Identifikasi Analisis Data BAHAN DAN METODE

3.7 Identifikasi

Sampel air yang dibawa dari lapangan diamati dengan Sedgewich Rafter dan diamati dibawah mikroskop. Fitoplankton yang diperoleh diidentifikasi menggunakan buku acuan identifikasi Edmondson 1963, Bold Wynne 1985, Graham Lee 2000.

3.8 Analisis Data

Data yang diperoleh akan diolah dengan menghitung tingkat kejenuhan oksigen, nilai produktivitas primer fitoplankton, kandungan klorofil a fitoplankton, kelimpahan fitoplankton, uji F dan analisis korelasi. a. Kejenuhan Oksigen Harga kejenuhan oksigen dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KEJENUHAN = [ ] [ ] 100 2 2 × t O u O O 2 [u] = nilai konsentrasi oksigen yang diukur mgl O 2 [t] = nilai konsentrasi oksigen sebenarnya pada tabel sesuai dengan besarnya suhu b. Produktivitas Primer Cara yang umum dipakai dalam mengukur produktivitas primer suatu perairan adalah dengan menggunakan botol gelap dan botol terang. Produktivitas primer dapat diukur dengan sebagai produktivitas kotor dan atau produktivitas bersih. Hubungan diantara keduanya dapat dinyatakan sebagai: Produktivitas bersih P N = Produktivitas kotor P G – Respirasi R R = [O 2 ] awal - [O 2 ] akhir pada botol gelap. Pg =[O 2 ] akhir pada botol terang - [O 2 ] akhir pada botol gelap Universitas Sumatera Utara Untuk mengubah nilai mgl oksigen menjadi mg Cm 3 , maka nilai mgl dikalikan dengan faktor 375,36. Hal ini akan menghasilkan mg Cm 3 untuk jangka waktu pengukuran. Untuk mendapatkan nilai produktivitas dalam satu hari, nilai perjam harus dikalikan dengan 12, mengingat cahaya matahari hanya diperoleh selama 12 jam perhari Barus, 2004, hlm: 112-113. c. Konsentrasi klorofil a Konsentrasi klorofil a dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Klorofil a mgm 3 = 11,0 2,43 A 1 -A 2 V 1 V 2 d Dengan catatan: 11,0 adalah koefisien absorbsi 2,43 adalah faktor koreksi A 1 adalah absorban klorofil a dan pheophytin sampel A 2 adalah absorban yang diberi HCl V 1 adalah volume ekstrak aseton liter V 2 adalah volume sampel yang disaring m 3 d adalah diameter kuvet cm Nilai A 1 dan A 2 W l v V p P L T × × × terlebih dahulu dikoreksi dengan mengurangkan dari absorban blanko 730 nm Soegianto, 2004, hlm: 22. d. Kelimpahan fitoplankton Jumlah fitoplankton yang ditemukan dihitung jumlah individu per liter dengan menggunakan alat Haemocytometer dan menggunakan rumus modifikasi menurut Isnansetyo Kurniatuty 1995, yaitu : N = Keterangan: N = jumlah plankton per liter T =luaspenampangpermukaanHaemocytometermm 2 L =luassatulapangpandangmm 2 Universitas Sumatera Utara P =jumlahplankteryangdicacah p = jumlah lapang yang diamati V = volume konsentrasi plankton pada bucket ml v = volume konsentrat di bawah gelas penutup ml W = volume air media yang disaring dengan plankton net Karena sebagian besar dari unsur – unsur rumus ini telah diketahui pada Haemocytometer, yaitu T = 196 mm 2 dan v = 0,0196 ml 19,6 mm 3 N = dan luas penampang pada Haemocytometer sama dengan hasil kali antara luas satu lapang pandang l dengan jumlah lapang yang diamati. Sehingga rumusnya menjadi: W PV 0196 , ind.l Isnansetyo Kurniatuty, 1995 e. Uji f dan analisis korelasi Uji f digunakan untuk melihat beda nilai produktivitas primer baik antar stasiun maupun antar kedalaman, sedangkan analisis korelasi Pearson dengan metode komputerisasi SPSS Ver.16.00 digunakan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang berkorelasi terhadap nilai produktivitas primer fitoplankton. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Produktivitas Primer Perairan

Dari hasil penelitian diperoleh nilai produktivitas primer perairan pada setiap stasiun berikut dalam Tabel 2. Tabel 2. Nilai Produktivitas Primer Perairan mgCm 3 Stasiun Peneliitan hariPada Setiap Stasiun Penelitian di Parapat, Danau Toba. Produktivitas Primer Klorofil Kelimpahan Fitoplankton DO BOD COD Nitrat Posfat pH Suhu Kejenuhan O 2 Mg C m 3 Mgm hari Indl 3 Mgl Mgl Mgl Mgl Mgl - C I 0 m 300,288 2,673 3306,12 6,8 1,5 8,5484 0,9077 0,2316 7,3 25 83,847 3,5 m 487,968 9,890 3183,67 6,8 1,4 9,5424 1,0715 0,2773 7,8 24 83,847 7 m 112,608 2,673 1591,83 6,8 1,2 8,7472 0,9677 0,2544 7,1 24 82,424 Rata-rata 300,288 5,078 2693,87 6,8 1,36 8,944 0,9823 0,2544 7,4 24,6 83,372 II 0 m 450,432 1,069 2632,67 6,6 0,6 7,9520 0,8396 0,2066 7,2 23 78,758 3,5 m 375,360 3,742 1469,39 6,6 1,2 10,3376 1,4838 0,3856 7,2 24 80 7 m 225,216 4,009 2387,77 6,6 1,2 9,5424 0,9516 0,3010 7,2 24 80 Rata-rata 350,336 2,940 2387,77 6,6 1 9,2773 1,0916 0,3277 7,2 23,6 79,586 III 0 m 450,432 62,013 2755,09 7,2 1,2 5,5664 0,6556 0,1820 7,3 24 87,270 3,5 m 825,792 0,801 1653,08 7,2 1,2 6,5616 0,7344 0,2140 7,5 24 87,270 7 m 225,216 51,321 2530,62 7,2 1,6 7,1568 0,8635 0,2312 7,8 23 85,918 Rata-rata 500,480 38,045 2530,65 7,2 1,33 6,4282 0,7511 0,2090 7,5 23,6 86,819 Keterangan Stasiun I : DermagaHotel Stasiun II : Keramba Jaring apung Stasiun III : Kontrol Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata produktivitas primer yang tertinggi pada stasiun III sebesar 500,480 mgCm 3 hari dan terendah pada stasiun I sebesar 300,288 mgCm 3 hari. Tingginya nilai produktivitas primer pada stasiun III dikarenakan pada lokasi ini merupakan lokasi yang bebas dari aktivitas masyarakat sehingga aktivitas fotosintesis dari fitoplankton tidak terganggu. Demikian juga faktor fisik kimia yang lain seperti temperatur, intensitas cahaya, pH, DO, kejenuhan oksigen, dan juga nutrisi nitrat dan fosfat sangat mendukung bagi keberadaan dan aktivitas fitoplankton. Menurut Nyabakken 1992, hlm: 29, penurunan produktivitas primer pada permukaan perairan dapat disebabkan oleh intensitas cahaya matahari yang besar sehingga menyebabkan Universitas Sumatera Utara