12
Sikap ilmiah ini bisa dikembangkan ketika siswa melakukan diskusi, percobaan, simulasi, atau kegiatan lapangan.
Senada dengan pendapat diatas Masl ichah Asy’ari 2006: 8-20
memandang IPA dalam 3 dimensi, yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sikap ilmiah. IPA sebagai produk diartikan
kumpulan pengetahuan yang tersusun dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori. Lebih lanjut IPA sebagai proses dikatakan suatu cara
kerja, cara berpikir dan cara memecahkan suatu masalah, sehingga meliputi kegiatan bagaimana mengumpulkan data, menghubungkan fakta satu
dengan yang lain, menginterpretasikan data dan menarik kesimpulan. IPA sebagai sikap ilmiahadalah suatu sikap yang mendasari proses IPA dalam
menghasilkan produkIPA antara lain yaitu objektif, teliti, terbuka, kritis dan tidak mudah putus asa.
Dari beberapa pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa hakikat IPA mencakup tiga dimensi yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan
IPA sebagai sikap ilmiah. Ketiga dimensi tersebut tidak dapat dipisahkan. Berdasarkan hal tersebut, untuk menghasilkan produk IPA yang dapat
dipertanggungjawabkan siswa perlu melakukan proses IPA agar sikap ilmiah siswa dapat berkembang dengan baik.
b. Pembelajaran IPA SD
Seorang guru harus paham dan mengerti alasan mengapa IPA perlu diajarkan pada Sekolah Dasar. Hal ini bertujuan agar pada saat mengajar
guru paham akan tujuan yang hendak dicapai dan tidak keluar dari konteks
13
yang diajarkan. Menurut Srini M. Iskandar 1997: 16 pembelajaran IPA SD memiliki beberapa kegunaan jika dimasukkan dalam sebuah kurikulum
suatu sekolah antara lain:
1 Bahwa IPA berfaedah bagi suatu bangsa.
Siswa akan memahami IPA dengan melakukan percobaan-percobaan, sehingga jika di dalam sebuah pembelajaran IPA dilakukan tanpa
percobaan bukan lagi mengajarkan IPA melainkan bercerita tentang IPA. Adanya pembelajaran IPA di Sekolah Dasar tidak saja untuk
menanamkan benih-benih untuk ahli IPA dan Teknologi, tetapi juga ahli- ahli politik dan masyarakat, dan yang lebih penting ialah bahwa
pembelajaran IPA dapat merupakan salah satu unsur dalam mendidik anak menjadi warga negara yang baik.
2 IPA memberikan kesempatan dalam berpikir kritis.
Bila diajarkan menurut cara yang tepat, IPA merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan dapam berpikir kritis. Misalnya
dalam pembelajaran IPA diajarkan dengan metode agar siswa “menemukan sendiri”. Lebih lanjut dengan adanya metode ini anak
diharapkan kepada suatu masalah sehingga dengan ditemukannya masalah, siswa akan mulai mencari tahu, dan dituntun dengan melakukan
percobaan atau eksperimen sederhana sampai akhirnya siswa akan dapat memperoleh kesimpulan.
14
3 Memecahkan masalah dengan berfikir kritis meskipun sederhana.
Sebuah percobaan yang dilaksanakan di kelas, menarik kesimpulan dari serangkain percobaan yang juga merupakan latihan berfikir kritis.
Karena itu, jika IPA diajarkan dengan melakukan percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak tentu dengan bantuan guru, maka IPA
tidaklah merupakan suatu pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Sehingga diharapkan pada pembelajaran IPA yang sekarang lebih
mementingkan kemampuan berfikir daripada kemampuan menghafal. 4
IPA belum menjadi bagian dari kebudayaan bangsa kita. Perlu kita sadari bahwa kehidupan kita makin lama makin banyak
dipengaruhi oleh hasil-hasil IPA. Bila makin banyak segi hidup kita dipengaruhi oleh IPA, maka dengan sendirinya IPA menjadi kebudayaan
kita. Seperti halnya dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam kehidupan kita atau cara hidup kita. Diharapkan dengan adanya
pembelajaran IPA akan membentuk siswa dalam kebiasaan dan cara hidupnya dengan adanya hasil-hasil IPA.
Menurut Srini M. Iskandar 1997: 14 Ilmu pengetahuan alam pada anak SD berisi tentang kejadian-kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya
didasarkan atas hasil observasi, eksperimen, dan induksi. Ilmu pengetahuan IPA sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masayarakat membuat
pendidikan IPA menjadi penting. Adanya struktur kognitif anak yang berbeda dengan struktur kognitif para ilmuwan, siswa perlu diberi
kesempatan-kesempatan untuk berlatih keterampilan-keterampilan proses
15
IPA sebab diharapkan akhirnya mereka berpikir dan memiliki sikap ilmiah maka pembelajaran IPA dan keterampilan proses IPA untuk mereka
hendaknya dimodifikasi sesuai dengan tahap perkembangan kognitifnya. Dari berbagai alasan di atas, maka sangat penting bagi guru agar dapat
membuat suatu proses pembelajaran IPA yang berhasil. Maka sangat penting bagi guru agar dapat membuat suatu proses pembelajaran IPA yang
berhasil. John S.Richardson dalam Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis,
1992: 12 menyarankan digunakannya tujuh prinsip dalam proses belajar mengajar agar suatu pengajaran IPA dapat berhasil. Ketujuh prinsip itu
adalah prinsip
keterlibatan siswa
secara aktif,
prinsip belajar
berkesinambungan, prinsip, motivasi, prinsip multi saluran, prinsip penemuan, prinsip totalitas, dan prinsip perbedaan individu.
Pada proses pembelajaran IPA, jika guru menerapkan prinsip-prinsip
yang telah disebutkan di atas maka keberhasilan pembelajaran IPA akan dapatdicapai dengan baik.
c. Tujuan pembelajaran IPA