PRODUKSI SAGU TINJAUAN PUSTAKA A.

Sagu adalah tanaman tahunan yang dapat berkembang biak atau dibiakkan dengan anakan atau dengan biji. Anakan sagu mulai membentuk batang pada umur sekitar 3 tahun. Kemudian pada sekitar pangkal batang tumbuh tunas yang berkembang menjadi anakan sagu. Anakan sagu tersebut memperoleh unsur hara dari tanaman induknya sampai akar-akarnya mampu mengabsorbsi unsur hara sendiri dan daunnya mampu melakukan fotosintesis. Pola pertumbuhan sagu terus berlangsung demikian sehingga tumbuhan sagu membentuk rumpun Haryanto dan Pangloli, 1992. Gambar 1. Pohon sagu Metroxylon sp.

B. PRODUKSI SAGU

Tanaman sagu merupakan salah satu tanaman yang pertama kali digunakan oleh penduduk Asia Tenggara dan Oseania sebagai bahan pangan. Diperkirakan sekitar 2 juta hektar lahan sagu yang tumbuh secara alami dan dapat menghasilkan sekitar 2.5 – 50 ton tepung sagu kering dari setiap hektarnya. Dengan kultivasi dapat diproduksi tepung sagu kering hingga 25 ton per hektar Flach, 1983. Luas area tanaman sagu di Indonesia tidak diketahui secara pasti, seperti yang dikatakan oleh Djoefrie 1999 yang mengutip dari Manan dan Supangkat 1984 seluas 4.1 juta hektar, Sitaniapessy 1996 seluas 1.1 juta hektar, Kartopermono 1996 seluas 1.4 juta hektar, Notohadiprawiro dan Louhenapessy 1993 seluas 1 juta hektar. Sangat sedikit informasi mengenai jumlah area tanaman sagu. Wilayah tanaman sagu yang tumbuh liar di hutan-hutan paling luas terdapat di pulau New Guinea, tetapi belum terinventarisasi secara baik Flach, 1983. Lebih lanjut Flach 1983 mengatakan bahwa setengah bagian timur dari pulau New Guinea termasuk ke dalam wilayah negara Papua New Guinea dan setengah bagian barat yang dikenal dengan irian barat masuk ke dalam wilayah negara Indonesia. Sagu yang memiliki pertumbuhan cukup baik terdapat di daerah Papua Nugini, Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina dan Pasifik Selatan Flach, 1983. Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia dengan potensi sagu terbesar , bahkan terluas di seluruh dunia. Luas lahan sagu yang terdapat di Papua adalah 771.716 hektar atau sekitar 85 dari luas hutan sagu Nasional. Wilayah sebarannya di Waropen Bawah, Manokwari, Bintuni, Inawatan, dan daerah yang belum terinventarisasi Ama, 2002. Secara alami tanaman sagu akan tumbuh di daerah dekat sungai, rawa bergambut, dan rawa-rawa yang kadar garamnya tidak terlalu tinggi dimana tanaman lain tidak dapat tumbuh. Sagu merupakan tanaman yang dapat memproduksi pati dan tumbuh dengan baik sampai ketinggian 1000 meter dari permukaan laut Bintoro, 2000. Pada wilayah yang kurang baik, para petani sagu hanya dapat menebang tanaman sagu sebanyak 5 pohonhatahun. Tetapi pada hutan sagu yang baik, para petani bisa menebang tanaman sagu hingga 30 pohonhatahun Bintoro, 2000. Produksi tanaman sagu bervariasi dari 200 – 350 kg setiap pohonnya Djoefrie, Makanan Ternak Industri kimia, dll. Bahan Bangunan 1999, sedangkan menurut Bintoro 2000 pati dari pohon sagu sekitar 153 – 345 kg setiap pohonnya. Djoefrie 2000 juga mengatakan bahwa jika pohon sagu ditebang secara reguler setiap bulan maka produksinya akan menurun sampai 25 – 50 kg.Tepung sagu kering hasil pengolahan industri pengolahan sagu hanya dapat memanfaatkan 16 sampai 28 dari berat batang sagu. Prosentase pemanfaatan sagu tersebut relatif sangat kecil dan merupakan pemborosan sumberdaya alam Kurnia, 1991. Sebagian besar material berupa kulit dan ampas sebesar ± 85 terbuang sebagai sisa produk. Pemanfaatan dan penggunaan sagu cukup luas seiring dengan berkembangnya teknologi seperti terlihat pada skema jaringan pengolahan sagu Gambar 2. Perkebunan Industri Pengolahan KonsumenPengguna pertanian transportasi, iklan, kemasan Gambar 2. Jaringan Industri Pengolahan Sagu Pangloli dan Satari, 1985 dalam Haryanto dan Pangloli, 1992

C. KOMPOSISI KIMIA