Kontribusi dalam pemenuhan kesehatan keluarga Kontribusi dalam perumahan keluarga

sekolah aja ”. Dari kutipan hasi wawancara tersebut, kontribusi yang diberikan informan utama dalam peningkatan pendidikan keluarganya tidak hanya untuk dirinya sendiri, karena sebagian informan utama dalam penelitan ini sudah tidak bersekolah, akan tetapi mereka memberikan sejumlah uang untuk biaya pendidikan anggota keluarga yang lain, dalam hal ini adik mereka,

5.2.4 Kontribusi dalam pemenuhan kesehatan keluarga

Sehat menjadi salah satu modal awal untuk melakukan aktivitas sehari-hari khususnya dalam hal melakukan aktivitas ekonomi. Anak jalanan dalam penelitian 1 orang berkontribusi dalam pemenuhan kesehatan keluarga, dan 3 orang lainnya tidak berkontribusi. Hal ini didukung oleh pernyataan ibu Sakinah selaku informan tambahan, nenek dari YohanUcok : “Iya nak, nenek kan punya rheumatic, jadi kalo berobat kadang diantar Yohan, memang untuk berobatnya tidak bayar, nenek punya kartu yang gratis itu, tapi kan butuh untuk ongoks- ongos kesanan ya, nah itu suka dibayari Yohan”. 3 orang informan lainnya tidak berkontribusi dalam hal pemenuhan kesehatan keluarganya, dalam hal ini dinyatakan oleh pak M Lubis, selaku informan tambahan, orang tua dari Sakti : “Kami kalo sakit, nggak pernah lah sampe dibawa kemana-mana. minum obat warung aja udah, nanti sembuh sendiri itu. Kalo untuk beli obat ya uang dari bapak kerja lah dek, hal senada juga diungkapkan oleh ibu Warni selaku orang tua dari Lesmana : “Keluarga kami belum pernah lah dek sampe berobat ke Rumah Sakit, kalo sakit ya suruh istirahat aja, minum obat dari kedai, nanti sembuh sendiri itu”. Keluarga anak jalanan ketika ada anggota keluarga mereka yang sakit, tidak terlalu tanggap akan sakitnya, berdasarkan pengalaman mereka hanya Universitas Sumatera Utara dengan istirahat dan membeli obat dari toko warung maka penyakit mereka akan sembuh.

5.2.5 Kontribusi dalam perumahan keluarga

Rumah adalah tempat berlindung dan beristirahat sebuah keluarga, tanpa memiliki rumah dan tidak tinggal dirumah, maka disebut sebagai tuna wismagelandangan. Rumah keluarga anak jalanan dalam penelitian ini ada yang berstatus milik sendiri, ada juga yang berstatus menyewakontrak. Pemenuhan akan rumah tidak hanya dilihat dari status kepemilikan rumah tersebut saja, melainkan juga dari kebutuhan pencahayaan seperti listrik, kebutuhan akan air bersih dan lainnya. Dalam penelitian ini, 1 orang informan tidak berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan perumahan keluarga dan 3 orang lagi berkontribusi. Hal ini dilihat dari pernyataan ibu Warni selaku informan tambahan dalam penelitian ini, orang tua dari Lesmana: “Kalo untuk kebutuhan bulanan kaya bayar sewa dan bayar listrik, itu dari uang kakak dek, gaji kakak kan bulanan, uang yang dikasi lesmana kakak gunakan untuk kebutuhan harian saja”. Kemudaian, 3 orang informan lainnya berkontribusi dalam pemenuhan perumahan keluarga, hal ini dapat dilihat dari pernyataan Sakti, selaku informan utama dalam penelitian ini : “Iya bang, kadang uangnya digunakan untuk beli beras mamak, kadang untuk bayar sewa kost, i ni kami baru pindah kost ke Mandala bang”. hal senada juga diungkapkan oleh ibu Anna selaku informan tambahan, orang tua dari putera : “Iya dek, kadang kalo pas waktunya bayar listrik, kami gak ada uang ya kita pake uang dari Putera untuk bayar listriknya”. Universitas Sumatera Utara Dari pernyataan-pernyataan tersebut membuktikan bahwa anak jalanan berkontribusi besar dalam pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi keluarga. Pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi keluarga yang harusnya dipenuhi oleh orang tua dalam hal ini ayah, tidak terpenuhi, meski jauh dari kata mencukupi, akan tetapi anak jalanan ikut andil besar dalam memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarga mereka.

5.3 Perubahan kondisi sosial ekonomi sebelum dan sesudah anak bekerja