Penentuan Profil Protein dengan Menggunakan SDS-PAGE Bollag

20 ditambahkan reagen Bradford sebanyak 2 ml. Larutan kemudian dihomogenisasi dan diistirahatkan selama 5 menit. Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer pada λ=595 nm. Blanko dibuat dengan cara mencampurkan 100 µl air destilata dengan 2 ml reagen Bradford. Pengukuran sampel dilakukan dengan mengencerkan 10 µl larutan sampel dalam 90 µl buffer fosfat 0,02M; pH 7,0 kemudian ditambahkan dengan 2 ml reagen Bradford. Langkah selanjutnya sama dengan langkah pada pembuatan kurva standar.

6. Penentuan Profil Protein dengan Menggunakan SDS-PAGE Bollag

dan Edelstein, 1991 Digunakan tiga macam larutan untuk membuat gel, yaitu larutan A, B, dan C. Larutan A dibuat dengan mencampurkan 29,2 g akrilamid dan 0,8 g bis-akrilamid. Larutan B dibuat dengan mencampurkan 75 ml Tris HCl 2M pH=8,8, 4 ml SDS 10, dan 21 ml akuabides. Larutan B digunakan sebagai buffer pada gel pemisah. Sedangkan larutan C dibuat dengan mencampurkan 50 ml Tris HCl 1M pH=6,8, 4 ml SDS 10, dan 46 ml akuabides. Larutan C digunakan sebagai buffer pada gel penahan. Buffer elektroforesis dibuat dengan mencampurkan 3 g Tris-base; 14,4 g glisin; dan 1 g SDS. Larutan kemudian ditepatkan volumenya menjadi 1L dengan menggunakan akuabides. Selanjutnya pH buffer diatur menjadi 8,3. Buffer sampel dibuat dengan mencampurkan 0,5 ml beta- merkaptoetanol; 0,2 g SDS; 2,5 ml gliserol; 0,01 g bromophenol blue 0,1; 0,60 ml Tris-HCl 1M pH=6,8; dan 10 ml akuabides. Sebanyak 100 µl sampel dilarutkan dengan 100 µl buffer sampel. Loading dilakukan dengan menggunakan sampel sebanyak 15 µl. Pembuatan gel pemisah 12,5 dilakukan dengan mencampurkan 4,167 ml larutan A; 2,500 ml larutan B; 3,333 ml akuabides; 0,100 ml APS 10; dan 0,010 ml TEMED di akhir pencampuran. Larutan kemudian dimasukkan ke dalam aparatus elektroforesis. Tutup bagian 21 atas larutan dengan akuabides untuk membuat datar permukaan gel pemisah dan mencegah kontak dengan udara. Gel penahan 4 dibuat dengan mencampurkan 0,335 ml larutan A; 0,625 ml larutan C; 1,5 ml akuabides; 0,050 ml APS 10; dan 0,010 ml TEMED di akhir pencampuran. Larutan dimasukkan ke dalam aparatus elektroforesis di atas gel pemisah. Sisir sumur segera dimasukkan. Setelah gel mengeras, sisir dikeluarkan dan kotak aparatus diisi dengan buffer elektroforesis. Elektroforesis dilakukan pada tegangan 100 volt dan arus listrik 80 mA selama 2,5 jam. Setelah selesai, gel diwarnai dengan menggunakan pewarnaan silver staining. Pewarnaan ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahapan fiksasi, pencucian dengan etanol, sensitisasi, pencucian dengan akuabides, staining, pencucian dengan akuabides, larutan developing, larutan stopping, dan pencucian dengan akuabides. 22 HASIL DAN PEMBAHASAN Bungkil kelapa merupakan hasil samping dari industri minyak kelapa, yakni daging buah kelapa yang telah diekstrak kandungan minyaknya. Dalam penelitian ini, sampel bungkil kelapa yang digunakan adalah bungkil kelapa yang didapatkan dari Jambi hasil pengepresan kopra secara mekanis dan telah mengalami ekstraksi lemak menggunakan heksana. Pengekstrakan menggunakan heksana dilakukan untuk menghilangkan sisa-sisa kandungan minyak yang masih terdapat dalam bungkil. Minyak kelapa dapat dipisahkan diekstrak langsung dari daging kelapa segar atau disebut sebagai cara basah, atau diekstrak dari daging kelapa yang terlebih dulu dikeringkan kopra yang disebut cara kering. Pengepresan kopra secara mekanis dilakukan melalui beberapa tahapan proses pemanasan Bank Indonesia, 2007. Menurut Tarwiyah 2001, minyak kelapa dapat diperoleh dengan cara menghaluskan kopra, memanaskannya hingga mencapai suhu 110 - 120 o C kemudian dilakukan pengepresan. Ampas yang dihasilkan masih banyak mengandung minyak sehingga pemanasan dan pengepresan dilakukan kembali secara berulang hingga minyak yang terkandung di dalamnya berjumlah minimal. Ampas terakhir yang diperoleh disebut sebagai bungkil kelapa copra meal.

A. Analisis Proksimat

Meskipun merupakan hasil samping dari industri minyak kelapa, bungkil kelapa memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, sekitar 18 Miskiyah et al., 2006. Oleh karena itu, saat ini bungkil kelapa banyak digunakan sebagai ingredien pangan, bahan pakan ternak, sebagai media tumbuh, dan media fermentasi setelah komponen antinutrisinya dihilangkan. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan data dasar komposisi kimia dari sampel bungkil yang digunakan, apakah telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Komposisi kimia dari bungkil kelapa yang digunakan dalam penelitian ini, dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia 1992, dapat