47 Upin dipindahkan ke SD Kanisius Pugeran 1. Di sekolah barunya, Upin
pun tidak memiliki banyak teman. Hal tersebut dikarenakan Upin yang cenderung emosional ketika bergaul dengan teman-temannya.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Slow Learner
Peneliti telah berusaha mengungkapkan lima faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
slow learner. Kelima faktor itu, yaitu: a kebutuhan untuk menguasai ilmu, b cita-cita, c kemampuan membaca,
d kondisi lingkungan, dan e upaya guru membelajarkan siswa. Hasil temuan tentang faktor-faktor tersebut, peneliti jabarkan sebagai berikut.
a. Kebutuhan untuk menguasai illmu
Motivasi belajar
subjek penelitian
dipengaruhi oleh
kebutuhannya untuk menguasai ilmu. Hal tersebut ditandai oleh perilakunya sehari-hari yang rajin mengikuti pelajaran. Hasil
wawancara I dengan slow learner mengungkapkan bahwa slow learner
tidak pernah bolos sekolah, kecuali sakit. Catatan lapangan I-XV juga menunjukkan bahwa Upin tidak pernah bolos sekolah. Ketika di kelas,
Upin pun mau memperhatikan penjelasan guru, seperti pada hasil observasi proses pembelajaran hari I-XIV. Upin pun mau mengerjakan
tugas dari guru. Hal tersebut sesuai dengan hasil observasi I-XIV. Ketika di rumah, Upin pun rajin belajar. Hal ini pun dibuktikan dari
hasil observasi di rumah Upin pada tanggal 9 dan 10 Maret 2015. Kebutuhan untuk menguasai ilmu juga ditunjukkan dari keaktifan Upin
dalam proses pembelajaran. Keaktifan Upin diwujudkan dalam bentuk
48 kemauan untuk bertanya, keterlibatan dalam permainan tunjuk teman,
dan tebak lagu.
b. Cita-cita
Motivasi belajar Upin juga dipengaruhi oleh cita-citanya, yaitu menjadi anak yang pintar, naik kelas dan lulus sekolah. Upin pun
berusaha menggapai cita-citanya dengan cara selalu bersemangat mengikuti pelajaran. Upin tidak menyerah atau putus asa dalam belajar
meskipun tidak memiliki LKS. Upin pun tidak ragu untuk meminta izin temannya agar dapat meminjam atau bergabung ketika
mengerjakan tugas pada LKS. Hal itu ditunjukkan dari hasil pengamatan hari I, IV, V, dan VII. Upin pun beberapa kali
menggunakan waktu istirahat untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru,yaitu pada observasi I dan IV. Berikut ini adalah gambar yang
menunjukkan semangat belajar Upin. Ketika teman-temannya menggunakan waktu istirahat untuk bermain, Upin justru belajar untuk
menyelesaikan tugasnya.
Gambar 2. Ketika teman-temannya bermain, Upin justru menyelesaikan tugas.
49 Upin juga tidak minder ketika berada di kelas. Upin aktif dalam
proses pembelajaran. Upin mau mencoba, bertanya, membaca teks bacaan meskipun belum lancar membaca, terlibat dalam permainan
tunjuk teman, dan ikut serta memainkan alat musi. Hal itu ditunjukkan dari hasil observasi I-IV. Upin juga tidak putus asa ketika
mendapatkan nilai buruk dan diejek teman-temannya, seperti yang diungkapkan oleh guru kelas pada wawancara V. Upin justru menjadi
bersemangat untuk lebih giat belajar agar tidak mendapatkan nilai buruk dan ejekan dari teman-temannya lagi. Berikut ini adalah gambar
keterlibatan Upin ketika tebak lagu. Upin menjadi siswa yang pertama kali mengangkat tangan ketika permainan menebak judul lagu daerah
dan asalnya.
Gambar 3. Upin ikut serta dalam tebak lagu Upin pun bercita-cita menjadi pemain sepak bola. Upin
berusaha meraihnya dengan cara mengikuti ekstrakurikuler futsal yang diadakan sekolah setiap hari Rabu
. Keikutsertaan dalam program
50 ekstrakurikuler mengantarkannya dalam turnamen futsal antar sekolah.
Turnamen futsal yang diikuti Upin dilaksanakan pada tanggal 4-6 Maret 2015 di SMP Immaculata, bertepatan dengan waktu pelaksanaan
penelitian ini. Tim futsal sekolah Upin sempat menang di hari kedua, yaitu melawan SD Tarakanita dengan skor 3-1, tetapi pada hari
pertama dan ketiga timnya kalah, sehingga tidak berhasil membawa piala. Berikut ini adalah salah satu foto ketika Upin mengikuti
turnamen futsal.
Gambar 4. Upin sedang mengikuti turnamen futsal
c. Kemampuan membaca