Penentuan Tingkat Konsumsi Pengembangan Petunjuk Pelaksanaan Survei Sampling Cemaran

24

4.1.3. Penentuan Tingkat Konsumsi

Tingkat atau jumlah konsumsi didasarkan pada data konsumsi masyarakat Indonesia seperti data SUSENAS yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik BPS. Data SUSENAS yang digunakan sebagai acuan sebaiknya adalah data hasil survei pada tahun yang bersangkutan pada saat dilakukan kajian risiko atau 1 tahun sebelumnya. Jika sumber data konsumsi berasal dari beberapa sumber yang berbeda, maka satuan dari data tersebut harus disamakan sesuai data SUSENAS yaitu kg perkapita minggu. Data konsumsi digunakan untuk mengetahui jumlah asupan pangan untuk masing-masing individu. Dari data tersebut, dapat dilihat seberapa sering seseorang mengkonsumsi pangan yang diduga tercemar bakteri tertentu. Data konsumsi yang digunakan pada penentuan prioritas ini adalah data SUSENAS tahun 2011, lebih jelas tercantum dalam Tabel 11. Pengkelasan terhadap data konsumsi dilakukan dengan metode statistika dengan melihat sebarannya. Penyeragaman satuan data dibutuhkan agar tingkat konsumsi suatu jenis produk dapat dibandingkan dengan produk lain. Untuk itu, data takaran saji dibutuhkan sebagai acuan dalam penyeragaman satuan tersebut. Hasil dari pengkelasan ini menunjukkan bahwa telur ayam, daging ayam, dan nasi putih menempati tingkat konsumsi sangat tinggi sedangkan daging sapi menempati tingkat konsumsi rendah. Tabel 11. Klasifikasi takaran saji dan jumlah konsumsi beberapa produk pangan Produk Takaran Saji Warsitaningsih 2010 Konsumsi BPS 2011 Jumlah per oranghari Jumlah Konsumsi perkapitaminggu Satuan Tingkat Skor Nasi putih 200 gr 0.179 Porsi Sangat Tinggi 10 0.090 Kg Daging sapi 100 gr 0.008 Kg Sangat Rendah 1 Susu pasteurisasi UHT susu murni + susu cair pabrik 250 ml 0.008 L Sangat Rendah 1 0.009 Kg Jagung basah dengan kulit + pipilan 50 gr 0.035 Kg Tinggi 7 Daging ayam ras + kampung 200 gr 0.082 Kg Sangat Tinggi 10 Telur ayam ras + kampung 50 gr 0.199 Kg Sangat Tinggi 10 Udang segar beku 50 gr 0.012 Kg Rendah 3 AMDK 250 ml 0.051 Kg Sangat Tinggi 10 Gorengan 50 gr 0.194 Kg Sangat Tinggi 10 Minuman teh seduhan 250 ml 0.001 Kg Sangat Rendah 1 Kacang tanah 70-80 gr 0.008 Kg Rendah 3 Ikan segar 100 gr 0.227 Kg Sangat Tinggi 10 Crustacea udang, kepiting 50 gr 0.012 Kg Rendah 3 Mollusca kerang 50 gr 0.005 Kg Sangat Rendah 1 Sama halnya dengan klasifikasi tingkat keparahan, jumlah pengelompokan tingkat konsumsi juga dilakukan dengan simulasi terlebih dahulu. Namun ada perbedaan antara penetapan tingkat konsumsi dengan tingkat keparahan. Tingkat keparahan suatu bahaya memiliki nilai yang relatif konstan dalam kurun waktu yang lama sedangkan tingkat konsumsi memiliki nilai yang lebih elastis setiap waktu. Untuk itu, klasifikasi tingkat konsumsi ini dilakukan dengan menggunakan metode statistika pengkelasan. Hasil dari penghitungan statistik untuk data SUSENAS 2011 menghasilkan klasifikasi tingkat konsumsi dapat dilihat pada Tabel 12. 25 Tabel 12. Klasifikasi tingkat konsumsi berdasarkan interval kelasnya. Interval kelas perkapitakgminggu Tingkat Skor 0.010 Sangat Rendah 1 0.010 – 0.021 Rendah 3 0.022 – 0.032 Sedang 5 0.033 – 0.043 Tinggi 7 0.043 Sangat Tinggi 10 Dengan demikian, hasilnya dapat lebih valid dan akurat. Contoh perhitungan dan pengkelasan secara lengkap terdapat pada Lampiran 4.

4.1.4. Penentuan Nilai Prevalensi