7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Toksik Pada Produk Konsumen
Produk Konsumen adalah produk barang atau jasa yang konsumennya adalah konsumen rumah tangga sebagai pemakai akhir di mana produk dari produsen yang
terjual dan dibeli konsumen akan dipakai dan dikonsumsi sendiri dan bukan untuk dijual kembali Godam, 2008. Dewasa ini banyak ditemukan produk konsumen yang
mengandung bahan toksik. Bahan toksik adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian.
Bahan toksik ini dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, pencernaan atau masuk melalui pori-pori kulit, lalu beredar keseluruh tubuh. Zat-zat
yang bersifat toksik dapat langsung menggangu organ-organ tubuh tertentu seperti hati, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya. Salah satu bahan toksik yang terdapat
pada produk konsumen adalah Logam Berat Nur et al., 2010.
2.2 Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5grcm
3
, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap unsur S, dan bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7 Purnama, 2009.
Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya
dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn,
Universitas Sumatera Utara
Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya. Jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahuimanfaatnya
atau bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain Darmono, 1995.
Toksisitas logam berat dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok, yaitu Darmono, 1995 :
a. Bersifat toksik tinggi yang terdiri dari atas unsur-unsur Hg, Cd, Pb, Cu, dan Zn
b. Bersifat toksik sedang terdiri dari unsur-unsur Cr, Ni, dan Co c. Bersifat tosik rendah terdiri atas unsur Mn dan Fe
2.3 Timbal Pb 2.3.1 Pengertian Timbal Pb
Timbal atau plumbum Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang
aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus
daripada logam murninya. Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 328
o
C 6620F, titik didih 1.740
o
C 3.1640F, bentuk sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20 Widowati, 2008. Timbal Pb termasuk ke dalam logam
golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom NA 82 dengan bobot atau berat atom BA 207,2 Palar, 2004. Timbal merupakan logam
berat yang sangat beracun, dapat dideteksi secara praktis pada seluruh benda mati di
Universitas Sumatera Utara
lingkungan dan seluruh sistem biologis Suhendrayatna, 2001. Walaupun bersifat lentur, timbal sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air
dingin, air panas dan air asam. Timbal dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat.
Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal II dan senyawa organometalik yang terpenting adalah timbal tetra etil TEL: tetra ethyl lead, timbal
tetra metil TML : tetra methyl lead dan timbal stearat. Merupakan logam yang tahan terhadap korosi atau karat, sehingga sering digunakan sebagai bahan coating Saryan,
1994. Penggunaan timbal terbesar
lainnya adalah
dalam produksi baterai penyimpan untuk mobil. Selain itu timbal juga digunakan untuk produk- produk
logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia dan pewarna Fardiaz, 2005. Timbal juga digunakan sebagai pigmen timbal dalam cat Lu,
2006.
2.3.2 Sifat Timbal Pb
Menurut Palar 2004, logam timbal Pb mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut:
a. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
b. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
c. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327, 5°C. d. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam,
kecuali emas dan merkuri.
Universitas Sumatera Utara
e. Merupakan pengantar listrik yang baik.
2.3.3 Sumber Pencemaran Timbal Pb 1. Sumber Alami
Kadar timbal Pb yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mgkg. Khusus timbal Pb yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di
dalam batu pasir sand stone kadarnya lebih besar yaitu 100 mgkg. Timbal Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mgkg dan di air bawah tanah ground
water berkisar antara 1-60 µgliter. Secara alami timbal Pb juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal Pb pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10
µgliter. Dalam air laut kadar timbal Pb lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran mengandung timbal Pb sekitar
0,07 µgliter.
2. Sumber Industri
Timbal Pb dapat berasal dari industri bahan bakar. Timbal Pb berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan bakar,
sehingga baik industri maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal Pb. Selain itu timbal juga digunakan di berbagai industri seperti
industri baterai, paduan logam alloy, sarung kabel, amunisi, tinta cetak, zat warnapigmen, stabilisator pada plastik polivinil klorida, keramik dan gelas kristal
yang menggunakan timbal oksida dan silikat Fardiaz,1992.
2.3.4 Kegunaan timbal Pb
Penggunaan timbal dalam kehidupan sehari-hari antara lain Fardiaz, 1992 : 1. Dalam bentuk Timbal oksida pada produksi baterai penyimpanan untuk mobi
Universitas Sumatera Utara
2. Dalam produk-produk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa dan solder, bahan kimia, dan pewarna cat.
3. Timbal Pb digunakan dalam bentuk alloy, seperti pipa-pipa yang digunakan untuk mengalirkan bahan kimia yang korosif karena Timbal
merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi. 4. Digunakan sebagai campuran dalam pelapis keramik yang disebut glaze,
dalam bentuk PbO untuk membentuk sifat mengkilap pada keramik 5. Digunakan sebagai bahan aditif pada bahan bakar bensin dalam bentuk Tetra
Ethyl Lead TEL, Pb C
2
H
5 4
untuk mengurangi letupan pada proses pembakaran oleh mesin kendaraan.
2.3.5 Dampak Timbal Pb bagi kesehatan masyarakat
Timbal Pb adalah salah satu jenis logam berat yang mengalami peningkatan penggunaan pada industri akhir-akhir ini. Timbal berasal dari kerak bumi, karena
proses alam dan penambangan menyebabkan timbal dapat dijumpai pada ekosistem makhluk hidup. Logam timbal banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, dari
kosmetik sampai bahan bakar kendaraan bermotor Kurniawan, 2008. Jalur masuknya timbal ke dalam tubuh manusia dapat melalui saluran pencernaan lewat
makanan dan minuman, hirupan asap kendaraan bermotor serta hasil industri dan melalui penyerapan dikulit dari kosmetik atau mainan. Toksisitas timbal pada
kesehatan manusia mempunyai pengaruh yang luas, dari gangguan syaraf, gangguan metabolisme tulang sampai kerusakan ginjal dan gangguan fungsi hati Sakkir, 2008
Bahkan penelitian terakhir menunjukkan bahwa logam timbal memiliki sifat karsinogenik yang dapat merangsang terjadinya kanker pada manusia. Organ-organ
Universitas Sumatera Utara
tubuh yang menjadi tempat akumulasi timbal adalah liver, ginjal dan otak. Anak-anak dan balita memiliki resiko yang lebih tinggi terkena pencemaran bahan-bahan toksik.
Menurut Widowati 2008, mekanisme toksisitas Pb berdasarkan organ yang dipengaruhinya adalah:
a. Sistem haemopoietik: dimana Pb menghambat sistem pembentukan hemoglobin, sehingga menyebabkan anemia.
b. Sistem saraf: dimana Pb menimbulkan kerusakan otak dengan gejala epilepsi, halusinasi, kerusakan otak besar, dan delirium.
c. Sistem urinaria: dimana Pb bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, loop of henle, serta menyebabkan aminosiduria.
d. Sistem gastro-intestinal: dimana Pb menyebabkan kolik dan konstipasi. e. Sistem kardiovaskuler: dimana Pb dapat menyebabkan peningkatan
permiabilitas pembuluh darah. f.
Sistem reproduksi berpengaruh terutama terhadap gametotoksisitas atau janin belum lahir menjadi peka terhadap Pb. Ibu hamil yang terkontaminasi Pb bisa
mengalami keguguran, tidak berkembangnya sel otak embrio, kematian janin waktu lahir, serta hipospermia, dan teratospermia pada pria.
g. Sistem endokrin: dimana Pb mengakibatkan gangguan fungsi tiroid dan fungsi adrenal.
h. Bersifat karsinogenik dalam dosis tinggi.
2.3.6 Timbal Pb pada Mainan Edukatif
Timbal Pb pada mainan dapat berasal dari zat warna yang digunakan dan bahan baku pada proses pembuatan mainan Sanusi et al., 2007. Penelitian lain juga
Universitas Sumatera Utara
mengatakan bahwa pada mainan timbal Pb digunakan sebagai pengikat warna dalam cat mainan, sehingga warna yang dihasilkan lebih cerah dan mengkilat. Selain
itu timbal Pb juga digunakan dalam bahan baku plastik pada proses pembuatan mainan. Secara alami PVC merupakan bahan yang keras, karena itu bahan kimia
berbahaya seperti Timbal Pb biasanya ditambahkan untuk mengubah karakteristik alami ini. Zat aditif dapat sebagai “stabilizer” atau “plasticizer”. “Stabilizer”
digunakan untuk mempertahankan kekakuan plastik agar tetap tahan lama, sedangkan “plasticizer” dibutuhkan agar plastik lentur dan lembut sehingga mudah dibentuk
Shnews, 2004 Beberapa penelitian telah dilakukan untun mengetahui kandungan logam berat
Timbal Pb pada mainan edukatif. Salah satunya adalah Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia pada bulan Maret 2011 melakukan pengujian beberapa macam
mainan edukatif yang dibeli di beberapa tempat penjualan mainan, seperti pasar mainan, ITC dan malpusat perbelanjaan di 5 wilayah DKI Jakarta. Dari hasil
pengujian, ditemukan produk mainan edukatif yang mengandung Timbal Pb. Adapun hasil Timbal Pb yang diperoleh pada mainan edukatif sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Hasil Uji Timbal Pb pada Mainan Edukatif Oleh YLKI Jenis
Mainan Produsen
Hasil Pb
ppm Tempat
Pembelian
Balok Ukur Warna -
0,01 Pejanten Village
Color Briks Brain bricks China
0,01 Plaza Semanggi
Puzzle Ikan China
7,57 ITC Kuningan
Three Branded -
0,90 ITC Kuningan
Maze China
2,63 Ambasador
Ronce -
0,01 ITC Cempaka Mas
Mozaic Blocks Made in Israel
2,5 Senayan City
Wooden Counting House Made in China,
Early Learning Centre, Walford
WD24 6SH, England.
1,8 Senayan City
Puzzle Bentuk -
0,01 Mall Taman
Anggrek Sempoa Kecil
- 1,0
Pasar Gembrong Geometri
- 0,01
Pasar Gembrong Plan Toys Balancing cactus
Made in Thailand
0,01 Pejanten Village
Kotak Pos -
0,4 Ciputra Mall
City Block A -
0,01 Ciputra Mall
Puzzle Kupu-kupu -
0,01 Ciputra Mall
Puzzle Kucing -
8,4 Pasaraya Manggarai
Dinosaurus -
8,83 Kelapa Gading
Sumber : Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2012
Selain kandungan zat kimia ini, tampilan fisik mainan edukasi ini pun tidak aman untuk anak-anak, cat yang mudah terkelupas, bau dan warna cat yang sangat
menyolok serta kurangnya informasi yang jelas dalam kemasan mainan edukasi ini. Berdasarkan UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan
bahwa konsumen berhak mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur; berhak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang. Dari
Universitas Sumatera Utara
berbagai produk mainan edukatif yang mengandung Timbal Pb, sebagian besar berasal dari Negara Cina YLKI, 2012.
2.4 Mainan Edukatif Balita 2.4.1 Pengertian Mainan Edukatif
Mainan edukatif adalah mainan yang melatih kemampuan fisik, merangsang kemampuan berfikir, dan mengajari anak tentang nilai kemanusiaan seperti
keikhlasan, berbagi, sikap sabar dan kesadaran akan pentingnya kerja sama Effiana, 2009. Mainan edukatif dapat mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan
dengan usia dan tingkat perkembangannya, serta berguna untuk : 1. Perkembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang
atau merangsang oertumbuhan fisik anak. 2. Pengembangan bahasa, dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar. 3. Perkembangan aspek kognitif, yaitu dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk,
warna dan lain-lain 4. Pengembangan aspek sosial, khususnya dalam hubungannya dengan interaksi
antara ibu dan anak, keluarga dan masyarakat
2.4.2 Ciri Mainan Edukatif Balita
Menurut Padmono s ciri alat permainan untuk anak balita antara lain:
1. 0-12 bulan
Tujuan : 1. Melatih reflex-refleks untuk anak berumur 1 tahun
2. Melatih kerja sama mata dan tangan
Universitas Sumatera Utara
3. Melatih kerja sama mata dan telinga 4. Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak kelihatan
5. Melatih mengenal sumber asal suara 6. Melatih kepekaan perabaan
7. Melatih keterampilan dan gerakan yang berulang-ulang Contoh : Boneka orang atau binatang, permainan alat musik.
2. 12-24 bulan
Tujuan : 1. Mencari sumber suara mengikuti sumber suara
2. Memperkenalkan sumber suara 3. Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik
4. Melatih imajinasi 5. Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari semuanya dalam bentuk
kegiatan yang menarik Contoh : Bola, mainan alat dapur, balok warna dan alat mewarnai.
3. 25-36 bulan
Tujuan : 1. Menyalurkan emosiperasaan anak
2. Mengembangkan keterampilan berbahasa 3. Melatih motorik halus dan kasar
4. Mengembangkan kecerdasan 5. Melatih kerja sama mata dan tangan
6. Melatih daya imajinasi
Universitas Sumatera Utara
7. Kemampan membedakan permukaan dan warna benda Contoh : Alat menggambar, puzzle, dan lilin mainan yang dapat dibentuk.
4. 32-72 bulan
Tujuan : 1. Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan
2. Mengembangkan kemampuan berbahasa 3. Mengembangkan pengertian tentang berhitung, menambah dan mengurangi
4. Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura 5. Membedakan benda dengan perabaan
6. Menumbuhkan sportivitas 7. Mengembangkan kepercayaan diri
8. Mengembangkan kreativitas 9. Mengembangkan koordinasi motorik melompat, memanjat, lari dll
10. Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan kasar Contoh :
Berbagai alat gambar dan tulis dan kertas untuk melipat.
2.4.3 Jenis-Jenis Mainan Edukatif Balita
1. Puzzle Menurut Patmonodewo kata puzzle berasal dari bahasa Inggris yang
berarti teka-teki atau bongkar pasang, media puzzle merupakan media sederhana yang dimainkan dengan bongkar pasang. Berdasarkan pengertian
tentang media puzzle, maka dapat disimpulkan bahwa media puzzle
Universitas Sumatera Utara
merupakan alat permainan edukatif yang dapat merangsang kemampuan matematika anak, yang dimainkan dengan cara membongkar pasang kepingan
puzzle berdasarkan pasangannya. Jenis Puzzle terdiri dari Puzzle angkaHuruf, Puzzle batang, Puzzle Geometri, Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan dan
Puzzle Logika Misbach, 2010. Media puzzle merupakan permainan menyusun kepingan gambar sehingga
menjadi sebuah gambar yang utuh. Media puzzle sangat sering digunakan di Taman Kanak-kanak karena media puzzle adalah salah satu bentuk permainan
yang memiliki nilai-nilai edukatif. Dalam bermain puzzle membutuhkan ketelitian, anak akan dilatih untuk memusatkan pikiran, karena anak harus
berkonsentrasi ketika meyusun kepingan-kepingan puzzle tersebut hingga menjadi sebuah gambar yang utuh dan lengkap. Pada usia Taman Kanak-
kanak, kemampuan balita untuk memegang dan mengambil benda sudah berkembang, mereka juga bisa memasang kepingan-kepingan puzzle. Dengan
puzzle, anak belajar memahami konsep bentuk, warna, ukuran dan jumlah Pramudiati, 2011
.
Pada umumnya, sisi edukasi mainan jenis ini berfungsi untuk : Nani, 2008.
1. Melatih konsentrasi, ketelitian dan kesabaran 2. Memperkuat daya ingat
3. Mengenalkan anak pada konsep ‘hubungan’ 4. Dengan memilih gambarbentuk, dapat melatih anak untuk berfikir
matematis menggunakan otak kiri
Universitas Sumatera Utara
2. Building Block B Building Bloc
permainan ini m
Gambar 1 : Puzzle Geometri
Sumber : http:mainaneduka.com
Gambar 2 : Puzzle yang terbuat dari kertas
Sumber : http:mainaneduka.com
Balok lock dapat dibuat dari kayu ataupun plast
membangun rumah, istana, ada jembatan dan ba
rtas
astik. Biasanya n banyak pilihan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Balita merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan, dan perkembangan yang bersifat unik, artinya memiliki pola pertumbuhan, dan
perkembangan fisik contohnya koordinasi motorik halus dan motorik kasar juga kecerdasan yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan, dan perkembangan yang dilalui
oleh anak. Usia balita dibagi dalam 3 tahap yaitu masa sebelum lahir, masa bayi, dan masa awal kanak-kanak. Pada ketiga tahap tersebut banyak terjadi perubahan, baik
fisik maupun psikologis yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak. Pembagian menurut tahapan tersebut sangat bergantung pada factor social yaitu
tuntutan, dan harapan untuk menguasai proses perkembangan yang harus dilampaui anak dari lingkungannya Septiari, 2012. Masa tumbuh kembang di usia balita
merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang. Dengan demikian itu disebut golden age atau masa keemasan.
2.4.2 Karakteristik Balita
Karakteristik balita dibagi menjadi dua yaitu : 1. Anak usia 1-3 tahun
2. Anak usia prasekolah atau usia 3-5 tahun Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif artinya anak menerima
makanan dari apa yang disediakan orang tua. Laju pertumbuhan masa balita lebih besar dari masa usia prasekolah, sehingga diperlukan jumlah makanan yang
relativ besar. Pada usia prasekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul
dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup. Pada fase ini anak mencapai fase gemar memprotes Uripi, 2004 .
Universitas Sumatera Utara
2.5.3 Tumbuh Kembang Balita 2.5.3.1 Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perkembangan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat diukur dengan
ukuran berat badan Kg gr pound atau diukur dengan panjang Meter sentimeter umur tulang dan keseimbangan metabolik retensi kalsium dan nitrogen tubuh
Soetjiningsih, 1995. Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan jumlah atau ukuran sel tubuh yang ditunjukan dengan adanya peningkatan ukuran dan berat seluruh bagian
tubuh Maryunami, 2010.
2.5.3.2 Perkembangan
Menurut Whaley dan Wong perkembangan menitikberatkan pada pertumbuhan yang terjadi secara bertahap dari tingakat yang paling rendah ke tingkat
yang paling tinggi dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran Maryunami, 2010. Perkembangan adalah pertambahan kemampuan dalam struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi
dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan system organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya termasuk juga
perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya Soetjiningsih, 1995.
Universitas Sumatera Utara
2.6 Stimulasi Pada Balita
Stimulasi dini adalah rangsangan bermain yang dilakukan sejak bayi baru lahir dilakukan dengan penuh kegembiraan dan kasih saying setiap hari untuk
merangsang semua system indera. Selain itu harus pula merangsang gerak kasar dan halus. Rangasangan yang dilakukan dengan susasana bermain, kasih saying sejak
lahir, dan bervariasi akan merangsang pembentukan cabang-cabang sel-sel otak. Hal ini dapat melipatgandakan jumlah hubungan antar sel otak sehingga membentuk
sikuit otak yang lebih kompleks, canggih dan kuat sehingga kecerdasan anak semakin tinggi.
Istilah masa emas golden age atau fase tumbuh kembang otak anak digunakan untuk menggambarkan betapa pentingnya masa tersebut. Pada masa emas,
otak mengalami tumbuh kembang paling cepat dan paling kritis. Kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan, stimulus motorik, dan psikis untuk perkembangan harus
dipenuhi. Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni : a. Kebutuhan akan gizi asuh; b. Kebutuhan
emosi dan kasih sayang asih; dan c. Kebutuhan stimulasi dini asah PN dan Djamaludin, 2010. Asah merupakan Faktor lingkungan yang berperan dalam
memberikan stimulasi pada otak untuk membangun hubungan antar syaraf agar syaraf terhubung dengan baik. Lingkungan yang baik adalah lingkungan yang
kondusif, yaitu lingkungan yang dapat membangun psikologis balita, sebagai contoh temuan di Baylor College of Medicine di Houston bahwa balita yang tidak banyak
bermain atau jarang mendapat sentuhan, pengembangan otaknya 20-30 persen lebih kecil dibanding dengan otak balita yang seumur.
Universitas Sumatera Utara
2.7 Pengetahuan Orang Tua dan guru