Istilah LetterPethok atau Petuk Pajak Bumi terdapat di dalam penjelasan Pasal 24 Ayat 1 huruf k Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997. “Petuk
Pajak Bumi adalah surat yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menetapkan subyek hukum yang dikenai kewajiban untuk membayar pajak atas suatu tanah
tertentu”. Petuk pajak bumi yang dikeluarkan sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 diakui sebagai bukti kepemilikan yang sah
dan dapat beralih kepada ahli waris pemegang hak sampai dilakukannya pendaftaran.
Pensertifikatan tanah-tanah yang berstatus letter dalam istilah pertanahan disebut dengan pengakuan hak, dimana hak-hak yang dimiliki seseorang yang
berasal secara turun temurun diakui oleh negara untuk kemudian dikeluarkan sertifikat tanah hak milik. Serifikat hak milik inilah yang mempunyai kekuatan
hukum sebagai bukti kepemilikan tanah pasca dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 serta Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
2.2 Tinjauan tentang hak menguasai negara
2.2.1 Dasar hukum hak menguasai negara
Kewenangan pemerintah secara normatif untuk mengatur bidang pertanahan adalah pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang
menegaskan: “Bumi, air, dan kekuasaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Pada hakikatnya, negara yang akan menentukan di mana, di masa apa, perusahaan apa yang akan diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau oleh
pemerintah daerah atau yang akan diserahkan pada badan hukum privat atau kepada seseorang yang berhubungan dengan tanah. Itu semua tergantung pada
kepentingan negara atau kepentingan rakyat seluruhnya atau kepentingan rakyat seluruhnya. Begitu pun tentang hal tanah. Negara menguasai seluruhnya,
Tambang-tambang yang penting untuk negara akan diurus oleh negara sendiri. Di Indonesia perumusan kebijakan pertanahan diletakkan pada pasal 2
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 yang lebih dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria atau disingkat UUPA yang merupakan penjabaran lebih lanjut
dari pasal 33 ayat 3 UUD 1945.Negara sebagai konsep yang berkaitan dengan kekuasaan memiliki tujuan hakiki sebagai pengemban tujauan dari seluruh
warga negaranya. Oleh karena itu, sangat wajar jika setiap hukum positif Undang-Undang selalu menempatkan suatu tujuan yang terdapat dalam hukum
itu yang secara inklusif, termasuk tujuan negara. Hal ini dapat terlihat dalam Ketentuan-Ketentuan Dasar Pokok Agraria, yang menempatkan hak menguasai
negara atas tanah dijabarkan lebih lanjut didalam Pasal 2 ayat 1 UUPA No. 5 Tahun 1960.
Pasal 2 Ayat 1 UUPA No. 5 Tahun 1960: 1
Atas dasar ketentuan dalam Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 danhal-hal sebagai dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh Negara,
sebagai organiasasi kekuasaan seluruh rakyat.
2 Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat 1 Pasal ini
memberi wewenang untuk: a.
mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa.
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum
antara orang-orang dengan bumi, air, dan ruang angkasa. c.
menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang
mengenai bumi, air dan ruang angkasa. 3
Wewenang yang bersumber pada hak yang menguasai dari negara tersebut pada Pasal 2 ayat 1 ini digunakan untuk
mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam arti kebangsaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat
dan Negara hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
4 Hak menguasai dari negara di atas, pelaksanaanya dapat
dikuasakan kepada daerah-daerah swantantra dan masyarakat- masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut ketentuan- ketentuan Peraturan Pemerintah.
Konsep UUPA sendiri adalah hak-hak atas tanah yang tertinggi dikuasai oleh negara. Seperti disebutkan diatas, dala pasal 2 ayat 1 disebutkan: “Atas
dasar ketentuan Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945, bumi, air, ruang angkasa, termasuk kekeyaan alam yang terkandung di dalamnya itu pada
tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat”. Penguasaan atas bumi, air, ruang angkasa, termasuk kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya oleh negara tersebut dikenal dengan sebutan Hak Menguasai Negara.
2.2.2 Pengertian Hak Menguasai Negara