1. 3. Kondisi Marshall-Lerner, Pendekatan Elastisitas Terhadap Neraca Perdagangan

Meningkatnya pendapatan luar negeri akan mendorong permintaan terhadap barang domestik. Peningkatan ekspor akan meningkatkan neraca perdagangan. Hal ini berarti neraca perdagangan meningkat ketika pendapatan luar negeri meningkat. Komponen kedua adalah pendapatan domestik. Variabel m menyatakan marginal propensity to impor yang didefinisikan sebagai bagian dari tambahan pendapatan yang digunakan untuk impor. Komponen yang terakhir adalah nilai tukar riil, q. Parameter ø menunjukkan akibat yang ditimbulkan dari perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan. Nilai parameter ini bisa bernilai positif, negatif, atau nol. Jika bernilai positif, dengan meningkatnya nilai tukar riil maka akan meningkatkan neraca perdagangan. Sebaliknya jika bernilai negatif meningkatnya nilai tukar riil akan merusak nilai neraca perdagangan. Sehingga pengaruh perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan tergantung dari tanda dan besaran parameter ø.

2. 1. 3. Kondisi Marshall-Lerner, Pendekatan Elastisitas Terhadap Neraca Perdagangan

Keterkaitan antara perubahan nilai tukar dengan neraca perdagangan menjadi suatu masalah ekonomi yang cukup kontroversial. Beberapa ahli ekonomi berpendapat bahwa dengan melemahnya nilai tukar suatu mata uang depresiasi akan meningkatkan neraca perdagangan. Sedangkan beberapa ahli ekonomi lainnya menentang pendapat tersebut. Pada persamaan 2.5 menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan bersifat ambigu, bisa bernilai positif, negatif, atau nol. Perlu diperhatikan bahwa neraca perdagangan dipengaruhi oleh nilai tukar riil q bukan nilai tukar nominal e. Hal ini disebabkan bahwa neraca perdagangan tergantung dari permintaan barang domestik terhadap barang luar negeri, dimana permintaan ini tergantung dari harga relatif barang luar negeri terhadap barang domestik. Berdasarkan pendekatan Keynesian, tingkat harga dalam mata uang domestik diasumsikan bersifat kaku. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai tukar nominal dan nilai tukar riil memiliki hubungan satu sama lain. Jika harga barang luar negeri dan harga barang domestik tetap, kemudian PP bersifat kaku dan terjadi perubahan pada nilai tukar riil maka tidak terdapat perbedaan antara nilai tukar nominal dan nilai tukar riil Batiz, 1994. Sehingga diasumsikan bahwa nilai tukar nominal dan nilai tukar riil bergerak secara bersamaan. Ketika nilai mata uang domestik terdepresiasi, maka akan meningkatkan ekspor. Kondisi tersebut dapat terjadi karena ketika nilai mata uang domestik meningkat, maka harga barang luar negeri akan lebih mahal daripada harga barang domestik sehingga masyarakat luar negeri dan domestik lebih memilih untuk membeli barang barang domestik dan pada akhirnya akan meningkatkan neraca perdagangan. Pada penjelasan sebelumnya diketahui bahwa nilai ekspor dan impor dipengaruhi oleh jumlah fisik barang baik yang diekspor maupun yang diimpor. Responsivitas dari jumlah fisik barang yang diekspor dan diimpor terhadap depresiasi akan membawa dampak langsung terhadap neraca perdagangan. Responsivitas dari permintaan untuk ekspor dan impor terhadap depresiasi mata uang domestik disebut elastisitas harga terhadap permintaan ekspor dan impor. Elastisitas harga terhadap permintaan ekspor digunakan untuk mengukur persentase perubahan ekspor jika terjadi perubahan 1 persen dalam harga relatif barang luar negeri terhadap barang domestik. Secara sistematis bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut : η = Δ MM = ΔM . q Δqq Δq M 2.6 Besarnya nilai η menunjukkan perubahan q akan menyebabkan ekspor lebih responsif. Elastisitas harga terhadap permintaan impor digunakan untuk mengukur persentase perubahan impor jika terjadi perubahan 1 persen dalam harga relatif barang luar negeri terhadap barang domestik. Secara sistematis bentuk persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut : η = - Δ MM = - ΔM . q Δqq Δq M 2.7 Tanda negatif menunjukkan bahwa peningkatan harga relatif barang luar negeri akan menurunkan impor. Besarnya nilai η menunjukkan perubahan q akan menyebabkan impor lebih responsif. Hubungan antara elastisitas harga dari permintaan ekspor dan impor tersebut dianalisis oleh kondisi Marshall-Lerner. Kondisi Marshall-Lerner dapat dirumuskan dalam persamaan berikut : η + η 1 2.8 Kondisi ini menyarankan bahwa sejauh nilai elastisitas harga dari permintaan ekspor dan impor lebih besar dari 1 maka devaluasi akan memperbaiki neraca perdagangan dalam jangka panjang. Dampak dari depresiasi mata uang atau devaluasi pada neraca perdagangan di negara berkembang biasanya ditentukan oleh kondisi Marshall-Lerner. Dampak devaluasi terhadap transaksi berjalan dapat dirinci menjadi 3 , yaitu : 1. Devaluasi menurunkan impor riil, dan karena harga barang impor dalam mata uang asing adalah tetap maka hal ini juga berarti menurunnya pengeluaran dalam mata uang asing. Hal ini berdampak baik pada transaksi berjalan. 2. Devaluasi meningkatkan ekspor riil, sehingga hal ini berdampak baik bagi transaksi berjalan. 3. Meningkatnya kuantitas ekspor harus diikuti dengan menurunnya penerimaan mata uang asing. Hal ini disebabkan karena devaluasi akan menurunkan harga barang ekspor dalam mata uang asing. Hal ini berdampak kurang baik bagi transaksi berjalan. Dalam kondisi Marshall-Lerner, dijelaskan bahwa perubahan nilai tukar membawa dampak pada perubahan nilai dan perubahan volume Husma, 2004 1. Perubahan Nilai Jika terjadi depresiasi mata uang maka harga barang ekspor akan lebih mahal bila diukur dari mata uang negara negara mitra dagang. Perubahan nilai ini akan menurunkan nilai ekspor dalam mata uang mitra dagang. 2. Perubahan Volume Volume permintaan barang ekspor domestik akan meningkat karena harga barang ekspor murah. Sementara harga barang impor mahal sehingga permintaan barang impor akan menurun. Perubahan volume akan berpengaruh positif terhadap neraca perdagangan.

2. 1. 4. Definisi Nilai Tukar