a Salafiyah
Salafiyah adalah program pendidikan non formal pesantren yang secara khusus diselenggarakan untuk mendalami keilmuan
pesantren, yakni ilmu keislaman klasiksalafiyah. Materinya adalah aqidah, ibadah, muamalah, akhlaq, dan lain-lain dengan
menggunakan rujukan standar dari kitab kuning. b
Bahtsul Masail Bahtsul Masail adalah sebuah program pesantren yang
dikhususkan untuk memecahkan berbagai masalah menyangkut hukum-hukum agama. Kegiatan ini dilaksanakan dengan pola
tanya jawab dan pembahasan yang dihadiri oleh santri, masyarakat pesantren, dan umum, seminggu seka
li setiap malam Jum’at. c
Pengajian Umum Pengajian umum dilaksanakan setiap hari kamis malam Jum’at
setelah pelaksanaan shalat Isya’. Pada pengajian ini, peserta yang
hadir adalah warga sekitar pesantren, atau warga dari daerah lain yang ingin menimba ilmu di pesantren.
d Majelis Taklim Ummahat
Majelis Ta`lim Ummahat adalah program pesantren berupa sejumlah kegiatan pendidikan untuk kalangan ibu-ibu di sekitar
pesantren yang diselenggarakan setiap hari Senin dan Kamis siang.
e Pengajian Rutin Bulan Orang Tua Santri
Pengajian Rutin Bulan Orang Tua Santri adalah salah satu program pesantren yang bertujuan untuk menjalin silaturrahmi dan
komunikasi yang baik antara keluarga besar pesantren dengan para orang tua santri yang mukim di pesantren. Pengajian ini
diselenggarakan setiap pagi pada hari minggu pertama tiap bulannya.
f Pengajian Alumni
Selain pengajian yang berada di lingkungan pesantren, pondok pesantren Jam’iyyah Islamiyyah juga mengadakan program
pengajian bagi para alumni pondok pesantren Jam’iyyah
Islamiyyah, program tersebut tentunya bertujuan untuk menjalin silaturrahmi, komunikasi serta menjaga hubungan batin antara
Kyai dengan santrinya yang meskipun mereka tidak lagi berada di lingkungan pesantren. Program ini dilaksanakan pada hari minggu
terakhir tiap bulannya, dan tempatnya bergiliran dari satu rumah alumnni ke rumah alumni lainnya.
75
2. Kurikulum Pendidikan
a. Formal
Kurikulum pendidikan formal mengacu pada sistem kurikulum yang ditetapkan oleh Kementrian Agama dengan ditambahkan materi-materi
muatan lokal, seperti Nahwu-Sharaf dan Tafsir Tarbawi. b.
Non Formal Pondok Pesantren Kurikulum pendidikan non formal pondok pesantren ditetapkan secara
lokal berdasarkan musyawarah kepala madrasah salafiyah dan dewan asatidz yang ditetapkan oleh kyai pondok pesantren. Tidak terkecuali
Program madrasah salafiyah yang merupakan salah satu dari pendidikan non formal pondok pesantren Jam’iyyah Islamiyyah yakni menggunakan
sistem klasikal yang terdiri dari kelas I salafiyah sampai dengan kelas VI salafiyah.
c. Media Pembelajaran
75
KH. Husnul ‘Aqib Amin, Wawancara, Tangerang Selatan, 12 Juli 2014
Ke tersediaan Media pembelajaran di pondok pesantren Jam’iyyah
Islamiyyah sangat berbeda antara pendidikan formal dan non formal. Untuk pendidikan formal MI, MTs. MA dan STIT dinilai sudah cukup
memadai dan
cukup komprehensif
yakni dengan
adanya in
focusProjector, Ruang Multimedia, Laboratorium Micro Teaching, perangkat pengeras suara Sound yang terintegrasi di setiap kelasnya Dan
lain-lain. Dengan kesediaan media pembelajaran tersebut tentu sangat mempermudah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dilaksanakan.
Sedangkan media pembelajaran untuk pendidikan non formal tidak cukup memadai, artinya dalam proses pembelajaran hanya menggunakan media
yang apa adanya dan bersifat konvensional.
C. Modernisasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah
Sebagai lembaga pendidikan tertua dan asli indegenous masyarakat Indonesia, pesantren menampilkan suatu sistem pendidikan tradisional, yang
mempertahankan sistem, materi, metode, evaluasi tradisional dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai dan ajaran Islam. Pendidikan pesantren dapat
dikatakan sebagai modal sosial bahkan Soko Guru bagi perkembangan pendidikan nasional di Indonesia. Karena pendidikan pesantren yang
berkembang sampai saat ini dengan berbagai ragam modelnya senantiasa selaras dengan jiwa, semangat dan kepibadian bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam.
76
Sistem pendidikan dengan tidak mengenal perjenjangan, menggunakan metode sorogan dan wetonan, materi pembelajaran dengan menggunakan
kitab-kitab ilmu keislaman klasik, telah berlangsung ratusan tahun sejak muncul dan berkembangnya pesantren di Indonesia. Namun demikian, sejalan
dengan perkembangan dan perubahan zaman, sebagian besar pesantren
76
Mastuku HS, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2005, Cet. II, h. 8-9.
mengadakan berbagai perbaikan dan pembenahan sebagai upaya modernisasi pendidikan yang diselenggarakannya.
Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah pada tahun 1960 yang didirikan oleh KH. Muhammad Amin Syarbini bin H.
Syarbini yang wafat pada tahun 2004 merupakan pesantren salaf atau tradisional dengan metode bandongan, wetonan dan sorogan yang sampai saat
ini masih digunakan oleh kyai dan Asatidz lainnya dalam mengajarkan kitab kuning kepada para santri.
Menurut KH. Zainuddin Abdullah, MH Yang merupakan menantu KH. Muhammad Syarbini mengatakan sifat tradisional Pondok Pesantren
J am’iyyah Islamiyyah sampai saat ini masih terjaga terus sampai kapan pun.
Bahkan walaupun setelah tahun 1965 dengan didirikannya Raudlatul Athfal sebagai bentuk modernisasi sistem pendidikan di Pondok Pesantren Jam’iyyah
Islamiyyah. Jika dilihat secara realistis bahwa tradisionalitas itu masih begitu lekat dalam diri pesantren. Hal itu bisa dilihat masih diberlakukannya metode-
metode seperti bandongan, wetonan maupun sorogan pada setiap pengajian salafiyah tiap sehabis shalat subuh atau pengajian-pengajian lainnya yang
dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.
77
Inovasi pendidikan pesantren ialah suatu ide, barang, metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang masyarakat baik berupa hasil penemuan Invention atau discovery, yang digunakan untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah-masalah
pendidikan pesantren.
78
Inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah membutuhkan waktu yang panjang karena
hal ini menyangkut pembaharuan terhadap sistem pendidikan yang lama, namun
Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah mampu mewujudkan
77
KH. Zainuddin Abdullah, Wawancara, Tangerang Selatan, 13 Juli 2014
78
Mastuku HS, op. cit., h. 65.
pembaharuan pendidikan sebagai bukti keeksistensian pesantren dalam mengikuti perkembangan zaman.
Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah hingga kini masih eksis di tengah perkembangan zaman yang semakin modern. Hal ini menunjukkan
bahwa pesantren ini diterima oleh masyarakat, Pondok Pesantren Jam’iyyah
Islamiyyah tergolong pesantren besar dan dalam perkembangannya semakin maju pesat baik secara kualitas maupun kuantitas, hal ini disebabkan oleh
sikap progresif pesantren dalam merespon kondisi dan tuntutan kehidupan masyarakat yang dari waktu ke waktu mengalami perubahan.
Nama besar Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah ini tidak serta
merta meninggalkan tradisi lama kemudian membabibuta menyerap metode maupun hal-hal yang bersifat baru, akan tetapi pesantren ini masih memelihara
tradisi lama “Tradisionalisme” dalam hal ini Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah masih mengkaji kitab-kitab klasik, metode pembelajarannya pun
masih menggunakan sistem sorogan, bandongan dan wetonan maupun menyerap hal hal yang baru yang relevan dengan kultur pesantren yang sering
disebut dengan “Modernisasi”. Teori modernisasi yang dikemukakan oleh Harun Nasution yang
menjelaskan bahwa modernisasi mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah paham-paham, adat-istiadat, institusi-institusi lama dan
sebagainya, untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh perubahan dan keadaan, terutama oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
79
Menurut penulis teori tersebut sangat sesuai dengan usaha Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah dalam memodernisasi pendidikan yang
disesuaikan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, Pengadopsian terhadap metode pendidikan modern ini dilakukan Pondok Pesantren
79
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam; Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang, 1982, Cet. II, h. 11.
Jam’iyyah Islamiyyah sekaligus sebagai jawaban atas keraguan masyarakat dalam hal kemampuan
Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah dalam menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.
Modernisasi pendidikan pesantren merupakan jawaban pesantren terhadap perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks ini,
pesantren telah melakukan perubahan-perubahan yang dalam skala terbatas untuk menjamin keberlangsungan dan ketahanan pendidikan yang
diselenggarakannya. Perubahan-perubahan di atas menyentuh aspek-aspek kurikulum materi pembelajaran, metode dan sistem evaluasi. Hal yang
sebaiknya dilakukan adalah bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan yang secara istiqomah menjaga nilai-nilai dan ajaran Islam, tetap
mempertahankan sistem pendidikan tradisional yang menekankan pada penguasaan kitab-kitab klasik, dan pada sisi lain tetap melakukan inovasi
pendidikan yang dilaksanakan. Adapun bentuk-bentuk modernisasi pendidikan yang dilakukan oleh
Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah adalah sebagai berikut:
1. Modernisasi Kurikulum Pendidikan