Variabel Penelitian Definisi Operasional

3.4. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti adalah foto polos mastoid proyeksi Schüller dan Mayer, temuan saat operasi, pneumatisasi mastoid, keadaan kolesteatoma, dan tanda klinis retroaurikuler.

3.5. Definisi Operasional

3.5.1. Otitis media supuratif kronis OMSK dengan kolesteatoma adalah radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret purulen dari telinga tersebut lebih dari tiga bulan, yang disertai proses-proses erosi tulang kolesteatoma, granulasi atau osteitis dan terjadinya komplikasi. 3.5.2. Foto polos mastoid proyeksi Schüller adalah pemeriksaan radiologik konvensional pada tulang temporal yang dapat menentukan status pneumatisasi mastoid dan piramid tulang petrosus. Proyeksi ini menggambarkan penampakan lateral dari mastoid, dibuat dengan bidang sagital kepala terletak sejajar meja pemeriksaan dan berkas sinar X ditujukan dengan sudut 25-30 Cara melakukan pemeriksaan: sefalokaudal. a. Kepala diposisikan true lateral, dengan menempatkan Mid Sagital Plane kepala sejajar pada bidang film. b. Inter Pupilary Line tegak lurus dengan bidang film, sedangkan Inter Orbito Meatal Line sejajar dengan bidang film. c. Telinga penderita dilipat ke depan supaya obyek tergambar dengan jelas, lakukan fiksasi untuk mencegah pergerakan dari obyek kepala penderita. d. Berkas sinar X ditujukan 25-30 e. Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai obyek yang akan difoto, tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil. sefalokaudal f. Gunakan marker R atau L sebagai penanda obyek kanan atau kiri. Universitas Sumatera Utara g. Jika posisi penderita sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang sudah ditentukan. Gambar dinyatakan sesuai kriteria apabila: a. Tampak bagian os mastoid dengan bagian os petrosum di pertengahan film. b. Tampak sel udara mastoid di bagian posterior petrous ridge. c. Temporomandibular joint tampak di bagian anterior dari petrous ridge. d. Bagian mastoid dan petrosum yang tidak diperiksa terproyeksi di bagian inferior. e. Tampak kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai dengan obyek yang diperiksa. f. Tampak marker R atau L sebagai penanda obyek kanan atau kiri. 3.5.3. Foto polos mastoid proyeksi Mayer adalah pemeriksaan radiologik konvensional pada tulang temporal yang dapat menentukan gambaran aksial dari tulang petrosus dan pneumatisasi mastoid. Proyeksi ini dibuat dengan kepala penderita berputar 45 ke arah sisi bawah yang diperiksa dan tabung disesuaikan sehingga sinar utama melewati kanalis akustikus eksterna menuju film dengan sudut 45 Cara melakukan pemeriksaan: . a. Posisi penderita erect atau supine. b. Atur dagu sehingga Inter Orbito Meatal Line tegak lurus terhadap bidang film. c. Rotasikan kepala 45 d. Atur mastoid yang dekat dengan film berada pada pertengahan permukaan meja pemeriksaan, lakukan fiksasi untuk mencegah pergerakan dari obyek kepala penderita. dengan daerah yang diperiksa dekat bidang film. e. Berkas sinar X 45 ke arah kaudal. Universitas Sumatera Utara f. Atur luas kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai obyek yang akan difoto, tidak terlalu luas dan tidak terlalu kecil. g. Gunakan marker R atau L sebagai penanda obyek kanan atau kiri. h. Jika posisi penderita sudah siap seluruhnya, lakukan eksposi dengan faktor eksposi yang sudah ditentukan. Gambar dinyatakan sesuai kriteria apabila: a. Tampak bagian tepi bawah petrous ridge, yang mencakup tepi bawah sel udara mastoid dan struktur tulang labirin. b. Tampak kolimasi atau luas lapangan penyinaran sesuai dengan obyek yang diperiksa. c. Tampak marker R atau L sebagai penanda obyek kanan atau kiri. 3.5.4. Temuan saat operasi adalah keadaan yang dijumpai selama pembedahan, antara lain luasnya kolesteatoma, jaringan granulasi, polip, proses-proses erosi tulang maupun retroaurikuler. 3.5.5. Pneumatisasi mastoid adalah sel-sel udara dalam rongga mastoid, dibagi atas tiga tipe pneumatisasi, yaitu pneumatik, diploik dan sklerotik. Pada tipe pneumatik, hampir seluruh prosesus mastoid terisi oleh pneumatisasi, pada tipe sklerotik tidak terdapat pneumatisasi sama sekali, sedangkan pada tipe diploik pneumatisasi kurang berkembang. 3.5.6. Keadaan kolesteatoma adalah luasnya kolesteatoma dalam rongga mastoid dan kavum timpani. Derajat perluasan kolesteatoma menurut Kuczkowski et al. 2011 dikelompokkan atas: • Meliputi satu area : epitimpanum atau mesotimpanum • Meliputi dua area : epitimpanum atau mesotimpanum dan antrum • Meliputi tiga area : epitimpanum, mesotimpanum dan antrum. Universitas Sumatera Utara 3.5.7. Tanda klinis retroaurikuler adalah pengamatan klinis yang dijumpai pada daerah belakang daun telinga akibat komplikasi kolesteatoma seperti terdapatnya abses, fistel dan sikatrik retroaurikuler.

3.6. Bahan dan Alat Penelitian