ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN ANTARA USAHATANI POLA ROTASI JAGUNG PADIKACANG TANAH DENGAN USAHATANI POLA ROTASI PADI PADI PADI PADA LAHAN SAWAH DI KABUPATEN SUKOHARJO
commit to user
ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN ANTARA
USAHATANI POLA ROTASI
JAGUNG-PADI-KACANG TANAH DENGAN USAHATANI POLA
ROTASI PADI-PADI-PADI PADA LAHAN SAWAH
DI KABUPATEN SUKOHARJO
SKRIPSI
Oleh :
Khory Sanggasari Dharmaningtyas
H 1306513
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
ANALISIS PERBEDAAN PENDAPATAN ANTARA
USAHATANI POLA ROTASI
JAGUNG-PADI-KACANG TANAH DENGAN USAHATANI POLA
ROTASI PADI-PADI-PADI PADA LAHAN SAWAH
DI KABUPATEN SUKOHARJO
SkripsiUntuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Jurusan/ Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/ Agrobisnis
Oleh :
Khory Sanggasari Dharmaningtyas
H 1306513
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(3)
(4)
commit to user
KATA PENGANTARPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi de-ngan judul “Analisis Perbedaan Pendapatan antara Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-Kacang Tanah dengan Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah di Kabupaten Sukoharjo” ini dengan baik. Skripsi ini, penulis susun seba-gai salah satu syarat dalam memperoleh derajat kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan
Fakultas Pertanian Sebelas Maret Surakarta.
2.
Bapak Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan
Program Studi Sosial Ekono-mi Pertanian/Agrobisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Sura-karta.
3.
Bapak Ir. Priya Prasetya, MS selaku Pembimbing
Akademik sekaligus Pem-bimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan masukan
ke-pada penulis sepanjang menempuh studi di Fakultas
Pertanian Universitas Se-belas Maret Surakarta.
4.
Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Dosen
Pembimbing Pendam-ping yang senantiasa
memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis
se-lama penyusunan skripsi.
5. Ibu Mei Tri Sundari, SP. MSi selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan arahannya.
6.
Jajaran pemerintah Kabupaten Sukoharjo,
(5)
commit to user
telah memberikan ijin kepada penulis untuk dapat
melaku-kan penelitian dan memperoleh data-data
yang diperlukan dalam penelitian dan penyusunan
skripsi, beserta seluruh responden yang telah
membantu pe-nulis dalam melakukan penelitian di
Kabupaten Sukoharjo, Kecamatan Polo-karto,
Kelurahan Rejosari.
7.
Bapak, Ibu, dan adik-adikku yang senantiasa
memberikan doa dan semangat dalam setiap langkah
penulis.
8.
Semua pihak (tidak dapat disebutkan satu per satu)
yang telah membantu pe-nulis dalam menyusun
skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dari berbagai pihak demi perbaikan dari skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pemba-ca pada umumnya.
Surakarta, April 2011
Penulis
(6)
commit to user
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ...vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
RINGKASAN ... xiv
SUMMARY ...xv
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... .1
B.Perumusan Masalah ... 2
C.Tujuan Penelitian ... 3
D.Kegunaan Penelitian ... 4
II. LANDASAN TEORI A.Tinjauan Pustaka ... 5
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ... 17
C. Hipotesis ... 20
D.Asumsi ... 21
E. Pembatasan Masalah ... 21
F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ... 21
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 24
B. Metode Pemilihan Daerah Sampel ... 24
C. Metode Pemilihan Petani Sampel ... 26
D. Jenis dan Sumber Data ... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ... 26
F. Metode Analisis Data ... 27
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi ... 30
B. Keadaan Penduduk ... 34
C. Keadaan Pertanian ... 37
D. Keadaan Perekonomian ... 41
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42
1. Budidaya Jagung pada Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-Kacang Tanah di Lahan Sawah ... 42
2. Budidaya Padi pada Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-Kacang Tanah dan Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi di Lahan Sawah.... 46
3. Budidaya Kacang tanah pada Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi- Kacang tanah di Lahan Sawah ... 52
4. Karakteristik Petani Responden ... 56
5. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja ... 58
(7)
commit to user
7. Penerimaan Usahatani ... 65
8. Pendapatan Usahatani ... 66
9. Analisis Perbandingan Pendapatan dan Efisiensi Usahatani ... 67
B. Pembahasan ... 67
1. Penggunaan Sarana Produksi, Tenaga Kerja, dan Pengeluaran Lain- lain ... 68
2. Biaya Usahatani ... 71
3. Pendapatan dan Efisiensi Usahatani ... 72
VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN
(8)
commit to user
DAFTAR GAMBARNomor Judul Halaman
Gambar 1. Bagan pola rotasi tanaman pada lahan sawah di Kabupaten
Sukoharjo ... 3 Gambar 2. Jarak tanaman jagung dengan pola tanam monokultur de-
(9)
commit to user
DAFTAR LAMPIRANNomor Judul Halaman
Lampiran 1. Perhitungan nilai Q dan penentuan tipe iklim di Kabupaten
Sukoharjo ... 77 Lampiran 2. Perhitungan Dependency Ratio (DR) di Kabupaten Sukohar- jo tahun 2007 dan tahun 2008 ... 79 Lampiran 3. Identitas Petani Responden Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah (2007-2008) ... 80 Lampiran 4. Penggunaan Saprodi (Benih dan Pupuk) Usahatani Pola Rota-
si Jagung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Usaha- tani (2007-2008)... 81 Lampiran 5. Penggunaan Saprodi (Benih dan Pupuk) Usahatani Pola Rota-
si Jagung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Hektar (2007-2008)... 82 Lampiran 6. Biaya Penggunaan Saprodi (Benih dan Pupuk) Usahatani Pola
Rotasi Jagung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Usa- hatani (2007-2008) ... 83 Lampiran 7. Biaya Penggunaan Saprodi (Benih dan Pupuk) Usahatani Pola
Rotasi Jagung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Hek- tar (2007-2008)... 84 Lampiran 8. Penggunaan Saprodi (Pestisida) Usahatani Pola Rotasi
Jagung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Usahatani (2007- 2008) ... 85 Lampiran 9. Penggunaan Saprodi (Pestisida) Usahatani Pola Rotasi
Jagung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Hektar (2007-2008) 86 Lampiran 10. Biaya Penggunaan Saprodi (Pestisida) Usahatani Pola Rotasi
Jagung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-2008) ... 87 Lampiran 11. Biaya Penggunaan Saprodi (Pestisida) Usahatani Pola Rotasi
Jagung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Hektar
(2007-2008) ... 88 Lampiran 12. Penggunaan Tenaga Kerja MT I Usahatani Pola Rotasi Ja-
gung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah ... 89 Lampiran 13. Biaya Tenaga Kerja MT I Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah ... 90 Lampiran 14. Penggunaan Tenaga Kerja MT II Usahatani Pola Rotasi Ja-
(10)
commit to user
Nomor Judul Halaman
Lampiran 15. Biaya Tenaga Kerja MT II Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah ... ... 94 Lampiran 16. Penggunaan Tenaga Kerja MT III Usahatani Pola Rotasi Ja-
gung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah ... .... 96 Lampiran 17. Biaya Tenaga Kerja MT III Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah ... 97 Lampiran 18. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Usahatani
(2007-2008) ... 99 Lampiran 19. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Hektar (2007-
2008) ... 101 Lampiran 20. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-
Kacang tanah pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-
2008) ... 103 Lampiran 21. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-
Kacang tanah pada Lahan Sawah per Hektar (2007-2008) .... 105 Lampiran 22. Penggunaan Alat-alat pada Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Usahatani (2007- 2008) ... 107 Lampiran 23. Biaya Penyusutan Alat-alat pada Usahatani Pola Rotasi Ja-
gung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Usahatani
(2007-2008) ... 108 Lampiran 24. Biaya Penyusutan Alat-alat pada Usahatani Pola Rotasi Ja-
gung-Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Hektar
(2007-2008) ... 109 Lampiran 25. Biaya Pengeluaran Lain-lain Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Usahatani (2007- 2008) ... 110 Lampiran 26. Biaya Pengeluaran Lain-lain Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah pada Lahan Sawah per Hektar (2007-
2008) ... 111 Lampiran 27. Biaya Mengusahakan Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-
(11)
commit to user
Nomor Judul Halaman
Lampiran 28. Biaya Mengusahakan Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-
Kacang tanah pada Lahan Sawah per Hektar (2007-2008)... 113 Lampiran 29. Penerimaan Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-Kacang tanah
pada Lahan Sawah (2007-2008) ... 114 Lampiran 30. Pendapatan Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-Kacang tanah
pada Lahan Sawah (2007-2008) ... 115 Lampiran 31. Identitas Petani Responden Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-
Padi pada Lahan Sawah (2007-2008) ... 116 Lampiran 32. Penggunaan Saprodi (Benih dan Pupuk) Usahatani Pola Rota-
si Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-2008)117 Lampiran 33. Penggunaan Saprodi (Benih dan Pupuk) Usahatani Pola Rota-
si Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah per Hektar (2007-2008) .. 118 Lampiran 34. Biaya Penggunaan Saprodi (Benih dan Pupuk) Usahatani Pola
Rotasi Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah per Usahatani
(2007-2008) ... 119 Lampiran 35. Biaya Penggunaan Saprodi (Benih dan Pupuk) Usahatani Pola
Rotasi Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah per Hektar (2007- 2008)... 120 Lampiran 36. Penggunaan Saprodi (Pestisida) Usahatani Pola Rotasi Padi-
Padi-Padi pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-2008)... 121 Lampiran 37. Penggunaan Saprodi (Pestisida) Usahatani Pola Rotasi Padi-
Padi-Padi pada Lahan Sawah per Hektar (2007-2008)... 122 Lampiran 38. Biaya Penggunaan Saprodi (Pestisida) Usahatani Pola Rotasi
Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-2008) 123 Lampiran 39. Biaya Penggunaan Saprodi (Pestisida) Usahatani Pola Rotasi
Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah per Hektar (2007-2008)... 124 Lampiran 40. Penggunaan Tenaga Kerja MT I Usahatani Pola Rotasi Padi-
Padi-Padi pada Lahan Sawah ... ... 125 Lampiran 41. Biaya Tenaga Kerja MT I Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-
Padi pada Lahan Sawah (2007-2008) ... 127 Lampiran 42. Penggunaan Tenaga Kerja MT II Usahatani Pola Rotasi Padi-
Padi-Padi pada Lahan Sawah ... ... 129 Lampiran 43. Biaya Tenaga Kerja MT II Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-
Padi pada Lahan Sawah ... 131 Lampiran 44. Penggunaan Tenaga Kerja MT III Usahatani Pola Rotasi Padi-
(12)
commit to user
Nomor Judul Halaman
Lampiran 45. Biaya Tenaga Kerja MT III Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-
Padi pada Lahan Sawah ... ... 135
Lampiran 46. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi- Padi pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-2008) ... 137
Lampiran 47. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi- Padi pada Lahan Sawah per Hektar (2007-2008)... 139
Lampiran 48. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-2008) ... 141
Lampiran 49. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah per Hektar (2007-2008) ... 143
Lampiran 50. Penggunaan Alat-alat pada Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi- Padi pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-2008)... 145
Lampiran 51. Biaya Penyusutan Alat-alat pada Usahatani Pola Rotasi Padi- Padi-Padi pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-2008)... 146
Lampiran 52. Biaya Penyusutan Alat-alat pada Usahatani Pola Rotasi Padi- Padi-Padi pada Lahan Sawah per Hektar (2007-2008) ... 147
Lampiran 53. Biaya Pengeluaran Lain-lain Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi- Padi pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-2008) ... 148
Lampiran 54. Biaya Pengeluaran Lain-lain Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi- Padi pada Lahan Sawah Per Hektar (2007-2008)... 149
Lampiran 55. Biaya Mengusahakan Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah per Usahatani (2007-2008) ... 150
Lampiran 56. Biaya Mengusahakan Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah Per Hektar (2007-2008) ... 151
Lampiran 57. Penerimaan Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah (2007-2008) ... 152
Lampiran 58. Pendapatan Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi pada Lahan Sawah (2007-2008) ... 153
Lampiran 59. Perhitungan R/C Ratio ... 154
Lampiran 60. Standar Deviasi, Varian, dan Uji t ... 155
Lampiran 61. Surat Ijin Penelitian ... 160
Lampiran 62. Surat Rekomendasi Survey/ Riset ... 161
Lampiran 63. Kuesioner ... 162
Lampiran 64. Peta Wilayah Kabupaten Sukoharjo ... 170
(13)
commit to user
DAFTAR TABELNomor Judul Halaman
Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah, Jagung dan Kacang tanah tiap Kecamatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007... 24 Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah, Jagung dan Kacang tanah tiap Desa di Kecamatan Polokarto Tahun 2007... 25 Tabel 3. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2007 dan 2008 ... 32 Tabel 4. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan Kecamatan Polokarto Pada
Tahun 2007 dan 2008 ... 33 Tabel 5. Komposisi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Umur Pada Tahun 2007 dan 2008 ... 34 Tabel 6. Komposisi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan Pada Tahun 2007 dan 2008 ... 36 Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Sukoharjo Menurut Mata Pen- caharian Pada Tahun 2007 dan 2008 ... 37 Tabel 8. Jumlah Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2007 dan 2008 ... 38 Tabel 9. Jumlah Komoditi Tanaman Pangan Kecamatan Polokarto Pada Tahun 2007 dan 2008 ... 40 Tabel 10. Jumlah Produk Domestik Bruto Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan di Kabupaten Sukohar- jo Tahun 2007 ... 41 Tabel 11. Karakteristik Petani Responden Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah dan Karakteristik Petani Responden Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi Tahun 2007-2008 ... 56 Tabel 12. Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani Pola Ro- tasi Jagung-Padi-Kacang tanah dan Rata-Rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi ... 59 Tabel 13. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-Kacang tanah dan Rata-Rata Penggunaan Tenaga
Kerja Pada Usahatani Pola Rotasi Padi- Padi-Padi ... 60 Tabel 14. Rata-Rata Biaya Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani Po-
la Rotasi Jagung-Padi-Kacang tanah dan Rata-Rata Biaya Penggu- naan Sarana Produksi Pada Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi... 61
(14)
commit to user
Tabel 15. Rata-Rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-Kacang tanah dan Rata-Rata Biaya Penggu-
naan Tenaga Kerja Pada Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi .... 62 Tabel 16. Rata-Rata Biaya Lain-lain Pada Usahatani Pola Rotasi Jagung-
Padi-Kacang tanah dan Rata-Rata Biaya Lain-lain Pada Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi ... 63 Tabel 17. Rata-Rata Biaya Mengusahakan Pada Usahatani Pola Rotasi Ja- gung-Padi-Kacang tanah dan Rata-Rata Biaya Mengusahakan
Pada Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi ... 64 Tabel 18. Rata-Rata Produksi, Rata-Rata Harga, Rata-Rata Penerimaan Pada Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-Kacang tanah dan Rata-Rata Produksi, Rata-Rata Harga, Rata-Rata Penerimaan Pada Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi ... 65 Tabel 19. Rata-Rata Penerimaan, Rata-Rata Biaya Mengusahakan, Rata- Rata
Pendapatan Pada Usahatani Pola Rotasi Jagung-Padi-Kacang tanah dan Rata-Rata Penerimaan, Rata-Rata Biaya Mengusahakan,
Rata-Rata Pendapatan Pada Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi-Padi .. 66 Tabel 20. Hasil Uji t Pada Rata-Rata Penerimaan, Rata-Rata Biaya Mengusa- hakan, Rata-rata Pendapatan dan Nilai Efisiensi Usahatani Pola Ro-
tasi Jagung-Padi-Kacang tanah dan Usahatani Pola Rotasi Padi-Padi- Padi ... 67
(15)
commit to user
I. PENDAHULUANA. Latar Belakang
Indonesia mempunyai potensi usahatani, yang dapat dilihat dari segi lingkungan fisik yang terdiri dari tanah, iklim dan topografi. Usaha peningka-tan produktivitas padi, palawija, sayuran dan peningka-tanaman pangan lainnya terus di-lakukan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin bertambah (se-hubungan dengan laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,32 % per tahun), sehingga lahan pertanian yang ada dapat diusahakan secara lebih inten-sif, walaupun pada topografi dengan kemiringan lebih dari 15 % dan masalah erosi yang mungkin terjadi pada lahan tersebut. Supaya menjaga keseimba-ngan antara pertambahan penduduk dan pengadaan berbagai macam bahan pa-ngan yang dibutuhkan. Pengusahaan untuk meningkatkan produktivitas tana-man pangan ada berbagai macam antara lain dengan melaksanakan pola tanam (cropping pattern) dan pergiliran tanam (crop rotation). Pola tanam dan pergi-liran tanaman pada suatu lahan ditentukan adanya interaksi antara tanah, tana-man yang diusahakan, iklim, dan sistem pengelolaannya (AAK, 1990).
Pola tanam (cropping pattern) adalah suatu susunan atau urutan penana-man tanapenana-man pada sebidang lahan dalam periode satu tahun. Menggunakan pola tanam berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen pendu-kung yang tersedia agar dapat tercipta produksi. Komponen pendupendu-kung terse-but meliputi agroklimat, tanah, tanaman, keteknikan, sosial ekonomi, hama dan penyakit. Dan pergiliran tanaman (crop rotation) adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih secara bergiliran pada lahan penanaman yang sama dalam periode waktu tertentu (AAK, 1993).
Kabupaten Sukoharjo mempunyai luas lahan sawah sebesar 45,26 % (21.121 Ha) sebagai lahan usahatani, yang merupakan salah satu aset penentu peningkatan bahan pangan, peningkatan pendapatan petani, peningkatan ke-lestarian sumber daya hayati, maupun keberhasilan pelaksanaan pembangu-nan di sektor pertanian. Tersedianya lahan sawah, maka diusahakan berbagai macam usahatani untuk meningkatkan berbagai kebutuhan bahan pangan dan
(16)
commit to user
meningkatkan pendapatan petani, tanpa harus mengabaikan keberlanjutan lingkungan (menjaga kelestarian sumberdaya). Dua usahatani yang diusaha-kan diantaranya adalah usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi. Dua usahatani tersebut merupakan sistem budidaya tanaman dan termasuk tipe pergiliran tanaman (crop rotation).
B. Perumusan Masalah
Petani mengelola usahatani yang diusahakan pada dasarnya selalu me-ngadakan perhitungan ekonomis dengan cara membandingkan antara produk-tivitas yang diharapkan pada waktu panen dengan biaya yang dikeluarkan. Suatu usahatani akan bertujuan menghasilkan produktivitas yang sebanyak-banyaknya (optimal) untuk mendapatkan pendapatan yang sebesar-besarnya. Hal ini dapat diartikan jika petani dihadapkan pada beberapa usahatani, maka petani akan memilih usahatani yang memberikan pendapatan paling besar.
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu daerah yang mengusahakan berbagai macam usahatani pada lahan sawah, dua diantaranya adalah usaha-tani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan usahausaha-tani pola rotasi padi-padi-padi. Dua usahatani pola rotasi tersebut termasuk dalam sistem budidaya man yakni tipe pergiliran tanaman (crop rotation). Diadakan pergiliran tana-man (crop rotation) dengan alasan yang menyangkut tana-manfaat budidaya yaitu mengurangi timbul dan berkembangnya hama dan penyakit pada areal perta-naman, dapat mempertahankan penyediaan bahan organik dalam tanah, meng-hemat penggunaan tenaga kerja, ikut mengatur penggunaan zat hara di dalam tanah, dan diharapkan dapat memperoleh hasil yang lebih baik. Pergiliran ta-naman (crop rotation) berkaitan erat dengan penerapan pola tanam, sehingga sering disebut juga pola rotasi tanaman. Usahatani pola rotasi padi-padi-padi pada lahan sawah sudah sering dilakukan oleh petani, sedangkan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah merupakan usahatani pola rotasi yang baru dikembangkan di Kabupaten Sukoharjo.
Berikut ini, gambar bagan usahatani pola rotasi tanaman pada lahan sa-wah yang ada di Kabupaten Sukoharjo dalam periode satu tahun :
(17)
commit to user
BULAN
USAHATANI 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8
Pola Rotasi I JAGUNG PADI KACANG TANAH (+ 110 hari) (+ 120 hari) (+ 100 hari)
Pola Rotasi II PADI PADI PADI (+ 120 hari) (+ 120 hari) (+ 120 hari)
Gambar 1. Bagan usahatani pola rotasi tanaman pada lahan sawah di Kabupa-ten Sukoharjo.
Dari Gambar 1 di atas, dapat diketahui bahwa bagan dua usahatani pola rotasi tanaman pada lahan sawah di Kabupaten Sukoharjo, dan dilihat dari segi ekonomi pada dua usahatani pola rotasi tanaman tersebut, apakah pendapatan para petani dapat meningkat dengan mengusahakan usahatani pola rotasi ja-gung-padi-kacang tanah atau meningkat dengan mengusahakan usahatani pola rotasi padi-padi-padi pada lahan sawah. Untuk itu analisis pendapatan usaha-tani sangat penting bagi peusaha-tani dalam mengelola usahausaha-taninya, yang bertujuan memperbaiki kondisi tanah sawah dengan pola rotasi tanaman yang berbeda. Dan dengan pola rotasi tanaman yang berbeda itu pula, maka petani diharap-kan dapat meningkatdiharap-kan pendapatan dari mengelola usahatani tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan se-bagai berikut :
1. Apakah usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah pendapatannya le-bih besar daripada usahatani pola rotasi padi-padi-padi ?
2. Apakah usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah mempunyai efi-siensi usahatani lebih besar daripada usahatani pola rotasi padi-padi-padi ? 3. Apakah usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah memberikan
man-faat lebih besar daripada usahatani pola rotasi padi-padi-padi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji dan membandingkan besarnya pendapatan antara usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
2. Mengkaji dan membandingkan efisiensi antara usahatani pola rotasi ja-gung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
(18)
commit to user
3. Mengkaji dan membandingkan manfaat yang diperoleh antara usahatani pola rotasi jagung-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi penulis, merupakan salah satu persyaratan memperoleh derajat Sarja-na Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
sumbangan pemikiran dan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pertanian pada masa mendatang, yang kaitannya untuk membantu usaha-tani yang dikelola peusaha-tani agar lebih baik lagi.
3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan in-formasi dan pengetahuan.
(19)
commit to user
II. LANDASAN TEORIA. Tinjauan Pustaka 1. Jenis Tanaman
a. Padi (Oryza sativa)
Tanaman padi mempunyai nama botani Oryza sativa, termasuk
golongan rumput-rumputan (Gramineae), dan klasifikasi ilmiah padi
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Oryza
Spesies : O. sativa
Tanaman padi biasanya berumur pendek, kurang dari satu tahun, dan
hanya sekali produksi kemudian kehidupannya akan dimatikan. (Soemartono,1990).
Tanaman padi merupakan tanaman semusim dan tergolong
ta-naman air (water plant) yang pembudidayaannya memerlukan periode
penggenangan air, baik penggenangan secara alamiah misalnya pada tanah rawa-rawa, maupun penggenangan disengaja pada tanah-tanah sawah. Tanaman padi juga dapat tumbuh dan beradaptasi pada lahan kering (tegalan), apabila kebutuhan air tercukupi (Siregar, 1981).
Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah sawah yang mempunyai ketebalan lapisan atasnya antara 18-22 cm, terutama tanah dengan pH antara 4-7, sedangkan olah tanah sawah menurut IRRI ialah dengan kedalaman 18 cm. Pada iklim dan suhu tertentu, tanaman padi dapat tumbuh dengan maksimal. Daerah tumbuh baik tanaman padi an-tara 0-650 meter dengan suhu anan-tara 26,5°C-22,5°C, termasuk 96 % dari luas tanah di Jawa cocok untuk tanaman padi (AAK, 1990).
(20)
commit to user
b. Jagung (Zea mays L.)Tanaman jagung merupakan tanaman semusim, satu siklus hi-dupnya diselesaikan kurang lebih (±) 110 hari, dan klasifikasi ilmiah jagung sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Tanaman jagung mempunyai tinggi bervariasi, umumnya antara 1-3 meter, yang pengukurannya dari permukaan tanah hingga ruas teratas
sebelum bunga jantan. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan
sa-lah satu hasil tanaman pangan dunia yang terpenting selain gandum dan padi. Jagung digunakan sebagai bahan pangan pokok oleh pendu-duk beberapa daerah di Indonesia (misalnya Madura dan Nusa Teng-gara). Jagung selain sebagai sumber karbohidrat, dapat juga digunakan
sebagai : 1)pakan ternak (biji maupun tongkol), 2)minyak (diambil dari
biji), 3)tepung (diambil dari biji, dikenal dengan istilah tepung
maize-na), dan 4)bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung tongkolnya)
(Anonim1), 2008).
c. Kacang Tanah ( Arachis hypogaea L.)
Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan tanaman
po-long-polongan (legum) terpenting kedua setelah kedelai di Indonesia,
dengan klasifikasi ilmiah kacang tanah sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
(21)
commit to user
Subfamilia : Faboideae
Tribe : Aeschynomeneae
Genus : Arachis
Spesies : A. hypogaea
Nama binomial : Arachis hypogaea L.
Pada tanaman kacang tanah terdapat bintil akar yang mampu mengikat unsur nitrogen (N), oksigen (O2), dan karbondioksida (CO2) melalui simbiosis mutualisme (kerjasama yang saling menguntungkan) dengan bakteri rhizobium. Kacang tanah berfungsi sebagai inang perkemba-ngan bakteri rhizobium untuk mengikat nitrogen, akibatnya tanaman akan menerima unsur nitrogen yang ditambat oleh bintil akar. Apabila bintil akar tersebut efektif, maka bintil tersebut mempunyai kemam-puan menambat nitrogen dapat mencukupi kebutuhan nitrogen sebesar 80-90 %. Biji kacang tanah dapat dimakan mentah, direbus, digoreng, atau disangrai. Kacang tanah juga bisa dijadikan minyak, produksi mi-nyak kacang tanah mencapai sekitar 10 % dari pasaran mimi-nyak masak dunia pada tahun 2003 menurut FAO. Selain dipanen untuk mendapat-kan bijinya, tanaman kacang tanah juga dipanen daun dan batang untuk makanan ternak ataupun untuk dijadikan pupuk hijau. Kacang tanah dibagi menjadi dua tipe yaitu tipe tegak dan tipe menjalar. Tipe menja-lar lebih disukai karena memiliki potensi hasil panen lebih tinggi. Di Indonesia, tanaman kacang tanah dapat dibudidayakan pada lahan sa-wah tadah hujan, sasa-wah irigasi, tegalan, dan cocok ditanam di dataran rendah yang berketinggian di bawah 500 meter di atas permukaan laut.
Berikut iklim yang dibutuhkan tanaman kacang tanah : 1)suhu tinggi
antara 25°C-32°C, 2)sedikit lembab (rH 65 %-75 %), dan 3)curah hujan
800 mm-1300 mm per tahun. Pada lahan sawah, penanaman kacang ta-nah dapat dilakukan pada bulan April-Juni (MT palawija I) atau bulan Juli-September (MT palawija II). Tanaman kacang tanah tidak meng-hendaki penggenangan air, tapi mengmeng-hendaki air yang cukup untuk membuat tanah selalu lembab saat fase perkecambahan, fase
(22)
pertum-commit to user
buhan, fase pengisian polong, dan saat panen tiba. Waktu pengairan yang baik yakni pagi atau sore hari dengan cara disiram hingga tanah
cukup basah (Anonim2), 2008).
2. Lahan Sawah
Menurut Rijanto dkk (2006), lahan adalah suatu hamparan tanah (media tumbuh tanaman) dalam bentuk tegalan maupun sawah. Hal yang paling penting diperhatikan dalam pemilihan lahan adalah :
1. Tanah cukup subur, gembur serta bertekstur ringan.
2. Tanah berdrainase dan mempunyai aerasi yang baik.
3. PH antara 6,0-6,5.
Sawah merupakan lahan pertanian yang secara fisik permukaan nahnya rata, dibatasi oleh pematang, dapat ditanami padi, palawija dan
ta-naman pangan lainnya (Anonim3), 2008).
Aspek-aspek potensi lahan sawah dan air serta pola tanam selama ini menjadi pertimbangan untuk menentukan areal luas tanam tanaman yang akan ditanami. Areal luas tanam yang telah ditetapkan dalam perkemba-ngannya bisa saja akan menghasilkan luas panen yang berbeda. Faktor-faktor yang mengakibatkan pengalihan tanaman satu dengan tanaman yang lain yaitu adanya serangan OPT (organisme pengganggu tanaman) dan pergantian iklim (musim kemarau dan musim hujan). Produktivitas tana-man secara umum ditentukan oleh potensi produksi dari jenis tanatana-man yang ditanam, kesuburan lahan, cara menanamnya, dan kuantitas air yang diperlukan. Maka dari itu dalam penerapannya, petani harus dapat me-ngembangkan suatu usahatani yang dapat memperbaiki potensi produksi dengan penanganan yang berbeda-beda dari beberapa tanaman untuk me-nentukan produktivitas tanaman. Dan usahatani pola rotasi sebagai alter-natif pengembangan tersebut. Hal ini menjadikan lahan sawah dapat di-gunakan untuk pembudidayaan tanpa menjadikan lahan sawah tersebut menjadi bero, dengan pergantian pola tanam yang berbeda-beda, seperti usahatani pola rotasi dengan rotasi tanaman jagung-padi-kacang tanah. (Chalifah, 2006).
Anonim2), 2008 : Kacang Tanah. www.wikipedia.org/ wiki/ Kacang Tanah. Diakses 20 Agustus 2008. Anonim3), 2008 : Sawah. www.wikipedia.org/ wiki/ Sawah. Diakses 25 Juli 2008.
(23)
commit to user
3. Usahatani Pola Rotasi Tanaman (Pola Pergiliran Tanaman)
Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat pada satu tempat yang diperlukan untuk produksi pertanian. Setiap petani berusaha agar hasil panennya banyak, sehingga dapat untuk memenuhi ke-butuhan keluarganya. Oleh karena itu, petani akan mengadakan perhitungan ekonomi antara biaya yang dikeluarkan dan hasil yang diperoleh walaupun tidak secara tertulis. Usahatani produktif adalah usahatani yang produktivi-tasnya tinggi. Produktivitas usahatani tergantung pada sumber-sumber pro-duksi yang digunakan, yang terdiri dari faktor-faktor propro-duksi (tanah be-serta alam sekitarnya, tenaga kerja, modal) dan pengalaman petani dalam mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut (Mubyarto, 1995).
Tujuan usahatani adalah memperoleh pendapatan bersih yang sebe-sar-besarnya. Hal ini dapat dicapai, apabila dalam perbandingan antara
pe-nerimaan dan biaya produksi (Revenue Cost), memperoleh penerimaan lebih
besar daripada biaya produksi, maka dengan sendirinya petani akan mengusa-hakan pemilihan masukan yang se-efisien mungkin (Oka, 1995).
Rotasi tanaman atau pergiliran tanaman adalah penanaman dua jenis atau lebih secara bergiliran pada lahan penanaman yang sama dalam perio-de waktu tertentu. Seperti tanaman semusim yang ditanam secara bergilir dalam satu tahun, dan tanaman tersebut semisal tanaman jagung, padi, dan kacang tanah. Dilakukan rotasi tanaman menggunakan tanaman yang berbeda, maka tanah diolah secara berbeda pula. Pengolahan tanah meru-pakan langkah persiapan atau awal mengelola tanaman, dengan tujuan se-bagai berikut :
a. Untuk memperbaiki kondisi tanah, terutama tekstur tanah sehingga
ter-dapat rongga-rongga di dalam tanah yang ter-dapat menyimpan udara dan air yang diperlukan akar tanaman.
b. Untuk memperlancar sirkulasi udara, terutama O2 di dalam tanah
men-jadi lebih baik.
c. Untuk membenamkan pupuk hijau yang dapat memberikan humus atau
(24)
commit to user
d. Untuk menyiapkan unsur hara ke daerah perakaran dan meningkatkan
aktivitas mikrobia.
e. Membalik tanah yang sekaligus membenamkan rumput-rumput liar,
sehingga secara tidak langsung memberantas dan mencegah pertumbu-han gulma, serta mematahkan siklus hidup hama yang ada dalam ta-nah.
Di Kabupaten Sukoharjo sedang digalakkan usahatani pola rotasi an-tara padi dan palawija yakni usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang ta-nah dengan harapan bahwa petani mempunyai pendapatan lebih dari usa-hatani tersebut, serta tanaman yang dibudidayakan terhindar dari hama pe-nyakit dan dapat memperbaiki kondisi tanah akibat penanaman padi yang monoton dalam satu tahun.
4. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan a. Biaya Usahatani
Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang harus dikeluar-kan produsen untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan faktor-fak-tor penunjang lainnya yang dapat didayagunakan agar produksi terten-tu yang telah direncanakan dapat terwujud dengan baik.
(Mahekam dan Malcolm, 1991).
Menurut Hernanto (1993), berdasarkan kategorinya biaya usa-hatani dapat digolongkan menjadi :
1) Biaya tetap (Fixed Cost)
Biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya ini antara lain : pajak tanah, penyusutan alat dan bangunan pertanian, pemeliharaan pompa air dan sebagainya.
2) Biaya variabel (Variabel Cost)
Biaya yang besar kecilnya tergantung pada biaya skala produksi, dan biaya ini adalah biaya untuk pupuk, bibit, pestisida, upah tena-ga kerja, biaya panen, biaya pengolahan tanah dan sewa tanah.
(25)
commit to user
3) Biaya yang dibayarkan/ biaya tunai
Biaya yang dikeluarkan untuk input yang diperlukan untuk meng-hasilkan output, dan terdiri dari biaya untuk pembelian pupuk, pembelian obat-obatan (pestisida), pembelian bibit, pembelian ma-kanan ternak, pajak, upah tenaga kerja luar, dan lain-lain.
4) Biaya yang tidak dibayarkan/ biaya tidak tunai
Biaya yang tidak dibayarkan/ biaya tidak tunai terdiri dari penggu-naan tenaga kerja keluarga, bunga modal sendiri, penyusutan mo-dal, biaya panen dan pengolahan tanah dari keluarga dan lain-lain.
5) Biaya langsung
Biaya yang langsung digunakan dalam proses produksi, terdiri dari pengeluaran untuk pembelian pupuk, obat-obatan (pestisida), bibit, pajak, upah tenaga kerja luar, makanan ternak, makanan tenaga kerja luar, dan lain-lain.
6) Biaya tidak langsung
Biaya yang tidak langsung digunakan dalam proses produksi, yakni penyusutan modal tetap dan lain-lain.
Menurut Hadisapoetra (1973), biaya-biaya yang digunakan da-lam usahatani antara lain :
1) Biaya alat luar
Semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani untuk mem-peroleh pendapatan kotor.
Faktor-faktor biaya alat luar yaitu :
a) Jumlah upah tenaga kerja yang berupa uang, bahan makanan,
perumahan dan premi.
b) Pengeluaran untuk benih, pupuk, pestisida dan pengeluaran
lain-lain yang berupa uang, pajak, pengangkutan.
c) Pengeluaran tertentu berupa bahan untuk kepentingan
usaha-tani, misalnya : selametan dan biaya panen.
d) Penyusutan atau pengurangan nilai yaitu penyusutan dari
(26)
commit to user
2) Biaya mengusahakan
Biaya alat luar ditambah tenaga kerja keluarga yang diperhitung-kan berdasardiperhitung-kan upah yang dibayardiperhitung-kan kepada tenaga kerja luar.
3) Biaya menghasilkan
Biaya mengusahakan ditambah bunga aktiva tetap yang dipakai da-lam usahatani.
b. Penerimaan Usahatani
Penerimaan usahatani diperoleh dari perkalian antara jumlah pro-duksi yang dihasilkan dengan harga jual. Propro-duksi berhubungan nega-tif dengan harga, yang artinya harga akan turun saat produksi yang di-peroleh berlebihan. Menghitung penerimaan usahatani secara sistema-tis dapat dirumuskan sebagai berikut :
∑
== n t
Py Y TR
1
. Keterangan :
TR : Total penerimaan (Rp)
Y : Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg) Py : Harga (Rp)
n : Jumlah macam tanaman yang diusahakan t : Tahun
(Soekartawi, 1995).
c. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan se-mua biaya (biaya mengusahakan). Pendapatan usahatani dapat diru-muskan sebagai berikut :
Pd = TR – TC
Keterangan :
Pd : Pendapatan usahatani (Rp) TR : Total penerimaan (Rp) TR : Total biaya (Rp) (Soekartawi, 1995).
(27)
commit to user
Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan bersih diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Penerimaan atau pendapatan kotor merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari semua cabang dan sumber dalam usahatani selama satu musim atau bahkan satu tahun, yang diperhitungkan dengan me-ngalikan jumlah hasil produksi yang diperoleh dengan harga jual yang berlaku pada saat penelitian. Untuk mengetahui besarnya biaya dan pendapatan usahatani dalam penelitian ini digunakan perhitungan pen-dapatan usahatani. Dimana penpen-dapatan usahatani dirumuskan sebagai berikut :
PdU = Pr U – BM = H x Y – BM
Keterangan rumus pendapatan usahatani : PdU : Pendapatan usahatani pola (Rp) PrU : Penerimaan usahatani (Rp)
BM : Biaya mengusahakan usahatani (Rp) H : Harga produksi usahatani (Rp/ Kg) Y : Hasil produksi usahatani (Kg)
5. Efisiensi Usahatani
Penghitungan efisiensi usahatani yang sering digunakan adalah
Reve-nue Cost Ratio (R/C Ratio) merupakan perbandingan (Ratio atau Nisbah)
antara penerimaan (Revenue) dengan biaya (Cost). R/C Ratio dirumuskan
sebagai berikut :
R/C Ratio =
Bu Pr
Keterangan rumus R/C Ratio di atas, apabila dipergunakan untuk
menghi-tung efisiensi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usa-hatani pola rotasi padi-padi-padi adalah sebagai berikut :
Pr : Besarnya penerimaan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
(28)
commit to user
Bu : Besarnya biaya usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usa-hatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
Keterangan kriteria dari rumus R/C Ratio di atas sebagai berikut :
Jika R/C >1, berarti bahwa usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/
usahatani pola rotasi padi-padi-padi efisien.
Jika R/C <1, berarti bahwa usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/
usahatani pola rotasi padi-padi-padi tidak efisien.
Semakin besar R/C Ratio, maka akan semakin besar pula efisiensi
usaha-tani yang diusahakan oleh peusaha-tani, serta memperoleh pendapatan yang mak-simal. Hal ini dapat dicapai bila petani mengalokasikan faktor-faktor pro-duksi dengan efisien (Soekartawi, 2001).
6. Kemanfaatan Usahatani
Analisis perbandingan Increamental B/C Ratio adalah perbandingan
antara perbedaan manfaat dengan pengorbanan/ pengeluaran beberapa
usa-hatani. Analisis perbandingan Increamental B/C Ratio dapat digunakan
untuk membandingkan dua usaha pertanian seperti usahatani tanaman ba-han pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan lain-lain.
Analisis Increamental Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan
perban-dingan (Ratio) antara manfaat (Benefit) dan biaya (Cost). Rumus
Increa-mental B/C Ratio adalah sebagai berikut :
Increamental B/C Ratio =
Bu
∆ ∆Pr
Keterangan rumus analisis Increamental Benefit Cost Ratio di atas, apabila
digunakan untuk menghitung manfaat usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi sebagai berikut : ∆Pr : selisih antara penerimaan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang
tanah dengan penerimaan usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
∆Bu : selisih antara biaya usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah
(29)
commit to user
Keterangan kriteria dari rumus analisis Increamental Benefit Cost Ratio
sebagai berikut :
a) Increamental B/C Ratio > 1, berarti bahwa usahatani pola rotasi
ja-gung-padi-kacang tanah bermanfaat dibandingkan dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
b) Increamental B/C Ratio < 1, berarti bahwa usahatani pola rotasi
ja-gung-padi-kacang tanah tidak bermanfaat dibandingkan dengan usaha-tani pola rotasi padi-padi-padi.
(Soekartawi, 2001).
7. Penelitian Terdahulu
a. Menurut hasil penelitian Muflihah (2008), dari Analisis Efisiensi
Eko-nomi Penggunaan Faktor-faktor Produksi pada Usahatani Jagung Vari-etas BISI-2 di Kabupaten Klaten, menunjukkan bahwa usahatani ja-gung varietas BISI-2 adalah usahatani yang dikelola selama satu mu-sim saja. Rata-rata penerimaan Rp 14.291.666,67/ Ha/ MT, rata-rata biaya Rp 9.194.143,10/ Ha/ MT, dan rata-rata pendapatan diperoleh sebesar Rp 5.097.523,57/ Ha /MT.
b. Menurut hasil penelitian Ika (2008), dari Analisis Usahatani Padi
Va-rietas Pepe Ditinjau dari Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Sukoharjo, menunjukkan bahwa usahatani padi varietas IR64 (merupa-kan pembanding usahatani padi varietas Pepe) adalah usahatani yang dikelola selama satu musim saja. Rata-rata penerimaan Rp 15.256.666, 67/ Ha/ MT, rata-rata biaya Rp 8.475.462,96/ Ha/ MT, dan rata-rata pendapatan diperoleh sebesar Rp 6.781.203,71/ Ha/ MT.
c. Menurut hasil penelitian Muthi’ah (2010), dari Penggunaan Varietas
Macan pada Usahatani Kacang tanah (Arachis hypogeae L) Ditinjau
dari Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Jepara, menunjuk-kan bahwa usahatani kacang tanah varietas Jepara (pembanding usaha-tani kacang tanah varietas Macan) adalah usahausaha-tani yang dikelola selama satu musim saja. Rata-rata penerimaan Rp 7.827.222,23/ Ha/
(30)
commit to user
MT, rata-rata biaya Rp 7.029.203,30/ Ha/ MT, dan rata-rata pendapa-tan diperoleh sebesar Rp 798.018,93/ Ha/ MT.
Dari tiga penelitian di atas, diambil usahatani jagung varietas BISI-2, usa-hatani padi varietas IR64, usausa-hatani kacang tanah varietas Jepara, dan di-kelola sebagai usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dalam pe-riode satu tahun pada lahan dan luas lahan (1 Ha) yang sama maka hasil-nya sebagai berikut : rata-rata penerimaan diperoleh sebesar Rp 37.375. 555,57/ Ha/ Th, rata-rata biaya mengusahakan sebesar Rp 24.698.809,36/ Ha/ Th, dan memperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp 12.676.746,21/
Ha/ Th, maka perhitungan R/C Ratio adalah 1,52.
Menurut hasil penelitian Inggit (2004), dari Analisis Perbandingan dalam Biaya dan Pendapatan Usahatani Padi Varietas Rojolele dan IR64 di Kabupaten Boyolali menunjukkan bahwa usahatani padi varietas IR64 (pembanding usahatani padi varietas Rojolele) adalah usahatani yang dike-lola selama satu musim saja. Dan apabila dikedike-lola sebagai usahatani pola rotasi padi-padi-padi dalam periode satu tahun pada lahan dan luas lahan (1 Ha) yang sama adalah sebagai berikut : rata-rata penerimaan yang dipe-roleh usahatani pola rotasi padi-padi-padi varietas IR64 sebesar Rp 22.736. 842,11/ Ha/ Th, rata-rata biaya mengusahakan sebesar Rp 8.176.820,13/ Ha/ Th, dan memperoleh rata-rata pendapatan sebesar Rp 14.560.021,97/
Ha/ Th, maka perhitungan R/CRatio adalah 2,78.
Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa pendapatan dan efisi-ensi usahatani pola rotasi padi-padi-padi lebih besar daripada pendapatan dan efisiensi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah. Penilaian
ke-manfaatan Increamental B/C Ratio diperoleh 0,89. Hal ini menunjukkan
bahwa Increamental B/C Ratio ≤ 1, maka usahatani pola rotasi
jagung-padi-kacang tanah tidak bermanfaat dibandingkan dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa obyek yang dikaji pada penelitian tersebut adalah sama. Penelitian tersebut sama-sama membandingkan pendapatan, efisiensi, dan
(31)
kemanfaa-commit to user
tan dari dua usahatani pola rotasi yang diteliti. Selain itu, permasalahan yang diteliti pada kedua penelitian tersebut juga hampir sama. Dengan de-mikian, alat analisis dari kedua penelitian tersebut dapat diterapkan dipe-nelitian ini dan hasil pedipe-nelitiannya dapat dijadikan dasar penentuan hipote-sis dalam penelitian ini.
B. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Usahatani adalah suatu bentuk organisasi faktor-faktor produksi untuk mendapatkan pendapatan keluarga petani yang sebesar-besarnya dan kontinyu melalui pertanian. Umumnya cara permodalannya lebih banyak padat karya daripada padat modal. Hal ini karena terbatasnya faktor modal sehingga petani tidak mampu membeli teknologi. Jadi, teknologi yang dipakai relatif sederha-na, dengan tujuan dari usahatani memperoleh pendapatan bagi keluarga petani. Besarnya pendapatan tersebut digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya. Keberhasilan dalam berusahatani pada akhir-nya akan ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang dipero-leh selama satu tahun dengan tiga kali musim tanam secara bergiliran pada lahan yang sama.
Usahatani sebagai suatu kegiatan ekonomi, tidak terlepas dari prinsip ekonomi dimana segala tindakan dilakukan dengan pertimbangan antara biaya yang harus dikeluarkan dengan pendapatan yang diterima. Di dalam penelitian ini, biaya usahatani yang dimaksudkan adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar (meliputi : benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja luar, dan biaya lain-lain) ditambah dengan upah tenaga kerja keluarga petani diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada te-naga kerja luar.
Penerimaan merupakan keseluruhan pendapatan yang diperoleh dari se-mua cabang dan sumber dalam usahatani selama satu tahun, dapat diperhi-tungkan dengan mengalikan jumlah hasil produksi yang diperoleh dengan har-ga jual yang berlaku pada saat penelitian. Untuk mengetahui besarnya penda-patan usahatani dalam penelitian ini digunakan perhitungan pendapenda-patan usaha-tani, dan dirumuskan sebagai berikut :
(32)
commit to user
PdU = Pr U – BM= H x Y – BM
Keterangan rumus pendapatan usahatani :
PdU : pendapatan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
PrU : penerimaan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
BM : biaya mengusahakan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
H : harga produksi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/
usaha-tani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Kg).
Y : hasil produksi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usaha-tani pola rotasi padi-padi-padi (Kg).
(Hadisapoetra, 1973).
R/C ratio (tingkat efisiensi) merupakan total penerimaan dibagi dengan
total biaya pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan usahatani
pola rotasi padi-padi-padi pada lahan sawah. Revenue Cost Ratio (R/C ratio)
dapat dirumuskan sebagai berikut :
R/C Ratio =
Bu Pr
Keterangan rumus R/C Ratio di atas sebagai berikut :
Pr : besarnya penerimaan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
Bu : besarnya biaya usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
Keterangan kriteria dari rumus R/C Ratio di atas sebagai berikut :
Jika R/C > 1, berarti bahwa usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/
usahatani pola rotasi padi-padi-padi efisien.
Jika R/C ≤ 1, berarti bahwa usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/
usahatani pola rotasi padi-padi-padi tidak efisien. (Soekartawi, 2001).
(33)
commit to user
Untuk mengetahui kemanfaatan ekonomi pada usahatani pola rotasi ja-gung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi
diguna-kan rumus analisis Increamental Benefit Cost Ratio (B/C) sebagai berikut :
Increamental B/C Ratio =
Bu
∆ ∆Pr
Keterangan rumus analisis Increamental Benefit Cost Ratio di atas :
∆Pr : selisih antara penerimaan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah
dengan penerimaan usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th). ∆Bu: selisih antara biaya usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah
de-ngan biaya usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
Keterangan kriteria rumus analisis Increamental Benefit Cost Ratio di atas :
1. Increamental B/C Ratio > 1, berarti bahwa usahatani pola rotasi
jagung-padi-kacang tanah bermanfaat dibandingkan dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
2. Increamental B/C Ratio ≤ 1, berarti bahwa usahatani pola rotasi
jagung-padi-kacang tanah tidak bermanfaat dibandingkan dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
(Soekartawi, 2001).
Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan pendapatan dan efisiensi an-tara usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola ro-tasi padi-padi-padi, maka dilakukan uji t menggunakan rumus :
t hitung =
⎣
⎦
(
)
(
)
(
++)
−− ⎢⎣⎡ + ⎥⎦⎤ −−
2 1 2
1
2 2 2 2 1 1
2 1
1 1 2
1 1
n n n
n
S n S n
X X
Keterangan rumus t hitung pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi sebagai berikut :
1
x : rata-rata pendapatan/ efisiensi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang
tanah.
2
(34)
commit to user
S12 : varian pendapatan/ efisiensi pada usahatani pola rotasi
jagung-padi-ka-cang tanah.
S22 : varian pendapatan/ efisiensi pada usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
n1 : jumlah petani sampel usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah. n2 : jumlah petani sampel usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
Keterangan kriteria dari uji t untuk mengetahui perbedaan pendapatan atau efi-siensi antara usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi adalah sebagai berikut :
a. Jika t hitung > t Tabel, Ha diterima, berarti ada perbedaan; jadi pendapatan/
efisiensi usahatani pola rotasi padi-padi-padi lebih besar dibandingkan pendapatan/ efisiensi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah.
b. Jika t hitung ≤ t Tabel, Ha ditolak, berarti tidak ada perbedaan; jadi tidak ada
perbedaan antara pendapatan/ efisiensi usahatani pola rotasi padi-padi-padi dengan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah.
(Usman dan Purnomo, 2003).
C. Hipotesis
1. Pendapatan usahatani pola rotasi padi-padi-padi lebih besar dibandingkan
pendapatan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah.
2. Efisiensi usahatani pola rotasi padi-padi-padi lebih besar dibandingkan
efi-siensi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah.
3. Usahatani pola rotasi papapadi memberikan manfaat lebih besar
di-bandingkan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah.
D. Asumsi
1. Petani bertindak rasional dalam berusahatani, yang berarti petani berusaha
memperoleh pendapatan yang maksimal dengan keterbatasan sumberdaya yang dimilikinya.
2. Seluruh benih (padi, jagung, kacang tanah) yang digunakan petani berasal
dari pembelian.
3. Upah tenaga kerja, harga sarana produksi, dan harga hasil produksi adalah
(35)
commit to user
4. Varietas yang digunakan dalam usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang
tanah dan usahatani pola rotasi papapadi dianggap sama untuk di-amati selama penelitian berlangsung.
E. Pembatasan Masalah
1. Penelitian ini dilakukan pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang
ta-nah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi di Kabupaten Sukoharjo pada musim hujan (September) tahun 2007 sampai musim kemarau (September) tahun 2008.
2. Faktor produksi dan hasil produksi diperhitungkan berdasarkan harga
di-tingkat petani daerah setempat yang berlaku pada waktu penelitian.
F. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah adalah budidaya tanaman
yang dilakukan secara bergiliran terdiri dari jagung (MT I), padi (MT II), kacang tanah (MT III) pada lahan sawah yang sama dalam periode satu ta-hun.
2. Usahatani pola rotasi padi-padi-padi adalah budidaya tanaman yang
dila-kukan secara bergiliran terdiri dari padi (MT I), padi (MT II), padi (MT III) pada lahan sawah yang sama dalam periode satu tahun.
3. Responden yang dimaksud adalah petani pemilik penggarap yang
meng-garap lahan sawah untuk usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan petani pemilik penggarap yang menggarap lahan sawah untuk usaha-tani pola rotasi padi-padi-padi.
4. Lahan sawah merupakan lahan pertanian yang digunakan untuk usahatani
pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi dihitung dengan satuan hektar (Ha).
5. Benih adalah biji tanaman padi, jagung, dan kacang tanah yang digunakan
untuk memperbanyak/ mengembangbiakkan tanaman padi, jagung, dan ka-cang tanah pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kaka-cang tanah dan usaha-tani pola rotasi padi-padi-padi, dihitung dalam satuan kilogram (Kg) dan dinilai dengan rupiah (Rp).
(36)
commit to user
6. Pupuk merupakan zat yang menyediakan unsur hara yang dibutuhkan
tana-man, meliputi pupuk anorganik (urea, TSP, KCl dan lain-lain) dan pupuk organik yang dipergunakan dalam usahatani pola rotasi jagung-padi-ka-cang tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi yang dihitung dalam satuan kilogram (Kg).
7. Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja yang digunakan dalam
usa-hatani pola rotasi jagung-kacang tanah dan usausa-hatani pola rotasi padi-padi-padi dalam satu musim tanam, baik tenaga kerja keluarga maupun te-naga kerja luar. Semua tete-naga kerja dikonversikan ke dalam tete-naga kerja pria dan diukur dalam dalam HKP, sedangkan nilai tenaga kerja berdasar-kan upah dan dinyataberdasar-kan dalam rupiah per HKP (Rp/ HKP).
8. Biaya usahatani adalah biaya mengusahakan yang merupakan biaya
alat-alat luar yang dikeluarkan petani dalam kegiatan usahataninya yang meli-puti benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja luar, dan biaya lain-lain, ke-mudian ditambah biaya tenaga kerja dari keluarga yang diperhitungkan ber-dasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Dinyatakan da-lam satuan rupiah per hektar pada periode satu tahun (Rp/ Ha/ Th).
9. Penerimaan usahatani adalah nilai hasil yang diterima petani yang
mengu-sahakan pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan petani yang mengusaha-kan pola rotasi padi-padi-padi pada lahan penanaman yang sama dalam pe-riode satu tahun, merupakan perkalian antara produksi yang diperoleh de-ngan harga produksi dinyatakan dalam rupiah (Rp/ Ha/ Th).
10.Pendapatan usahatani adalah pendapatan bersih yang diterima petani dari
hasil usahatani yang merupakan selisih antara penerimaan usahatani de- ngan biaya mengusahakan usahatani yang dinyatakan dalam rupiah per hektar pada periode satu tahun (Rp/ Ha/ Th).
11.Efisiensi usahatani adalah perbandingan antara penerimaan usahatani dengan
biaya usahatani dengan kriteria yakni apabila hasil yang diperoleh lebih besar dari satu (> 1), maka usahatani tersebut efisien dan apabila hasil yang
(37)
commit to user
12.Manfaat usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani pola rotasi
jagung-kacang tanah dengan penerimaan usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th) dibagi selisih antara biaya usahatani pola rotasi ja-gung-padi-kacang tanah dengan biaya usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th), dengan kriteria apabila hasil diperoleh lebih besar dari satu (> 1), maka usahatani tersebut bermanfaat dan apabila hasil diperoleh kurang
(38)
commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode des-kriptif analitis, yaitu metode penelitian yang tidak hanya mengumpulkan dan menyusun data namun meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu. Metode penelitian ini memusatkan pada masalah-masalah yang aktual pada saat sekarang ini. Data yang dikumpulkan, kemudian disusun, dijelaskan, dan dianalisis (Surakhmad, 1994).
Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik penelitian survey, yaitu teknik penelitian yang pengumpulan datanya mengambil sampel dari satu po-pulasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun dan Effendi, 1995).
B. Metode Pemilihan Daerah Sampel
Tabel 1. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah, Jagung, Kacang tanah tiap Ke-camatan di Kabupaten Sukoharjo Tahun 2007
No. Kecamatan
Padi Sawah Jagung Kacang tanah
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Weru Bulu Tawangsari Sukoharjo Nguter Bendosari Polokarto Mojolaban Grogol Baki Gatak Kartasura 3.916 2.095 3.637 5.151 5.157 5.265 6.312 6.206 2.080 2.618 2.601 1.133 27.047 14.315 24.980 35.962 35.270 37.114 44.734 44.661 14.132 18.584 18.169 7.688 704 863 673 144 496 815 769 0 75 205 256 72 2.688 3.303 2.562 561 1.937 3.549 3.490 0 280 1.591 1.957 530 273 2.233 689 61 2.201 2.608 1.497 6 141 2 0 0 411 3.676 991 88 3.413 4.127 2.254 10 208 3 0 0
Jumlah 46.171 322.656 5.072 22.448 9.711 15.181
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, 2008.
Menurut Singarimbun dan Effendi (1995), penentuan daerah sampel
da-lam penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive sampling), yaitu cara
pengambilan sampel secara sengaja karena alasan-alasan tertentu yang
(39)
commit to user
suaikan dengan tujuan penelitian. Penelitian dilakukan di wilayah Kabupaten Sukoharjo, karena daerah ini dikenal sebagai salah satu daerah penyandang pangan di Jawa Tengah. Adapun rincian luas panen (Ha) dan produksi (Ton) pada tanaman padi sawah, jagung, dan kacang tanah tiap Kecamatan di Kabu-paten Sukoharjo dapat dilihat pada Tabel 1 di atas. Pada tahun 2007 produksi padi mencapai 44.734 Ton, produksi jagung 3.490 Ton, dan produksi kacang tanah 2.254 Ton.
Penentuan kecamatan sampel penelitian yang diambil dilakukan dengan
sengaja (purposive sampling) dalam penelitian di Kabupaten Sukoharjo,
dida-sarkan pada kriteria bahwa kecamatan tersebut terdapat usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi pada lahan sawah dalam periode satu tahun, sehingga terpilihlah Kecamatan Polokarto. Tabel 2. Luas Panen dan Produksi Padi Sawah, Jagung dan Kacang tanah tiap
Desa di Kecamatan Polokarto Tahun 2007
No. Desa
Padi Sawah Jagung Kacang tanah
Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Pranan Bugel Karangwuni Ngombakan Bakalan Godog Kemasan Kenokorejo Tepisari Bulu Rejosari Polokarto Mranggen Wonorejo Jatisobo Kayuapak Genengsari 443 340 336 416 641 632 633 526 135 93 148 335 510 405 379 191 147 3.144 2.417 2.391 2.953 4.540 4.475 4.481 3.722 955 661 1.047 2.375 3.611 2.865 2.682 1.374 1.040 0 0 0 0 0 3 6 38 59 182 258 109 99 0 0 0 15 0 0 0 0 0 13,51 27,23 172,44 267,74 825,92 1.170,80 494,64 449,26 0 0 0 68,07 0 0 0 0 0 2 11 68 218 301 240 212 273 0 0 42 129 0 0 0 0 0 3,01 16,57 102,41 328,31 453,31 362,44 319,27 411,14 0 0 63,25 194,27
Jumlah 6.312 4.4734 769 3.489,72 1.496 2.253,98
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sukoharjo, 2008.
Pada Tabel 2 di atas, di Kecamatan Polokarto dipilih satu desa dengan kriteria bahwa di desa tersebut terdapat usahatani pola rotasi
(40)
jagung-padi-ka-commit to user
cang tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi pada lahan sawah. Desa yang dipilih adalah Desa Rejosari.
C. Metode Pemilihan Petani Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
snow ball sampling (pengambilan sampel secara bola salju) dengan kriteria
petani sampel tersebut merupakan petani yang mengusahakan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan petani yang mengusahakan usahatani pola rotasi padi-padi-padi. Metode tersebut digunakan karena data-data ten-tang petani yang mengusahakan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi tidak ada, sehingga tidak dapat disusun kerangka sampel. Teknik penentuan sampel dipilih dari dua orang (ke-tua kelompok tani), kemudian dua orang tersebut memilih petani untuk dijadi-kan sampel. Terdapat 25 petani usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang ta-nah dan 29 petani usahatani pola rotasi padi-padi-padi yang diamati pada pe-nelitian ini (Singarimbun dan Effendi, 1995).
D. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dan dikumpulkan dari wawancara langsung dengan petani sampel dan pihak-pihak terkait, menggunakan daf-tar pertanyaan/ kuesioner yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dengan cara mencatat laporan maupun dokumen yang berhubungan dengan yang akan diteliti dari instan-si terkait (BPS, Kepala Cabang Dinas Pertanian, serta instaninstan-si terkait
lain-nya dari berbagai media online selain dari berbagai buku dan literatur yang
berkaitan dengan penelitian ini).
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Observasi yaitu metode pengambilan data dengan melakukan
pe-ngamatan langsung terhadap obyek yang akan diteliti.
2. Metode Wawancara yaitu metode pengambilan data dengan melakukan
wawancara langsung dengan petani sampel menggunakan daftar pertanya-an/ kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
(41)
commit to user
3. Metode Pencatatan yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan
pencatatan dari segala sumber yang berkaitan dengan penelitian.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah :
1. Untuk mengetahui pendapatan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang
tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi adalah sebagai berikut :
PdU = Pr U – BM = H x Y – BM
Keterangan rumus pendapatan usahatani :
PdU : pendapatan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usaha-tani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
PrU : penerimaan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usaha-tani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
BM : biaya mengusahakan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
H : harga produksi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Kg).
Y : hasil produksi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/
usa-hatani pola rotasi padi-padi-padi (Kg). (Hadisapoetra, 1973).
2. Untuk mengetahui nilai efisiensi pada usahatani pola rotasi
jagung-padi-kacang tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi digunakan rumus
Revenue Cost Ratio sebagai berikut :
R/C Ratio =
Bu Pr
R/C Ratio : efisiensi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/
usa-hatani pola rotasi padi-padi-padi.
Keterangan rumus R/C Ratio di atas sebagai berikut :
Pr : besarnya penerimaan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
(42)
commit to user
Bu : besarnya biaya usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah/ usa-hatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
Keterangan kriteria dari rumus R/C Ratio di atas sebagai berikut :
Jika R/C > 1, berarti bahwa usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang
ta-nah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi efisien.
Jika R/C ≤ 1, berarti bahwa usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang
ta-nah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi tidak efisien. (Soekartawi, 2001).
3. Untuk mengetahui kemanfaatan ekonomi pada usahatani pola rotasi
ja-gung-padi-kacang tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi
diguna-kan rumus analisis Increamental Benefit Cost Ratio (B/C) sebagai berikut :
Increamental B/C Ratio =
Bu
∆ ∆Pr
Increamental B/C Ratio : manfaat ekonomi usahatani pola rotasi
jagung-kacang tanah/ usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
Keterangan rumus analisis Increamental Benefit Cost Ratio di atas :
∆Pr : selisih antara penerimaan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan penerimaan usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
∆bu : selisih antara biaya usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah
dengan biaya usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp/ Ha/ Th).
Keterangan kriteria dari rumus analisis Increamental Benefit Cost Ratio di
atas sebagai berikut :
a) Increamental B/C Ratio > 1, berarti bahwa usahatani pola rotasi
ja-gung-padi-kacang tanah bermanfaat dibandingkan dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
b) Increamental B/C Ratio ≤ 1, berarti bahwa usahatani pola rotasi
ja-gung-padi-kacang tanah tidak bermanfaat dibandingkan dengan usaha-tani pola rotasi padi-padi-padi.
(43)
commit to user
4. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pendapatan dan efisiensi antara
usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rota-si padi-padi-padi, maka dilakukan uji t. Rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut :
t hitung =
⎣
⎦
(
)
(
)
(
++)
−− ⎢⎣⎡ + ⎥⎦⎤ −−
2 1 2
1
2 2 2 2 1 1
2 1
1 1 2
1 1
n n n
n
S n S n
X X
Keterangan rumus t hitung pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi sebagai berikut :
1
x : rata-rata pendapatan/ efisiensi usahatani pola rotasi
jagung-padi-ka-cang tanah.
2
x : rata-rata pendapatan/ efisiensi usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
S12 : varian pendapatan/ efisiensi pada usahatani pola rotasi
jagung-padi-kacang tanah.
S22 : varian pendapatan/ efisiensi pada usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
n1 : jumlah petani sampel usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah. n2 : jumlah petani sampel usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
Keterangan kriteria dari uji t untuk mengetahui perbedaan pendapatan atau efisiensi antara usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi adalah sebagai berikut :
a) Jika t hitung > t Tabel, maka Ha diterima, berarti ada perbedaan; jadi
pen-dapatan/ efisiensi usahatani pola rotasi papapadi lebih besar di-bandingkan pendapatan/ efisiensi usahatani pola rotasi jagung-padi-ka-cang tanah.
b) Jika t hitung ≤ t Tabel, maka Ha ditolak, berarti tidak ada perbedaan; jadi
tidak ada perbedaan antara pendapatan/ efisiensi usahatani pola rotasi padi-padi-padi dengan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah. (Usman dan Purnomo, 2003).
(44)
commit to user
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografi
1. Letak dan Batas Wilayah
Kabupaten Sukoharjo secara geografis daerahnya terletak pada ba-gian ujung sebelah Timur 110 57’ 33.70” LS, baba-gian ujung sebelah Barat 110 42’ 6.79” LS, bagian ujung sebelah Utara 7 32’ 17.00” BT, bagian ujung sebelah Selatan 7 49’ 32.00” BT. Kabupaten Sukoharjo secara admi-nistrasi terbagi 12 kecamatan yang terdiri dari 167 desa/ kelurahan. Luas wilayah Kabupaten Sukoharjo tercatat 46.666 Ha. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Polokarto seluas 6.218 Ha, sedangkan kecamatan ter-kecil adalah Kecamatan Kartasura seluas 1.923 Ha. Batas-batas wilayah Kabupaten Sukoharjo sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Surakarta Kabupaten Karanganyar Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar
Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY) Kabupaten Wonogiri
Sebelah Barat : Kabupaten Boyolali
Kabupaten Klaten
Topografi Kabupaten Sukoharjo terletak pada ketinggian antara 89-125 meter (m) di atas permukaan air laut (dpl), dengan penggolongan :
a) Ketinggian 89-105 m dpl, meliputi Kecamatan : Grogol, Sukoharjo,
Tawangsari, Nguter, Mojolaban, Baki.
b) Ketinggian 107-125 m dpl, meliputi Kecamatan : Weru, Bulu,
Bendo-sari, Gatak, Kartasura, Polokarto.
Kecamatan Polokarto sebagai daerah sampel penelitian, merupakan salah satu kecamatan yang terletak di Kabupaten Sukoharjo. Kecamatan Polokarto terletak di dataran tinggi (berbukit), dengan tinggi 125 m dpl. Kecamatan Polokarto mempunyai batas-batas wilayah :
Sebelah Utara : Kecamatan Mojolaban
(45)
commit to user
Sebelah Timur : Kabupaten Karanganyar Sebelah Selatan : Kecamatan Bendosari
Sebelah Barat : Kecamatan Grogol
Jarak dari Barat ke Timur kurang lebih (±) 20 Km, jarak dari Utara ke Se-latan kurang lebih (±) 8 Km, dan jarak dari Ibukota Kecamatan Polokarto ke Kabupaten Sukoharjo kurang lebih (±) 14 Km.
Berdasarkan penggolongan di atas, diketahui bahwa seluruh keca-matan di Kabupaten Sukoharjo, lokasinya ideal untuk budidaya tanaman :
a) Jagung
Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 meter dari per-mukaan air laut dapat berproduksi dengan baik (AAK, 1993).
b) Padi
Daerah antara 0-650 meter dengan suhu antara 26,5°C-22,5°C terma-suk 96 % dari luas tanah di Jawa, cocok untuk tanaman padi.
(AAK, 1990).
c) Kacang tanah
Di Indonesia pada umumnya kacang tanah ditanam di daerah dataran rendah dengan ketinggian maksimal 1.000 m dpl. Daerah yang paling cocok untuk tanaman kacang sebenarnya adalah daerah dataran dengan ketinggian 0-500 m dpl (AAK, 1989).
Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Polokarto mempunyai ketinggian kurang dari 500 m dpl, keadaan daerah tersebut tidak lembab dan tana-mannya mendapat zat perangsang tumbuh lebih banyak karena mempero-leh pancaran energi panas matahari, sehingga Kecamatan Polokarto mem-punyai potensi yang bagus untuk dijadikan tempat budidaya tanaman ja-gung, padi, dan kacang tanah.
2. Keadaan Iklim
Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama, minimal 30 tahun sifatnya tetap. Cuaca merupakan keadaan atmosfir pada waktu tertentu yang sifatnya berubah-ubah setiap waktu. Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen ekosistem alam, sehingga
(46)
kehidu-commit to user
pan baik manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan tidak terlepas dari penga-ruh keadaan atmosfir. Iklim suatu daerah dipengapenga-ruhi oleh faktor-faktor : curah hujan, suhu, kelembaban udara, angin, tekanan udara, dan ketinggi-an tempat (Kartasapoetra dketinggi-an Sutedjo, 1991).
Kondisi iklim suatu daerah dapat diketahui dengan menggunakan metode Schmidth-Ferguson yaitu dengan membagi rata-rata jumlah bulan kering (BK) dengan rata-rata bulan basah (BB) selama 10 tahun. Berdasar-kan hasil perhitungan pada Lampiran 1 dapat diketahui nilai Q Kabupaten Sukoharjo sebesar 76,56 %, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
Ka-bupaten Sukoharjo memiliki iklim tipe D (60,0 % ≤ Q < 100 %), yang
merupakan daerah sedang, maka daerah ini cocok untuk usahatani yang pengairannya mengandalkan air hujan pada musim penghujan dan pada musim kemarau pengairannya mengandalkan dengan sistem pompanisasi.
3. Luas Wilayah dan Tataguna Lahan
Kabupaten Sukoharjo pada tahun 2007 dan 2008 memiliki luas lahan 46.666 Ha, penggunaan lahan tersebut dapat dirinci dengan perincian pada Tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan di Kabupaten Sukoharjo Pada Tahun 2007 dan 2008
No. Tata Guna Lahan Kabupaten Sukoharjo
2007
Kabupaten Sukoharjo 2008
Luas (Ha) Persentase (%) Luas (Ha) Persentase (%)
1.
2.
Lahan Sawah a.Irigasi teknis
b.Irigasi setengah teknis c.Irigasi sederhana d.Tadah hujan Lahan Bukan Sawah a.Pekarangan b.Tegal/ kebun
c.Ditanami pohon/ hutan rakyat d.Tambak/ Kolam/ Empang e.Hutan negara
f.Perkebunan Negara g.Lainnya 21.111 14.813 1.897 1.937 2.464 25.555 16.074 4.593 1.021 54 1.098 - 2.715 45,24 31,74 4,07 4,15 5,28 54,76 34,44 9,84 2,19 0,12 2,35 - 5,82 21.121 14.823 1.897 1.937 2.464 25.545 16.087 4.563 1.021 54 390 708 2.722 45,26 31,76 4,07 4,15 5,28 54,74 34,47 9,78 2,19 0,12 0,84 1,51 5,83
Jumlah 46.666 100 46.666 100
(1)
padi, kacang tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi dibeli dari to-ko saprodi; sedangkan benih kacang tanah pada usahatani pola rotasi ja-gung, padi, kacang tanah dibeli dari pasar tradisional. Benih jaja-gung, padi, dan kacang tanah yang digunakan petani responden dalam penelitian ini mempunyai jenis dan varietas sebagai berikut : [1] benih jagung jenis hibri-da dengan varietas BISI-2; [2] benih padi jenis hibrida dengan varietas IR-64; [3] benih kacang tanah jenis Wose Keriting dengan varietas lokal.
Pupuk yang digunakan oleh petani usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan petani usahatani pola rotasi padi-padi-padi pada lahan sawah adalah pupuk organik dan pupuk anorganik (kimia). Pupuk organik yang digunakan adalah pupuk Kandang dan pupuk Kompos, sedangkan pupuk anorganik (kimia) yang digunakan terdiri dari pupuk padat berupa Urea, Za, TSP (SP-36), KCL, Ponska, Mesh, Daun Buah (Nitrogen 46 %), dan pupuk cair berupa Gemari dan Trobos.
Pupuk Kandang yang digunakan petani kedua pola rotasi tersebut merupakan pupuk yang berasal dari kotoran ternak sapi, kotoran ternak kambing, dan kotoran ternak ayam. Harga pupuk Kandang sebesar Rp 2.500,00 per 30 Kg per karung. Pupuk Kandang banyak mengandung un-sur fosfor, nitrogen, dan kalium yang berfungsi untuk memperbaiki kondi-si tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman jagung, padi, dan kacang tanah. Pupuk Kompos yang digunakan petani usahatani pola rotasi padi-padi-padi dibuat dari jerami sisa panen padi. Kompos jerami memiliki po-tensi hara yang sangat tinggi dengan hasil analisa C (35,11 %), N (1,86 %), P2O5 (0,21 %), K2O (5,35 %), H2O (55 %). Harga dari pupuk Kompos
sebesar Rp 1.500,00 per 25 Kg per karung.
Pupuk Urea mengandung unsur N (Nitrogen) yang berfungsi untuk merangsang pertunasan, meningkatkan pertumbuhan vegetatif, dan dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara lainnya. Pupuk ZA merupakan pupuk kimia, yang dirancang guna memberi tamba-han zat hara Nitrogen (21 %) dan belerang (24 %) bagi tanaman, berpoten-si menurunkan pH tanah pada tanah sawah setelah digunakan budidaya
(2)
ta-commit to user
naman padi. Pupuk TSP (SP-36) dengan kandungan unsur fosfor (P) ber-fungsi untuk membantu pertumbuhan akar tanaman dan pembentukan um-bi pada tanaman kacang tanah. Pupuk Ponska (pupuk NPK dengan dosis N (Nitrogen) 15 %, P2O5 (Fosfat) 15 %, K2O (Kalium) 15 %, S (sulfur) 10
%) merupakan pupuk majemuk yang berfungsi untuk pertumbuhan akar tanaman muda, membantu asimilasi dan pernapasan serta mempercepat pembungaan, pemasakan biji dan buah. Pupuk Mesh (dolomit atau kaptan (kapur pertanian)) mengandung unsur Ca (Kalsium) merupakan zat hara yang paling menentukan tingkat kebernasan polong kacang tanah. Pupuk Gemari dan pupuk Trobos berfungsi untuk pembentukan bunga pada saat bunga tumbuh, agar mempercepat pembentukan buah.
Pestisida yang digunakan petani sangat bervariasi, sebab setiap peta-ni mempunyai kemantapan masing-masing dalam memilih pestisida orga-nik dan pestisida anorgaorga-nik untuk mencegah dan memberantas hama dan atau penyakit pada tanaman jagung, padi, dan kacang tanah pada usahatani pola rotasi jagung-kacang tanah maupun usahatani pola rotasi padi-padi-padi. Pestisida merupakan zat (senyawa) yang umumnya bersifat ra-cun, digunakan untuk membasmi dan mengendalikan hama pengganggu tanaman seperti serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tana-man (jamur, bakteria dan virus), nematoda (bentuknya seperti cacing de-ngan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang di-anggap merugikan. Tujuan penggunaan pestisida pada umumnya dibagi menjadi beberapa jenis yaitu insektisida (pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat serangga pengganggu tanaman), fungisida (pestisida yang secara spesifik membunuh atau menghambat cendawan/ jamur penyebab penyakit), herbisida (zat atau senyawa yang disebarkan pada lahan pertanian untuk memberantas tumbuhan pengganggu). Pestisi-da organik yang dipakai dengan tujuan membasmi serangga (insektisiPestisi-da organik) berupa urin sapi yang dipakai oleh petani usahatani padi pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah maupun usahatani pola ro-tasi padi-padi-padi.
(3)
Seluruh tenaga kerja yang digunakan dari pengolahan tanah hingga panen pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah maupun pada usahatani pola rotasi padi-padi-padi adalah tenaga kerja keluarga dan tena-ga kerja luar. Pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah seba-gian besar merupakan tenaga kerja luar (50,46 %) dan sebaseba-gian kecil tena-ga kerja keluartena-ga (49,54 %), hal ini berbeda dentena-gan usahatani pola rotasi padi-padi-padi yang sebagian kecil merupakan tenaga kerja luar (40,29 %) dan sebagian besar tenaga kerja keluarga (59,71 %).
Pengeluaran lain-lain dalam penelitian ini terdiri dari biaya penggu-naan bahan bakar diesel (pengairan), biaya penggupenggu-naan bahan bakar pe-ngangkutan panen, biaya penggunaan bahan bakar tlaser, biaya penggu-naan alat-alat pertanian, biaya penggupenggu-naan pajak tanah sawah, biaya peng-gunaan pengangkutan pupuk, biaya pengpeng-gunaan selametan, biaya penggu-naan sewa diesel, biaya penggupenggu-naan sewa tlaser, dan biaya penggupenggu-naan sewa traktor.
2. Biaya Usahatani
Biaya usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah maupun pada usahatani pola rotasi padi-padi-padi adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan meliputi biaya penggunaan sarana produksi, biaya penggunaan tenaga kerja (mem-perhitungkan upah tenaga kerja keluarga yang disesuaikan dengan upah tenaga kerja luar yang ditentukan petani yang menggunakan tenaga kerja luar), dan biaya pengeluaran lain-lain.
Pada biaya penggunaan tenaga kerja, upah tenaga kerja laki-laki le-bih tinggi dibandingkan upah tenaga kerja wanita. Besarnya upah disesuai-kan dengan jenis pekerjaan yang dilakudisesuai-kan. Pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dan usahatani pola rotasi padi-padi-padi, upah harian tenaga kerja laki-laki sekitar Rp 10.000,00-Rp 40.000,00, sedang-kan upah harian tenaga kerja wanita adalah Rp 10.000,00-Rp 30.000,00.
Rata-rata letak lahan sawah petani usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah maupun petani usahatani pola rotasi padi-padi-padi dekat
(4)
de-commit to user
ngan rumah petani itu sendiri dan dekat jalan raya, namun kadang petani menggunakan kendaraan guna mengangkut pupuk dan mengangkut hasil panen, menyebabkan adanya tambahan biaya mengangkut pupuk dan bi-aya mengangkut hasil panen. Besarnya upah pengangkutan pupuk meng-gunakan truk atau pick up untuk satu kali pengangkutan sampai selesai se-besar Rp 20.000,00-Rp 50.000,00. Sedangkan se-besarnya pajak tanah sawah berdasarkan ketentuan pemerintah daerah setempat memandang ekonomi rumah tangga petani. Penyusutan alat pertanian dikenakan pada alat-alat pertanian yang digunakan di setiap kegiatan usahatani pola rotasi ja-gung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi dalam satu tahun. Biaya penyusutan dihitung dari nilai awal dikurangi nilai akhir, kemudian dibagi dengan umur ekonomis alat tersebut. Nilai akhir alat ter-sebut diperkirakan sama dengan nol.
Berdasarkan hasil uji statistika dengan uji t, nilai t hitung rata-rata
bi-aya mengusahakan dari usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah de-ngan usahatani pola rotasi padi-padi-padi lebih besar dari (>) t Tabel. Berarti
ada perbedaan rata-rata biaya mengusahakan antara usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi. Jadi, rata-rata biaya mengusahakan pada usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp 32.133.117,24/ Ha/ Th) lebih besar dibandingkan rata-rata biaya mengusahakan pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah (Rp 22.620.990,51/ Ha/ Th).
3. Pendapatan dan Efisiensi Usahatani
Pada usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah, rata-rata pene-rimaan usahatani sebesar Rp 27.263.030,18/ Ha/ Th dengan rata-rata biaya mengusahakan sebesar Rp 22.620.990,51/ Ha/ Th, maka rata-rata penda-patan sebesar Rp 4.642.039,66/ Ha/ Th. Sedangkan pada usahatani pola rotasi padi-padi-padi, rata-rata penerimaan sebesar Rp 37.576.415,92/ Ha/ Th dengan rata-rata biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 32.133.117,24/ Ha/ Th, maka rata-rata pendapatan sebesar Rp 5.443.298,69/ Ha/ Th.
(5)
Hipotesis (Ha) yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa dapatan usahatani pola rotasi padi-padi-padi lebih besar dibandingkan pen-dapatan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah, namun hasil sta-tistik uji t diperoleh nilai t hitung (-0,305) kurang dari sama dengan nilai t Tabel (2,007, dengan α = 0,05 dan dk = 52), berarti tidak ada perbedaan,
se-hingga hipotesis (Ha) yang diajukan ditolak. Jadi, rata-rata pendapatan usahatani pola rotasi padi-padi-padi sebesar Rp 5.443.298,69/ Ha/ Th sama dengan rarata pendapatan usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang ta-nah sebesar Rp 4.642.039,66/ Ha/ Th.
Efisiensi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah maupun efisiensi usahatani pola rotasi padi-padi-padi dapat diketahui mengguna-kan R/C ratio. Usahatani dikatamengguna-kan efisien jika setiap penerimaan yang di-terima oleh petani, mampu menutup seluruh biaya yang dikeluarkan (biaya mengusahakan) dari usahatani tersebut. Berdasarkan uji statistik dengan uji t diketahui bahwa nilai t hitung (0,411) kurang dari sama dengan t Tabel
(2,007), berarti tidak ada perbedaan, sehingga hipotesis (Ha) bahwa efisi-ensi usahatani pola rotasi padi-padi-padi lebih besar dibandingkan efisiefisi-ensi usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah yang diajukan ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa nilai efisiensi (R/C ratio = 1,17) usahatani pola rotasi padi-padi-padi sama dengan nilai efisiensi (R/C ratio = 1,21) usaha-tani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah.
Penilaian kemanfaatan (Increamental B/C Ratio) tidak dilakukan, ka-rena tidak ada perbedaan (sama) rata-rata pendapatan dan nilai efisiensi antara usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
(6)
commit to user
74
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini, tentang analisis perbedaan pendapatan antara usahatani pola rotasi jagung-padi-kacang tanah dengan usahatani pola rotasi padi-padi-padi pada lahan sawah di Kabupaten Sukoharjo, dapat diambil kesimpulan bahwa :
1.Rata-rata pendapatan yang diperoleh usahatani pola rotasi
jagung-padi-kacang tanah (Rp 4.642.039,66/ Ha/ Th) sama dengan rata-rata pendapatan yang diperoleh usahatani pola rotasi padi-padi-padi (Rp 5.443.298,69/ Ha/ Th).
2.Nilai efisiensi (R/C ratio = 1,21) pada usahatani pola rotasi
jagung-padi-kacang tanah sama dengan nilai efisiensi (R/C ratio = 1,17) pada usahatani pola rotasi padi-padi-padi.
B. Saran
Saran yang dapat penulis kemukakan :
Berdasarkan hasil penelitian ini, bahwa salah satu alternatif untuk mem-perbaiki ekosistem lahan sawah, petani bisa mengusahakan usahatani pola ro-tasi jagung-padi-kacang tanah, karena selain dapat memperbaiki kesuburan tanah dan menekan populasi hama pada lahan sawah yang digarap, disamping itu ternyata biaya yang dikeluarkan lebih rendah dibandingkan dengan biaya jika mengusahakan usahatani pola rotasi padi-padi-padi pada lahan sawah.