun 2015 sudah ditentukan masing-masing. Dan semuanya itu hanya semata-mata untuk menyelenggarakan pembangunan kawasan industri yang dapat memakmurkan masyarakat Indonesia.


(27)

BAB IV

PENGAWASAN PEMERINTAH TERHADAP KAWASAN INDUSTRI

A. Kewajiban Perusahaan Kawasan Industri

Indonesia memiliki bermacam-macam jenis usaha yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan hidup, salah satunya adalah usaha dalam bidang perindustrian. Usaha dalam bidang perindustrian di Indonesia sekarang ini mulai ditempatkan dalam satu tempat khusus yang dipenuhi dengan berbagai macam sarana dan prasarana yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam menjalankan usaha perindustrian yang disebut dengan kawasan industri. Kawasan industri nantinya akan dikembangkan dan di kelola oleh perusahaan kawasan industri.

Banyak dampak positif dan dampak negatif yang dapat di timbulkan dari usaha kawasan industri yang ada di Indonesia. Adapun dampak positif yang dapat di timbulkan dari adanya usaha kawasan industri di Indonesia bermacam-macam seperti dapat meningkatkan devisa negara Indonesia, dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan pekerjaan serta dengan adanya pembangunan kawasan industri di Indonesia dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Sehingga dengan demikian usaha kawasan industri dapat memberikan kemakmuran bagi masyarakat Indonesia.

Selain dampak positif yang di timbulkan dari adanya usaha kawasan industri di Indonesia, juga terdapat dampak negatif yang di timbulkan dari adanya usaha kawasan industri di Indonesia. Dampak negatif tersebut ialah dengan adanya usaha kawasan industri di Indonesia maka otomatis dapat menimbulkan


(28)

pencemaran lingkungan dari hasil pembuangan limbah industri tersebut, baik berupa bahan cair, gas dan padat. Limbah yang di hasilkan dari usaha kawasan industri merupakan limbah bahan berbahaya dan beracun (selanjutnya disebut B3), yang apabila di buang ke dalam media lingkungan hidup dapat mengancam lingkup hidup kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.112

1. Perusahaan kawasan industri wajib menyediakan lahan bagi kegiatan industri kecil dan industri menengah

Pada umumnya penduduk yang tinggal di sekitar kawasan industrilah yang akan menerima dampak langsung dari pencemaran lingkungan yang terjadi tersebut.

Dengan demikian, untuk mengatasi dampak negatif yang timbul dari adanya usaha kawasan industri di Indonesia ini, maka sebaiknya para pelaku usaha kawasan industri yaitu perusahaan kawasan industri wajib dan harus memenuhi serta melaksanakan kewajiban-kewajiban yang sesuai dengan peraturan yang berlaku agar industrialisasi yang ada di Indonesia dapat berjalan dengan lancar dan kualitas lingkungan pun dapat terpelihara dengan baik serta kelangsungan hidup masyarakat dapat meningkat. Adapun kewajiban yang harus dipenuhi dan dilaksanakan oleh perusahaan kawasan industri menurut PP Nomor 142 Tahun 2015 ialah meliputi:

113

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah Indonesia melakukan pembangunan dan pemerdayaan industri kecil dan industri menengah untuk mewujudkan industri kecil dan industri menengah yang:114

112

Penjelasan umum UUPPLH Butir ke-4 Paragraf 2. 113

Pasal 34 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015. 114

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, Pasal 72 ayat (2) yang selanjutnya disebut dengan UU Perindustrian.


(29)

a. Berdaya saing

Industri kecil dan industri menengah di Indonesia mampu untuk bersaing dengan perindustrian di negara-negara berkembang maupun di negara-negara maju, seperti Amerika Serikat yang saat ini dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian.115

b. Berperan signifikan dalam penguatan struktur industri nasional

Industri kecil dan industri menengah mampu memberikan kontribusi besar dalam penguatan struktur industri dan mampu memperkuat perekonomian nasional Indonesia.

c. Berperan dalam pengentasan kemiskinan melalui perluasan kesempatan kerja

Pengentasan kemiskinan adalah masalah pokok dalam pembangunan di Indonesia dan kualitas pertumbuhan ekonomi menjadi kunci pemecahannya.116

d. Menghasilkan barang dan/atau jasa industri untuk diekspor

Sehingga dengan adanya industri kecil dan industri menengah dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan cara memberikan perluasan kesempatan kerja.

Industri kecil dan industri menengah di fokuskan untuk menjadi industri yang dapat mengahasilkan barang dan/atau jasa selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk diekspor keluar negeri. Dengan tujuan dapat meningkatkan kegiatan ekspor Indonesia.

(diakses pada 2 maret 2016).


(30)

Agar dapat mewujudkan industri kecil dan industri menengah maka dilakukan:117

a. Perumusan kebijakan.

b. Penguatan kapasitas kelembagaan. c. Pemberian fasilitas.

Dengan demikian, untuk mewujudkan keinginan pemerintah dan/atau pemerintah daerah Indonesia, maka perusahaan kawasan industri yang diperuntukan bagi industri kecil dan industri menengah wajib untuk menyediakan lahan bagi kegiatan industri kecil dan industri menengah. Untuk industri kecil di tetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan nilai investasi tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan industri menengah di tetapkan berdasarkan jumlah tenaga kerja dan/atau nilai investasi. Mengenai besaran jumlah tenaga kerja dan nilai investasi untuk industri kecil dan industri menengah di tetapkan oleh menteri perindustrian.118

Luas lahan untuk industri kecil dan industri menengah yaitu paling sedikit 5 (lima) hektare dalam satu hamparan.

119

Namun bisa juga luasan lahan untuk kegiatan industri kecil dan industri menengah ditetapkan dari luas kaveling industri.120 Lahan untuk kegiatan industri kecil dan industri menengah yang di tetapkan dari luas kaveling industri nantinya dapat di tetapkan sebagai sentra industri kecil dan industri menengah oleh pemerintah atau pemerintah daerah Indonesia.121

117

Pasal 72 ayat (2) UU Perindustrian. 118

Pasal 102 ayat (4) UU Perindustrian. 119

Pasal 7 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015.

120

Pasal 34 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015. 121

Pasal 34 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015.


(31)

Kata sentra menurut kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai tempat yang terletak ditengah-tengah, titik pusat, pusat dan sentral.122 Jadi maksud dari kata sentra tersebut ialah menjadikan lahan dengan luasan yang di tetapkan berdasarkan luas kaveling industri menjadi pusat pertumbuhan industri kecil dan industri menengah di Indonesia. Menurut Richardson bahwa konsep industri sebagai pusat pertumbuhan merupakan implementasi geografis dari konsep pertumbuhan (growth pole) yang dipakai untuk memacu perkembangan daerah yang terbelakang melalui pemusatan investasi pada kutub-kutub tertentu, sehingga akan terjadi keuntungan ekonomi atau aglomorasi pada daerah-daerah yang dipengaruhinya.123

2. Perusahaan kawasan industri wajib memiliki tata tertib kawasan industri124 Tata tertib kawasan industri ialah suatu peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan kawasan industri untuk dipatuhi dan dilaksanakan di dalam melaksanakan usaha kawasan industri dan apabila tata tertib ini dilanggar maka akan dikenakan sanksi. Agar usaha di dalam kawasan industri dapat berjalan dengan tertib dan lancar maka sebaiknya perusahaan kawasan industri wajib menyusun dan memiliki tata tertib kawasan industri. Penyusunan tata tertib kawasan industri harus mengacu kepada kebijaksanaan pemerintah daerah setempat serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang pengusahaan kawasan industri. Tata tertib kawasan industri paling sedikit memuat informasi mengenai:125

a. Hak dan kewajiban masing-masing pihak

123

Harry W Richardson, Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional. Terjemahan Paul Sitohang (Jakarta: Universitas Indonesia, 1997), hlm. 87.

124

Pasal 35 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.

125


(32)

Informasi ini memberikan batasan mengenai hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang ada di dalam perusahaan kawasan industri. Dengan di tentukannya hak dan kewajiban dari masing-masing pihak yang ada di dalam perusahaan kawasan industri maka dapat memberikan batasan bagi para pihak yang ada di dalam perusahaan kawasan industri agar tidak melakukan suatu hal yang bukan menjadi hak dan kewajibannya.

b. Ketentuan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai hasil studi AMDAL, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan

Informasi ini memberikan ketentuan mengenai pengelolaan dan pamantaun lingkungan hidup berdasarkan AMDAL, rencana pengelolaan lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan agar perusahaan kawasan industri dapat melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup sesuai dengan yang direncanakan dan yang seharusnya.

c. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait

Informasi ini berisi mengenai ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait di dalam kawasan industri. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait yaitu PP Nomor 142 Tahun 2015 serta peraturan-peraturan pelaksana lainnya.

d. Ketentuan lain yang ditetapkan oleh pengelola kawasan industri

Informasi ini berisi mengenai ketentuan-ketentuan lain yang ditetapkan oleh perusahaan kawasan industri ataupun perusahaan lain yang telah ditunjuk oleh perusahaan kawasan industri dalam hal mengelola dan melaksanakan usaha kawasan industri agar dapat berjalan dengan lancar.


(33)

Bagi perusahaan kawasan industri yang tidak memiliki tata tertib kawasan industri maka berdasarkan Pasal 55 PP 142 Tahun 2015 akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis.

3. Pengelola kawasan industri wajib memfasilitasi pelayanan perizinan satu pintu untuk memenuhi layanan cepat sesuai dengan peraturan kepala instansi pemerintah pusat yang menyelenggarakan pelayanan penanaman modal dan PTSP126

Perusahaan kawasan industri harus memberikan kemudahan-kemudahan dalam hal pelayanan perizinan satu pintu di dalam kawasan industri bagi perusahaan industri yang ingin melaksanakan usahanya di dalam kawasan industri agar proses dalam perizinan menjadi lebih sederhana dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

4. Pengelola kawasan industri wajib memfasilitasi hubungan industrial bagi perusahaan industri yang berada di kawasan industri127

Perusahaan kawasan industri harus menyediakan maupun memberikan fasilitas bagi perusahaan industri yang berada di kawasan industri agar hubungan industrial yang terjalin berjalan dengan mudah dan lancar. Bentuk fasilitas yang diberikan oleh pengelola kawasan industri dalam hal hubungan industrial bagi perusahaan industri yang berada di kawasan industri ialah berupa penyediaan ruang, membentuk forum maupun melakukan pertemuan rutin.

5. Perusahaan kawasan industri yang telah memiliki izin prinsip, IUKI, dan/atau izin perluasan kawasan industri wajib menyampaikan data kawasan industri

126

Pasal 35 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015. 127


(34)

secara berkala kepada menteri perindustrian, gubernur dan/atau bupati/walikota sesuai dengan IUKI128

Menurut Pasal 1 angka 14 UU Perindustrian menyatakan bahwa data kawasan industri adalah fakta yang dicatat atau direkam dalam bentuk angka, huruf, gambar, peta dan/atau sejenisnya yang menunjukkan keadaan sebenarnya untuk waktu tertentu, bersifat bebas nilai dan belum diolah terkait dengan kegiatan perusahaan kawasan industri. Data kawasan industri meliputi data kawasan industri pada tahap pembangunan dan data kawasan industri pada tahap komersial. Data kawasan industri pada tahap pembangunan antara lain meliputi legalitas perusahaan, aspek perencanaan, aspek pembangunan, aspek teknis yang terkait dengan pembangunan, kelengkapan sarana dan prasarna serta aspek pengelolaan. Sedangkan data kawasan industri pada tahap komersial antara lain meliputi legalitas perusahaan, aspek kegiatan kawasan industri, aspek teknis dan aspek pengelolaan.

Data kawasan industri yang akan di sampaikan harus data yang akurat, lengkap dan tepat waktu secara berkala kepada menteri perindustrian, gubernur dan/atau bupati/walikota. Data kawasan industri tersebut nantinya disampaikan melalui sistem informasi industri nasional.129

128

Pasal 35 ayat (5) PP Nomor 142 Tahun 2015. 129

Pasal 65 ayat (2) UU Perindustrian.

Sistem informasi industri nasional adalah tatanan prosedur dan mekanisme kerja yang terintegrasi meliputi unsur institusi, sumber daya manusia, basis data, perangkat keras dan lunak serta jaringan komunikasi data yang terkait satu sama lain dengan tujuan untuk penyampaian, pengelolaan, penyajian, pelayanan serta penyebarluasan data


(35)

dan/atau informasi industri.130 Setelah data kawasan industri disampaikan melalui sistem informasi industri nasional kepada gubernur dan bupati/walikota maka secara berkala juga gubernur dan bupati/walikota harus menyampaikan hasil pengolahan data kawasan industri sebagai informasi industri kepada menteri perindustrian melalui sistem informasi industri nasional.131

Selain data kawasan industri, menteri perindustrian juga meminta agar perusahaan kawasan industri memberikan data selain data kawasan indutri yang terkait dengan:

Dalam hal ini menteri, gubernur dan/atau bupati/walikota akan memberikan kemudahan kepada perusahaan kawasan industri untuk menyampaikan data kawasan industri dan mengakses informasi.

132

a. Data tambahan. b. Klarifikasi data.

c. Kejadian luar biasa di perusahaan kawasan industri.

Perusahaan kawasan industri yang tidak menyampaikan data kawasan industri maka berdasarkan Pasal 56 PP Nomor 142 Tahun 2015 akan dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis. Dengan demikian maka kewajiban-kewajiban menurut PP Nomor 142 Tahun 2015 diatas, diperlukan pengawasan oleh pemerintah agar perusahaan kawasan industri dapat memenuhi dan mematuhi kewajiban-kewajibannya dengan baik di dalam kawasan industri.

130

Pasal 1 angka 16 UU Perindustrian. 131

Pasal 65 ayat (3) UU Perindustrian. 132


(36)

B. Kewajiban Perusahaan Industri di dalam Kawasan Industri

Sub bab sebelumnya telah menjelaskan mengenai kewajiban-kewajiban perusahaan kawasan industri yang ada di Indonesia. Namun, di dalam ketentuan PP Nomor 142 Tahun 2015 juga ada menjelaskan mengenai kewajiban bagi perusahaan industri di dalam kawasan industri. Sebelum membahas mengenai kewajiban perusahaan industri di dalam kawasan industri maka akan dibahas terlebih dahulu mengenai kewajiban perusahaan industri di Indonesia.

Menurut Pasal 36 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015 menyatakan bahwa perusahaan industri yang akan menjalankan industri wajib berlokasi di kawasan industri serta pada Pasal 37-nya juga menyatakan bahwa perusahaan industri yang berada di KPI yang akan melakukan perluasan dengan menambah lahan wajib berlokasi di dalam kawasan industri. Berdasarkan Pasal 36 ayat (1) dan Pasal 37 tersebut, dapat diketahui bahwa perusahaan industri wajib dan harus berlokasi di dalam kawasan industri baik bagi perusahaan industri baru yang masih akan menjalankan usahanya maupun bagi perusahaan industri yang sudah menjalankan usahanya di dalam KPI dan ingin melakukan perluasan lahan di lokasi yang berbeda. Namun, kewajiban tersebut dapat dikecualikan bagi:

1. Perusahaan industri yang akan menjalankan industri dan berlokasi di daerah kabupaten/kota yang belum memiliki kawasan industri133

Perusahaan industri yang akan menjalankan industri dan berlokasi di daerah kabupaten/kota yang belum memiliki kawasan industri maka perusahaan industri tersebut dapat dikecualikan untuk menjalankan industri di dalam kawasan

133


(37)

industri, melainkan perusahaan industri tersebut diwajibkan untuk menjalankan industrinya di dalam KPI.134

2. Perusahaan industri yang akan menjalankan industri dan berlokasi di daerah kabupaten/kota yang telah memiliki kawasan industri tetapi seluruh kaveling industri dalam kawasan industrinya telah habis135

Perusahaan industri yang akan menjalankan industri dan berlokasi di daerah kabupaten/kota yang seluruh kaveling industri dalam kawasan industrinya telah habis atau luas kaveling industri tidak mencukupi maka dapat dikecualikan dari kewajiban yang mewajibkan perusahaan industri untuk menjalankan usahanya di dalam kawasan industri, melainkan mewajibkan perusahaan industri tersebut untuk menjalankan usaha industrinya di dalam KPI.136

3. Industri kecil dan industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan hidup yang berdampak luas137

Industri kecil dan industri menengah yang tidak berpotensi menimbulkan pencemaran yang luas dari hasil industrinya dan telah ditetapkan oleh menteri perindustrian maka dapat dikecualikan dari kewajiban yang mewajibkan untuk berlokasi di dalam kawasan industri, melainkan perusahaan industri tersebut wajib berlokasi di dalam KPI.138

4. Industri yang menggunakan bahan baku khusus dan/atau proses produksinya memerlukan lokasi khusus139

134

Pasal 36 ayat (4) PP Nomor 142 Tahun 2015. 135

Pasal 36 ayat (2) huruf b PP Nomor 142 Tahun 2015. 136

Ibid., 137

Pasal 36 ayat (3) huruf a PP Nomor 142 Tahun 2015. 138

Ibid., 139


(38)

Industri yang memiliki kekhususan baik dari segi bahan bakunya maupun lokasinya maka dapat dikecualikan dari kewajiban yang mewajibkan perusahaan industri untuk menjalankan industrinya di lokasi kawasan industri, melainkan perusahaan industri tersebut dapat menjalankan usahanya di lokasi khusus sesuai dengan RTRW dan perusahaan industri tersebut telah ditetapkan oleh menteri perindustrian sebagai industri khusus dan dapat berlokasi di luar kawasan industri.

Setelah perusahaan industri memenuhi kewajibannya untuk menjalankan usaha industri di dalam kawasan industri, maka sebelum memulai untuk menjalankan usaha industrinya di dalam kawasan industri, perusahaan industri tersebut wajib memiliki:140

1. Upaya pengelolaan lingkungan. 2. Upaya pemantauan lingkungan.

Antara UKL dan UPL merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena antara keduanya memiliki keterikatan dan kesamaan satu dengan yang lainnya. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (selanjutnya disebut PP Nomor 27 Tahun 2012), bahwa UKL-UPL adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

Berdasarkan ketentuan PP Nomor 27 Tahun 2012 diatas, maka dapat diketahui bahwa perusahaan industri yang akan menyelenggarakan usaha industri di dalam kawasan industri wajib terlebih dahulu untuk melakukan UKL-UPL. Kewajiban ini diwajibkan bagi perusahaan industri yang kegiatan usahanya dapat

140


(39)

dan masih dicakup dan dipenuhi oleh AMDAL yang ada di dalam kawasan industri.141

Selanjutnya bagi perusahaan industri yang telah memenuhi UKL-UPL atau menyusun AMDAL maka perusahaan industri tersebut sudah boleh untuk menjalankan kegiatan usahanya di dalam kawasan industri. Perusahaan industri di dalam kawasan industri tersebut wajib untuk:

Namun, apabila AMDAL di dalam kawasan industri tidak dapat untuk mencakup maupun memenuhi kegiatan usaha perusahaan industri yang akan dilakukan di dalam kawasan industri maka perusahaan industri tersebut wajib menyusun AMDAL dan setelah itu akan mendapat pengesahan oleh instansi yang berwenang yaitu kementerian lingkungan hidup dan kehutanan.

142

1. Memenuhi ketentuan perizinan usaha industri

Perusahaan industri yang akan menjalankan usaha perindustriannya harus terlebih dahulu memenuhi ketentuan perizinan usaha industri karena perusahaan industri tidak akan mungkin dapat menjalankan usaha industrinya baik di dalam kawasan industri maupun di dalam KPI sebelum memiliki izin usaha industri. Menurut Pasal 101 UU Perindustrian menyatakan bahwa setiap kegiatan usaha industri wajib memiliki izin usaha industri. Izin usaha industri diberikan oleh menteri perindustrian namun menteri perindustrian dapat melimpahkan sebagian kewenangan pemberian izin usaha industri kepada gubernur dan bupati/walikota.143 Bagi perusahaan industri yang telah memperoleh izin maka wajib:144

a. Melaksanakan kegiatan usaha industri sesuai dengan izin yang dimiliki.

141

Pasal 38 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015. 142

Pasal 39 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015.

143

Pasal 101 ayat (4) UU Perindustrian. 144


(40)

b. Menjamin keamanan dan keselamatan alat, proses, hasil produksi, penyimpanan serta pengangkutan.

2. Memenuhi ketentuan tata tertib kawasan industri yang berlaku

Perusahaan industri yang menjalankan kegiatan usahanya di dalam kawasan industri wajib untuk memenuhi ketentuan tata tertib kawasan industri yang berlaku karena jika tidak dipenuhi maka akan diberikan sanksi sesuai dengan yang telah ditentukan.

3. Memelihara daya dukung lingkungan di sekitar kawasan termasuk tidak melakukan pengambilan air tanah

Perusahaan industri yang menjalankan kegiatan usaha di dalam kawasan industri wajib untuk memelihara daya dukung lingkungan di sekitar kawasan industri agar daya dukung lingkungan di sekitar kawasan industri tetap terjaga kelestariannya termasuk air tanah. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.145

4. Melakukan pembangunan pabrik dalam batas waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak pembelian dan/atau penyewaan lahan, dan dapat diperpanjang 1 (satu) tahun

Perusahaan industri yang akan menjalankan kegiatan usaha di dalam kawasan industri dan sudah menentukan lahan industri di dalam kawasan industri untuk lokasi kegiatan usahanya maka paling lama 4 (empat) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) tahun harus sudah membangun pabrik untuk tempat berlangsungnya produksi usaha perindustrian.

12 maret 2016).


(41)

5. Mengembalikan kaveling industri kepada perusahaan kawasan industri apabila dalam batas waktu yang telah ditentukan tidak juga melakukan pembangunan pabrik

Perusahaan industri yang tidak membangun pabrik setelah batas waktu 4 (empat) tahun dan perpanjangan waktu 1 (satu) tahun maka perusahaan industri tersebut harus mengembalikan kaveling atau lahan industri kepada perusahaan kawasan industri dan perusahaan industri tersebut berhak menerima uang pengembalian sesuai dengan yang diperjanjikan antara perusahaan industri dengan perusahaan kawasan industri.146

1. Perusahaan industri di dalam kawasan industri dikecualikan dari perizinan yang menyangkut ganguan, lingkungan, lokasi, tempat usaha, peruntukan penggunaan lahan, pengesahan rencana tapak tanah dan ANDALALIN

Keuntungan yang di dapatkan oleh perusahaan industri yang menjalankan kegiatan usaha perindustrinya di dalam kawasan industri yaitu meliputi:

147

Perusahaan industri yang menjalankan kegiatan usaha perindustriannya di dalam kawasan industri akan dibebaskan dari perizinan-perizinan sebagaimana yang telah disebutkan diatas. Hal ini karena perizinan-perizinan tersebut sudah diurus dan dipenuhi oleh kawasan industri pada saat pembangunan kawasan industri. Namun, mengenai pengecualian perizinan lingkungan tidak akan menghapus kewajiban dan tanggung jawab perusahaan industri di dalam kawasan industri untuk melakukan pengelolaan lingkungan.148

146

Pasal 39 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015. 147

Pasal 38 ayat (4) PP Nomor 142 Tahun 2015. 148


(42)

2. Perusahaan industri di dalam kawasan industri dapat melakukan kegiatan logistik barang149

Perusahaan industri yang menjalankan kegiatan usaha perindustriannya di dalam kawasan industri dapat melakukan kegiatan logistik barang. Kegiatan logistik barang dapat juga dilakukan perusahaan jasa logistik barang.150 Misi dari logistik adalah memenuhi kebutuhan barang yang sesuai ke tempat yang tepat, pada waktu yang tepat dan pada kondisi yang di inginkan, sehingga memberikan manfaat kepada perusahaan.151

C. Standar Kawasan Industri

Bentuk dari kegiatan logistik barang yaitu seperti distribusi, penyimpanan, sortasi, pelabelan, pengemasan maupun pengemasan kembali.

Standar kawasan industri dapat digunakan sebagai kegiatan pembinaan termasuk pengawasan kepada perusahaan-perusahaan yang berada di dalam kawasan industri di seluruh Indonesia. Selain itu, standar kawasan industri juga dapat digunakan sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi dan menilai kinerja perusahaan pengelola kawasan industri. Sehingga dengan adanya standar kawasan industri dapat membantu investor dalam memilih kawasan industri yang akan dihuninya serta memberikan kenyamanan kepada investor dalam kawasan industri tersebut.152

149

Pasal 40 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015. 150

Pasal 40 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015. 151

Dedi Mulyadi, “Pengembangan Sistem Logistik Yang Efisien Dan Efektif Dengan Pendekatan Supply Chain Management,” Vol,V,No.3,2011.

152

http


(43)

Menurut Pasal 44 ayat (1) PP Nomor 142 Tahun 2015 menyatakan bahwa perusahaan kawasan industri wajib memenuhi standar kawasan industri. Penggunaan serta pemenuhan standar harus dimulai dari yang paling minimal kemudian terus meningkat pada standar yang lebih tinggi. Bagi perusahaan kawasan industri yang tidak memenuhi standar kawasan industri maka berdasarkan Pasal 57 PP Nomor 142 Tahun 2015 akan dikenakan sanksi administratif berupa:

1. Peringatan tertulis 2. Denda administratif.

Standar kawasan industri ditetapkan oleh pemerintah melalui kementerian perindustrian. Ada empat kriteria yang diterapkan dalam standar kawasan industri yaitu aspek manajemen dan pelayanan yang mengaharuskan pengembang memiliki rencana bisnis serta mematuhi rasio peruntukkan lahan kawasan industri. Kemudian, ada pula aspek sarana dan prasarana, yakni pengembang harus menyediakan jaringan jalan, jaminan penyediaan energi dan memiliki sistem drainase yang baik. Selain itu, kawasan industri juga harus memperhatikan aspek pengelolaan lingkungan dan aspek kepedulian sosial serta pemerdayaan masyarakat.153

Kriteria-kriteria standar kawasan industri diatas, jika dipenuhi oleh perusahaan kawasan industri maka menteri perindustrian akan memberikan penghargaan sebagai bentuk apresiasi kepada para pengelola kawasan industri yang telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Penghargaan kawasan industri meliputi beberapa kategori. Kategori tersebut adalah kawasan industri

153

http


(44)

dengan kinerja terbaik dalam manajemen dan pelayanan, kinerja terbaik dalam infrastruktur dan fasilitas dan kinerja terbaik dalam pengelolaan lingkungan.154 Standar kawasan industri paling sedikit meliputi aspek:155

1. Infrastruktur kawasan industri. 2. Pengelolaan lingkungan. 3. Manajemen dan layanan.

Perusahaan kawasan industri yang telah memenuhi standar kawasan industri akan diberikan akreditasi.156 Fungsi akreditasi salah satunya adalah sebagai dasar bagi pemerintah untuk memberikan bantuan perbaikan infrastruktur di dalam kawasan industri yang dalam lima tahun ke depan dianggarkan mencapai Rp. 6 triliun157

Selanjutnya akreditasi kawasan industri akan dilakukan oleh tim akreditasi kawasan industri yaitu komite akreditasi kawasan industri. Tim ini berasal dari akademisi, birokrasi, praktisi dan asosiasi kawasan industri yang telah memenuhi persyaratan. Komite akreditasi kawasan industri merupakan lembaga independen yang ditetapkan oleh menteri perindustrian, namun apabila dalam hal belum terdapat komite akreditasi kawasan industri menteri dapat menugaskan komite kawasan industri untuk melakukan akreditasi kawasan industri.

serta dengan adanya akreditasi calon investor akan mendapatkan informasi lebih jelas mengenai kawasan industri yang akan investor masuki. Masa berlakunya akreditasi kawasan ditetapkan dalam waktu 3 (tiga) tahun.

158

154

http maret 2016).

155

Pasal 44 ayat (2) PP Nomor 142 Tahun 2015. 156

Pasal 44 ayat (3) PP Nomor 142 Tahun 2015. 157

http

158


(45)

D. Pengawasan Pemerintah Terhadap Kawasan Industri

Keamanan di dalam kegiatan kawasan industri di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, mengingat kawasan industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Untuk menjaga agar keamanan di dalam kawasan industri tetap terjaga maka dibutuhkan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Dalam kamus bahasa Indonesia istilah pengawasan berasal dari kata awas yang artinya memperhatikan baik-baik, dalam arti melihat sesuatu dengan cermat dan seksama, tidak ada lagi kegiatan kecuali memberi laporan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya dari apa yang di awasi.159

Menurut M. Manullang mengatakan bahwa pengawasan adalah suatu proses untuk menetapkan suatu pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.160 Pengawasan menurut Sule dalam Saefullah adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.161 Sedangkan menurut Sarwoto yang dikutip oleh Sujanto memberikan batasan bahwa pengawasan adalah kegiatan manager yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.162

Beberapa defenisi yang dikemukakan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan adalah proses kegiatan yang dilakukan terus-menerus untuk

159

Sujanto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan (Ghalia Indonesia, 1986), hlm.2. 160

M. Manullang, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1995), hlm.18.

161

Sule Erni Trisnawati, dan Kurniawan Saefullah, Pengantar Manajemen (Jakarta, Edisi Permata, Prenada Media, 2005), hlm.317.

162


(46)

menilai dan membandingkan hasil-hasil yang telah dicapai dalam suatu pekerjaan dengan hasil-hasil yang seharusnya dicapai. Dengan kata lain, hasil pengawasan harus dapat menunjukan sampai dimana terdapat kecocokan atau ketidak cocokan terhadap pekerjaan yang dilakukan serta mengevaluasi sebab-sebabnya. Pengawasan pada dasarnya diadakan dengan maksud untuk memeriksa kesalahan-kesalahan yang terjadi dan nantinya kesalahan-kesalahan-kesalahan-kesalahan itu dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengambil kebijakan guna mencapai sasaran yang optimal. Pengawasan dan pengendalian di dalam kegiatan kawasan industri dilakukan oleh pejabat dari unit kerja di bawah menteri dan/atau lembaga terakreditasi yang ditunjuk oleh menteri.163

Menteri dalam hal ini adalah perangkat pemerintah yang membidangi urusan perindustrian dalam pemerintahan. Pejabat dari unit kerja di bawah menteri yang melaksanakan pengawasan di dalam kawasan industri ialah inspektorat jendral (selanjutnya disebut itjen). Sedangkan lembaga terakreditasi yang ditunjuk oleh menteri adalah lembaga yang sudah memiliki pengakuan formal yang diberikan oleh badan akreditasi terhadap kompetensi dari lembaga tersebut dalam melakukan pengawasan. Selain itu, pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan juga pemerintah daerah kabupaten/kota secara bersama-sama atau sesuai dengan kewenangan masing-masing melaksanakan pengawasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

164

Tujuan dari dilaksanakannya pengawasan dalam kegiatan kawasan industri ialah untuk mengetahui pemenuhan dan kepatuhan terhadap peraturan di bidang perindustrian maupun peraturan di bidang kawasan industri di Indonesia yaitu UU

163

Pasal 117 ayat (4) UU Perindustrian. 164


(47)

Perindustrian, PP Nomor 142 Tahun 2015 dan peraturan-peraturan pelaksana lainnya yang dilaksanakan oleh perusahaan kawasan industri. Dengan kata lain, tujuan dari dilaksanakannya pengawasan dalam kegiatan kawasan industri ialah untuk meninjau, mengevaluasi dan menetapkan status ketaatan dari perusahaan kawasan industri di dalam menjalankan usaha kawasan industri di Indonesia, yaitu sejauh mana upaya yang telah dilakukan di dalam memenuhi dan mentaati seluruh peraturan dan persyaratan yang dimiliki. Pengawasan dilakukan antara lain melalui audit, inspeksi, pengamatan intensif (survey ilance) atau pemantauan (monitoring).

Pemenuhan dan kepatuhan yang harus dilakukan oleh perusahaan kawasan industri terhadap peraturan di bidang perindustrian di Indonesia menurut UU Perindustrian paling sedikit meliputi:165

1. Pemanfaatan sumber daya alam

Pemanfaatan sumber daya alam adalah kegiatan untuk mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam secara efisien, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Sumber daya alam yang di maksud meliputi sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan secara langsung dari alam, antara lain, mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, kayu, air dan panas bumi sera sumber daya lainnya. Pemanfaatan sumber daya alam wajib dilakukan oleh perusahaan kawasan industri pada tahap perencanaan, pembangunan dan pengelolaan kawasan industri, termasuk pengelolaan limbah.166

165

Pasal 117 ayat (3) UU Perindustrian. 166

Pasal 30 ayat (2) UU Perindustrian.

Sebelum melaksanakan kegiatan pemanfaatan sumber daya alam, perusahaan kawasan industri terlebih dahulu harus menyusun rencana pemanfaatan sumber daya alam. Penyusunan


(48)

rencana pemanfaatan sumber daya alam mengacu kepada kebijakan industri nasional.167

a. Peringatan tertulis.

Perusahaan kawasan industri yang tidak melaksanakan pemanfaatan sumber daya alam maka berdasarkan Pasal 30 ayat (5) UU Perindustrian akan dikenakan sanksi administratif berupa:

b. Denda administratif. c. Penutupan sementara.

d. Pembekuan izin usaha kawasan industri. e. Pencabutan izin usaha kawasan industri. 2. Manajemen energi

Manajemen energi wajib dilakukan bagi perusahaan kawasan industri yang memanfaatkan sumber daya alam sebagai energi.168

3. Manajemen air

Manajemen energi merupakan program terpadu yang direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan sumber daya energi secara efektif dan efisien dengan melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa mengurangi kualitas produksi atau pelayanan.

Manajemen air wajib dilakukan bagi perusahaan kawasan industri yang memanfaatkan air baku.169

167

Pasal 30 ayat (4) UU Perindustrian. 168

Pasal 34 UU Perindustrian.

169

Pasal 35 UU Perindustrian.

Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Sumber air baku bisa berasal dari sungai, sumur air dalam, mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut.


(49)

4. Data kawasan industri

Perusahaan kawasan industri wajib untuk menyampaikan data kawasan industri yang akurat, lengkap dan tepat waktu secara berkala kepada menteri perindustrian, gubernur dan bupati/walikota.

5. Standar kawasan industri

Perusahaan kawasan industri wajib untuk memenuhi standar kawasan industri yang telah ditetapkan oleh menteri perindustrian.

6. Perizinan kawasan industri

Perusahaan kawasan industri yang ingin melakukan usaha kawasan industri wajib memiliki IUKI.

7. Keamanan dan keselamatan alat, proses, hasil produksi, penyimpanan dan pengangkutan

Setiap perusahaan kawasan industri wajib menjaga keamanan dan keselamatan alat-alat yang digunakan dalam menjalankan usaha kawasan industri, menjaga keamanan dan keselamatan selama proses produksi agar sesuai dengan yang direncanakan diawal termasuk menjaga keamanan dan keselamatan terhadap tenaga kerja agar tidak terjadi kecelakaan selama poroses produksi dilakukan, menjaga kualitas dari hasil produksi, menjaga penyimpanan alat-alat produksi agar kondisinya tetap baik dan steril, dan menjaga keamanan dan keselamatan selama proses pengangkutan hasil produksi sesuai dengan IUKI.

Selain perusahaan kawasan industri harus memenuhi dan mematuhi UU Perindustrian diatas, perusahaan kawasan industri juga harus memenuhi dan mematuhi PP Nomor 142 Tahun 2015, khususnya mengenai kewajiban-kewajiban yang ditujukan kepada perusahaan kawasan industri sesuai dengan yang


(50)

tercantum didalam PP Nomor 142 Tahun 2015 agar pelaksanaan kegiatan kawasan industri dapat berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan dampak negatif yang tidak diharapkan. Manfaat dari dilaksanakannya pengawasan di dalam kawasan industri ialah dapat mendorong efektivitas kerja perusahaan kawasan industri di dalam menjalankan usaha kawasan industri di Indonesia. Dengan adanya pengawasan tersebut maka para pelaku usaha yaitu perusahaan kawasan industri dapat mengetahui hasil pekerjaannya. Kemudian perusahaan kawasan industri juga akan terdorong untuk berusaha meningkatkan efektivitas kerjanya.

Berdasarkan hal-hal diatas, maka pengawasan sangat penting untuk dilaksanakan di dalam menjalankan kegiatan kawasan industri di Indonesia, mengingat kawasan industri memiliki kaitan dengan berbagai macam sektor penting salah satunya adalah sektor pertanian, sektor jasa maupun sektor investasi. Sehingga untuk menjaga agar kegiatan kawasan industri, para investor maupun lingkungan di sekitar kawasan industri tetap sehat, terlindungi dan aman maka sebaiknya pemerintah harus melaksanakan pengawasan yang baik dalam kawasan industri.


(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan terhadap permasalahan yang diteliti pada bab-bab sebelumnya, maka pada akhir bab-bab ini penulis mencoba membuat kesimpulan dan saran dari bab-bab sebelumnya.

1. Pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri dilakukan sesuai dengan pedoman teknis pembangunan kawasan industri yang ditetapkan oleh menteri perindustrian. Pedoman teknis pembangunan kawasan industri memuat pemilihan lokasi yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, perizinan yaitu izin lokasi, izin mendirikan bangunan, dokumen analisis dampak lalu lintas, izin lingkungan, izin prinsip serta izin usaha kawasan industri, pengadaan tanah oleh lembaga pertanahan, pematangan tanah, pembangunan infrastruktur dan pengelolaan oleh perusahaan kawasan industri.

2. Tugas dan wewenang pemerintah dalam pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri dilaksanakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan tugas dan kewenangannya masing-masing. Tugas pemerintah menyelenggarakan pembangunan kawasan industri di lokasi yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah nasional dan rencana tata ruang wilayah pada lintas wilayah provinsi sedangkan pemerintah daerah menyelenggarakan pembangunan kawasan industri di lokasi yang sesuai


(52)

dengan rencana tata ruang wilayah pada lintas wilayah kabupaten/kota atau rencana tata ruang wilayah pada wilayah kabupaten/kota. Kewenangan pemerintah mulai dari pengaturan pembangunan kawasan industri sampai kepada pengawasan pelaksanaan pembangunan kawasan industri nasional dan pada lintas wilayah provinsi sedangkan pemerintah daerah mulai dari perencanaan pembangunan kawasan industri sampai kepada pengawasan pelaksanaan pembangunan kawasan industri pada lintas wilayah kabupaten/kota atau wilayah kabupaten/kota.

3. Pengawasan pemerintah terhadap kawasan industri dilaksanakan untuk mengetahui pemenuhan dan kepatuhan perusahaan kawasan industri atas pemanfaatan sumber daya alam, manajemen energi, manajemen air, data kawasan industri, standar kawasan industri, perizinan kawasan industri, keamanan dan keselamatan alat, proses, hasil produksi, penyimpanan dan pengangkutan serta kewajiban-kewajiban yang ditujukan kepada perusahaan kawasan industri.

B. Saran

Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pemerintah seharusnya lebih memusatkan perhatian dalam hal pembangunan kawasan industri di wilayah-wilayah yang masih dalam kategori terbelakang dari pada hanya berpusat pada wilayah besar yang telah mengalami kemajuan yang pesat, dengan lebih memperhatikan potensi yang dimiliki wilayah tersebut dan juga memberikan kemudahan-kemudahan agar wilayah tersebut


(53)

dapat di bangun kawasan industri, sehingga pembangunan kawasan industri di negara Indonesia lebih merata dan seimbang seperti yang diharapkan. 2. Pemerintah harusnya lebih mengoptimalkan kinerjanya melalui tugas dan

kewenangan yang dimiliki serta memiliki loyalitas dalam kinerja penyelenggaraan pembangunan maupun pengawasan kawasan industri agar kawasan industri berjalan sesuai dengan tujuan yang terdapat di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri serta mengkaji lagi terkait pembangunan kawasan industri agar lebih sederhana dan memudahkan bagi investor, namun tetap tunduk pada hukum Indonesia dan kepentingan nasional.

3. Pemerintah harusnya mereformasi ketentuan mengenai kawasan industri karena banyak investor yang merasa keberatan terhadap regulasi tersebut. Sehingga investor cenderung untuk mengurungkan niatnya dalam melaksanakan usaha kawasan industri di Indonesia. Misalnya dalam hal izin lokasi lahan yang sudah ditentukan hanya sebesar 400 hektare namun hal ini bagi investor masih sangat kecil dibandingkan dengan rencana yang akan dilakukan untuk dapat berinvestasi di Indonesia.


(54)

BAB II

PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 142 TAHUN 2015 TENTANG

KAWASAN INDUSTRI

A. Kawasan Industri Indonesia

Lahirnya kawasan industri di Indonesia untuk mendukung kegiatan industri yang efisien dan efektif di wilayah pusat pertumbuhan industri. Kawasan industri mulai di kembangkan pada awal tahun 1970 di Indonesia sebagai salah satu bentuk usaha untuk memenuhi kegiatan penanaman modal baik dari dalam maupun dari luar negeri. Pada awalnya kawasan industri hanya bisa dikembangkan oleh pemerintah melalui BUMN dan/atau badan usaha milik daerah (selanjutnya disebut BUMD).24

Seiring dengan perkembangan investasi yang terus meningkat dan untuk mempercepat pertumbuhan industri baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor maka pemerintah Indonesia mulai mengizinkan pihak swasta untuk terlibat dalam usaha kawasan industri melaui Kepres Nomor 53 Tahun 1989. Sejak pihak swasta di izinkan oleh pemerintah Indonesia untuk ikut serta dalam mengembangkan kawasan industri maka pertumbuhan kawasan industri bertumbuh dengan sangat pesat. Sampai pada tahun 2015 misalnya, jumlah kawasan industri yang tercatat di Himpunan Kawasan Industri (selanjutnya disebut HKI) adalah sebanyak 70 (tujuh puluh) kawasan industri yang tersebar di 13 (tiga belas) provinsi dengan total luas kawasan industri yang

Hal ini dikarenakan seluruh modal dalam kawasan industri berasal dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah.

24

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Mengenai Penyediaan Dan Pemberian Tanah Untuk Keperluan Perusahaan, Pasal 6 ayat (2).


(55)

dikelola HKI per Juni 2015 seluas 44.482 hektare dengan realisasi pembangunan seluas 11.929 hektare atau 26,81 persen dari total lahan yang telah dibuka dengan jumlah tenant sebanyak 9.198 tenant.25

1. Pengertian kawasan industri

Penjelasan sebelumnya telah dijelaskan sedikit mengenai latar belakang muncul dan berkembangnya kawasan industri di Indonesia. Namun, untuk lebih memahami pengertian dari kawasan industri tersebut maka akan dijelaskan mengenai pengertian dari kawasan industri di Indonesia. Di Indonesia istilah kawasan industri masih relatif baru. Istilah tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu pengertian tempat pemusatan kelompok perusahaan industri dalam suatu areal tersendiri.26

Secara terminologi kata kawasan industri di Indonesia sering disebut dengan istilah industrial estate sementara di beberapa negara lain menggunakan istilah industrial park. Kata kawasan yang ada di dalam kawasan industri adalah kata yang diambil dari bahasa lain, menurut bahasa Inggris kata kawasan lebih tepat dipakai dari kata “area” yang artinya “scope or range of activity” yang terjemahan bebasnya adalah “daerah yang dipakai untuk suatu kegiatan.”27 Sedangkan kata kawasan menurut kamus bahasa Indonesia adalah “daerah” sedangkan daerah artinya adalah “wilayah”.28

25

http

Dengan demikian kata kawasan

26

http

27

As Homby, oxford advance dictionary of current english, Twenty-fifth impression (USA: Oxford University Press,1989), hlm. 40.

28

Amran Ys Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Cetakan ke V (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 133.


(1)

kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonom tanpa dikaitkan dengan masyarakat.20

2. Sumber data

Penelitian normatif yang didasarkan pada bahan hukum primer dan sekunder yaitu inventarisasi peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penulisan skripsi penulis.

Penelitian ini bersifat deskriptif. Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lengkap dan secara jelas tentang permasalahan yang terdapat pada masyarakat yang digunakan dapat dikaitkan dengan ketentuan– ketentuan atau peraturan-peraturan hukum yang berlaku.

Penyusunan skripsi ini, data dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Data sekunder adalah mencakup dokumen–dokumen resmi, buku–buku, atau hasil– hasil penelitian yang berwujud laporan dan sebagainya.21

a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.

Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri dari peraturan perundang- undangan, antara lain :

b. Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yakni hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat sarjana yang berhubungan dengan pembahasan skripsi ini.

20

Edy Ikhsan dan Mahmul Siregar, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum Sebagai

Bahan Ajar (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm. 54.

21

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rajawali Pers, 2006), hlm. 30.


(2)

Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder yakni kamus hukum dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library

research) yaitu serangkaian usaha untuk memperoleh data dengan jalan membaca,

menelaah, mengklarifikasi, mengidentifikasi, dan dilakukan pemahaman terhadap bahan-bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan serta buku-buku literatur yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sistematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan-penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.22

4. Analisis data

Data yang berhasil dikumpulkan, data sekunder, kemudian diolah dan dianalisa dengan mempergunakan teknik analisis metode kualitatif, yaitu dengan menguraikan semua data menurut mutu, dan sifat gejala dan peristiwa hukumnya melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut di atas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas dengan mempertautkan bahan hukum yang ada. Mengolah dan menginterpretasikan data guna mendapatkan kesimpulan dari permasalahan serta memaparkan kesimpulan dan

22


(3)

saran, yang dalam hal ini adalah kesimpulan kualitatif, yakni kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.23

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini dibuat secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Keseluruhan sistematika ini merupakan satu kesatuan yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I merupakan bab Pendahuluan. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai hal-hal yang umum sebagai langkah awal dari penulisan skripsi. Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

Bab II berjudul Pembangunan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri. Pada bab ini akan dipaparkan tentang kawasan industri Indonesia, pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri dan juga tentang perluasan kawasan industri di Indonesia.

Bab III berjudul Tugas Dan Wewenang Pemerintah Dalam Pembangunan Kawasan Industri Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 Tentang Kawasan Industri. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kawasan strategis nasional, prakarsa pemerintah dalam pembangunan kawasan industri,

23


(4)

komite kawasan industri serta mengenai tugas dan wewenang pemerintah dalam pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri.

Bab IV berjudul Pengawasan Pemerintah Terhadap Kawasan Industri. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai kewajiban perusahaan kawasan industri, kewajiban perusahaan industri di dalam kawasan industri, standar kawasan industri dan pengawasan pemerintah terhadap kawasan industri.

Bab V merupakan bab Penutup. Pada bab in akan menguraikan mengenai kesimpulan yang merupakan jawaban dari permasalahan yang dikemukakan serta saran-saran atas permasalahan tersebut.


(5)

ABSTRAK

PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN KAWASAN INDUSTRI DITINJAU DARI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 142

TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN INDUSTRI Fadhillah Hafsah*

Budiman Ginting** Mahmul Siregar***

Kondisi geografis Indonesia yang sangat strategis dengan ditambah pula dukungan kekayaan sumber daya alam yang melimpah membuat para investor tertarik untuk menanamkan modalnya di wilayah Indonesia khususnya dalam hal menanamkan modal untuk kegiatan kawasan industri. Pembangunan kawasan industri merupakan salah satu dari beberapa metode yang digunakan oleh pemerintah untuk mendukung kegiatan perindustrian yang ada di Indonesia agar lebih merata di seluruh wilayah Indonesia serta berwawasan lingkungan, dan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi iklim investasi. Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri, tugas dan wewenang pemerintah dalam pembangunan kawasan industri berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri serta pengawasan pemerintah terhadap kawasan industri.

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam skripsi ini ialah menggunakan metode penelitian hukum normatif, yang didasarkan pada bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Alat pengumpulan data melalui studi pustaka yaitu dengan mengumpulkan buku-buku dari buku karya ilmiah dan data yang bersumber dari internet serta data lain yang memiliki kaitan dengan skripsi ini.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemerintah memiliki peranan yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari pembangunan kawasan industri di wilayah Indonesia berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 142 Tahun 2015 tentang Kawasan Industri, baik dari segi perencanaan pembangunan kawasan industri, penyediaan infrastruktur pembangunan kawasan industri, pembangunan kawasan industri di Indonesia, pengembangan kawasan industri maupun pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjaga keamanan dan keteraturan di dalam kawasan industri. Hal ini mengingat bahwa kawasan industri menyangkut kepentingan umum masyarakat Indonesia serta memiliki pengaruh dalam hal pertumbuhan perekonomian negara Indonesia. Sehingga pemerintah memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam hal kelangsungan pembangunan kawasan industri di Indonesia maupun dalam hal menjaga kelangsungan kegiatan kawasan industri di Indonesia.

Kata Kunci : Peran Pemerintah, Pembangunan, Kawasan Industri. Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara*

Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara**


(6)

A. Kesimpulan ... 92 B. Saran ... 93 Daftar Pustaka ………95