128
Lampiran 6.
VERIFIKASI DATA
Peneliti berusaha mengungkapkan lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar slow learner. Kelima faktor itu diuraikan sebagai berikut..
f. Kebutuhan untuk menguasai ilmu
Motivasi belajar subjek penelitian dipengaruhi oleh kebutuhannya untuk menguasai ilmu. Hal tersebut ditandai oleh perilakunya sehari-hari yang rajin mengikuti pelajaran. Upin
mengungkapkan bahwa ia tidak pernah bolos sekolah, kecuali sakit. Ketika di kelas, Upin pun mau memperhatikan penjelasan guru,mengerjakan tugas, aktif dalam proses pembelajaran.
Ketika di rumah, ia pun rajin belajar.
g. Cita-cita
Motivasi belajar Upin juga dipengaruhi oleh cita-citanya, yaitu menjadi anak yang pintar, naik kelas dan lulus sekolah. Upin berusaha meraih cita-citanya dengan selalu
bersemangat mengikuti pelajaran, tidak menyerah atau putus asa dalam belajar meskipun tidak memiliki LKS. Upin tidak ragu untuk meminta izin temannya agar dapat meminjam atau
bergabung ketika mengerjakan tugas pada LKS. Upin pun beberapa kali menggunakan waktu istirahat untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Upin juga tidak minder ketika berada di kelas. Upin aktif dalam proses pembelajaran. Upin mau mencoba, bertanya, membaca teks bacaan meskipun belum lancar membaca,
terlibat dalam permainan tunjuk teman, dan ikut serta memainkan alat musik. Upin juga tidak putus asa ketika mendapatkan nilai buruk dan diejek teman-temannya. Upin justru menjadi
bersemangat untuk lebih giat belajar agar tidak mendapatkan nilai buruk dan ejekan dari teman-temannya lagi.
Upin pun bercita-cita menjadi pemain sepak bola. Untuk meraihnya, setiap hari Rabu Upin mengikuti ekstrakurikuler futsal yang diadakan oleh sekolah
. Keikutsertaan dalam
program ekstrakurikuler mengantarkannya dalam turnamen futsal antar sekolah. Turnamen futsal yang ia ikuti dilaksanakan pada tanggal 4-6 Maret 2015 di SMP Immaculata.
h. Kemampuan membaca
Motivasi belajar Upin juga dipengaruhi oleh kemampuannya dalam membaca. Hingga saat ini, Upin belum mampu membaca dengan lancar. Upin masih membaca dengan terbata-
bata atau terputus-putus, belum tepat dalam melafalkan huruf, khususnya hurut „t‟. Huruf „t‟ ia
lafalkan dengan „the‟. Rendahnya kemampuan membaca yang dimiliki Upin juga dipengaruhi oleh keterlambatan dalam aspek perkembangan berbicara, seperti yang diungkapkan Ibu Upin
bahwa Upin baru dapat berbicara ketika usianya lima tahun, itu pun baru mengucapkan satu kata.
129
Upin juga kesulitan ketika membaca kata yang telah mendapatkan imbuhan dan memahami kalimat. Sebagai contoh, ada kata dilaksanakan, dibaca
dislaknakan, pendaftaran dibaca
pendatatan. Ketika mengerjakan soal, antara pertanyaan dan jawaban yang diberikan tidak nyambung, sebagai contoh soal, “Apakah yang perlu dilakukan pengirim dan penerima
pesan?”, Upin menjawabnya, “Selamat pagi.”, “Apa akibat banjir bandang?”, Upin menjawab, “Membuang sampah sembarangan.”. Meskipun demikian, Upin sudah hafal semua huruf. Hal
ini terbukti ketika peneliti memintanya menunjuk huruf yang peneliti ucapkan, ia mampu menunjuk huruf dengan tepat.
Teman-teman Upin beberapa kali terlihat menertawakannya ketika membaca. Ketika observasi tanggal 27 Febru
ari ada teman Upin yang mengejeknya dengan menyebutkan, “Ra iso moco.” dan mengetesnya membaca. Upin pun tidak menyerah begitu saja
. Upin ingin
menunjukkan kepada temannya bahwa Upin mampu membaca. Upin pun melakukan tantangan temannya untuk membaca judul buku di perpustakaan.
Rendahnya kemampuan membaca yang dimiliki Upin membuatnya sering mendapatkan nasihat dari guru, seperti guru Pend. Agama dan guru kelas yang memintanya
untuk sering-sering membaca. Hal inilah yang membuat Upin giat belajar agar kemampuan membacanya meningkat dan dapat membuktikan kepada orang lain bahwa ia mampu
membaca.
i. Kondisi lingkungan