Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
satunya adalah memberikan ”roh” atau semangat keberagaman pada manajemen
yang digunakan dalam berbagai instansi pemerintah maupun swasta, organisasi, lembaga, perusahaan maupun individu dalam mengelola kehidupan agar lebih
baik dan maju.
11
Indonesia sebagaimana negara-negara lain tidak dapat melepaskan dirinya dari peran serta agama dalam mengelola negara begitu juga sebaliknya.
12
Jika prinsip utama Islam diletakkan sebagai bagian dari kerangka makro, yakni
institusi sosial sebagai proses kebudayaan, maka pertama-tama yang perlu disadari adalah institusi sosial tidak mungkin mengisolasikan diri dari
perkembangan dan transformasi sosial, kultural, maupun struktural.
13
Di Negara Kesatuan Republik Indonesia, ketentuan mengenai zakat diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Lahirnya Undang-Undang ini, berawal dari niat baik untuk memperbaiki praktik pengelolaan zakat di Indonesia yang sebelumnya diatur oleh Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999. UU Pengelolaan Zakat ini mendorong ke arah modernisasi dan maksimalisasi kemanfaatan zakat, sekaligus melakukan kontrol
terhadap akuntabilitas lembaga amil zakat.
14
Sebagai organisasi pengelola zakat haruslah mengedepankan keadilan dan kemanusiaan, agar tercapai tujuan dari dibentuknya lembaga ini. Pada prinsipnya
11
Kamaludin, dkk, Etika Manajemen Islam, Bandung; Pustaka Setia, 2010, h. 18-19
12
Feri Amsari, “Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Pemenuhan Tujuan Hukum dalam kasus sekte al-
Qiyadah”, Jurnal Yudisal, no. 2 Agustus 2010, h. 98
13
Said Agil Husin Al-Munawar, Hukum Islam dan Pluralitas Sosial, Jakarta; Penamadani, 2004, h. 201
14
Menjaga Tradisi Filantropi Islam, Majalah Konstitusi No. 81 Mahkamah Konstitusi; November 2013, h. 3
semua yang dibentuk oleh Pemerintah bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat namun sering kali implikasinya tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan Keadilan dan Kemanusiaan itu termasuk ungkapan yang ada dan diterima
oleh semua agama, bahkan menjadi doktrin fundamental dari agama-agama tersebut, meskipun demikian sering terjadi perbedaan dalam pemaknaan
persepsinya dan juga pemberian visi, sesuai dengan prinsip-prinsip teologisnya. Secara umum pengertian adil mencakup pengertian : tidak berat sebelah, berpihak
kepada kebenaran obyektif, tidak sewenang-wenang. Cakupan makna ini menjadi ajaran setiap agama, menjadi paradigma dakwahnya, menjadi rujukan hubungan
sosialnya.
15
Hukum berkembang sesuai dengan kondisi yang ada sehingga tidak boleh sesuatu terlewatkan dalam hukum agar tepat dalam mengambil keputusan. Terkait
mengenai persoalan zakat yang ada saat ini dimana setelah disahkannya UU Pengelolaan Zakat, maka semua yang terkandung di dalamnya menjadi satu
kesatuan baik Muzakki, Mustahik, maupun Organisasi Pengelola Zakat. Bazis DKI Jakarta merupakan Badan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
dalam urusan pengelolaan zakat. yang memiliki kewenangan menerima, mengelola, mendistribusikan dan mendayagunakan Zakat ummat Islam yang
khususnya tinggal di daerah DKI Jakarta. Layaknya sebuah aturan tentunya mengatur ketentuan mengenai sistem atau pun prosedur yang harus dipenuhi oleh
muzakki maupun mustahik agar proses pengelolaan dan pendistribusian dapat
15
Hasan Muhammad Tholchah, Islam dalam Persfektif Sosio Cultural, Jakarta; Lantabora Press, 2000, h. 247
terlaksana. Muncul pertanyaan dapatkah Bazis DKI Jakarta mendistribusikan zakat bagi non muslim yang dikelompokkan dalam asnap muallaf.
Imam Syafi’i berkata, “Siapa pun tidak diperbolehkan membagikan zakat tanpa mengikuti apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT, hal itu jika kedelapan
kelompok mustahiq itu ada, karena hanya kelompok mustahiq yang ada yang memperoleh bagian zakat.
”
16
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan tersebut kedalam tulisan skripsi dengan judul:
“Distribusi Zakat bagi Non Muslim pada BAZIS DKI Jakarta Perspektif Hukum Islam.
”