t-statistic dari 8 variabel yang ada bernilai lebih kecil dari nilai kritis Mac
Kinnon dimana taraf nyata yang digunakan dalam penelitian itu adalah 10
persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang digunakan dalam penelitian ini terintegrasi pada derajat satu I1.
5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan Indonesia dalam Jangka Panjang
Tahap selanjutnya yang dilakukan setelah uji akar unit dan uji derajat integrasi adalah uji kointegrasi. Uji kointegrasi dilakukan untuk
mendapatkan hubungan jangka panjang yang stabil antara variabel-variabel yang terintegrasi pada derajat yang sama. Dari hasil uji stasioneritas
diketahui bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini terintegrasi pada derajat yang sama yaitu pada derajat satu I1, sehingga dapat dilakukan
uji kointegrasi. Dalam penelitian ini uji kointegrasi yang digunakan adalah uji kointegrasi Engle-Granger.
Langkah awal yang dilakukan dalam uji kointegrasi adalah meregresi persamaan OLS, yaitu meregresi persamaan neraca perdagangan yang
diukur oleh trade balance terhadap GDP riil dalam negeri dan luar negeri, jumlah uang beredar didalam dan luar negeri, tingkat suku bunga dalam
dan luar negeri, nilai tukar riil, serta variabel dummy krisis. Hasil regresi persamaan tersebut akan diperoleh residual u. Langkah berikut adalah uji
akar unit terhadap residual u dimana residual u bersifat stasioner pada level u = I1. Kestasioneran residual atau u dapat dilihat pada
Lampiran 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang
digunakan cenderung menuju pada keseimbangan jangka panjang walaupun pada tingkat level terdapat variabel yang tidak stasioner.
Berikut hasil estimasi persamaan neraca perdagangan dalam jangka panjang.
Tabel 5.3. Hasil Estimasi Kointegrasi.
Variabel Koefisien Prob.
Constant 5,0740
0,5656 LYD
1,8059 0,0284
LYF -3,4640 0,2063
LMD -1,0824 0,0830
LMF 1,0709
0,1022 RD
-0,2224 0,0002
RF 0,0184 0,0502
LRER 1,1221
0,0000 DUMMY
0,4296 0,0009
Sumber : Lampiran 4 Keterangan : signifikan pada taraf nyata 1
signifikan pada taraf nyata 5 signifikan pada taraf nyata 10
Uji kointegrasi
Engle-Granger ini digunakan untuk mengetahui
hubungan jangka panjang antara trade balance dengan GDP riil dalam dan luar negeri, jumlah uang yang beredar dalam dan luar negeri, tingkat suku
bunga dalam dan luar negeri, nilai tukar riil, dan dummy krisis. Berdasarkan hasil estimasi jangka panjang terdapat enam variabel yang signifikan pada
tingkat kepercayaan 10 persen. Variabel tersebut antara lain GDP riil Indonesia LYD, jumlah uang beredar di Indonesia LMD, tingkat suku
bunga SBI RD, tingkat suku bunga Fed RF, nilai tukar riil RER, serta dummy
krisis. Dalam jangka panjang variabel pendapatan riil memiliki hubungan
positif terhadap neraca perdagangan. Dengan adanya kenaikan variabel
LYD sebesar 1 persen maka nilai neraca perdagangan akan meningkat sebesar 1,8059 persen. Hal tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang ada,
dimana hubungan antara pendapatan dengan neraca perdagangan bertanda negatif.
Meningkatnya pendapatan seharusnya mampu meningkatkan konsumsi sehingga berdampak pada meningkatnya impor yang pada
akhirnya akan memperburuk nilai neraca perdagangan. Di Indonesia, dengan meningkatnya pendapatan tidak langsung meningkatkan konsumsi.
Hal tersebut disebabkan karena di Indonesia memiliki tingkat inflasi yang cukup tinggi yang berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat. Hal
tersebut berimplikasi pada menurunnya nilai impor sehingga nilai neraca perdagangan Indonesia akan membaik.
Dari hasil estimasi jangka panjang, variabel jumlah uang beredar di Indonesia memiliki hubungan negatif terhadap neraca perdagangan dengan
nilai koefisien sebesar 1,0824. Dengan adanya kenaikan pada jumlah uang yang beredar di Indonesia sebesar 1 persen maka akan menurunkan nilai
neraca perdagangan sebesar 1,0824 persen. Hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang ada. Bertambahnya jumlah uang yang beredar maka akan
semakin besar pula jumlah uang yang dipegang oleh masyarakat. Salah satu motif memegang uang adalah untuk bertransaksi atau transaction motive.
Adanya motif tersebut maka akan meningkatkan jumlah konsumsi masyarakat. Meningkatnya permintaan barang-barang konsumsi
menyebabkan meningkatnya nilai impor, sehingga pada akhirnya akan memperburuk neraca perdagangan di Indonesia.
Variabel lain yang signifikan berdasarkan hasil estimasi jangka panjang adalah tingkat suku bunga dalam negeri. Tingkat suku bunga dalam
negeri memiliki hubungan negatif terhadap neraca perdagangan dengan nilai koefisien sebesar 0,2224. Hal tersebut menunjukkan dengan
meningkatnya tingkat suku bunga 1 persen akan menyebabkan menurunnya neraca perdagangan sebesar 0,2224 persen. Hasil tersebut tidak sesuai
dengan hipotesis yang ada. Dengan meningkatnya suku bunga dalam negeri akan menarik investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, sehingga dapat
mempengaruhi tingkat output yang dihasilkan. Meningkatnya output yang dihasilkan mampu memperluas pangsa pasar dari produk tersebut dengan
demikian akan meningkatnya nilai ekspor dan nilai neraca perdagangan Indonesia akan membaik.
Pengaruh tingkat suku bunga fed terhadap neraca perdagangan Indonesia adalah dengan meningkatnya tingkat suku bunga fed akan
meningkatkan nilai neraca perdagangan Indonesia. Hasil estimasi tersebut tidak sesuai dengan hipotesis yang ada. Peningkatan suku bunga fed akan
menyebabkan banyak investor yang tertarik berinvestasi di Amerika. Investor tersebut kemudian akan melakukan ekspansi usaha, sehingga
diperlukan bahan baku untuk berproduksi sehingga akan meningkatkan nilai impor Amerika.
Dari hasil nilai tukar terhadap neraca perdagangan, hasil estimasi jangka panjang menunjukkan bahwa nilai tukar memiliki hubungan positif
terhadap neraca perdagangan, dimana hasil tersebut sesuai dengan hipotesis yang ada. Nilai koefisien dari variabel ini sebesar 1,1221 berarti dengan
terdepresiasinya nilai tukar maka nilai neraca perdagangan juga akan
meningkat. Terdepresiasi atau melemahnya nilai tukar rupiah akan menyebabkan harga barang di luar negeri menjadi lebih mahal
dibandingkan dengan harga barang produksi Indonesia. Sehingga masyarakat luar negeri lebih memilih membeli barang produksi Indonesia,
hal tersebut akan meningkatkan nilai ekspor yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai neraca perdagangan Indonesia.
Hasil estimasi juga menunjukkan bahwa dengan adanya krisis ekonomi yang ditandai dengan terdepresiasinya nilai tukar rupiah
mempengaruhi nilai neraca perdagangan Indonesia. Ini dapat dilihat dari nilai dummy krisis, dimana terdapat perbedaan nilai neraca perdagangan
pada saat krisis dan pada saat sebelum maupun sesudah krisis. Pada saat terjadi krisis DUMMY=1 yang ditandai dengan terdepresiasinya nilai tukar
rupiah terhadap dollar Amerika nilai neraca perdagangannya lebih besar pada saat sebelum atau sesudah krisis DUMMY=0.
5.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Neraca Perdagangan Indonesia dalam Jangka Pendek