Pengetahuan tentang Kejujuran KAJIAN PUSTAKA

49 sesamanya, guru dengan guru, konselor dengan sesamanya, dan anggota kelompok masyarakat sekolah. Pengembangan nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan peserta didik dan menggunakan fasilitas sekolah. a. Kelas Melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang dirancang sedemikian rupa. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalm ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. b. Sekolah Melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru, kepala sekolah, dan tenaga administrasi sekolah yang direncanakan sejak awal tahun pelajaran, dimasukkan dalam kalender akademik dan yang dilakukan sehari-hari, sebagai bagian dari budaya sekolah. c. Luar sekolah Melalui kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh seluruh atau sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke dalam kalender akademik.

C. Pengetahuan tentang Kejujuran

Reni Akbar Hawadi 2011: 99 menyatakan bahwa hampir setiap anak kecil pernah mencuri, tetapi tidak bersifat patologis. Contohnya: melempari 50 mangga di pohon tetangga, mengambil mainan, pensil, penggaris atau rautan milik teman di sekolah, tidak membayar siomay atau bakso, dan sebagainya. Pada umumnya anak-anak pernah mengambil barang milik orang lain tanpa seizin yang punya. Namun, tindakan tersebut hanya didasarkan pada sifat jahil dan usil atau sekadar untuk mengukir pengalaman semata. Hal ini berbahaya jika keisengan tersebut tidak segera ditangani dan berkembang menjadi kebutuhan. Tindakan yang awalnya mencoba-coba menjadi patologis, artinya tindakan mengambil barang milik orang lain menjadi kebutuhan yang dilakukan tanpa takut dan tanpa rasa bersalah. Kasus mencuri pada anak balita sebenarnya belum bisa digolongkan sebagai tindakan kriminal sebagaimana dilakukan orang dewasa. Mereka belum mampu membedakan, mana barang milik sendiri, dan mana milik orang lain. Anak balita belum mengetahui, jika mengambil barang milik orang lain tanpa izin dikatakan tindakan pencurian. Perkembangan moral anak masih sangat sederhana dan didominasi oleh pihak luar. Segala tindakannya belum sepenuhnya timbul karena pengaruh suara hati nurani. Hanya saja, sudut pandang orang dewasa melihat peristiwa ini sebagai tindakan mencuri, karena mengambil sesuatu yang bukan haknya. Kondisi tersebut berbeda ketika dilakukan oleh anak usia SD, hati nurani atau moralnya sudah berkembang sesuai perkembangan kognitifnya. Pada umumnya mereka sudah bisa membedakan antara barang miliknya sendiri dan barang milik orang lain. Anak usia SD juga sudah mengetahui, jika mengambil barang milik orang lain dan ketahuan, akan ada 51 konsekuensinya. Anak-anak tidak hanya dicekam rasa malu, tetapi anggota keluarga lain akan ikut menanggung malu. Rasa malu tersebut cukup mengganggu dan dapat menjadi salah satu pertimbangan bagi anak untuk tidak mengulangi tindakan itu lagi. Sehingga anak-anak akan selalu bertindak jujur dalam perilaku kesehariannya. Semua orang tua mengharapkan agar anaknya menjadi orang jujur. Oleh karena itu, bila anak melakukan kebohongan meskipun sangat kecil, orang tua perlu segera bertindak meluruskannya. Hal-hal yang oleh sebagian orang dianggap lumrah, tanpa kita sadari telah menjadi kebohongan bagi anak. Misalnya: bila ada tamu ia disuruh mengatakan bahwa ayah ibu sedang pergi, padahal sebenarnya ada di rumah, janji-janji orang tua untuk membujuk anaknya agar tidak menangis bila mereka pergi, sering tidak dipenuhi, ketika meminum obat yang pahit, orang tua mengatakan manis, dan sebagainya Imam Musbikin, 2005: 170. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan kejujuran dalam konteks anak-anak balita dengan anak-anak usia sekolah dasar atau orang dewasa tentunya berbeda. Contohnya, anak balita yang mengambil barang orang lain tidak dapat disebut sebagai tindakan kriminal, karena anak belum paham bahwa mengambil barang milik orang lain itu tidak baik. Sedangkan, jika tindakan itu dilakukan oleh anak SD, maka disebut tindakan mencuri, karena anak SD sudah paham jika mengambil barang milik orang lain adalah perilaku tidak jujur. Oleh karena itu, tugas orang tua di rumah dan guru di sekolah memiliki peran yang sangat penting untuk segera 52 meluruskan perilaku anak, jika bertindak tidak jujur atau tidak terpuji meskipun sangat kecil. Menurut Dharma Kusuma, Cepi Triatna dan Johar Permana 2012: 17, ciri-ciri orang yang jujur adalah sebagai berikut: 1. Jika bertekad inisiasi keputusan untuk melakukan sesuatu, tekadnya adalah kebenaran dan kemaslahatan. 2. Jika berkata tidak berbohong benar apa adanya. 3. Jika adanya kesamaan antara yang dikatakan hatinya dengan apa yang dilakukannya.

D. Kerangka Pikir