Latar Belakang Upaya Penurunan Kadar Cd (Kadmium) Pada Kerang Bulu (Andara antiquata) Dengan Pemanfaatan Larutan Chitosan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi di Indonesia menitikberatkan pada pembangunan sektor industri. Di satu sisi, pembangunan industri akan meningkatkan kualitas hidup manusia dengan terpenuhinya kebutuhan manusia dan meningkatnya pendapatan masyarakat. Namun di sisi lain, pembangunan industri juga dapat menurunkan kesehatan masyarakat dikarenakan pergeseran keseimbangan tatanan lingkungan dari bentuk asal ke bentuk baru yang cenderung menimbulkan pencemaran lingkungan Widowati, 2008. Limbah industri menjadi sumber utama pencemaran lingkungan dari industri yang dapat terjadi pada berbagai komponen lingkungan baik air, tanah maupun udara. Tetapi yang paling berbahaya bagi kehidupan adalah yang terjadi di perairan Manik, 2009. Cepat atau lambat sebagian zat-zat pencemar tersebut yang terbawa aliran sungai akan bermuara ke lautan. Hal ini menyebabkan terjadinya pencemaran pantai dan laut sekitarnya. Menurut Palar 2008, pada limbah industri seringkali terdapat bahan pencemar yang sangat membahayakan seperti logam berat. Di lingkungan perairan laut, logam-logam tersebut dapat diserap oleh biota laut ikan, udang dan moluska melalui permukaan tubuh kutikula, insang dan saluran pencernaan. Dalam tubuh biota laut logam berat akan tertimbun di dalam jaringannya terutama hati dan ginjal. Hal ini terjadi karena sifat logam berat yang tidak dapat terurai dan mudah diabsorpsi oleh biota laut sehingga terakumulasi dalam tubuh. Universitas Sumatera Utara Belawan merupakan suatu kawasan industri dan sarana pelabuhan terbesar di kota Medan. Perairan Belawan menjadi tempat bermuaranya Sungai Deli yang telah tercemar oleh logam berat berbahaya yaitu : Cu, Pb, Cd, Zn, Cr, Ni dan Sianida. Hal ini disebabkan karena di daerah aliran sungai ini terdapat beberapa industri yang menggunakan bahan-bahan yang mengandung logam berat dalam proses produksinya seperti industri pembuatan barang dari logam, industri plastik dan industri karet. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata logam berat pada lokasi pengamatan dekat dengan kawasan industri seperti logam Cd berkisar antara 0,02 - 0,04 mgL , Cr berkisar antara 0,48 - 0,59 mgL, Cu berkisar antara 1,24 - 1,36 mgL dan Pb berkisar antara 1,14 - 0,72 mgL. Mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1990 Tentang Baku Mutu Air, maka parameter logam berat pada lokasi pengamatan telah melampaui baku mutu air golongan B, yaitu air yang sesuai untuk kebutuhan bahan baku air minum Putra, 2008. Muara Sungai Deli paling dekat dengan muara di kelurahan Bagan Deli yang dikenal sebagai Tempat Pelelangan Ikan TPI. Ikan-ikan dan kerang yang dilelang ditempat ini berasal dari hasil tangkapan di perairan Belawan Azhar, 2004. Selain ikan, kerang merupakan sumber makanan hewani yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung protein dan mineral. Beberapa jenis kerang yang populer dan sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia adalah kerang hijau Mytilus viridis, kerang darah Anadara granosa, dan kerang bulu Anadara antiquata. Namun, kerang dapat mengakumulasi logam lebih besar daripada hewan air lainnya karena sifatnya yang menetap, menyaring makanannya filter feeder non selective, lambat untuk dapat menghindarkan diri dari pengaruh polusi dan Universitas Sumatera Utara mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi logam tertentu. Oleh karena itu, jenis kerang merupakan indikator yang sangat baik untuk memonitor suatu pencemaran logam dalam lingkungan perairan Darmono, 2001. Logam berat yang mencemari perairan beraneka ragam, salah satunya adalah logam Kadmium Cd. Kadmium merupakan logam berat yang banyak digunakan dalam berbagai industri, seperti industri pelapisan logam, industri baterai nikel- kadmium, industri cat, industri PVC atau plastik dan industri lainnya. Menurut Darmono 2001, kadmium merupakan logam yang tingkat akumulasi dan daya penetrasinya dalam jaringan tidak terpengaruh oleh hadirnya logam lain. Selain itu, kadmium juga memiliki kekuatan penetrasi paling besar ke dalam jaringan kerang dengan urutan yaitu CdHgPbCuZnNi. Meskipun tingkat akumulasi dan penetrasi kadmium pada kerang sangat tinggi, tetapi tingkat toksisitasnya rendah sehingga kerang lebih beresiko untuk dikonsumsi oleh masyarakat daripada hewan air lainnya. Pencemaran oleh kadmium telah menimbulkan dampak negatif terhadap ekosistem dan kehidupan manusia. Seperti kasus epidemi keracunan akibat mengkonsumsi beras yang tercemar logam kadmium telah terjadi di sekitar Sungai Jinzu Kota Toyama Pulau Honsyu Jepang pada tahun 1960. Penderita mengalami pelunakkan seluruh kerangka tubuh yang diikuti kematian akibat gagal ginjal. Penyakit ini dikenal dengan nama Itai-itai Disease Wardhana, 2001. Berdasarkan FAOWHO, nilai ambang batas kadar logam kadmium yang diperbolehkan dalam tubuh hewan laut yang dapat dikonsumsi manusia yakni 0,1 ppm. Sedangkan menurut Standar Nasional Indonesia No. 01-3548-1994 tentang Universitas Sumatera Utara batas maksimum cemaran logam pada makanan yang diperbolehkan untuk logam kadmium adalah sebesar 0,2 mgkg ppm. Apabila kadmium yang terkandung dalam makanan dikonsumsi terus menerus maka akan terakumulasi di berbagai jaringan tubuh dan dapat menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan konsumen. Dampak tersebut berupa kerapuhan tulang dan resiko fraktur, kerusakan sistem reproduksi dan respirasi, anemia serta hipertensi Palar, 2008. Hudaya 2010, menunjukkan hasil pemeriksaaan kadar kadmium dalam kerang hijau, kerang bulu dan kerang batu dari daerah belawan telah tercemar logam kadmium. Pada kerang hijau diperoleh kadar kadmium sebesar ±0,2525 ppm, pada kerang bulu sebesar ±0,3570 ppm dan pada kerang batu sebesar ±0,2286 ppm. Artinya kadar kadmium pada ketiga jenis kerang tersebut telah melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan oleh Standar Nasional Indonesia yaitu 0,2 ppm. Upaya menurunkan kandungan logam berat pada makanan banyak dilakukan dengan penambahan bahan sekuestran Chelating agents. Sekuestran adalah bahan yang dapat mengikat ion logam pada makanan sehingga memantapkan warna dan tekstur makanan, atau mencegah perubahan bahan makanan. Beberapa bahan sekuestran yang diizinkan untuk makanan diantaranya : asam fosfat, asam sitrat, isopropyl sitrat, kalsium dinatrium edetat EDTA, monokalium fosfat, natrium pirofosfat Anonimus, 2008. Hasil penelitian Murtini, dkk 2004, mengenai pemanfaatan chitosan sebagai upaya pengurangan cemaran logam berat pada daging kerang hijau menggunakan larutan chitosan menunjukkan terjadinya penurunan kadar merkuri pada daging Universitas Sumatera Utara kerang yang direndam dalam larutan chitosan pada konsentrasi 1,5 selama 3 jam yakni sebesar 94,89 15,23 ppb dalam berat kering. Sekuestran pada penelitian ini adalah chitosan cangkang udang. Chitosan mengandung zat chitin. Fungsinya hampir sama dengan serat yaitu mampu menyerap racun serta membantu lancarnya pencernaan dan bisa juga menurunkan lemak darah, mengatur bakteri dalam usus, mengurangi tekanan darah, dan mengurangi gula darah. Rismana, 2004 Disamping upaya meminimalisir pembuangan limbah industri ke badan air, perlu juga dilakukan upaya lain untuk melindungi konsumen makanan laut agar dapat terhindar dari keracunan oleh karena makanan laut yang sudah tercemar logam, upaya tersebut antara lain menurunkan logam dari makanan laut. Upaya yang dilakukan haruslah dapat dilaksanakan oleh konsumen makanan laut. Berdasarkan hasil uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan cangkang udang larutan chitosan sebagai sekuestran untuk menurunkan logam pada mkanan laut.

1.2. Perumusan Masalah