Ciri- Ciri Sikap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

64 j. Attitudes are evaluations, yang berarti bahwa sikap merupakan penilaian terhadap sesuatu yang merupakan penilaian terhadap sesuatu yang mungkin mempunyai konsekuensi tertentu bagi yang bersangkutan. k. Attitudes are inferred yang berarti bahwa sikap merupakan penafsiran dan tingkah laku yang mungkin menjadi indikator yang sempurna atau bahwa yang tidak memadai.

2.1.8.2 Ciri- Ciri Sikap

a Sikap menunjukkan adanya hubungan antara subjek dan obyek. Sikap dihubungkan dengan obyek, orang, tempat, peristiwa, gagasan yang abstrak, dan konsep-konsep dalam lingkungan seseorang. Hal ini menyebabkan perbedaan antara sikap seseorang dengan yang lainnya. b Sikap memiliki arah tertentu, sikap terarah dan berorientasi kearah obyek: orang, tempat dan gagasan. c. Sikap bercirikan suatu faktor intensitas. Suatu sikap mengandung kekuatan atau kelemahan. Sikap yang intensitasnya tinggi tampak pada tingkah lakunya yang kuat pula. d. Sikap itu diperoleh. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh berkat diskriminasi dan bereaksi terhadap stimulus lingkungannya. e. Sikap ditandai oleh stabilitas dan keserasian suatu sikap tampak pada penafsiran dan reaksi terhadap lingkungannya Broto, 2009:1

2.1.8.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah sebagai berikut. 1. Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut 65 melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas. 2. Kebudayaan B.F. Skinner dalam, Azwar 2005 menekankan pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement penguatan, ganjaran yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain. 3. Orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. 4. Media massa Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam 66 mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. 5. Institusi Pendidikan dan Agama Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 6. Faktor emosi dalam diri Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.

2.1.9 Pengertian Kewirausahaan

Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

“PERBEDAAN HASIL BELAJAR MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DAN TIPE STAD BERDASARKAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN PADA KELAS XII PEMASARAN DI SMK NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011 – 2012 ”.

1 8 124

PERBEDAAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS XII AK SMK NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 – 2012

2 11 150

PERBEDAAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI BIAYA DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN PEMBELAJARAN CTL PADA SISWA KELAS XII AK SMK NEGERI 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2011 – 2012

0 7 160

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEWIRAUSAHAAN DI SMK PRAYATNA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2012-2013.

0 1 24

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK (GROUP INVESTIGATION) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

0 1 55

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X 3 SMA NEGERI COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 0 6

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran TIK

0 0 2