Sistem Akuntansi Penjualan Dan Penerimaan Kas Pada PT. Sharp Electronic Indonesia Cabang Binjai

(1)

SKRIPSI

SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. SHARP ELECTRONIC INDONESIA CABANG BINJAI

OLEH :

NICOLAS TARIGAN

070503243

PROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “Sistem Penjualan Dan Penerimaan Kas Pada PT. Sharp Electronic Indonesia Cabang Binjai” adalah benar hasil karya saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, dan saya kutip dari hasil orang lain telah mendapat izin, atau dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, 29 Juli 2013 Yang Membuat Pernyataan

NIM : 070503243 Nicolas Tarigan


(3)

4. Bapak Drs. Arifin Hamzah, M.M, Ak selaku pembimbing yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan bantuan serta mengarahkan Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak selaku dosen pembaca nilai yang telah banyak memberikan saran kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta (Ayahanda Bersih Tarigan dan Ibunda Dra. Radukita Br Gurusinga) dan yang telah membesarkan, mendidik dan memberikan dukungan moril dan materil serta limpahan kasih sayang dan yang selalu memberikan doa setiap langkahku, juga kepada Gabriella Josephin Br Tarigan, S.Ked (adik kandung), Galio Efrata Tarigan (adik kandung) terima kasih atas bantuan dan dukungannya.

Demikian skripsi ini disusun dengan segala keterbatasan penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 29 Juli 2013 Penulis,

NIM : 070503243 Nicolas Tarigan


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kasih, berkat serta anugerahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Sistem Penjualan Dan Penerimaan Kas Pada PT. Sharp Electronic Indonesia Cabang Binjai”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi maupun penulisannya. Oleh sebab itu penulis sangat menerima saran serta kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.

Selama proses penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, semangat dan bantuan baik secara moril maupun materil dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak di bawah ini yang telah membantu penulis dalam meyelesaikan skripsi ini.

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M,Ec, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi USU.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi USU dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi USU.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi USU dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi USU.


(5)

ABSTRAK

SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. SHARP ELECTRONIC INDONESIA CABANG BINJAI

PT. Sharp Electronic Indonesia Cabang Binjai Sumatera Utara merupakan Perusahaan Electronik yang bergerak di bidang Penjualan Alat- alat Elekrtonika Kebutuhan Rumah Tangga dan kebutuhan Kantor ada pun produk yang dihasilkan LCD TV Aquos, Audio, DVD Player, Mesin Cuci, Lemari Es, Air Conditioner (AC), Vacuum Cleaner, Faximile, dan Calculator. PT PT. Sharp Electronic Indonesia mempunyai daerah Pemasaran seperti : Sumatera Utara, Padang, Pekan Baru, Lampung, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang,Yogyakarta, Banjarmasin,Pontianak,dan Batam.Tujuan Penelitian ini adala untuk mengetahui dan memahami Penerapan Sistem Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas Pada Perusahaan dan juga untuk mengetahui sistem yang diterapkan tersebut dapat membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas atau tidak.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Jenis data yang di gunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis gunakan adalah wawancara dan observasi. Metode penganalisaan data yang digunakan yaitu metode deskriptif, dimana data yang telah dikumpulkan kemudian di susun dan di analisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai Sumatera Utara melakukan pencatatan transaksi sudah menggunakan komputer dan sistem pencatatan juga telah terkomputerisasi dengan memakai sistem yang telah di programkan khusus untuk semua fungsi akuntansi. Sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas yang diterapkan perusahaan dapat membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas. Hal ini dapat dilihat bahwa perusahaan telah melakukan pemisahan fungsi yang cukup jelas antar bagian otorisasi yang telah memadai, perusahaan juga melakukan langkah-langkah untuk penjagaan asset.

Kata Kunci : Sistem Akuntansi Penjualan, Sistem Akuntansi Penerimaan Kas, Prosedur, Aktivitas Pengendalian.


(6)

ABSTRACT

SYSTEM SALES ACCOUNTING AND CASH REVENUE AT PT. SHARP ELECTRONIC INDONESIA BRANCH BINJAI

PT. Sharp Electronic Indonesia Branch Binjai North Sumatera is one of the electronic firm that Leading of sales of electronic tools, that requirement at house and requirement at Offices. Some product that has been result like : LCD Aquos Television, Audio system, DVD Player, Wahing Machine, Refrigator, Air Condtioner (AC), Vacuum Cleaner, Faxmile, and Calculator. PT. Sharp Electronic Indonesia has been had a region market such as: North Sumatera, Padang, Pekan Baru, Lampung, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Pontinak, and Batam. The aim of this research is to know and understand the application of System Sales Accounting and Cash Revenue at the firm and also know the system that has been applicate and help management to control the activity of sales and cash revenue or not.

In this research the writer use the descriptif research method. kind of Data that has been used was Primer Data and Secunder Data. Other wise the technic that has been used of the writer was Interview and Observe. The method to use analysis Data was Descriptif Data. Where the data was collect and then arranged in a stack and then analyzied so that it gives some mention to solve the problem.

In This Research shows that PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai North Sumatera has been done record keeping of transaction has been computerized and has been used Special Program for all system Of Accounting. System Sales Accounting And Cash Revenue has ben Applicable and also helped the management in control the activity of sales and cash revenue. In this case can be see the Firm had been done the isolate function from the other part. And the Firm also done step by step to keep the Asset.

Key Words : System Sales Accounting, System Cash Revenue Accountancy, Procedur, Controling Activity.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ...viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Kerangka Konseptual ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Tujuan Sistem Akuntansi ... 7

2.2. Unsur-Unsur Sistem Akuntansi ... 10

2.3. Sistem Akuntansi dan Pengendalian Intern ... 15

2.4. Sistem Akuntansi Penjualan ... 22

2.4.1. Sistem Akuntansi Penjualan Tunai ... 23

2.4.2. Sistem Akuntansi Penjualan Kredit ... 30

2.5. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas ... 35

2.6. Aktivitas Pengendalian atau Penjualan dan Penerimaan Kas 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 42

3.2. Jenis Data ... 42

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.4. Metode Analisis Data ... 43

3.5. Responden ... 44

3.6. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 44

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI 4.1. Sistem Akuntansi Perpajakan ... 45

4.1.1. Sistem Akuntansi Penjualan Tunai ... 47

4.1.2. Sistem Akuntansi Penjualan Kredit ... 53

4.1.3. Sistem Akuntansi Penerimaan Kas ... 56

4.1.4. Aktivitas Pengendalian Atas Penjualan dan Penerimaan Kas ... 58


(8)

4.2. Analisis Hasil Penelitian ... 61 4.2.1. Analisa Sistem Akuntansi Penjualan ... 61 4.2.2. Analisis Sistem Akuntansi Penerimaan Kas ... 66 4.2.3. Analisis Aktivitas Pengendalian Atas Penjualan

dan Penerimaan Kas ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 71 5.2. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 1.1 Kerangka Konseptual …………... 16


(10)

ABSTRAK

SISTEM AKUNTANSI PENJUALAN DAN PENERIMAAN KAS PADA PT. SHARP ELECTRONIC INDONESIA CABANG BINJAI

PT. Sharp Electronic Indonesia Cabang Binjai Sumatera Utara merupakan Perusahaan Electronik yang bergerak di bidang Penjualan Alat- alat Elekrtonika Kebutuhan Rumah Tangga dan kebutuhan Kantor ada pun produk yang dihasilkan LCD TV Aquos, Audio, DVD Player, Mesin Cuci, Lemari Es, Air Conditioner (AC), Vacuum Cleaner, Faximile, dan Calculator. PT PT. Sharp Electronic Indonesia mempunyai daerah Pemasaran seperti : Sumatera Utara, Padang, Pekan Baru, Lampung, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang,Yogyakarta, Banjarmasin,Pontianak,dan Batam.Tujuan Penelitian ini adala untuk mengetahui dan memahami Penerapan Sistem Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas Pada Perusahaan dan juga untuk mengetahui sistem yang diterapkan tersebut dapat membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas atau tidak.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif. Jenis data yang di gunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun tehnik pengumpulan data yang digunakan penulis gunakan adalah wawancara dan observasi. Metode penganalisaan data yang digunakan yaitu metode deskriptif, dimana data yang telah dikumpulkan kemudian di susun dan di analisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai Sumatera Utara melakukan pencatatan transaksi sudah menggunakan komputer dan sistem pencatatan juga telah terkomputerisasi dengan memakai sistem yang telah di programkan khusus untuk semua fungsi akuntansi. Sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas yang diterapkan perusahaan dapat membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas. Hal ini dapat dilihat bahwa perusahaan telah melakukan pemisahan fungsi yang cukup jelas antar bagian otorisasi yang telah memadai, perusahaan juga melakukan langkah-langkah untuk penjagaan asset.

Kata Kunci : Sistem Akuntansi Penjualan, Sistem Akuntansi Penerimaan Kas, Prosedur, Aktivitas Pengendalian.


(11)

ABSTRACT

SYSTEM SALES ACCOUNTING AND CASH REVENUE AT PT. SHARP ELECTRONIC INDONESIA BRANCH BINJAI

PT. Sharp Electronic Indonesia Branch Binjai North Sumatera is one of the electronic firm that Leading of sales of electronic tools, that requirement at house and requirement at Offices. Some product that has been result like : LCD Aquos Television, Audio system, DVD Player, Wahing Machine, Refrigator, Air Condtioner (AC), Vacuum Cleaner, Faxmile, and Calculator. PT. Sharp Electronic Indonesia has been had a region market such as: North Sumatera, Padang, Pekan Baru, Lampung, Jakarta, Bandung, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Banjarmasin, Pontinak, and Batam. The aim of this research is to know and understand the application of System Sales Accounting and Cash Revenue at the firm and also know the system that has been applicate and help management to control the activity of sales and cash revenue or not.

In this research the writer use the descriptif research method. kind of Data that has been used was Primer Data and Secunder Data. Other wise the technic that has been used of the writer was Interview and Observe. The method to use analysis Data was Descriptif Data. Where the data was collect and then arranged in a stack and then analyzied so that it gives some mention to solve the problem.

In This Research shows that PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai North Sumatera has been done record keeping of transaction has been computerized and has been used Special Program for all system Of Accounting. System Sales Accounting And Cash Revenue has ben Applicable and also helped the management in control the activity of sales and cash revenue. In this case can be see the Firm had been done the isolate function from the other part. And the Firm also done step by step to keep the Asset.

Key Words : System Sales Accounting, System Cash Revenue Accountancy, Procedur, Controling Activity.


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagian besar perubahan menetapkan persoalan laba sebagai tujuan perusahaan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka manajemen perusahaan harus dapat mengkoordinir secara rasional sumber daya dan alat-alat produksi yang digunakan, yaitu yang terdiri dari alam, manusia, dan modal dalam suatu wadah organisasi yang melaksanakan kegiatan berdasarkan uraian tugas dan dibantu oleh catatan yang terkoordinir untuk menciptakan laporan-laporan guna disampaikan kepada pimpinan sebagai alat untuk menetapkan kebijakan, perencanaan, dan pengendalian.

Seorang pimpinan perusahaan memerlukan informasi-informasi dalam mengelola perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Untuk itu, perusahaan memerlukan sistem akuntansi yang merupakan organisasi dari formulir-formulir, catatan-catatan dan laporan-laporan yang terkoordinir untuk menciptakan informasi tertentu yang diperlukan pimpinan atau manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan.

Dalam suatu perusahaan, salah satu komponen pembentukan laba adalah penjualan. Dalam kondisi perekonomian yang penuh dengan ketidakpastian dan tingkat persaingan yang semakin tajam, sistem informasi atas penjualan semakin dibutuhkan dalam kegiatan perusahaan.


(13)

Sistem penjualan yang baik dan maksimal pada kegiatan penjualan yang diterapkan dalam perusahaan dapat mendorong tercapainya tingkat penjualan yang diharapkan, sehingga laba yang diharapkan dapat dicapai pula.

Sistem akuntansi penjualan yang baik harus didukung dengan sistem akuntansi penerimaan kas yang baik pula, karena kas adalah harta perusahaan yang berharga sekaligus merupakan asset yang sangat rentan akan pencurian, penyelewengan dan penyalahgunaan. Satu diantara pencegahan penyelewengan kas yaitu dengan cara melakukan pemisahan fungsi dalam penerimaan kas dan pencatatan, sehingga dapat dilakukan cross check. Sistem akuntansi penerimaan kas yang baik mutlak dimiliki perusahaan karena dengan sistem akuntansi penerimaan kas yang baik, maka kas sebagai aset perusahaan dapat dijamin keamanannya, dengan catatan pelaksanaan sistem harus baik dan tidak terjadi kolusi.

Objek penelitian penulis dalam menyusun skripsi ini adalah PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai yang merupakan perusahaan Elektronik yang bergerak dibidang Alat alat elektronika. Adapun produk yang dihasilkan antara lain Mesin Cuci Sharp, Televisi, Kulkas, AC, VCD/DVD, dan lain sebagainya. PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai mempunyai daerah pemasaran meliputi Sumatera Utara, NAD, dan juga Batam.

Mengingat pentingnya peranan sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas dalam mencapai tujuan perusahaan dan terdorong untuk mengetahui penerapan sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas, maka penulis melakukan penelitian dengan memilih judul skripsi : “Sistem Akuntansi


(14)

Penjualan dan Penerimaan Kas Pada PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba merumuskan beberapa masalah yang menjadi dasar penyusunan skripsi ini, yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas yang diterapkan pada PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai?

2. Apakah sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas tersebut dapat membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas pada PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui dan memahami tentang penerapan sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas pada perusahaan.

2. Mengetahui bahwa sistem yang diterapkan dapat membantu manajemen dalam aktivitas pengendalian atas penjualan dan penerimaan kas atau tidak.


(15)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu :

1. Bagi penulis, untuk mengembangkan wawasan pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan, khusus mengenai sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas.

2. Bagi perusahaan, untuk memberikan sumbangan pemikiran yang mungkin berguna, khususnya mengenai sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas.

3. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian sejenis.


(16)

1.5. Kerangka Konseptual

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Pendapatan utama PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai berasal dari hasil penjualan produk Alat alat elektronika Rumah Tangga. Penjualan

PT. Sharp Electronics Indonesia Cabang Binjai

Penjualan Produk (Alat Alat Elektronika Kebutuhan Rumah Tangga)

Penerimaan Kas

Sistem Akuntansi Penjualan dan Penerimaan Kas pada PT. Sharp Electronics

Indonesia Cabang Binjai


(17)

dilakukan secara tunai maupun kredit. Dari hasil penjualan ini perusahaan akan memperoleh penerimaan kas, baik yang berasal dari penjualan tunai maupun dari penagihan piutang. Dari kedua aktivitas ini terbentuklah sistem akuntansi, khususnya sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas dimana sistem tersebut telah diterapkan oleh perusahaan dalam melakukan aktivitasnya.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Tujuan Sistem Akuntansi.

Informasi dari suatu perusahaan, terutama informasi keuangan merupakan kebutuhan yang penting bagi pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan. Guna memenuhi kebutuhan informasi yang cepat, akurat, dan berdaya guna, maka didesain suatu sistem akuntansi. Sistem akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi manajemen yang mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan untuk memenuhi kebutuhan pihak intern maupun ekstern. Bagi pihak intern, sistem akuntansi merupakan sarana bagi manajemen untuk memperoleh informasi keuangan mengetahui, mengevaluasi dan mengambil keputusan-keputusan dalam menjalankan perusahaan. Sedangkan bagi pihak ekstern, seperti kreditur, investor, pemerintah dan suplier, memerlukan informasi keuangan dalam kaitannya dengan kepentingan mereka.

Sebelum membahas mengenai sistem akuntansi, maka terlebih dahulu akan dibicarakan pengertian akuntansi itu sendiri. Menurut Warren, Reeve, dan Fees (2005:10) defenisi akuntansi adalah “sebagai sistem informasi yamg menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997:3), “Akuntansi adalah proses pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan untuk menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.


(19)

Agar data keuangan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen maupun pihak luar, maka data tersebut harus diolah dan diproses dalam suatu sistem yang mengatur arus dan pengolahan data akuntansi sehingga dihasilkan suatu informasi yang berguna.

Berikut ini akan diberikan defenisi sistem dan prosedur menurut W. Gerald Cole (Cecil Gillespie, 1971:2):

A system is a network of related procedures developed according to one integreted scheme for performing a major activity of the business. A procedure is a sequence of clerical operations, usually involving several people in one or more departement, established to ensure uniform handling of a recurring transaction of the business.

Maksudnya, sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.

Defenisi diatas mengandung arti bahwa sistem dan prosedur saling berhubungan. Sistem merupakan kumpulan dari prosedur yang saling berkaitan, sedangkan prosedur merupakan urutan pekerjaan untuk menjamin perlakuan yang seragam atas transaksi-transaksi yang berulangkali atau secara rutin terjadi didalam perusahaan.

Menurut James A. Hall (2001:5), “sebuah sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose)”.


(20)

Setelah diuraikan pengertian akuntansi, sistem, dan prosedur, maka selanjutnya dikemukakan pengertian sistem akuntansi. Menurut Warren, Reeve, dan Fees (2005:226) menyatakan bahwa “sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan”.

Mulyadi (2001:3) memberikan defenisi sistem akuntansi sebagai berikut : “Sistem akutansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”.

Penyusunan sistem akuntansi dilakukan dengan berbagai tujuan. Cecil Gellespie (1971:7) mengemukakan tujuan sistem akuntansi :

1. To improve the information provided by the sistem, in quality, timelines, or structure of the information.

2. To improve the accounting control and internal check, that is, to improve the dependability of accounting information and to provide complete records of accountability for the protection of the assets of the business.

3. To decrease the clerical cost of keeping the records.

Dari rumusan diatas dapat diketahui bahwa tujuan sistem akuntansi adalah untuk membantu meningkatkan mutu informasi yang dihasilkan sistem, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya. Sistem akuntansi juga untuk meningkatkan pengawasan akuntansi dan internal check guna meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan yang lengkap mengenai pertanggungjawaban untuk perlindungan kekayaan perusahaan, dan untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.


(21)

Sejalan dengan tujuan diatas, R. N. Anthony dan J. S. Reece (1983:108) mengemukakan bahwa sistem akuntansi yang baik dapat mencapai beberapa tujuan antara lain :

1. To process the information efficiently, that is, at low cost. 2. To obtain reports quickly.

3. To ensure a high degree of accuracy.

4. To minimize the possibility of theft or fraud.

Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa tujuan sistem akuntansi antara lain untuk memproses informasi secara efisien pada tingkat harga yang rendah, untuk menghasilkan laporan dengan cepat, untuk menjamin tingkat ketepatan yang tinggi, serta untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya korupsi atau kecurangan.

2.2. Unsur-unsur Sistem Akuntansi

Oleh karena bentuk perusahaan beragam, maka sasaran sistem akuntansi juga beragam, meskipun intinya tetap sama, yaitu menyajikan informasi. Tanpa memandang bentuk perusahaan, suatu sistem akuntansi selalu terbentuk dari : a. Serangkaian formulir yang tercetak, seperti faktur, nota (voucher), cek, dan

laporan-laporan yang dipergunakan untuk membangun sistem akuntansi dan administrasi perkantoran, termasuk berbagai prosedur yang merupakan dasar pembuatan ayat-ayat akuntansi.

b. Serangkaian buku, baik dalam bentuk fisik berupa kartu-kartu dan buku-buku dalam pengertian harafiah, maupun dalam bentuk format yang hanya terbaca oleh mesin. Buku-buku ini meliputi jurnal maupun buku besar.


(22)

c. Serangkaian laporan atau pernyataan, seperti misalnya neraca saldo, abstraksi buku besar, perhitungan laba rugi, dan neraca.

d. Serangkaian kegiatan klerikal, termasuk operasi pengolahan data elektronik, yang harus dilaksanakan untuk mencatat berbagai informasi akuntansi pada formulir, buku jurnal, buku besar, serta dalam penyusunan laporan dan surat pernyataan.

Menurut Mulyadi (2001:3) ada 5 unsur yang terdapat dalam akuntansi yang pokok, yaitu :

1. Formulir 2. Jurnal 3. Buku Besar 4. Buku Pembantu 5. Laporan

Ad. 1. Formulir

Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam (didokumentasikan) diatas secarik kertas. Formulir sering disebut juga dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi kedalam catatan. Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Dalam sistem akuntansi manual, media yang digunakan untuk merekam pertama kali data transaksi keuangan adalah formulir yang dibuat dari kertas. Dalam sistem akuntansi dengan komputer digunakan berbagai macam media untuk memasukkan data kedalam sistem pengolahan data seperti papan ketik (key board),


(23)

optical and magnetic characters and code, mice, voice, touch sensors, dan cats.

Ad. 2. Jurnal

Setelah suatu transaksi direkam dalam formulir, pencatatan akuntansi yang pertama kali dilakukan adalah menjurnal. Dibanding dengan catatan akuntansi yang lain, pencatatan dalam jurnal biasanya lebih lengkap dan lebih terinci, serta menurut urutan tanggal kejadian transaksi. Jurnal merupakan catatan akuntansi permanen yang pertama, yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan perusahaan. Dalam sistem akuntansi, jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi satu transaksi pun yang tidak tercatat; catatan yang dilakukan di dalamnya lengkap dengan penjelasan, tanggal dan informasi lain, agar catatan tersebut mudah diusut kembali ke dokumen sumbernya. Perusahaan yang transaksinya masih sedikit hanya memerlukan jurnal umum dengan dua kolom, debit dan kredit. Perusahaan yang besar dan terdapat banyak jenis transaksi di dalamnya memerlukan jurnal khusus disamping jurnal umum. Prinsip dasar yang melandasi pembuatan rancangan jurnal adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2001:104) :

1. Harus tersedia jurnal dalam jumlah yang memadai.

2. Jurnal akan digunakan untuk memisahkan transaksi ke dalam penggolongan pokok tertentu, seperti penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, dan pembelian.

3. Penggunaan kolom-kolom khusus dalam jurnal.

4. Nama kolom dan jurnal harus sesuai dengan nama rekening yang bersangkutan dalam buku besar.

5. Kolom dalam jurnal digunakan untuk mengumpulkan angka yang akan diringkas dalam rekening yang bersangkutan dalam buku besar.

6. Jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga pekerjaan menyalin informasi dari dokumen sumbernya dibuat sangat minimum.


(24)

7. Adanya dukungan antara dokumen sumber tertentu dengan jurnal sehingga pertanggungjawaban informasi dapat ditentukan.

Ad. 3. Buku Besar

Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Buku besar merupakan tempat untuk menampung informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Dengan demikian, susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan merupakan dasar untuk menyusun rekening yang ada dalam buku besar. Selanjutnya rekening-rekening yang ada dalam buku besar digunakan sebagai dasar penggolongan transaksi yang dicatat dalam jurnal. Rekening buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.

Ad. 4. Buku Pembantu

Data keuangan yang digolongkan dalam buku besar memerlukan rincian lebih lanjut yang dibentuk dalam buku pembantu. Buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu. Buku besar


(25)

setelah data akuntansi keuangan dicatat dalam buku-buku tersebut, proses akuntansi selanjutnya adalah penyajian laporan keuangan, bukan pencatatan lagi ke dalam catatan akuntansi.

Ad. 5. Laporan

Hasil akhir proses akuntansi adalah laporan keuangan. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (1999:3) : “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”.

Laporan keuanga dapat berbentuk neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Agar informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai, laporan keuangan harus mengandung karakteristik kualitatif sebagai berikut : dapat dipahami, relevan, materialitas, keandalan, penyajian jujur, substansi mengungguli bentuk, netralitas, pertimbangan sehat, kelengkapan, dan dapat dibandingkan. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran sistem akuntansi. Laporan yang umumnya dihasilkan oleh sistem akuntansi penjualan dan penerimaan kas meliputi laporan keuangan, laporan-laporan yang berkaitan dengan kas, laporan harian, mingguan, dan bulanan, laporan tercetak dan tayangan pada layar monitor komputer.

Selain unsur-unsur tersebut, defenisi dari Howard F. Stettler juga menyebutkan alat-alat sebagai unsur sistem akuntansi. Alat-alat adalah alat-alat yang digunakan untuk melakukan pencatatan sehingga dapat dihasilkan laporan.


(26)

Alat-alat disini dapat berbentuk mesin-mesin pembukuan, mulai dari yang sederhana sampai dengan yang cukup rumit termasuk komputer.

2.3. Sistem Akuntansi dan Pengendalian Intern

Berdasarkan definisi sistem akuntansi dan tujuan penyusunan sistem akuntansi, maka suatu sistem yang efektif selain dapat mengolah data keuangan perusahaan juga harus dapat menjadi kontrol bagi perusahaan. Alat kontrol ini selanjutnya didukung dengan sistem pengendalian yang disebut dengan pengendalian intern.

Menurut Romney dan Steinbart dalam bukunya Accounting Information Systems (2003:95), “Internal control is the plan of organization and the methods a business use to safeguard assets, provite accurate and reliable information, promote and improve operational efficiency, and encourage adherence to prescribed managerial polycies”. Maksudnya adalah pengendalian intern adalah suatu rencana organisasi dan metode bisnis yang digunakan untuk menjaga aset, memberikan informasi yang akurat dan dapat diandalkan, mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah ditetapkan.

Sedangkan menurut Standar Auditing seksi 319, Pertimbangan atas Pengendalian Intern dalam Audit Laporan Keuangan paragraf 06 (2001:319.2) :

Pengendalian intern adalah suatu proses – yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain – yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.


(27)

Ada lima komponen pengawasan intern yang saling berkaitan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2001:319.2), yaitu :

1. Lingkungan pengendalian (control environtment) 2. Penilaian risiko (risk assessment)

3. Informasi dan komunikasi (information and comunication) 4. Pemantauan (monitoring)

Ad. 1. Lingkungan pengendalian

Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari keempat komponen pengendalian intern lainnya. Lingkungan pengendalian menetapkan corak atau suasana suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian para manajemen dan pegawainya.

Menurut Mulyadi (1998:175) :

Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas, antara lain : nilai integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, dewan komisaris dan komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, pembagian wewenang dan pembebanan tanggungjawab, kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

Nilai integritas merupakan tanggung jawab yang dijunjung tinggi oleh pihak manajemen, yaitu suatu kemampuan untuk mewujudkan apa yang dikatakan atau yang telah menjadi komitmennya.

Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dan paduan antar kecerdasan, pelatihan, dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi.

Untuk menciptakan independensi auditor, perusahaan-perusahaan yang go-public sebaiknya mengalihkan wewenang penunjukan auditor dar tangan manajemen puncak ke tangan dewan komisaris atau komite audit.


(28)

Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawannya. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu entitas harus dilaksanakan.

Struktur organisasi memberikan kerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas entitas.

Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut dari pengembangan struktur organisasi. Pembagian wewenang yang jelas akan dapat mengalokasikan sumber daya yang dimiliknya serta memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber daya organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Perusahaan juga sangat penting memiliki karyawan yang kompeten dan jujur agar tercipta lingkungan pengendalian yang baik. Maka dari itu, perusahaan perlu memiliki metode atau kebijakan yang baik dalam menerima karyawan, mengembangkan kompetensi mereka, menilai prestasi dan memberikan kompensasi atas prestasi mereka.

Ad. 2. Penilaian risiko

Penilaian risiko merupakan komponen kedua dari pengendalian intern. Penilaian resiko bertujuan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengukur risiko-risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan.


(29)

Menurut James A. Hall (2001:156)

Risiko dapat muncul atau berubah dari situasi seperti ini :

• Perubahan dalam lingkungan operasi yang memaksa tekanan baru atau berubah dari perusahaan.

• Restrukturisasi organisasi menghasilkan pengurangan dan/atau pengalokasian kembali personel-personel dari operasi bisnis dan pemrosesan transaksi yang diproses.

• Penerapan prinsip akuntansi yang baru mempengaruhi persiapan pelaporan keuangan.

Ad. 3. Informasi dan komunikasi

Informasi dan komunikasi merupakan komponen ketiga dari pengendalian intern. Sistem informasi terdiri atas catatan-catatan dan metode yang digunakan untuk memulai mengidentifikasi, menganalisis, dan mencatat transaksi organisasi serta untuk memperhitungkan aktiva dan kewajiban terkait.

Sistem akuntansi yang efektif menurut Mulyadi (1998: 179) adalah : 1. Sah

2. Telah diotorisasi 3. Telah dicatat

4. Telah dinilai secara wajar 5. Telah digolongkan secara wajar

6. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya

7. Telah dimasukkan kedalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar.

Setiap transaksi yang dicatat adalah sah (validitas). Pengendalian intern tidak dapat memberikan transaksi-transaksi yang fiktif yang sebenarnya tidak terjadi didalam jurnal atau catatan akuntansi lainnya.

Setiap transaksi diotorisasi dengan tepat (otorisasi). Setiap transaksi diotorisasi dengan tepat oleh yang berkompeten dan berwenang untuk melakukan otorisasi itu. Otorisasi penting untuk mencegah adanya


(30)

transaksi curang yang mengakibatkan pemborosan atau perusakan terhadap aktiva perusahaan.

Setiap transaksi yang terjadi dicatat (kelengkapan). Setiap transaksi yang terjadi dicatat, dengan prosedur yang dimiliki oleh perusahaan memberikan pengawasan untuk mencegah penghilangan setiap transaksi dari catatan.

Setiap transaksi dinilai dengan tepat (penilain). Pengawasan intern yang memadai selalu disertai prosedur untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan dan pencatatan setiap transaksi pada berbagai langkah proses pencatatan.

Setiap transaksi diklasifikasikan dengan tepat (klasifikasi). Klasifikasi perkiraan yang tepat sesuai dengan bagan perkiraan yang dimiliki oleh perusahaan harus ditetapkan didalam jurnal jika laporan keuangan hendak dinyatakan dengan tepat. Klasifikasi ini juga mencakup berbagai kategori seperti divisi dan hasil produk.

Setiap transaksi dicatat pada waktu yang tepat (ketepatan waktu). Pencatatan setian transaksi baik sebelum atau sesudah saat terjadinya, selalu menimbulkan kemungkinan adanya kelalaian untuk mencatatnya atau dicatat dengan jumlah yang tidak benar. Jika keterlambatan pencatatan terjadi pada akhir periode, maka laporan keuangan akan mengandung kesalahan.

Setiap transaksi dimasukkan dengan tepat kedalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan ikhtisar). Dalam beberapa keadaan, masing-masing transaksi diikhtisarkan


(31)

(dirangkum menjadi satu) dan dijumlahkan sebelum dicatat kedalam jurnal yang bersangkutan. Lalu jurnal itu diposting ke dalam buku besar, dan buku besar tersebut diikhtisarkan lagi dan digunakan untuk menyusun laporan keuangan. Selain metode yang digunakan untuk memasukkan setiap transaksi, pengawasan yang memadai selalu dibutuhkan untuk memastikan bahwa pengiktisaran tersebut adalah benar.

Ad. 4. Aktivitas pengendalian

Menurut Romney dan Mashall (2003:236) “aktivitas pengendalian, yang merupakan kebijakan dan peraturan yang menyediakan jaminan yang wajar bahwa tujuan pengendalian pihak manajemen dicapai”.

Dikatakan dalam buku juga (2003:236), secara umum prosedur-prosedur pengendalian termasuk satu dari lima kategori berikut ini :

1. Otorisasi transaksi dan kegiatan yang memadai. 2. Pemisahan tugas.

3. Desain dan penggunaan dokumen serta catatan yang memadai.

4. Penjagaan aset dan catatan yang memadai. 5. Pemeriksaan independen atau kinerja.

Didalam organisasi atau perusahaan, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Otorisasi transaksi dapat bersifat umum dan dapat bersifat khusus. Otorisasi umum adalah otorisasi yang diberikan oleh pihak manajemen kepada pegawai untuk menangani transaksi rutin tanpa persetujuan khusus. Sedangkan otorisasi khusus adalah otorisasi yang diberikan oleh pihak manajemen untuk beberapa transaksi tertentu yang terjadi karena keadaan khusus.


(32)

Pemisahan tugas merupakan aktivitas pengendalian yang paling penting. Pemisahan tugas mempunyai tujuan pokok yaitu untuk mencegah dan untuk dapat dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang.

Desain dan penggunaan catatan yang memadai membantu untuk memastikan pencatatan yang akurat dan lengkap atas seluruh data transaksi yang berkaitan dalam membuat rancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai. Menurut Arens dan Loebbecke (1997:266) dokumen dan catatan sebaiknya :

1. Berseri dan prenumbered.

2. Disiapkan pada transaksi terjadi, atau segera sesudahnya.

3. Cukup sederhana untuk menjamin bahwa dokumen dan catatan dapat dimengerti dengan jelas.

4. Dirancang sedapat mungkin untuk multiguna, sehingga meminimalkan bentuk dokumen dan catatan yang berbeda-beda. 5. Dirancang dalam bentuk mendorong penyajian yang benar.

Penjagaan aset bukan saja aset yang berbentuk kas ataupun fisik, tetapi pada masa sekarang ini salah satu aset terpenting perusahaan adalah informasi. Oleh sebab itu, harus diambil langkah-langkah untuk menjaga aset berupa informasi maupun fisik.

Pemeriksaan internal untuk memastikan bahwa seluruh transaksi diproses secara akurat. Pemeriksaan ini harus independen, karena pemeriksaan umumnya akan lebig efektif apabila dilaksanakan oleh orang lain yang tidak bertanggung jawab atas jalannya operasi perusahaan.


(33)

Ad. 5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengawasan intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan desain dan operasi pengawasan tepat waktu dan tindakan yang dilakukan.

Dalam banyak entitas, auditor intern atau personel yang melaksanakan fungsi semacam itu, membantu untuk melakukan pemantauan atas aktivitas entitas melalui evaluasi secara terpisah. Mereka secara teratur memberikan informasi tentang berfungsinya pengawasan intern, memfokuskan sebagian besar perhatian mereka pada evaluasi terhadap desain dan operasi pengawasan intern. Mereka mengkomunikasikan informasikan tentang kekuatan dan kelemahan serta rekomendasi untuk memperbaiki pengawasan intern.

Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dari pihak luar. Customer secara tersirat menguatkan data penagihan dengan pembayaran faktur mereka atau pengajuan keluhan tentang pembebanan yang diterimanya. Manajemen dapat mempertimbangkan komunikasi yang berkaitan dengan pengawasan intern dari auditor ekstern dalam pelaksanaan pemantauan.

2.4. Sistem Akuntansi Penjualan

Sumber pendapatan utama perusahaan berasal dari penjualan. Jadi penjualan merupakan salah satu hal yang penting dalam kegiatan operasi perusahaan.


(34)

W.W. Cooper dan Yuri Ijiri (2004:216) mendefinisikan penjualan sebagai berikut : sale a business transaction involving delivery of commodity, an item of merchandise of property a right, or a service, in exchange for cash, a promise to pay, or money equivalent, or for any combination of these items”.

Berdasarkan definisi tersebut penjualan merupakan sebuah transaksi bisnis yang berkaitan dengan pengiriman komoditi, barang dagangan atau jasa, dalam pertukaran dengan kas, janji membayar, atau yang setara dengan kas, atau beberapa kombinasi dari hal-hal tersebut.

Kegiatan penjualan terdiri dari transaksi penjualan barang atau jasa, baik secara kredit maupun secara tunai. Dalam transaksi penjualan tunai, barang atau jasa baru diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli jika perusahaan telah menerima kas dari pembeli. Kegiatan penjualan secara tunai ini ditangani oleh perusahaan melalui sistem penjualan tunai. Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari pelanggan telah dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk jangka waktu tertentu perusahaan memiliki piutang kepada pelanggannya. Kegiatan penjualan secara kredit ditangani oleh perusahaan melalui sistem penjualan kredit.

2.4.1. Sistem Akuntansi Penjualan Tunai

Penjualan tunai oleh perusahaan dilaksanakan dengan mewajibkan pembeli membayar harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahaan kepada pembeli. Setelah uang diterima perusahaan, lalu barang diserahkan kepada pembeli dan transaksi penjualan tunai dicatat oleh perusahaan. Dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan tunai adalah :


(35)

1. Faktur penjualan tunai. Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai.

2. Pita register kas. Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas dengan cara mengoperasikan mesin register kas.

3. Bukti setor bank, dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank.

4. Rekapitulasi harga pokok penjualan. Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu periode tertentu.

5. Bukti memorial, yaitu dokumen yang digunakan sebagai dasar pencatatan harga pokok produk yang dijual selama satu periode tertentu.

Transaksi penjualan tunai dicatat oleh perusahaan dengan menggunakan catatan akuntansi berikut :

1. Jurnal penjualan, digunakan untuk mencatat dan meringkas data penjualan. 2. Jurnal penerimaan kas, yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat

penerimaan kas dari berbagai sumber, diantaranya dari penjualan tunai. 3. Jurnal umum, digunakan untuk mencatat harga pokok produk yang dijual. 4. Kartu persediaan. Kartu ini diselenggarakan di fungsi akuntansi dan

digunakan untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang dijual. 5. Kartu gudang. Catatan ini diselenggarakan fungsi gudang untuk mencatat

mutasi dari persediaan barang yang disimpan digudang dan tidak termasuk catatan akuntansi karena hanya berisi data kuantitas persediaan yang disimpan di gudang.


(36)

Menurut Mulyadi (2001:469) jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan tunai adalah :

1. Prosedur order penjualan. 2. Prosedur penerimaan kas. 3. Prosedur penyerahan barang.

4. Prosedur pencatatan penjualan tunai. 5. Prosedur penyetoran kas ke bank. 6. Prosedur pencatatan penerimaan kas.

7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan. Ad. 1. Prosedur order penjualan.

Bagian order penjualan menerima order dari pembeli dan membuat faktur penjualan untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga barang ke fungsi kas dan agar fungsi gudang dan fungsi pengiriman dapat menyiapkan barang yang akan diserahkan kepada pembeli.

Ad. 2. Prosedur penerimaan kas.

Fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan cap “lunas” pada faktur penjualan tunai) kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman.

Ad. 3. Prosedur penyerahan barang.

Dalam prosedur ini fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.

Ad. 4. Prosedur pencatatan penjualan tunai.

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas.


(37)

Disamping itu, fungsi akuntansi juga mencatat berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan.

Ad. 5. Prosedur penyetoran kas ke bank.

Pengendalian intern terhadap kas mengharuskan penyetoran dengan segera ke bank semua kas yang diterima pada suatu hari. Dalam prosedur ini, fungsi kas menyetorkan kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh.

Ad. 6. Prosedur pencatatan

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas berdasarkan bukti setor bank yang diterima dari bank melalui fungsi kas.

Ad. 7. Prosedur pencatatan harga pokok penjualan

Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi harga pokok penjualan berdasarkan data yang dicatat dalam kartu persediaan. Berdasarkan rekapitulasi harga pokok penjualan ini, fungsi akuntansi membuat bukti memorial sebagai dokumen sumber untuk pencatatan harga pokok penjualan ke dalam jurnal umum.

Bagan arus dari prosedur penjualan tunai adalah sebagai berikut : a. Bagian Order Penjualan :

1. Menerima order dari pembeli.

2. Mengisi faktur penjualan tunai 3 lembar.

3. Mendistribusikan faktur penjualan tunai sebagai berikut :

Lembar ke-1 : diserahkan kepada pembeli untuk kepentingan pembayara ke bagian kasir.


(38)

Lembar ke-2 : dikirim ke bagian gudang.

Lembar ke-3 : diarsip bagian order penjualan menurut nomor urut fatur tersebut.

a. Bagian Kasir :

1. Menerima faktur penjualan tunai dari bagian order penjualan melalui pembeli.

2. Menerima uang dari pembeli sebesar yang tercantum dalam faktur penjualan tunai.

3. Mengoperasikan register kas untuk menghasilkan pita register kas. 4. Membubuhkan cap lunas diatas faktur penjualan tunai dan

menempelkan pita register kas pada faktur tersebut.

5. Menyerahkan faktur penjualan tunai dan pita register kas kepada pembeli untuk kepentingan bagian pengambilan barang ke bagian pengiriman barang.

6. Mengisi bukti setor bank 3 lembar pada akhir dari kerja.

7. Menyetorkan kas yang diterima dari hasil penjualan tunai ke bank. 8. Mendistribusikan bukti setor bank sebagai berikut :

Lembar Ke-1 : Untuk bank yang diserahkan bersama kas yang disetor.

Lembar ke-2 : diserahkan ke bagian jurnal, buku besar dan laporan.

Lembar ke-3 : disimpan sebagai arsip. b. Bagian Gudang :


(39)

2. Menyiapkan barang sebanyak yang tercantum dalam faktur penjualan tunai.

3. Mencatat kuantitas barang yang diserahkan ke bagian pengiriman barang ke dalam kartu gudang.

4. Menyerahkan barang ke bagian pengiriman barang bersama dengan faktur penjualan tunai lembar ke-2.

c. Bagian Pengiriman Barang :

1. Menerima faktur penjualan tunai lembar ke-2 bersama dengan barang dari bagian gudang.

2. Menerima faktur penjualan tunai lembar ke-1 dilampiri dengan pita register kas dari bagian kasir melalui pembeli.

3. Membandingkan faktur penjualan tunai lembar ke-1 dengan faktur penjualan tunai lembar ke-2 dan memeriksa pita register kas untuk menentukan harga barang yang telah dibeli.

4. Mendistribusikan faktur penjualan tunai sebagai berikut :

Lembar ke-1 : diserahkan ke bagian pembeli bersamaan dengan penyerahan barang.

Lembar ke-2 : diserahkan ke bagian jurnal, buku besar, dan laporan dilampiri pita register.

d. Bagian Jurnal, Buku Besar, dan Laporan :

1. Menerima faktur penjualan tunai yang dilampiri pita register kas dari bagian pengiriman barang.


(40)

3. Mengirim faktur penjualan tunai dilampiri dengan pita register kas ke bagian kartu persediaan dan kartu biaya.

4. Menerima bukti setoran bank lembar ke-2 dari bagian kasir.

5. Mencatat bukti setor bank lembar ke-2 ke dalam jurnal penerimaan kas.

6. Mengarsipkan bukti setor bank lembar ke-2 dalam arsip berdasarkan urutan tanggal setor.

7. Menerima bukti memorial dilampiri dengan rekapitulasi harga pokok penjualan dari bagian kartu persediaan dan kartu biaya. 8. Mencatat bukti memorial ke dalam jurnal umum.

9. Mengarsipkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekapitulasi harga pokok berdasarkan nomor bukti memorial.

f. Bagian Kartu Persediaan dan Kartu Biaya.

1. Menerima faktur penjualan tunai yang dilampiri dengan pita register kas dari bagian jurnal, buku besar, dan laporan.

2. Mencatat kuantitas dan hargo pokok produk yang dijual dalam kartu persediaan atas dasar data kuantitas dan jenis produk yang dijual dalam faktur penjualan tuna.

3. Mengarsipkan faktur penjualan tunai yang diilampiri dengan pita register kas menurut nomor urut faktur penjualan tunai.

4. Secara periodik membuat rekapitulasi harga pokok penjualan selama periode tertentu berdasarkan atas harga pokok produk yang dijual dalam kartu persediaan.


(41)

5. Membuat bukti memorial sebagai dasar pencatatan harga pokok produk yang dijual selama periode berdasarkan rekapitulasi harga pokok penjualan.

6. Menyerahkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekapitulasi harga pokok penjualan ke bagian jurnal, buku besar, dan laporan.

2.4.2. Sistem Akuntansi Penjualan Kredit

Penjualan kredit dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mengirimkan barang sesuai dengan order yang diterima dari pembeli dan untuk jangka waktu tertentu perusahaan mempunyai tagihan kepada pembeli tersebut. Untuk menghindari tidak tertagihnya piutang, setiap penjualan kresit yang pertama kepada seoarang pembeli selalu didahului dengan analisis terhadap dapat atau tidaknya pembeli tersebut diberi penjualan kredit..

Dokumen yang diperlukan dalam sistem penjualan kredit adalah sebagai berikut:

1. Surat order pengiriman dan tembusannya, yaitu dokumen pokok untuk memproses penjualan kredit kepada pelanggan. Tembusan dari surat order pengiriman ini adalah sebagai berikut:

a. Surat order pengiriman

b. Tembusan kredit (Credit Copy)

c. Surat pengakuan (Acknowledgement Copy) d. Surat muat (Bill of loading)

e. Slip pembungkus (Packing Slip) f. Tembusan gudang ( Warehouse Copy)


(42)

2. Faktur penjualan,yaitu dokunen yang dipakai sebagai dasar untuk mencatat timbulnya piutang. Tembusan dari faktur ini adalah sebagai berikut:

a. Faktur penjualan (Customer’s Copy)

b. Tembusan piutang (Account Receivable Copy) c. Tembusan jurnal penjualan (Sales Journal Copy) d. Tembusan analisis (Analysis Copy)

e. Tembusan pramuniaga (Sales Person Copy)

Catatan yang digunakan dalam sistem penjualan kredit yaitu:

1. Jurnal penjualan, digunakan untuk mencatat transaksi penjualan kredit. 2. Kartu piutang, merupakan buku pembantu yang berisi rincian mutasi

piutang perusahaan kepada tiap-tiap debiturnya.

3. Kartu persediaan, merupakan buku pembantu yang berisi rincian setiap mutasi jenis persediaan.

4. Kartu gudang, digunakan untuk mencatat mutasi dan persediaan fisik barang yang disimpan di gudang.

5. Jurnal umuum, untuk mencatat harga pokok produk yang dijual selama periode akuntansi tertentu.

Dalam pelaksanaan penjualan kredit tersebut terdapat jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan kredit yang melibatkan beberapa unit atau bagian-bagian dalam organisasi. Adapun urutan kegiatan yang sekaligus merupakan fungsi dari tiap-tiap bagian dalam prosedur penjualan kredit tersebut adalah sebagai berikut:

a. Bagian Order Penjualan


(43)

2. Mengirim surat order pengiriman sebanyak 9 lembar dan mendistribusikan tembusannya.

3. Menerima otorisasi kredit dari bagiam kredit.

4. Menyimpan surat order dari langganan dan surat order pengiriman ke dalam pengawasan pengiriman.

5. Menyimpan surat order pengiriman dari bagian pengiriman setelah barang dikirim.

6. Mencatat tanggal pengiriman dan jumlah barang yang dikirim dalam surat order pengiriman.

7. Mengirimkan surat order pengiriman ke bagian penagihan. b. Bagian Kredit:

1. Menerima surat order pengiriman dari bagian order pennjualan. 2. Memeriksa status kredit langganan.

3. Memberi otorisasi penjualan kredit kepada tembusan kredit.

4. Menyerahkan kembali surat order pengiriman tersebut ke bagian order penjualan.

c. Bagian Gudang:

1. Menerima surat order pengiriman dari order penjualan.

2. Mennyiapkan jenis dan kuantitas barang sesuai dengan yang tercantum dalam surat order pengiriman.

3. mencatat surat order pengiriman ke dalam kartu gudang.

4. Menyerahkan barang ke bagian pengiriman bersamaan dengan surat pengiriman.


(44)

d. Bagian Pengiriman Barang:

1. Menerima surat order pengiriman untuk arsip bagian pengiriman slip pembungkus.

2. Menerima surat pengiriman dari bagian gudang bersamaan dengan barang.

3. Membungkus barang dan menempelkan surat order pengiriman sebagai slip pembungkus

4. Menyerahkan barang kepada angkutan disertai dengan surat muat. 5. Meminta tanda tangan penerimaan barang kepada surat muat

pengiriman dari angkutan.

6. Mendistribusikan surat order pengiriman. e. Bagian Penagihan:

1. Menerima surat order pengiriman dari bagian pengiriman via bagian order penjualan.

2. Membuat faktur penjualan 5 (lima) lembar dan mendistribusikannya. f. Bagian Piutang:

1. Menerima faktur penjualan dan surat order pengiriman dari bagian penagihan.

2. Mencatat faktur penjualan ke dalam kartu penjualan.

3. Mempersiapkan faktur penjualan dan surat order pengiriman menurut nomor urut faktur.

g. Bagian Kartu Persediaan dan Kartu Biaya:

1. Menerima faktur penjualan dari bagian penagihan. 2. Mencatat faktur penjualan dalan kartu persediaan.


(45)

3. Mengarsipkan faktur penjualan menurut nomor urut faktur.

4. Membuat rekapitu;asi harga pokok penjualan secara periodik selama periode tertentu berdasarkan data harga pokok produk yang dijual dalam kartu persediaan.

5. Membuat bukti memorial sebagai dasar pencatatan harga pokok produk yang dijual selama periode berdasarkan rekapitulasi harga pokok penjualan.

6. Menyerahkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekapitulasi harga pokok penjualan ke bagian jurnal, buku besar, dan laporan.

h. Bagian Jurnal, Buku Besar, dan Laporan:

1. Menerima faktur penjualan dari bagian penagihan. 2. Mencatat faktur penjualan ke dalam jurnal penjualan. 3. Mengarsipkan faktur penjualan menurut nomornya.

4. Menerima bukti memorial dengan rekapitulasi harga pokok penjualan dari bagian kartu persediaan dan kartu biaya.

5. Mencatat bpukti memorial ke dalam jurnal umum.

6. Mengarsipkan bukti memorial berdasarkan nomor urutnya.

Dalam transaksipenjualan, tidak semua penjualan berhasil mendatangkan pendapatan bagi perusahaan. Adakalanya pembeli mengembalikan barang yang telah dibelinya kepada perusahaan. Transaksi pengembalian barang oleh pembeli ini ditangani perusahaan melalui sistem retur penjualan.

Transaksi retur penjualan terjadi jika perusahaan menerima pengembalian barang dari pelanggan. Pengembalian barang oleh pelanggan harus diotorisasi oleh bagian order penjualan dan diterima oleh bagian penerimaan barang di


(46)

perusahaan. Dalam transaksi retur penjualan ini digunakan dua dokumen penting, yaitu:

1. Memo kredit, merupakan dokumen sumber sebagai dasar pencatatan transaksi tersebut ke dalam kartu piutang dan jurnal umum atau jurnal retur penjualan.

2. Laporan penerimaan barang, merupakan dokumen pendukung yang melampiri memo kredit dan dikeluarkan oleh bagian penerimaan barang.

2.5.Sistem Akuntansi Penerimaan Kas

Penerimaan kas dapat berasal dari berbagai sumber. Ada sumber-sumber yang sering terjadi seperti penerimaan piutang, penjualan tunai, tetapi ada juga sumber penagihan yang jarang terjadi seperti penjualan aktiva tetap. Selain sumber-sumber tersebut, penerimaan uang bisa juga berasal dari pinjaman, baik dari bank maupun dari wesel. Setoran modal baru juga merupakan sumber penerimaan kas. Pada bagian ini penulis hannya akan menguraikan sistem penerimaan kas dari piutang, karena sistem penerimaan kas dari penjualan tunai telah diuraikan sebelumnya.

Organisasi untuk penerimaan kas harus disusun sedemikian rupa, sehingga dapat dipisahkan antara pengelolaan dan pengawasan fisik dengan pencatatannya. Pada dasarnya semua penerimaan kas harus diterima oleh kasir (kecuali yang langsung ke bank) dan setiap hari kasir harus menyetor uang yang diterima ke bank. Semua bukti penerimaan harus diserahkan ke bagian akuntansi untuk dicatat dalam jurnal penerimaan kas. Dengan demikian, ada pemisahaan fungsi, yaitu kasir mengelola fisiknya dan bagian akuntansi mengelola bukti penerimaannya.


(47)

Dokumen yang digunakan dalam sistem penerimaan kas (Mulyadi, 2001:488) adalah:

1. Surat pemberitahuan (remittance advice). Dokumen ini dibuat oleh debitur untuk memberitahu maksud pembayaran yang dilakukannya.

2. Daftar surat pemberitahuan merupakan rekapitulasi penerimaan kas yang dibuat oleh fungsi sekretariat atau fungsi penagihan.

3. Bukti setoran bank. Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas yang diterima dari penagihan piutang ke bank.

4. Kuitansi. Dokumen ini merupakan bukti penerimaan kas yang dibuat oleh perusahaan bagi para debitur yang telah melakukan pembayaran utang mereka.

Prosedur penerimaan kas melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan, yaitu:

1. Bagian piutang.

Bagian piutang membuat daftar piutang yang ditagih rangkap 3 dan didistribusikan sebagai berikut:

Lembar ke-1 : daftar piutang yang sudah saatnya ditagih diberikan kepada bagian penagihan.

Lembar ke-2 : diserahkan ke bagian kasa. Lembar ke-3 : arsip bagian piutang urut nomor.

Daftar surat pemberitahuan dilampiri dengan surat pemberitahuan diserahkan oleh bagian penagihan kepada bagian piutang. Bagian piutang membandingkan hasil penagihan yang dilaporkan dalam daftar surat pemberitahuan dengan daftar piutang yang ditagih. Dengan cara ini kegiatan bagian penagihan dicek oleh bagian piutang. Selain untuk keperluan internal cek ddi atas, bagian penagihan menyerahkan surat pemberitahuan kepada bagian piutang untuk kepentingan posting ke


(48)

dalam kartu piutang. Daftar surat pemberitahuan dilampiri dengan surat pemberitahuan lalu diarsip urut nomor.

2. Bagian Penagihan.

Bagian penagihan melakukan penagihan piutang ke debitur berdasarkan daftar piutang yang ditagih yang dibuat oleh bagian piutang atas dasar kartu piutang atau arsip faktur yang belum dibayar. Hasil penagihan dari debitur berupa uang/cek yang disertai dengan surat pemberitahuan dari debitur bahwa ia telah melunasi utangnya. Hasil penagihan ini dilaporkan oleh bagian penagihan melalui daftar surat pemberitahuan rangkap 2, yaitu Lembar ke-1 : beserta cek diserahkan ke bagian kasa.

Lembar ke-2 : dilampiri dengan surat pemberitahuan diserahkan ke bagian piutang.

Daftar piutang yang ditagih lembar ke-1 lalu diarsipkan sesuai dengan nomor urut.

3. Bagian kasa.

Bagian kasa menerima hasil penagihan dari bagian penagihan berupa uang/cek dan laporan hasil penagihan berupa daftar surat pemberitahuan, lalu membandingkannya dengan daftar piutang yang ditagih yang diterima dari bagian piutang. Bagian kasa membuat bukti setoran dan kemudian menyetorkan uang ke bank. Buktin setoran bank bersama dftar surat pemberitahuan lembar ke-1 dan daftar piutang yang ditagih lembar ke-2 dikirim ke bagian jurnal.


(49)

4. Bagian jurnal.

Bagian jurnal mencatat penerimaan kas dari piutang melalui penagih perusahaan ini di dalam jurnal penerimaan kas berdasarkan bukti setor bank. Bukti setor bank, daftar surat pemberitahuan lembar ke-1, dan daftar piutang yang ditagih lembar ke-2 ini lalu diarsipkan sesuai dengan nomor urut oleh bagian jurnal.

2.6. Aktivitas Pengendalian atas Penjualan dan Penerimaan Kas

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi resiko dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas laporan keuangan dapat digolongkan ke dalam bebberapa kelompok. Salah satu cara penggolongan menurut Mulyadi (2001:180) adalah:

a. Pengawasan pengolahan informasi 1. Pengawasan umum

2. Pengawasan aplikasi a. otorisasi memadai

b. perancang dan penggunaan dokumen dan catatan memadai

c. pengecekan secara independen b. Pemisahan fungsi yang memadai

c. Pengawasan fisik atas kekayaan dan catatan d. Review atas kinerja


(50)

a. Pengawasan pengolahan informasi

Banyak perusahaan sekarang menggunakan komputer untuk pengolahan informasi umumnya dan terutama informasi akuntansinya. Pengawasan pengolahan informasi dibagi dua:

1. Pengawasan umum

Unsur pengawasan umum meliputi: organisasi pusat pengolahan data, prosedur dan standar untuk perubahan program, pengembangan sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan data.

2. Pengawasan aplikasi

Pengawasan aplikasi dirancang untuk memenuhi persyaratan pengawasan khusus setiap aplikasi. Pengawasan aplikasi terhadap pengolahan transaksi tertentu dikelompokkan menjadi:

a) Prosedur otorisasi yang memadai

Di dalam perusahaan, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisiasi dari yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh sebab itu, di dalam perusahaan harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi.

b) Perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan yang cukup Formulir merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar untuk pencatatan transaksi di dalam catatan akuntansi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam di dalam formulir dicatat di dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalan yang tinggi. Dalam perancangan dokumen


(51)

dan catatan, unsur pengawasan intern yang harus dipertimbangkan adalah:

1) Perancangan dokumen bernomor urut tercetak.

2) Pencatatan transaksi harus dilakukan pada saat transaksi terjadi atau segera setelah transaksi terjadi.

3) Perancangan dokumen dan catatan harus cukup sederhana untuk menjamin kemudahan dalam pemahaman dokumen dan catatan tersebut.

4) Dokumen dirancang untuk memenuhi berbagai keperluan sekaligus.

5) Perancangan dokumen dan catatan memndorong pengisian data yang benar.

c) Pengecekan secara independen

Pengecekan secara independen mencakup verifikasi terhadap (1) pekerjaan yang dilaksanakan sebelumnya oleh individu atau departemen lain atau (2) penilaian semestinya terhadap jumlah yang dicatat. Kunci penting yang diperlukan dalam pelaksanaan verifikasi tersebut.

b. Pemisahan fungsi yang memadai

Struktur organisasi merupakan kerangkapembagian tugas kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tugas di dalam organisasi ini didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini:


(52)

2) Pemisahan fungsi otorisasi transaksi dari fungsi penyimpanan aktiva yang bersangkutan.

3) Pemisahan fungsi otorisasi dan fungsi akuntansi.

Tujuan pokok pemisahan fungsi ini adalah untuk mencegah dan untuk dapat dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang.

c. Pengawasan fisik atas kekayaan dan catatan

Cara yang terbaik perlindungan kekayaan dan catatan adalah dengan menyediakan perlindungan secara fisik.

d. Review atas kinerja

Mencakup review dan analisis yang diilakukan oleh manajemen atas: 1. Laporan yang meringkas rincian jumlah yang tercantum dalam

akun buku pembantu, seperti Draft Umaur Piutang Usaha, laporan penjualan menurut daerah pemasaran, wiraniaga, produk, dan customer.

2. Kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan jumlah menurut anggaran, prakiraan, atau jumlah tahun yang lalu.

3. Hubungan antara serangkaian data, seperti data keuangan dengan data non keuangan.


(53)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian dan Tujuan Sistem Akuntansi.

Informasi dari suatu perusahaan, terutama informasi keuangan merupakan kebutuhan yang penting bagi pihak intern maupun pihak ekstern perusahaan. Guna memenuhi kebutuhan informasi yang cepat, akurat, dan berdaya guna, maka didesain suatu sistem akuntansi. Sistem akuntansi merupakan subsistem dari sistem informasi manajemen yang mengolah data keuangan menjadi informasi keuangan untuk memenuhi kebutuhan pihak intern maupun ekstern. Bagi pihak intern, sistem akuntansi merupakan sarana bagi manajemen untuk memperoleh informasi keuangan mengetahui, mengevaluasi dan mengambil keputusan-keputusan dalam menjalankan perusahaan. Sedangkan bagi pihak ekstern, seperti kreditur, investor, pemerintah dan suplier, memerlukan informasi keuangan dalam kaitannya dengan kepentingan mereka.

Sebelum membahas mengenai sistem akuntansi, maka terlebih dahulu akan dibicarakan pengertian akuntansi itu sendiri. Menurut Warren, Reeve, dan Fees (2005:10) defenisi akuntansi adalah “sebagai sistem informasi yamg menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.

Menurut Arens dan Loebbecke (1997:3), “Akuntansi adalah proses pencatatan, pengelompokan, dan pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan untuk menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan.


(54)

Agar data keuangan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pihak manajemen maupun pihak luar, maka data tersebut harus diolah dan diproses dalam suatu sistem yang mengatur arus dan pengolahan data akuntansi sehingga dihasilkan suatu informasi yang berguna.

Berikut ini akan diberikan defenisi sistem dan prosedur menurut W. Gerald Cole (Cecil Gillespie, 1971:2):

A system is a network of related procedures developed according to one integreted scheme for performing a major activity of the business. A procedure is a sequence of clerical operations, usually involving several people in one or more departement, established to ensure uniform handling of a recurring transaction of the business.

Maksudnya, sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh, untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan. Prosedur adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi-transaksi perusahaan yang sering terjadi.

Defenisi diatas mengandung arti bahwa sistem dan prosedur saling berhubungan. Sistem merupakan kumpulan dari prosedur yang saling berkaitan, sedangkan prosedur merupakan urutan pekerjaan untuk menjamin perlakuan yang seragam atas transaksi-transaksi yang berulangkali atau secara rutin terjadi didalam perusahaan.

Menurut James A. Hall (2001:5), “sebuah sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk mencapai tujuan yang sama (common purpose)”.


(55)

Setelah diuraikan pengertian akuntansi, sistem, dan prosedur, maka selanjutnya dikemukakan pengertian sistem akuntansi. Menurut Warren, Reeve, dan Fees (2005:226) menyatakan bahwa “sistem akuntansi adalah metode dan prosedur untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, mengikhtisarkan, dan melaporkan informasi operasi dan keuangan sebuah perusahaan”.

Mulyadi (2001:3) memberikan defenisi sistem akuntansi sebagai berikut : “Sistem akutansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan”.

Penyusunan sistem akuntansi dilakukan dengan berbagai tujuan. Cecil Gellespie (1971:7) mengemukakan tujuan sistem akuntansi :

1. To improve the information provided by the sistem, in quality, timelines, or structure of the information.

2. To improve the accounting control and internal check, that is, to improve the dependability of accounting information and to provide complete records of accountability for the protection of the assets of the business.

3. To decrease the clerical cost of keeping the records.

Dari rumusan diatas dapat diketahui bahwa tujuan sistem akuntansi adalah untuk membantu meningkatkan mutu informasi yang dihasilkan sistem, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian, maupun struktur informasinya. Sistem akuntansi juga untuk meningkatkan pengawasan akuntansi dan internal check guna meningkatkan tingkat kepercayaan terhadap informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan yang lengkap mengenai pertanggungjawaban untuk perlindungan kekayaan perusahaan, dan untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.


(56)

Sejalan dengan tujuan diatas, R. N. Anthony dan J. S. Reece (1983:108) mengemukakan bahwa sistem akuntansi yang baik dapat mencapai beberapa tujuan antara lain :

1. To process the information efficiently, that is, at low cost. 2. To obtain reports quickly.

3. To ensure a high degree of accuracy.

4. To minimize the possibility of theft or fraud.

Dari rumusan di atas dapat diketahui bahwa tujuan sistem akuntansi antara lain untuk memproses informasi secara efisien pada tingkat harga yang rendah, untuk menghasilkan laporan dengan cepat, untuk menjamin tingkat ketepatan yang tinggi, serta untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya korupsi atau kecurangan.

2.2. Unsur-unsur Sistem Akuntansi

Oleh karena bentuk perusahaan beragam, maka sasaran sistem akuntansi juga beragam, meskipun intinya tetap sama, yaitu menyajikan informasi. Tanpa memandang bentuk perusahaan, suatu sistem akuntansi selalu terbentuk dari : a. Serangkaian formulir yang tercetak, seperti faktur, nota (voucher), cek, dan

laporan-laporan yang dipergunakan untuk membangun sistem akuntansi dan administrasi perkantoran, termasuk berbagai prosedur yang merupakan dasar pembuatan ayat-ayat akuntansi.

b. Serangkaian buku, baik dalam bentuk fisik berupa kartu-kartu dan buku-buku dalam pengertian harafiah, maupun dalam bentuk format yang hanya terbaca oleh mesin. Buku-buku ini meliputi jurnal maupun buku besar.


(57)

c. Serangkaian laporan atau pernyataan, seperti misalnya neraca saldo, abstraksi buku besar, perhitungan laba rugi, dan neraca.

d. Serangkaian kegiatan klerikal, termasuk operasi pengolahan data elektronik, yang harus dilaksanakan untuk mencatat berbagai informasi akuntansi pada formulir, buku jurnal, buku besar, serta dalam penyusunan laporan dan surat pernyataan.

Menurut Mulyadi (2001:3) ada 5 unsur yang terdapat dalam akuntansi yang pokok, yaitu :

1. Formulir 2. Jurnal 3. Buku Besar 4. Buku Pembantu 5. Laporan

Ad. 1. Formulir

Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi direkam (didokumentasikan) diatas secarik kertas. Formulir sering disebut juga dengan istilah media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi kedalam catatan. Dengan formulir ini, data yang bersangkutan dengan transaksi direkam pertama kalinya sebagai dasar pencatatan dalam catatan. Dalam sistem akuntansi manual, media yang digunakan untuk merekam pertama kali data transaksi keuangan adalah formulir yang dibuat dari kertas. Dalam sistem akuntansi dengan komputer digunakan berbagai macam media untuk memasukkan data kedalam sistem pengolahan data seperti papan ketik (key board),


(58)

optical and magnetic characters and code, mice, voice, touch sensors, dan cats.

Ad. 2. Jurnal

Setelah suatu transaksi direkam dalam formulir, pencatatan akuntansi yang pertama kali dilakukan adalah menjurnal. Dibanding dengan catatan akuntansi yang lain, pencatatan dalam jurnal biasanya lebih lengkap dan lebih terinci, serta menurut urutan tanggal kejadian transaksi. Jurnal merupakan catatan akuntansi permanen yang pertama, yang digunakan untuk mencatat transaksi keuangan perusahaan. Dalam sistem akuntansi, jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak akan terjadi satu transaksi pun yang tidak tercatat; catatan yang dilakukan di dalamnya lengkap dengan penjelasan, tanggal dan informasi lain, agar catatan tersebut mudah diusut kembali ke dokumen sumbernya. Perusahaan yang transaksinya masih sedikit hanya memerlukan jurnal umum dengan dua kolom, debit dan kredit. Perusahaan yang besar dan terdapat banyak jenis transaksi di dalamnya memerlukan jurnal khusus disamping jurnal umum. Prinsip dasar yang melandasi pembuatan rancangan jurnal adalah sebagai berikut (Mulyadi, 2001:104) :

1. Harus tersedia jurnal dalam jumlah yang memadai.

2. Jurnal akan digunakan untuk memisahkan transaksi ke dalam penggolongan pokok tertentu, seperti penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan, dan pembelian.

3. Penggunaan kolom-kolom khusus dalam jurnal.

4. Nama kolom dan jurnal harus sesuai dengan nama rekening yang bersangkutan dalam buku besar.

5. Kolom dalam jurnal digunakan untuk mengumpulkan angka yang akan diringkas dalam rekening yang bersangkutan dalam buku besar.

6. Jurnal harus dirancang sedemikian rupa sehingga pekerjaan menyalin informasi dari dokumen sumbernya dibuat sangat minimum.


(59)

7. Adanya dukungan antara dokumen sumber tertentu dengan jurnal sehingga pertanggungjawaban informasi dapat ditentukan.

Ad. 3. Buku Besar

Buku besar terdiri dari rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Rekening-rekening dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Buku besar merupakan tempat untuk menampung informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Dengan demikian, susunan informasi yang akan disajikan dalam laporan keuangan merupakan dasar untuk menyusun rekening yang ada dalam buku besar. Selanjutnya rekening-rekening yang ada dalam buku besar digunakan sebagai dasar penggolongan transaksi yang dicatat dalam jurnal. Rekening buku besar ini di satu pihak dapat dipandang sebagai wadah untuk menggolongkan data keuangan, di pihak lain dapat dipandang pula sebagai sumber informasi keuangan untuk penyajian laporan keuangan.

Ad. 4. Buku Pembantu

Data keuangan yang digolongkan dalam buku besar memerlukan rincian lebih lanjut yang dibentuk dalam buku pembantu. Buku pembantu ini terdiri dari rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Buku besar dan buku pembantu merupakan catatan akuntansi akhir, yang berarti tidak ada catatan akuntansi lain lagi sesudah data akuntansi diringkas dan digolongkan dalam rekening buku besar dan buku pembantu. Buku besar dan buku pembantu disebut sebagai catatan akuntansi akhir juga karena


(1)

AX-1300IN(S) WATER OVEN Healsio

AX-1300IN(R) WATER OVEN Healsio

AX-1500IN(S) WATER OVEN Healsio

AX-1500IN(R) WATER OVEN Healsio

SMALL HOME

APPLIANCES

KP-A16S SHA - Jar Pot Capacity 1.6 lt

KP-A28ST SHA - Jar Pot Capacity 2.8 lt

KP-Y33 SHA - Jar Pot Capacity 3.3 lt

KSH-777 SHA - Comercial Rice Cooker Capacity 7 lt

EKJ-17 SHA - Kettle Jug Capacity 1.7 lt

KS-A18TTR/SF SHA - MR. KOKI 0

KS-C16TTR(P) SHA - MR. KOKI 0

KS-M18TTR SHA - MR. KOKI 0

KS-M18L(W) SHA - MR. KOKI 0

EM-11 SHA - Blender on-off button, unbreakable plastic jug 1000 ml

EM-11E SHA - Blender 0

EM-11G SHA - Blender on-off button, glass jug

1000ml

EM-12

SHA - Blender variable speed button,

unbreakable plastic jug 1000ml

EM-12E SHA - Blender 0

EM-12G SHA - Blender variable speed button, glass jug 1000ml

EM-125L(W) SHA - Blender variable speed button, glass jug 1000ml

EM-13

SHA - Blender variable speed,

unbreakable plastic jug, bigger capacity 1200ml

EMH-15 SHA - Mixer Hand mixer

EMH-15L(W) SHA - Mixer Hand mixer

EMS-51 SHA - Mixer Stand mixer

EMS-51L(W) SHA - Mixer Stand mixer

EO-18 SHA - Electric Oven 18 lt

EO-18L(W) SHA - Electric Oven 18 lt

SO-181 SHA - Electric Oven 28 lt

EI-D04 SHA 0

EI-N04 SHA - Electric Iron Colour : Blue / Green

SB-TW101P SHA - Blender Blazter 0

SB-TI171P SHA - Blender Titanium Series Plastic Jug

SB-TI172G SHA - Blender Titanium Series Glass Jug

SB-TI181P SHA - Blender Titanium Series Blender & Food Processor


(2)

SB-TIS172G SHA - Blender Titanium Series Stainless steel body, glass jug with dispenser

KS-R19ST SHA 0

WATER DISPENSER

SWD-199(BL/PK) WD with extra hot

SWD 289 WD with extra hot

SWD-289N WD with extra hot

SWD-299 WD with extra hot

IDP (LCD Monitor)

PN-425 IDP (LCD Monitor) 42" Landscape/Portrait

PN-465E IDP (LCD Monitor) 46" Landscape/Portrait

TL-M4600 IDP (LCD Monitor) 46" LCD

Landscape/Portrait

PN-S525E IDP (LCD Monitor) 52" Landscape/Portrait

TL-M5200 IDP (LCD Monitor) 52" LCD

Landscape/Portrait

PN-655E IDP (LCD Monitor) 65" Landscape

PN-G655E IDP (LCD Monitor) 65" Landscape

PN-S655E IDP (LCD Monitor) 65" Landscape

PN-G655RE IDP (LCD Monitor) 65" Portrait

LB 1085 IDP (LCD Monitor) 108" Landscape

PN-ZT10E IDP (LCD Monitor) Touch Screen for 65"

PN-SS01 E-Signage Software Software

PN-SS02 E-Signage Software Software

PN-SV01 E-Signage Software Software

HANDPHONE

WX-A92-BL/GD/WH/SL/PN

Handphone - Cycloid Style

3.2 inch, VGA-ASV mobile, 3.2 MP Camera Auto focus, HSPDA (3.5G)/W-CDMA (3G)/EDGE/GSM

CALCULATOR

EL-123S CAL Pocket

EL-124A CAL Desktop

EL-143S CAL Pocket

EL-233S CAL Pocket

EL-243S CAL Pocket

EL-376S CAL Pocket

EL-421M CAL Desktop

EL-501W CAL Scientific

EL-503W CAL Scientific

EL-506W CAL Scientific

EL-531W CAL Scientific

EL-792C CAL Desktop

EL-1611P CAL Printing

EL-2901RH CAL Printing

EL-2901PIII CAL Printing


(3)

EL-9900 CAL Scientific

EL-S10 CAL Kids

EL-S20 CAL Kids

EL-M332 BPK/BBL/BWH/BYL CAL Desktop

CS-4194HC CAL Printing

EL-310A CAL Desktop

EL-144A CAL Desktop

EL-771CW CAL Desktop

CH-312 CAL Desktop

CH-412 CAL Desktop

CH-612 CAL Desktop

FACSIMILE

UX- 23 FAX Thermal Fax

FO-27 FAX Thermal Fax

GQ-12 FAX Thermal Fax

UX- 53 FAX Thermal Fax

GQ-52 FAX Thermal Fax

FO- 57 FAX Thermal Fax

FO- 77 FAX Thermal Fax

UX- 73 FAX Thermal Fax

UX-P710 FAX Plain Paper Fax

FO-P600 FAX Plain Paper Fax

FO-P610 FAX Plain Paper Fax

FO-1550 FAX Plain Paper Fax

NX-P160 FAX Plain Paper Fax

FO-A660 FAX Plain Paper Fax

UX-A760 FAX Plain Paper Fax

FO-3150 FAX Facsimile Laser

AM-410

Laser FAX Multi Function

Facsimile Laser (multi function : Fax, Foto copy, Print, Scan berwarna)

FO-3CR FAX Film Cartridge (30m x 2)

FO-Y7CR FAX Film Cartridge (50m x 1)

FO-Y9CR FAX Film Cartridge (50m x 2)

FO-9CR FAX Film Catridge (60m)

FO-Y8CR FAX Film Catridge (60m)

FO-20CR FAX Film Catridge (200m)

FO-47DR FAX Drum For FO-5900

FO-59A4 FAX Cassette For FO-5900

FO-59DC FAX Toner Cartridge For

FO-5900

AM-41TD FAX Acc Toner Cartridge For

AM-410

FO-29DC FAX Toner Cartridge For

FO-3150

FO-29DR FAX Drum For FO-3150

UX-C70B FAX Ink Cartridge (Black) For

FO-B1600

FO-K01 DISC Handset For FO-CC500

FO-47DC FAX Toner Cartridge For


(4)

SOLAR

ND-130T1J SOLAR - Polycrystaline Series Max Power 130 watt, DC 12 Volt Polycrystaline ND-F210A1 SOLAR - Polycrystaline Series Max Power 210 watt, DC 36.6 Volt Polycrystaline NE-080T1J SOLAR - Polycrystaline Series Max Power 80 watt, DC 12 Volt Polycrystaline ND-T060M1 SOLAR - Polycrystaline Series Max Power 60 watt, DC 17.4 Volt Polycrystaline


(5)

Amount unit :

Sales office Sales amount A/L Cost amount Profit amount G/P% Sales Q'ty U/M Description/Code Unit Price Unit Cost Profit/Unit

Headquarters 42,456,789,287 86.3 40,136,182,658 2,320,606,629 -4.5 25,980 PC 10 1,634,211 1,544,888 89,323

Jakarta Pinangsia 69,227,087,500 100.8 58,454,456,736 10,772,630,764 12 54,030 PC 11 1,281,271 1,081,889 199,382

Bandung 29,316,279,337 103 21,321,421,774 7,994,857,564 24.3 18,268 PC 13 1,604,789 1,167,146 437,643

Cirebon 13,245,286,512 110.5 9,495,063,684 3,750,222,828 26.1 9,891 PC 14 1,339,125 959,970 379,155

Semarang 25,012,718,129 122.4 19,197,483,404 5,815,234,726 20.8 19,521 PC 15 1,281,324 983,427 297,896

Yogyakarta 12,928,340,624 92.2 9,802,583,321 3,125,757,303 21.8 9,751 PC 16 1,325,848 1,005,290 320,558

Purwokerto 7,027,251,552 123.3 4,951,772,459 2,075,479,093 27.8 5,734 PC 17 1,225,541 863,581 361,960

Kediri 13,248,354,827 107.5 9,723,041,830 3,525,312,996 24.5 9,999 PC 18 1,324,968 972,401 352,567

Surabaya 33,971,838,649 113.6 26,327,778,138 7,644,060,512 20.1 24,261 PC 19 1,400,265 1,085,189 315,076

Denpasar 15,017,335,526 104.3 11,381,722,869 3,635,612,657 21.9 10,745 PC 20 1,397,611 1,059,258 338,354

Samarinda 19,205,827,715 115.4 14,357,234,918 4,848,592,797 23.3 12,008 PC 21 1,599,419 1,195,639 403,780

Banjarmasin 18,541,798,562 111.6 13,719,454,193 4,822,344,368 24 13,034 PC 22 1,422,572 1,052,590 369,982

Palembang 25,042,433,557 110.4 18,510,813,782 6,531,619,775 23.5 16,650 PC 23 1,504,050 1,111,761 392,289

Padang 14,842,735,525 117.1 10,286,882,039 4,555,853,487 29.2 9,653 PC 24 1,537,629 1,065,667 471,962

Pekan Baru 18,757,697,961 111.1 13,412,271,581 5,345,426,381 26.2 11,539 PC 25 1,625,591 1,162,343 463,249

Malang 4,147,764,470 158.7 3,038,832,714 1,108,931,756 25 3,049 PC 26 1,360,369 996,665 363,703

Medan 23,809,103,401 110.2 18,107,027,831 5,702,075,570 21.1 14,254 PC 27 1,670,345 1,270,312 400,033

Makassar 19,456,700,152 108.4 14,444,351,101 5,012,349,051 23.5 12,248 PC 28 1,588,561 1,179,323 409,238

Lampung 12,018,891,175 119.7 8,777,611,576 3,241,279,598 25 8,831 PC 29 1,360,989 993,954 367,034

Pontianak 11,869,896,306 133.2 8,748,043,432 3,121,852,874 24.2 7,354 PC 30 1,614,073 1,189,563 424,511

Manado 5,806,638,614 70.4 4,239,354,603 1,567,284,011 24.6 3,494 PC 31 1,661,889 1,213,324 448,564

Jambi 9,821,337,483 154.9 7,189,645,006 2,631,692,477 24.5 6,939 PC 33 1,415,382 1,036,121 379,261

Kendari 6,460,482,728 110.3 4,500,860,593 1,959,622,135 29.4 4,352 PC 34 1,484,486 1,034,205 450,281


(6)

Palu 6,215,197,916 122.4 4,420,587,056 1,794,610,860 27.6 3,960 PC 36 1,569,494 1,116,310 453,185

Batam 7,990,099,851 115.7 6,278,936,423 1,711,163,428 18.6 4,363 PC 37 1,831,332 1,439,133 392,199

Serang 17,340,224,284 115.4 12,554,833,367 4,785,390,917 24.9 12,786 PC 38 1,356,188 981,920 374,268

Jember 6,757,105,984 125.9 4,908,335,489 1,848,770,495 25.5 5,154 PC 39 1,311,041 952,335 358,706