Pola Asuh Otoriter Pola Asuh Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja pada Suku Jawa .1 Pola Asuh Demokratis

keinginan, perasaan, serta kebebasan untuk menanggapi pendapat orang lain. Asumsi peneliti yaitu kebersamaan yang selalu dilakukan antara ibu dan anak akan membangun suasana yang hangat antara ibu dan anak.

2.1.2 Pola Asuh Otoriter

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, rata – rata ibu bekerja menerapkan pola asuh otoriter yaitu sebesar 51, 63 dan rata – rata ibu tidak bekerja menerapkan pola asuh otoriter yaitu sebesar 52, 72 . Berdasarkan pernyataan yang ditujukan untuk ibu bekerja berhubungan dengan pola asuh otoriter, pernyataan 9 dan 14 adalah pernyataan yang paling banyak dijawab oleh ibu bekerja. Kedua pernyataan tersebut mengacu pada ciri khas pola asuh otoriter yang diterapkan ibu kepada anaknya, yaitu ibu membuat peraturan – peraturan tertentu kepada anak dalam menjalankan aktifitas dan ibu memerintah anak ketika ibu ingin anak melakukan sesuatu. Sama hal nya dengan ibu bekerja, kebanyakan ibu tidak bekerja menjawab perrnyataan yang sama yaitu 9 dan 14. Namun, ibu tidak bekerja juga banyak menjawab pernyataan 11, yaitu ibu memberikan batasan – batasan kepada anak dalam menjalankan aktifitas. Pada dasarnya aturan – aturan dan batasan – batasan yang dibuat ibu ,baik ibu bekerja maupun ibu tidak bekerja, kepada anak karena ibu hendak mengajarkan anak untuk bertanggung jawab dalam melakukan sesuatu. Karena menurut Wahlroos 2002, rasa tanggung jawab adalah sesuatu yang harus dipelajari oleh anak dalam kehidupan sehari – hari, sehingga adakalanya ibu bersikap memerintah anak yang bertujuan untuk melatih rasa tanggung jawab atas perintah yang diberikan kepada anak. Terlebih pada anak dari ibu yang bekerja, pada umumnya anak ibu yang bekerja harus bisa lebih bertanggung jawab Universitas Sumatera Utara dibandingkan dengan anak dari ibu yang tidak bekerja, karena menurut Hurlock 2007 bila ibu bekerja di luar rumah, kesempatan untuk kehidupan sosial dan rekreasi dengan keluarga biasanya terbatas, dan tiap anak harus mengerjakan lebih banyak tugas rumah tangga dari yang lazim. Wahlroos 2002 mendukung pernyataan peneliti menegenai ibu yang memerintah ketika ibu ingin anak melakukan sesuatu, karena sebagian besar anak – anak terutama yang belum bersekolah dan mereka yang baru duduk di SD, perlu dan harus sering diingatkan jika mereka mau belajar mempunyai rasa tanggung jawab. Jadi, asumsi peneliti tindakan otoriter seperti membuat aturan beserta batasan – batasan yang dibuat ibu bertujuan untuk melatih rasa tanggung jawab anak. Perintah yang diberikan ibu kepada anak adalah perintah yang dilakukan ibu untuk mengingatkan anak untuk melaksanakan tanggung jawab yang harus anak lakukan. Karena menurut Nuraeni 2006 hakikat mengasuh anak adalah proses mendidik agar kepribadian anak dapat berkembang dengan baik, ketika dewasa menjadi bertanggung jawab.

2.1.3 Pola Asuh Permisif