menulis penjelasannya di sela-sela kitab tersebut.
7
Problem penggunaan metode ini adalah tidak adanya dialog antara kyai atau ustadz dengan santri,
sehingga masalah yang dihadapi oleh santri tidak sepenuhnya bisa dikupas. Selain itu, metode ini cenderung lebih bersifat teacher centered berpusat pada
guru, santri menjadi pasif, sehingga daya fikir dan kreatifitas santri menjadi lemah.
Selanjutnya setelah mencermati kelemahan dari kedua metode tersebut, penulis menarik kesimpulan bahwa kelemahan pokok dari kedua metode
tersebut adalah tidak terjadinya komunikasi dua arah antara guru kyai atau ustadz dengan siswa santri. Penerapan metode merupakan hal yang sangat
penting dalam pendidikan, mengingat keberhasilan belajar mengajar sangat ditentukan oleh penggunaan dan penerapan metode. Penerapan metode yang
tepat akan dapat mengantarkan keberhasilan yang sangat optimal. Oleh karena itu, pemakaian metode harus sesuai dan selaras dengan karakteristik siswa,
materi, kondisi lingkungan setting di mana pengajaran itu berlangsung.
8
Dari berbagai pertimbangan dalam menerapkan metode tersebut, Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah merupakan pesantren yang komunitas
santrinya sangat heterogen dari berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda beda. Dalam sistem pendidikannya, Pondok Pesantren Jam’iyyah
Islamiyyah menggunakan metode Bandongan, metode Sorogan, metode halaqoh dan sistem Madrasah yang selanjutnya disebut dengan istilah
Madrasah Salafiyah. Sistem Bandongan dilaksanakan pada pagi hari setelah shalat Subuh
yang diikuti semua santri, sedangkan sistem sorogan dilaksanakan oleh semua kelas Madrasah Salafiyah hanya saja tergantung materi dan waktunya pun tidak
menentu. Dan metode halaqoh dilaksanakan pada sore hari setelah sholat ashar pada pengajian al-
Qur’an. Dan terakhir adalah sistem madrasah yang
7
Imam Bawani, Tradisionalisme dalam Pendidikan Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, Cet. I, h. 98.
8
Basyirudin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat Press, 2002, h. 32.
dilaksanakan pada malam hari setelah shalat maghrib yang dikelompokkan kepada enam kelas yakni Kelas I Salafiyah untuk kelas VII MTs, kelas II
Salafiyah untuk kelas VIII MTs dan X MA baru masuk pesantren, Kelas III Salafiyah untuk kelas IX MTs, Kelas IV Salafiyah untuk kelas X MA, Kelas V
Salafiyah untuk kelas XI MA dan Kelas VI Salafiyah untuk kelas XII MA. Metode pembelajaran yang biasa digunakan dalam kegiatan Madrasah
Salafiyah adalah metode bandongan, sorogan, ceramah dan disertai tanya jawab. Dalam penggunaan metode-metode ini, terjadi komunikasi dua arah
antara kyai atau ustadz dengan santri. Meskipun demikian, masih terdapat kendala dalam pelaksanaannya yaitu mengenai alokasi waktu. Waktu
pendidikan di Madrasah Salafiyah hanya berlangsung masing-masing mata pelajaran selama 60 menit yaitu pukul 18.30-19.30 dan 20.00-21.00 WIB.
Sehingga dengan waktu yang relatif singkat itu, santri kurang bisa leluasa menyampaikan permasalahan yang dihadapi secara detail, sehingga masalah-
masalah yang dimiliki santri tidak bisa terselesaikan dengan baik. Dari sinilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap sistem
pendidikan pondok pesantren dalam rangka mencari sesuatu yang belum tersentuh dan tidak terpikirkan oleh sistem pendidikan Islam di Indonesia.
Penelitian ini bergulat dengan refleksi pendidikan Islam di Pondok Pesantren dalam bentuk deskriptif. Salah satu tujuannya untuk menyadarkan masyarakat
akan pentingnya pendidikan Islam di dunia ini serta menciptakan pemahaman pendidikan Islam yang lebih progresif konstekstual sehingga mampu menjawab
tantangan zaman. Untuk itu lah, penulis menyusun penelitian ini dengan judul:
MODERNISASI SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN STUDI PADA PONDOK
PESANTREN JAM’IYYAH
ISLAMIYYAH JURANGMANGU TIMUR PONDOK AREN TANGERANG SELATAN.
B. Identifikasi Masalah
Dengan melihat berbagai permasalahan yang muncul di atas, maka
dapatlah disusun beberapa identifikasi masalah, yakni:
1. Sistem pendidikan di pesantren yang belum mengalami
improvisasi. 2.
Modernisasi dalam bidang pengembangan kurikulum di Pondok Pesantren
Jam’iyyah Islamiyyah.
3. Metode pembelajaran yang digunakan masih tradisional dan
kurang efektif, yaitu meliputi metode sorogan, halaqoh dan
bandongan. C.
Pembatasan Masalah Dimensi atau aspek-aspek modernisasi dalam sistem pendidikan
sangatlah luas, mencakup semua faktor-faktor pendidikan. Maka dalam hal ini penulis akan membatasi masalah yang akan diteliti supaya lebih
spesifik yaitu: 1.
Latar belakang modernisasi sistem pendidikan Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah.
2. Modernisasi pada bidang pengembangan kurikulum di Pondok
Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah. 3.
Modernisasi pada bidang metode pembelajaran di Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah.
D. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam skripsi ini adalah 1.
Bagaimanakah proses yang melatarbelakangi modernisasi sistem pendidikan di Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah?
2. Bagaimanakah Modernisasi pada bidang kurikulum di Pondok
Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah? 3.
Bagaimanakah Modernisasi pada bidang metode pembelajaran di Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini adalah
a Untuk mengetahui proses yang melatarbelakangi modernisasi
sistem pendidikan di Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah. b
Untuk mengetahui modernisasi pada bidang kurikulum di Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah.
c Untuk mengetahui modernisasi dalam bidang metode
pembelajaran di Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah. 2.
Manfaat Penelitian
a Bagi Peneliti, untuk menambah wawasan keilmuan tentang
pesantren dalam hal ini pesantren modern. b
Pondok Pesantren Jam’iyyah Islamiyyah, sebagai rujukan guna mengembangkan modernisasi pondok pesantren dalam bidang
kurikulum, metodologi pendidikan, dan tenaga kependidikan. c
Masyarakat, sebagai bahan analisis dan pedoman untuk berperan serta secara aktif dalam mengembangkan pondok
pesantren modern sebagai pendidikan rakyat.
9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia
1. Pengertian Modernisasi
Modernisasi menurut sejarahnya, merupakan proses perubahan menuju tipe sistem sosial, ekonomi dan politik yang telah berkembang
di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad ke-19 dan 20 meluas ke negara-negara Amerika Selatan, Asia serta Afrika. Ahli-ahli ekonomi
menginterpretasikan modernisasi dalam arti model-model pertumbuhan yang berisikan inseks-indeks semacam indikator ekonomi, standar
hidup, pendapatan perkapita dan lain-lain. Ahli-ahli politik membuat konsep modernisasi, menurut proses politik, pergolakan sosial dan
hubungan-hubungan kelembagaan. Ahli-ahli sosiologi mendefinisikan modernisasi dengan berbagai macam tetapi tetap di dalam kerangka
prespektif evolusioner yang mencakup transisi multiliner masyarakat yang sedang berkembang dari tradisi ke modernisasi.
9
Menurut Harun Nasution “Modernisasi dalam masyarakat barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah
paham-paham, adat-istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya,
9
Harapandi Dahri, Modernisasi Pesantren, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama. h. 72
untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh perubahan dan keadaan, terutama oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern”.
10
Kata modern dalam Bahasa Indonesia selalu dipakai kata modern, mode
rnisasi, modernisme seperti “aliran modern dalam Islam” begitu juga “Islam dan modernsasi”. Modernisme pada masyarakat barat
mengandung arti, pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk merubah faham-faham, adat-istiadat institusi-institusi lama, dan sebagainya
untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahun dan teknologi modern. Kata modern berasal
dari kata modo yang berarti barusan. Bisa juga diartikan sikap dan cara berfikir, serta bertindak sesuai dengan tuntutan zaman, sedangkan
modernisasi diartikan sebagai proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan
masa kini.
11
Menurut Abudin Nata, modern diartikan sebagai yang terbaru atau mutakhir. Selanjutnya kata modern erat kaitanya dengan kata
modernisasi yang berarti pembaharuan atau tajdid dalam Bahasa Arab. Modernisasi mengandung pengertian, pikiran, aliran, gerakan dan
usaha-usaha untuk mengubah pola, paham, institusi, dan adat untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dalam Islam, modernisasi seringkali juga berarti upaya sungguh-sungguh untuk melakukan reinterpretasi
terhadap pemahaman, pemikiran, dan pendapat tentang masalah ke- Islaman yang dilakukan oleh pemikir terdahulu untuk disesuaikan
10
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam;Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang, 1982, Cet. II, h. 11
11
Harapandi Dahri, Modernisasi Pesantren …. h. 72
dengan perkembangan zaman. Selanjutnya aspek yang dihasilkan oleh modernisasi disebut modernitas.
12
2. Syarat-syarat Modernisasi
Modernisasi tidak sama dengan reformasi yang menekankan pada faktor-faktor rehabilitasi. Modernisasi bersifat preventif dan konstruktif
dan agar proses tersebut tidak mengarah pada angan-angan sebaliknya modernisasi harus dapat memproyeksikan kecenderungan yang ada
dalam masyarakat ke arah waktu-waktu yang mendatang. Teori modernisasi yang digagas oleh Soerjono Soekanto memiliki beberapa
syarat yaitu: a.
Cara berfikir yang ilmiah scientific thinking. b.
Sistem administrasi yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur dan
terpusat. d.
Penciptaan iklim yang favourable dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi
massa. e.
Tingkat organisasi yang tinggi. f.
Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
13
Apabila dibedakan menurut asal faktornya, maka faktor-faktor yang mempengaruhi modernisasi pesantren dapat dibedakan atas faktor
internal dan eksternal. 1.
Faktor-faktor internal, merupakan faktor-faktor perubahan
yang berasal dari dalam masyarakat, misalnya : a.
Perubahan aspek demografi bertambah dan berkurangnya penduduk,
b. Konflik antar-kelompok dalam masyarakat,
c. Terjadinya gerakan sosial dan
12
Harapandi Dahri, Modernisasi Pesantren …. h. 73
13
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, Cet. XXII, h. 386-387.