koefisien korelasi r sebesar 0,9569 n = 10, hal ini menandakan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara panjang total ikan dengan tinggi tubuh ikan
kembung perempuan. Keeratan hubungan ini membuktikan bahwa panjang ikan mempengaruhi tinggi tubuh ikan kembung perempuan.
Gambar 5. Hubungan panjang dengan tinggi tubuh ikan kembung perempuan R. brachysoma
di perairan Teluk Jakarta
Nelayan Kalibaru menangkap ikan kembung perempuan dengan menggunakan alat tangkap payang. Ukuran mata jaring yang digunakan ialah
sebesar 1,5 inchi pada kantong dan 3 inchi pada bukaan mulut. Namun ukuran mata jaring tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan karena masih
tertangkapnya ikan kembung perempuan yang berukuran kecil dan yang pertama kali matang gonad sehingga perbesaran ukuran mata jaring perlu dilakukan agar
ikan-ikan yang berukuran kecil dan yang pertama kali matang gonad tidak ikut tertangkap.
4.4. Faktor Kondisi
Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokan ikan dalam bentuk angka Royce 1972. Nilai faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik
dari ikan dengan melihat segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup survival dan reproduksi Effendie 1997.
y = 0,3682x ‐ 17,016
r = 0,9569
10 20
30 40
50 60
160 170
180 190
200
tinggi tubuh
mm
panjang mm
Gambar 6. Faktor kondisi rata-rata ikan kembung perempuan R. brachysoma a jantan dan b betina pada setiap selang kelas panjang di perairan
Teluk Jakarta
Ikan memiliki kemampuan yang berbeda dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan pada setiap ukuran panjang, selain itu ketersediaan
makanan di perairan juga mempengaruhi nilai faktor kondisi Effendie 1997. Berdasarkan Gambar 6, Terlihat bahwa nilai faktor kondisi ikan jantan maupun
betina berfluktuasi terhadap selang kelas panjang. Nilai tertinggi faktor kondisi rata-rata baik ikan jantan maupun betina berada pada selang kelas ukuran 151 –
157mm. Nilai faktor kondisi rata-rata cenderung menurun ketika ukuran ikan semakin panjang, sesuai dengan pernyataan Pantulu 1963 in Effendie 1997
bahwa faktor kondisi relative berfluktuasi terhadap ukuran ikan, ikan yang berukuran kecil mempunyai kondisi relative yang tinggi kemudian menurun
ketika ikan bertambah besar. Keadaan menurunnya faktor kondisi pada ikan kembung perempuan Rastrelliger brachysoma dapat dikarenakan adanya
perubahan lingkungan akibat ruaya ikan yaitu dari perairan pantai ke perairan laut untuk memijah. Selain itu, penurunan faktor kondisi pada selang kelas panjang
200 – 206mm pada ikan jantan maupun betina karena ikan pada ukuran tersebut telah selesai melakukan proses pemijahan.
Nilai faktor kondisi rata-rata ikan jantan pada setiap kelas ukuran panjang berkisar antara 1,0711 – 1,4169, sedangkan pada ikan betina berkisar antara
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
1.2 1.4
1.6
151 ‐157
158 ‐164
165 ‐171
172 ‐178
179 ‐185
186 ‐192
193 ‐199
200 ‐206
207 ‐213
Faktor Kondisi
Rata ‐rata
Selang Kelas Panjang mm
a
0.0 0.2
0.4 0.6
0.8 1.0
1.2 1.4
1.6 1.8
151 ‐157
158 ‐164
165 ‐171
172 ‐178
179 ‐185
186 ‐192
193 ‐199
200 ‐206
207 ‐213
Faktor Kondisi
Rata ‐rata
Selang Kelas Panjang mm
b
1,2245 – 1,4334. Secara keseluruhan, kisaran nilai faktor kondisi betina lebih besar daripada ikan jantan. Hal ini diduga bahwa ikan betina memiliki kondisi
lebih baik saat mengisi gonadnya dengan cell sex dalam proses reproduksi dibandingkan dengan ikan jantan Effendie 1997.
Gambar 7. Faktor kondisi rata-rata ikan kembung perempuan R. brachysoma a jantan dan b betina pada setiap tingkat kematangan gonad di perairan
Teluk Jakarta
Berdasarkan Gambar 7, terlihat bahwa faktor kondisi mengalami fluktuasi pada setiap tingkat kematangan gonad ikan kembung perempuan. Nilai faktor
kondisi rata-rata tertinggi ikan kembung perempuan jantan maupun betina yaitu pada TKG I sebesar 1,3352 pada ikan jantan dan 1,4280 pada ikan betina.
Kemudian faktor kondisi rata-rata menurun ketika tingkat kematangan gonad mengalami kenaikan TKG II dan III, faktor kondisi ikan akan menurun pada
saat makanan berkurang jumlahnya sehingga ikan menggunakan cadangan lemaknya sebagai sumber energi selama proses pematangan gonad. Namun pada
saat TKG IV faktor kondisi mengalami sedikit kenaikan hal ini dikarenakan pengaruh kematangan gonad ikan yang tinggi.
Berdasarkan Gambar 8, faktor kondisi baik jantan maupun betina mengalami fluktuasi pada tiap waktu penelitian. Nilai faktor kondisi rata-rata pada
setiap bulannya berkisar antara 1,2777 – 1,3443 untuk ikan jantan dan 1,2999 – 1,3882 untuk ikan betina.
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0
I II
III IV
Faktor kondisi
rata ‐rata
Tingkat Kematangan Gonad
a
0.0 0.5
1.0 1.5
2.0
I II
III IV
Faktor kondisi
rata ‐rata
Tingkat Kematangan Gonad
b
Gambar 8. Faktor kondisi rata-rata ikan kembung perempuan R. brachysoma a jantan dan b betina pada setiap waktu di perairan Teluk Jakarta
Nilai faktor kondisi ikan jantan dan betina hampir memiliki pola yang sama. Faktor kondisi ikan jantan maupun betina cenderung menurun pada bulan Agustus
dan Oktober dan meningkat pada bulan September dan November. Pada bulan Agustus dan Oktober diduga ikan kembung perempuan telah mengalami
kematangan gonad yang tinggi dan sedang mengalami musim pemijahan sehingga memerlukan pemanfaatan energi untuk bergerak migrasi dan beradaptasi dengan
lingkungan pemijahan yaitu laut lepas. Oleh karena itu, ikan cenderung beradaptasi dengan lingkungan dan mengakibatkan kondisi tubuh ikan yang
semakin menurun. Faktor kondisi meningkat kembali pada bulan September, diduga ikan telah
mampu beradaptasi terhadap lingkungan dan mendapatkan asupan makanan yang cukup untuk tumbuh dan perkembangan gonad. Peningkatan faktor kondisi
disebabkan oleh perkembangan gonad yang akan mencapai puncaknya sebelum terjadi pemijahan Pantulu 1963 in Effendie 1997.
4.5. Nisbah Kelamin