motivasi kerja tersebut diperoleh rata-rata tertinggi adalah afiliasi yaitu sebesar 3,84. Berdasarkan hal tersebut, maka afiliasi merupakan yang paling dominan diantara
motivasi kerja yang lain. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa kinerja kepala dinas akan lebih baik apabila melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dengan
menggunakan motivasi kerja afiliasi.
5.3.2. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis mengenai gaya kepemimpinan, komunikasi, motivasi kerja terhadap kinerja kepala dinas secara parsial dan simultan dengan menggunakan
uji t dan uji F. 5.3.2.1. Uji F
Hasil uji F menunjukan variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen, jika p-value pada kolom sig. lebih kecil
dari level of significant yang ditentukan sebesar 5, atau F hitung pada kolom F lebih besar dari F tabel. F tabel dihitung dengan cara df1 = k-1, dan df2 = n-k, yaitu
df1=4-1=3 dan df2=68-4=64, sehingga didapat nilai F tabel sebesar 2,748. Sedangkan hasil uji F dengan bantuan program SPSS dapat dilihat pada Tabel 5.19 di bawah ini.
Tabel 5.19. Hasil Uji F Model
Sum of Square
Df Mean
squares F
Sig
1 Regression 507,465 3
169.155 29.647
.00
a
Residual 365,167
64 5.706
Total 872,632
67
Sumber: Data Primer Diolah
Universitas Sumatera Utara
Dari uji F atau uji Anova dengan bantuan program SPSS diperoleh F hitung sebesar 29,647 pada á = 5 atau 0,05 dengan tingkat signifikan 0,000, karena nilai
probabilitas 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi bahwa gaya kepemimpinan X
1
, komunikasi X
2
dan motivasi kerja X
3
sebagai variabel independen secara bersama-sama simultan berpengaruh terhadap kinerja kepala dinas Y. Dengan kata lain gaya kepemimpinan X
1
, komunikasi X
2
dan motivasi kerja X
3
secara simultan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja kepala dinas, karena F hitung F tabel yakni
29,647 2,748. Hal tersebut berarti jika gaya kepemimpinan X
1
, komunikasi X
2
dan motivasi kerja X
3
secara bersama-sama mengalami kenaikan maka akan berdampak pada kenaikan kinerja kepala dinas Y, sebaliknya jika gaya
kepemimpinan X
1
, komunikasi X
2
dan motivasi kerja X
3
secara bersama-sama mengalami penurunan maka akan berdampak pada penurunan kinerja kepala
dinas Y. 5.3.2.2. Uji t
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, pembahasan akan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis, dengan memperhatikan nilai t hitung dari hasil regresi
tersebut untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen dengan tingkat signifikansi dalam penelitian ini menggunakan
alpha 5 atau 0,05. Nilai dari uji t hitung dapat dilihat dari p-value pada kolom Sig. pada masing-masing variabel independen, jika p-value lebih kecil dari level of
significant yang ditentukan atau t hitung pada kolom t lebih besar dari t tabel
Universitas Sumatera Utara
dihitung dari two-tailed á = 5 df-k, k merupakan jumlah variabel independen, maka nilai variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen dalam arti Ha diterima dan Ho ditolak, dengan kata lain, terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.
Adapun metode dalam penentuan t tabel menggunakan ketentuan tingkat signifikan 5 , dengan df=n-k-1 pada penelitian ini df=68-4-1=63, sehingga didapat
nilai t tabel sebesar 1,669 disajikan dalam Tabel 5.20 sebagai berikut:
Tabel 5.20. Hasil Uji t
Model Unstandarized
Coeficients Standarized
Coeficients t
Sig B
Std. Error
Beta
1 Constant 11.373
3.532 3.220
.002 X1
.271 .073
.460 3.725
.000 X2
.274 .095
.355 2.896
.005 X3
.123 .182
.182 2.227
.029
Sumber: Data Primer Diolah
Dari hasil uji statistik secara parsial diperoleh nilai t-hitung untuk variabel gaya kepemimpinan X
1
= 3,725 lebih besar dari nilai t-tabel = 1,669, untuk variabel komunikasi X
2
diperoleh nilai t-hitung = 2,896 lebih besar dari nilai t-tabel = 1,669. Untuk variabel motivasi kerja X
3
diperoleh nilai t-hitung = 2,227 lebih besar dari nilai t-tabel = 1,669. Pada taraf signifikan 95.
5.3.3. Hasil Persamaan Regresi