Defenisi Variabel Operasional Gambaran umum Sumatera Utara

Autokolerasi − Autokolerasi + Ho diterima d l d u 2 4 – d u 4 – d l Gambar 3.3 Kurva Uji Durbin Watson

3.8 Defenisi Variabel Operasional

1. Pendapatan Y adalah segala bentuk penerimaan yang berbentuk materi yang diperoleh pihak Bank Syariah selama ia melakukan aktivitas kerjausahanya dalam juta rupiah. 2. Pembiayaan mudharabah X 1 adalah pembiayaan bagi hasil yang dilakukan antara nasabah di Sumatera Utara peminjam dan Bank Syariah pemilik modal dengan kesepakatan yang telah ditetapkan sejak awal, namun kerugian akan menjadi tanggung jawab pemberi modal dalam juta rupiah. 3. Dana pihak ketiga adalah dana simpanan nasabah dalam bentuk giro wadiah, deposito mudharabah dan tabungan di Bank Syariah Sumatera Utara dalam juta rupiah. B A B IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum Sumatera Utara

4.1.1 Kondisi Geografis Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di Pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh di sebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau di sebelah selatan. Provinsi ini terutama merupakan kampung halaman suku bangsa Batak, yang hidup di pegunungan dan suku bangsa Melayu yang hidup di daerah pesisir timur. Selain itu juga ada suku bangsa Nias di pesisir Barat Sumatera, Mandailing, Jawa dan Tionghoa. Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, yang pada tahun 2004 memiliki 18 Kabupaten dan 7 kota, dan terdiri dari 328 kecamatan, secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.086 desa dan 382 kelurahan. Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km², Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini, perkebunan tetap menjadi primadona perekonomian provinsi. Perkebunan tersebut dikelola oleh perusahaan swasta maupun negara. Sumatera Utara menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis, dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. 4.1.2 Penduduk Sumatera Utara merupakan provinsi yang keempat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk SP 1990 penduduk Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 hari sensus berjumlah 10,81 juta jiwa, dan pada tahun 2002, jumlah penduduk Sumatera Utara adalah seramai 11,85 juta jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara pada tahun 1990 adalah 143 jiwa per km² dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 165 jiwa per km², sedangkan kadar peningkatan pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahun 1990-2000 adalah 1,20 persen per tahun. Kadar Partisipasi Angkatan Kerja TPAK Sumatera Utara setiap tahunnya tidak tetap. Pada tahun 2000 TPAK di daerah ini sebesar 57,34 persen, tahun 2001 naik menjadi 57,70 persen, tahun 2002 naik lagi menjadi 69,45 persen. 4.1.3 Sosial kemasyarakatan Suku bangsa Suku Bangsa Sumatera Utara adalah provinsi multietnis dengan suku Melayu, Batak dan Nias sebagai penduduk asli daerah ini. Karena merupakan daerah perkebunan tembakau sejak zaman Hindia Belanda karenanya merupakan tujuan pendatang luar untuk mencari pekerjaan. Pendatang-pendatang terutama datang dari Pulau Jawa yang datang karena kontrak kuli dengan pemerintah Hindia Belanda. Ada pula pendatang Tionghoa yang datang merantau mengadu nasib untuk kemudian menetap di sini. Penyebaran suku-suku di Sumatra Utara: Suku Melayu Deli: Pesisir Timur; Suku Batak Karo: Langkat, Binjai, Medan, Deli Serdang, Dairi, dan Dataran Tinggi Karo; Suku Batak Toba: sekitar Danau Toba, Pulau Samosir, dan Pesisir Barat; Suku Batak Simalungun: daerah Kabupaten Simalungun; Suku Batak Pakpak: daerah Dairi dan Pakpak Barat; Suku Batak Mandailing: daerah Tapanuli Selatan dan Madina; Suku Aceh: Pesisir Timur; Suku Nias: Kepulauan Nias; Suku Jawa: pesisir Timur; dan Suku Tionghoa: perkotaan di pesisir Timur. Bahasa Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan bahasa Indonesia karena kedekatan bahasa Melayu dengan bahasa Indonesia. pesisir timur Bedagai,Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, Tanjung Balai memakai Bahasa Melayu Dialek O begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Dilangkat Masyarakat Melayu Deli dipinggiran masih menggunakan Bahasa Melayu Dialek E yang sering juga disebut Bahasa Maya-maya , masih banyak keturunan Jawa Kontrak Jadel - Jawa Deli yang menuturkan bahasa Jawa yang sudah terdegradasi tentunya. Di kawasan perkotaan, suku Tionghoa lazim menuturkan bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, suku Batak menuturkan bahasa Batak yang terbagi atas banyak logat. Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Agama Agama utama di Sumatra Utara adalah: • Islam: terutama dipeluk oleh suku Melayu, suku Mandailing, suku Jawa • Kristen Protestan dan Katolik: terutama dipeluk oleh suku Batak dan suku Nias • Hindu: terutama dipeluk oleh keturunan India yang minoritas di perkotaan • Buddha: terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan • Konghucu : terutama dipeluk oleh suku Tionghoa di perkotaan • Parmalim: dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi • Animisme: masih ada dipeluk oleh mayoritas suku Batak dan Nias, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya Menurut Badan Pusat Statistik, pada tahun 2005 umat Islam adalah kelompok agama terbesar 7.530.839 jiwa; terbanyak di Sumatera, diikuti Protestan 3.062.965 jiwa; terbanyak di Indonesia, Katolik 550.456 jiwa, Buddha 324.864 jiwa; terbanyak kedua di Indonesia setelah Jawa Barat, dan Hindu 21.329 jiwa.[1] 4.1.4 Pendidikan Pada tahun 2005 jumlah anak yang putus sekolah di Sumut mencapai 1.238.437 orang, sementara jumlah siswa miskin mencapai 8.452.054 orang. Dari total APBD 2006 yang berjumlah Rp 2.204.084.729.000, untuk pendidikan sebesar Rp 139.744.257.000, termasuk dalam pos ini anggaran untuk bidang kebudayaan. Jumlah total kelulusan siswa yang ikut Ujian Nasional pada tahun 2005 mencapai 87,65 persen atau 335.342 siswa dari 382.587 siswa tingkat SMPSMASMK sederajat peserta UN . Sedangkan 12,35 persen siswa yang tidak lulus itu berjumlah 47.245 siswa. 4.1.5 Tenaga kerja Angkatan Kerja. Pada tahun 2002 angkatan kerja di Sumut mencapai 5.276.102 orang. Jumlah itu naik 4,72 dari tahun sebelumnya. Kondisi angkatan kerja itu juga diikuti dengan naiknya orang yang mencari pekerjaan. Jumlah pencari kerja pada 2002 mencapai 355.467 orang. Mengalami kenaikan 57,82 dari tahun sebelumnya. Tingkat Pengangguran Terbuka TPT. Jumlah TPT di Sumut naik dari 4,47 pada 2001 menjadi 6,74 pada 2002. TPT tertinggi terjadi di Kota Medan mencapai 13,28, diikuti Kota Sibolga 11,71, Kabupaten Langkat 11,06, dan Kodya Tebing Tinggi 10,91. Angkatan Kerja. Penduduk yang tergolong angkatan kerja berjumlah 5,1 juta jiwa. Sekitar 34 berstatus sebagai majikan, bekerja sendiri 20, dan pekerja keluarga 23. Skala usaha tergambar pada komposisi yang didominasi oleh usaha kecil sekitar 99,8 dan hanya sekitar 0,2 yang tergolong usaha besar. Pendidikan Pekerja. Tingkat pendidikan sebagian besar tenaga kerja. Pekerja yang berpendidikan tidak tamat sekolah dasar SD atau sampai tamat SD mencapai 48,96. Lulusan sekolah lanjutan tingkat pertama SLTP mencapai 23. Sedangkan lulusan sekolah lanjutan tingkat atas SLTA mencapai 24,08. Sementara itu, lulusan perguruan tinggi hanya 3,95. 4.1.6 Pemerintahan Pusat pemerintahan Sumatera Utara terletak di kota Medan. Sebelumnya, Sumatera Utara termasuk ke dalam Provinsi Sumatra sesaat Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pada tahun 1950. Provinsi Sumatera Utara dibentuk meliputi sebagian Aceh. Tahun 1956, Aceh dipisahkan menjadi Daerah Otonom dari Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara dibagi kepada 18 kabupaten, 7 kota dahulu kotamadya. 325 kecamatan, dan 5.456 kelurahandesa. Daftar kabupaten dan kota di provinsi Sumatera Utara: 1. Kabupaten Asahan 2. Kabupaten Batubara 3. Kabupaten Dairi 4. Kabupaten Deli Serdang 5. Kabupaten Humbang Hasundutan 6. Kabupaten Karo 7. Kabupaten Labuhan Batu 8. Kabupaten Langkat 9. Kabupaten Mandailing Natal 10. Kabupaten Nias 11. Kabupaten Nias Selatan 12. Kabupaten Pakpak Bharat 13. Kabupaten Samosir 14. Kabupaten Serdang Bedagai 15. Kabupaten Simalungun 16. Kabupaten Tapanuli Selatan 17. Kabupaten Tapanuli Tengah 18. Kabupaten Tapanuli Utara 19. Kabupaten Toba Samosir 20. Kabupaten Padang Lawas 21. Kabupaten Angkola Sipirok 22. Kota Binjai 23. Kota Medan 24. Kota Padang Sidempuan 25. Kota Pematangsiantar 26. Kota Sibolga 27. Kota Tanjung Balai 28. Kota Tebing Tinggi Dengan dimekarkannya kembali Kabupaten Tapanuli Selatan, maka provinsi ini memiliki kabupaten baru, yaitu Kabupaten Padang Lawas Utara, dengan ibukota Gunung Tua. Pulau Nias diwacanakan akan dimekarkan kembali, yaitu dengan membentuk Kabupaten Nias Utara, Kabupaten Nias Barat, dan Kota Gunung Sitoli. Sumber: 4.1.7 Perekonomian APBD Dari tahun ke tahun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD Sumatera Utara terus meningkat. • 2004 Rp 1.440.238.069.000 • 2005 Rp 1.645.876.354.000 • 2006 Rp 2.204.084.729.000 APBD 2006 memberikan alokasi Belanja publik Rp 1.577.946.416.580 71,59, sedangkan belanja aparatur Rp 626.138.312.420 28,41. Pos anggarannya antara lain: • Bidang pertanian Rp 54.544.588.580 • Bidang kesehatan Rp 131.338.927.000 • Bidang pendidikan dan kebudayaan Rp 139.744.257.000 Pada tahun 2006 ditargetkan Rp2,087 triliun. Angka tersebut diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah PAD Rp1,354 triliun, dana perimbangan Rp723,65 miliar, dan Lain-lain. Pendapatan yang sah sebesar Rp23,915 miliar. Khusus sektor PAD terdiri dari pajak daerah Rp 1,270 triliun, retribusi daerah Rp 10,431 miliar, laba BUMD sebesar Rp 48,075 miliar, dan lain-lain pendapatan Rp 25,963 miliar. Perolehan dari dana perimbangan meliputi Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak sebesar Rp 183,935 miliar dan Dana Alokasi Umum Rp 539,718 miliar. Sedangkan perolehan dari Lain-lain Pendapatan yang Sah diperoleh dari Iuran Jasa Air Rp 8,917 miliar. 4.1.8 Perbankan Selain bank umum nasional, bank pemerintah serta bank internasional, saat ini di Sumut terdapat 61 unit Bank Perkreditan Rakyat BPR dan 7 Bank Perkreditan Rakyat Syariaf BPRS di Sumatera Utara. Data dari Bank Indonesia menunjukkan, Pada Januari 2006, Dana Pihak Ketiga DPK yang diserap BPR mencapai Rp 253.366.627.000 dan kredit mencapai Rp 260.152.445.000. Sedangkan aktiva aset menapai Rp 340.880.837.000.

4.2 Perkembangan Bank Syariah di Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Total Aset Bank Syariah, Dana Pihak Ketiga Dan Prinsip Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Bank-Bank Umum Syariah Di Sumatera Utara

8 95 106

Analisis Pengaruh Jumlah Kantor Bank Syariah, Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Pembiayaan Murabahah Perbankan Syariah di Indonesia

4 18 134

Analisis Pengaruh Jumlah Dana Pihak ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF) dan Tingkat Inflasi terhadap Total Pembiayaan yang diberikan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia (Periode januari 2007-Oktober 2012)

2 24 142

Analisis perbandingan dana pihak ketiga

1 10 21

Pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap Pembiayaan Dana Iplikasinya Terhadap Laba Bank Syariah (Penelitian pada Perbankan Syariah di Indonesia)

1 30 82

PENGARUH SUKU BUNGA BANK INDONESIA , DANA PIHAK KETIGA, PENDAPATAN, DAN NPF TERHADAP PEMBIAYAAN SYARIAH

0 2 79

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), KAS, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA Pengaruh Dana Pihak Ketiga (Dpk), Kas, Dan Sertifikat Bank Indonesia Syari

8 38 13

PENGARUH DANA PIHAK KETIGA (DPK), KAS, DAN SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH (SBIS) TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Dana Pihak Ketiga (Dpk), Kas, Dan Sertifikat Bank Indonesia Syariah (Sbis) Terhadap Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Pada Perbankan Syari

0 1 18

Pengaruh dana pihak ketiga, pembiayaan dan modal terhadap laba pada Pt BNI Syariah Repository UIN Sumatera Utara

1 1 102

Analisis Dana Pihak Ketiga dan Risiko Terhadap Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Pada Bank Syariah di Indonesia

0 0 13