Penentuan Kualitas Minyak Yang Diperoleh Dari Hasil Ekstraksi Palm Kernel Expeller Dengan Pelarut N-Heksan Di PT. Palmcoco Laboratories

(1)

PENENTUAN KUALITAS MINYAK YANG DIPEROLEH DARI HASIL EKSTRAKSI PALM KERNEL EXPELLER DENGAN PELARUT N-HEKSAN

DI PT. PALMCOCO LABORATORIES

KARYA ILMIAH

MAZDALIFA ARIANI MAIDY 062401061

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(2)

PENENTUAN KUALITAS MINYAK YANG DIPEROLEH DARI HASIL EKSTRAKSI PALM KERNEL EXPELLER DENGAN PELARUT N-HEKSAN

DI PT. PALMCOCO LABORATORIES

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

MAZDALIFA ARIANI MAIDY 062401061

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2009


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KUALITAS MINYAK YANG

DIPEROLEH DARI HASIL EKSTRAKSI PALM KERNEL EXPELLER DENGAN PELARUT

N-HEKSAN DI PT. PALMCOCO LABORATORIES

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : MAZDALIFA ARIANI MAIDY

Nomor Induk Mahasiswa : 062401061

Program Studi : DIPLOMA 3 (D3) KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2009

Diketahui

Departemen KIMIA FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

DR. Rumondang Bulan Nst, M.S Drs. Johannes H Simorangkir, M.S


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KUALITAS MINYAK YANG DIPEROLEH DARI HASIL EKSTRAKSI PALM KERNEL EXPELLER DENGAN PELARUT N-HEKSAN

DI PT. PALMCOCO LABORATORIES

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

MAZDALIFA ARIANI MAIDY 062401061


(5)

PENGHARGAAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini dengan judul Penentuan Kualitas Minyak Yang Diperoleh Dari Hasil Ekstraksi Palm Kernel Expeller Dengan Pelarut n-Heksan Di PT. Palmcoco Laboratories. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini :

1. Bapak Drs. Johannes H Simonangkir M.S selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan selama ini kepada penulis.

2. Ibu DR. Rumondang Bulan Nst, MS selaku Ketua Departemen KIMIA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Zul Alkaf, B.Sc selaku pembimbing PKL yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis.

4. Quivi Vebriliani, Lya Christy Purba, dan Budi Oktari selaku kakak pembimbing PKL.

5. Seluruh dosen, karyawan/staff Program Studi D3 Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

6. Orang Tua, adik dan saudara-saudaraku tercinta yang telah memberikan dukungan kepada penulis baik material maupun spirituil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

7. Rekan-rekan mahasiswa/I Kimia Analis angkatan 2006, alumni 2004 serta adik-adik 2007 dan 2008.

8. Sahabat-sahabat Nine Ballz ku yang telah memberikan dukungan kepada penulis 9. Teman-teman PKL yang telah memberikan dorongan kepada penulis.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga karya ilmiah ini berguna bagi para pembaca dan penulis menyadari masih banyak kekurangan pada penulisan ini, penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun menuju yang lebih sempurna.


(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisis terhadap minyak hasil ekstraksi palm kernel expeller yang diperoleh dari 3 hasil ekstraksi yang berbeda. Kadar minyak inti kelapa sawit adalah 7,44 %, 8,03 %,dan 7, 67 %. Kadar asam lemak bebas adalah 33,68 %, 35,89 %, dan 34,36 %.. Bilangan iodium adalah 17,59 gram I2/100 gram, 17,64 gram I2/100 gram, dan 17,72 gram I2/100 gram. Kadar air adalah 0,18 %, 0,25 %, dan 0,22 %. Kadar kotoran adalah 0,003 %, 0,005 %, dan 0,003 %. Dari hasil penelitian masih sesuai dengan standar mutu The Malayan Edible Oil Manufactured Association (MEOMA).


(7)

DETERMINATION OF OIL QUALITY FROM

PALM KERNEL EXPELLER EXTRACTION WITH N-HEXAN SOLVENT IN PT. PALMCOCO LABORATORIES

ABSTRACT

An analytical had been conducted on palm kernel expeller oil extraction from three different extraction. Concentration of Palm Kernel Oil is 7,44 %, 8,03 %,and 7, 67 %. Concentration of free fatty acid is 33,68 %, 35,89 %, and 34,36 %. Iodine value is 17,59 gram I2/100 gram, 17,64 gram I2/100 gram, and 17,72 gram I2/100 gram. Concentration of moisture is 0,18 %, 0,25 %, and 0,22 %. Concentration of impurities is 0,003 %, 0,005 %, and 0,003 %. Based on analysis is still to fit with quality standart The Malayan Edible Oil Manufactured Association (MEOMA).


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ... i

Pernyataan ... ii

Penghargaan ... iii

Abstrak ... iv

Abstract ... v

Daftar isi ... vi

Daftar Tabel ... vii

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan... 2

1.3.Tujuan ... 3

1.4.Manfaat ... 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit ... 4

2.1.1. Sejarah Kelapa ... 7

2.1.2. Tipe-Tipe Kelapa Sawit ... 9

2.1.3. Pengolahan Kelapa Sawit ... 11

2.2. Minyak Kelapa Sawit ... 16

2.3. Minyak Inti Kelapa Sawit ... 19

2.4. Standar Mutu ... 20

2.4.1. Asam Lemak Bebas ... 22

2.4.2. Bilangan Iodium ... 23

2.4.3. Kadar Air ... 24

2.4.4. Kadar Kotoran ... 24

2.5. Minyak dan Lemak ... 25

2.5.1. Analisis Minyak dan Lemak ... 28

2.5.2. Kegunaan Minyak dan Lemak ... 29

2.5.3. Asam Lemak ... 30

BAB 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Alat ... 33

3.2. Bahan ... 34

3.3. Prosedur ... 36

3.3.1. Prosedur Pembuatan Larutan Pereaksi ... 36

3.3.2. Penyediaan Sampel ... 40

3.3.3. Prosedur Penentuan Kadar Minyak ... 40

3.3.4. Prosedur Analisa ... 41

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Percobaan ... 44


(9)

4.1.2. Kadar Asam Lemak Bebas ... 45

4.1.3. Bilangan Iodium ... 46

4.1.4. Kadar Air ... 47

4.1.5. Kadar Kotoran ... 48

4.2. Pembahasan ... 49

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 51

5.2. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Nilai sifat fisiko kimia minyak sawit dan minyak inti sawit ... 17

Tabel 2. Komposisi biji inti sawit ... 19

Tabel 3. Standart Mutu SPB dan Ordinary ... 21

Tabel 4. pengklasifikasian lemak dan minyak ... 27

berdasarkan sifat mengering Tabel 5. pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sumbernya ... 27

Tabel 6. pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan kegunaanya... 28

Tabel 7. Contoh-contoh dari asam lemak jenuh ... 31


(11)

ABSTRAK

Telah dilakukan analisis terhadap minyak hasil ekstraksi palm kernel expeller yang diperoleh dari 3 hasil ekstraksi yang berbeda. Kadar minyak inti kelapa sawit adalah 7,44 %, 8,03 %,dan 7, 67 %. Kadar asam lemak bebas adalah 33,68 %, 35,89 %, dan 34,36 %.. Bilangan iodium adalah 17,59 gram I2/100 gram, 17,64 gram I2/100 gram, dan 17,72 gram I2/100 gram. Kadar air adalah 0,18 %, 0,25 %, dan 0,22 %. Kadar kotoran adalah 0,003 %, 0,005 %, dan 0,003 %. Dari hasil penelitian masih sesuai dengan standar mutu The Malayan Edible Oil Manufactured Association (MEOMA).


(12)

DETERMINATION OF OIL QUALITY FROM

PALM KERNEL EXPELLER EXTRACTION WITH N-HEXAN SOLVENT IN PT. PALMCOCO LABORATORIES

ABSTRACT

An analytical had been conducted on palm kernel expeller oil extraction from three different extraction. Concentration of Palm Kernel Oil is 7,44 %, 8,03 %,and 7, 67 %. Concentration of free fatty acid is 33,68 %, 35,89 %, and 34,36 %. Iodine value is 17,59 gram I2/100 gram, 17,64 gram I2/100 gram, and 17,72 gram I2/100 gram. Concentration of moisture is 0,18 %, 0,25 %, and 0,22 %. Concentration of impurities is 0,003 %, 0,005 %, and 0,003 %. Based on analysis is still to fit with quality standart The Malayan Edible Oil Manufactured Association (MEOMA).


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kelapa sawit adalah tanaman yang tumbuh dengan baik didaerah beriklim tropik,. Sejak tahun 1977-1978 pemerintah Indonesia bertekad mengubah situasi tersebut dengan mengembangkan pola perkebunan rakyat. Salah satu hasil proses minyak kelapa sawit adalah minyak ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller).

Minyak inti sawit merupakan salah satu bahan baku untuk industri pangan dan non pangan, sehingga dengan demikian mutunya sangat perlu diketahui ualitasnya dan harus sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Maka perlu dilakukan suatu analisa yang bertujuan untuk mengetahui kualitas minyak inti sawit sebagai barang komoditi dalam dunia perdagangan minyak sawit.

Untuk kebutuhan bahan pangan tentunya tuntutan syarat mutu minyak inti sawit harus lebih ketat dibandingkan dengan bahan baku non pangan. Tinggi ataupun rendahnya mutu minyak inti sawit ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain sifat pohon induknya, penanganan pasca panen atau kesalahan proses dan pengangkutannya. Secra umum kita dapat menentukan kriteria mutu minyak inti sawit dengan beberapa parameter yaitu : Asam Lemak Bebas, Bilangan Iodium, Kadar Air dan Kadar Kotoran.

Apabila terdapat konsentrasi Asam Lemak Bebas yang tinggi maka akan mengakibatkan rendemen yang terdapat pada minyak kelapa sawit akan menurun sehingga dapat menurunkan kualitas dari minyak tersebut. Asam Lemak Bebas dapat terbentuk pada proses hidrolisis minyak dimana reaksi ini dipercepat dengan adanya air,


(14)

asam dan enzim – enzim yang akan menghasilkan gliserol dan Asam Lemak, oleh karena itu penentuan kadar air dan kndungan asam lemak didalam analisis minyak inti sawit merupakan bagian yang sangat penting agar kita dapat mengetahui kualitas dari minyak tersebut.

Sedangkan bilangan Iodium dapat menunjukkan derajat kejenuhan dari minyak inti sawit dan kemantapan minyak sawit harus dijaga dengan cara membuang pengotor yang terkandung didalam minyak inti sawit, dengan begitu mutu dan daya tahan minyak inti sawit akan tetap terjaga dengan baik.

1.2. Permasalahan

- Apakah kadar Asam Lemak Bebas yang berasal dari minyak hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan

- Apakah kadar Bilangan Iodin yang berasal dari minyak hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan

- Apakah kadar air yang berasal dari minyak hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan

- Apakah kadar kotoran yang berasal dari minyak hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan


(15)

1.3. Tujuan

Untuk membandingkan Hasil analisis Asam Lemak Bebas, Bilangan Iodium, Kadar Air dan Kadar Kotoran dari minyak hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) yang berasal dari tiga pengekstraksian yang berbeda.

1.4. Manfaat

- Dapat mengetahui kadar minyak dari hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller)

- Dapat mengetahui kadar Asam Lemak Bebas dari hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller)

- Dapat mengetahui kadar Bilangan Iodin dari hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller)

- Dapat mengetahui Kadar Air dari hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller)

- Dapat mengetahui Kadar Kotoran dari hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller)


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elaeis) adalah tumbuhan industri penting penghasil minyak masak, minyak industri, maupun bahan bakar keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan lama dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Indonesia akan menempati posisi pertama. D pantai timur

Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Palmae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur ini berasal dari Amerika. Brazil dipercaya sebagai tempat dimana pertama kali kelapa sawit tumbuh. Dari tempat asalnya, tanaman ini menyebar ke Afrika, Amerika Equatorial, Asia Tenggara dan Pasifik selatan. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit)

Kelapa sawit terdiri daripada du unt

Elaeis guineensis, berasal dari

kelapa sawit Amerika, Elaeis oleifera, berasal dari dar

(http://seafast.ipb.ac.id/maksi/index.php?option=com_content&task=view&id=35&Item id=25)


(17)

Kelapa sawit berbentuk beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk mendapatkan tambahan aerasi.

Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Penampilannya agak mirip dengan tanama Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan

Pokok yang matang mempunyai satu batang pokok yang tunggal dan tumbuh sehingga 20 daunnya tersusun lurus pada kedua belah tulang daun utama seolah-olah bulu mencapai 3 hingga 5 meter panjangnya. Pokok yang muda menghasilkan lebih kurang 30 daun setiap tahun, dengan pokok yang matang yang melebihi 10 tahun menghasilkan lebih kurang 20 daun. dengan tiga dari mas (perikarp), dengan biji tunggal (isirung) yang juga kaya dengan minyak. Berbanding dengan saudaranya, adalah melalui penyemaian biji-biji.

diclin) dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi


(18)

penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.

Tanaman sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi benih unggul digunakan sebagai tetua jantan.

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya.

Buah terdiri dari tiga lapisan:

• Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin. • Mesoskarp, serabut buah

• Endoskarp, cangkang pelindung inti

Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adala

Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula).

b. Syarat hidup

Habitat aslinya adalah daerah semak belukar. Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan


(19)

hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit.

(http://ms.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit)

2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia oleh pemerintah tahun 1848. Beberapa bijinya ditanam d ditanam di tepi-tepi jalan sebagai tanaman hias di 1870-an. Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan perkebunan kelapa sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenallah jenis sawit "Deli Dura".

Pada tahun 1911, kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial dengan perintisnya di Hindia Belanda adalah Adrien Hallet, seorang yang lalu diikuti oleh K. Schadt. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di Ladang Tenmaran, Kuala penanaman kelapa sawit besar-besaran baru dimulai tahun 1911.

Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosot hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940. Usaha peningkatan pada masa Republik


(20)

dilakukan dengan program Bumil (buruh-militer) yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian diambil alih Malaya (lalu

Baru semenjak er denga akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif.

Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di

Ada juga yang beranggapan bahwa kelapa sawit di Indonesia diintroduksi pertama kali oleh Kebun Raya pada tahun 1884 dari Mauritius (Afrika). Saat itu Johannes Elyas Teysmann yang menjabat sebagai Direktur Kebun Raya. Hasil introduksi ini berkembang dan merupakan induk dari perkebunan kelapa sawit di Asia Tenggara. Pohon induk ini telah mati pada 15 Oktober 1989, tapi anakannya bisa dilihat di Kebun Raya Bogor. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt seorang Jerman pada tahun 1911.

Pulau Sumatera terutama Sumatera Utara, Lampung dan Aceh merupakan pusat penanaman kelapa sawit yang pertama kali terbentuk di Indonesia, namun demikian sentra penanaman ini berkembang ke Jawa Barat (Garut selatan, Banten Selatan), Kalimantan Barat dan Timur, Riau, Jambi, Irian Jaya. Pada tahun 1995 luas perkebunan kelapa sawit adalah 2.025 juta hektar, dan diperkirakan pada tahun 2005 luas perkebunan menjadi 2.7 juta hektar dengan produksi minyak sebesar 9.9 ton/tahun.


(21)

(http://seafast.ipb.ac.id/maksi/index.php?option=com_content&task=view&id=35&Item id=25)

Pohon kelapa sawit terdiri dari dua spesies : 1. Arecacea

2. Alaeis quineensis

Kelapa sawit termasuk tumbuhan pohon. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Bunga dan buahnya berupa tandan, serta bercabang banyak. Buahnya kecil dan apabila masak, berwarna merah kehitaman . Dagingnya padat dan kulit buahnya mengandung minyak. Minyaknya itu digunakan sebagai bahan minyak goreng, sabun, dan lilin. Hampasnya dimanfaatkan untuk makanan ternak, khususnya sebagai salah satu bahan pembuatan makanan ayam. Tempurungnya digunakan sebagai bahan bakar dan arang. (http://www.slideshare.net/rahma2/nara-presentation)

2.1.2. Tipe-Tipe Kelapa Sawit

Kelapa sawit yang dibudidayakan terdiri dari dua jenis: E. guineensis dan E. oleifera. Jenis pertama adalah yang pertama kali dan terluas dibudidayakan orang. E. oleifera sekarang mulai dibudidayakan pula untuk menambah keanekaragaman sumber daya genetik.

Menurut warna buahnya E.guineensis dipecah menjadi 3 bentuk yaitu :

a. Nigrescens-warna buah lembayung (violet) sampai hitam waktu muda, berubah menjadi merah kuning (oranye) sesudah matang

b. Virescens-warna buah hijau waktu muda, menjadi merah kuning sesudah matang c. Albescens-warna buah kuning waktu muda dan pucat tembus cahaya karena


(22)

Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal 5 vrietas kelapa sawit, yaitu :

1. Dura

Tempurung cukup tebal antara 2-8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah terhadap buah bervariasi antara 35 – 50 %. Kernel biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.

2. Psifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging biji sangat tipis. Jenis psifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain.

3. Tenera

Varietas ini mempuyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Psifera. Varietas jenis inilah yang banyak ditanam diperkebunan – perkebunan. Tempurung sudah menipis, ketebalanya berkisar antara 0,5 – 4 mm dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 – 96 %.

4. Macro karya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali. 5. Diwikka-wakka

Varietas ini mempunyai cirri khas dengan adanya dua lapisan daging buah. Diwikka-wakka dapat dibedakan menjadi wakkadura,


(23)

diwikka-wakkapsifera, diwikka-wakkatenera. Dua varietas ini jarang dijumpai dan kurang begitu dikenal di Indonesia. (Tim Penulis.P.S., 2000)

2.1.3. Pengolahan Kelapa Sawit

Minyak sawit yang sekarang banyak kita temukan dipasar sebagai minyak goreng itu diperoleh dari daging buah dan inti sawit. Dengan demikian minyak sawit didapatkan dengan memproses daging buah beserta memecah tempurung inti/kernel. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu tinggi dengan rendemen yang tinggi pula maka proses pengolahannya harus memperhatikan beberapa hal hal, diantaranya adalah tingkat efisiensi mesin pengolah yang tinggi dan mutu tandan buah segar serta kecepatan proses panen hingga proses pengolahan. (Winarno.F.G.,1997)

Urutan pengolahan kelapa sawit sebagai berikut : a. Pengangkutan buah ke pabrik

Buah kelapa sawit dari kebun harus secepatnya diangkut dengan alat angkutan yang tepat yang dapat mengangkut buah sebanyak-banyaknya, seperti lori, traktor gandeng atau truk.

Sesampainya di pabrik, buah harus segera ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam lori perebusan yang biasanya berkapasitas 2,5 ton setiap truk/lori. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas ( Free Fattty Acid) tinggi.

Untuk menghindari terbentuknya Asam Lemak Bebas (ALB), pengolahan harus sudah dilaksanakan paling lambat 8 jam setelah panen.


(24)

Buah direbus dalam tempat rebusan dengan mengalirkan / menekankan uap panas selama 60 menit ke dalam tempat rebusan. Suhu uap yang digunakan adalah 125°C dan tekanan dalam ruang sterilisasi ± 2,5 atmosfir. Adapun maksud dari perebusan buah adalah :

• Agar buah mudah dilepas dari tandannya.

• Untuk membunuh enzim penstimulir pembentukan asam lemak bebas. • Agar daging buah menjadi lunak.

• Untuk memudahkan terlepasnya inti dari cangkangnya

• Untuk menambah kelembapan dalam daging buah sehingga minyak lebih mudah dikeluarkan (dipisahkan)

• Untuk mengkoagulasikan protein sehingga proses pemurnian minyak lebih mudah.

c. Pelepasan buah (stripping) dari tandan dan pelumatan (digesting)

Tandan buah yang telah direbus dimasukkan ke dalam mesin pelepas buah (thresher), kemudian buah yang lepas (rontok) dibawa ke dalam mesin pelumat (digester). Sambil dilumat, buah dipanasi (diuapi) lagi supaya daging buah hancur dan lepas dari bijinya, keadaan demikian memudahkan proses pengeluaran (ekstraksi) minyak. Tandan kosong (telah lepas buah-buahnya) kemudian diangkut ke tempat pembakaran (incinerator) dan digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap yang digunakan dalam proses sterilisasi. Sisa pembakaran berupa abu yang mengandung ± 30% K2O, yang digunakan untuk pemupukan Kalium di kebun. Sebagian tandan kosong digunakan sebagai bahan mulsa.


(25)

Ada bermacam cara untuk mengeluarkan minyak (extraction of oil), tetapi yang umum dipakai adalah pengepresan dengan menggunakan alat / mesin pengepres tipe hydraulic, centrifugal atau tipe continuous screw press. Daging buah yang sudah dilumatkan di mesin pelumat dimasukkan ke dalam alat pengepres, kemudian dipres sehingga minyak dapat dikeluarkan dan dipisahkan dari ampasnya. Minyak yang keluar ditampung untuk selanjutnya dimurnikan, sedangkan ampasnya keluar secara terpisah dan dapat digunakan sebagai bahan bakar.

e. Pemurnian dan penjernihan minyak ( Clarification )

Minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45 % sampai 55 % air, lumpur dan bahan-bahan lainnya. Minyak yang masih kasar ini dibawa ke tangki pemurnian atau tangki klarifikasi. Setelah mengalami pemurnian akan diperoleh 90 % minyak, dan sisanya adalah lumpur. Setelah dilakukan penyaringan kemudian minyak ditampung dalam tangki dan dijernihkan lebih lanjut untuk memisahkan air yang masih terkandung di dalamnya. Selanjutnya minyak dilewatkan pada continuous vaccum drier sehingga diperoleh minyak berkadar air kurang dari 0,1 %. Minyak ini ditampung dalam tangki - tangki penampungan dan sudah siap untuk dijual pada konsumen. Kualitas minyak kelapa sawit ditentukan oleh kadar asam lemak bebas, kandungan air dan mudah atau tidaknya minyak tersebut dijernihkan (bleachability).

Adapun cara lain untuk memperoleh minyak yang bermutu baik, minyak dan lemak kasar harus dimurnikan dari bahan – bahan atau kotoran yang terdapat atau kotoran yang terdapat didalamnya. Cara – cara pemurnian dilakukan dalam beberapa tahap :


(26)

a. Pengendapan dan pemisahan gumi yang bertujuan untuk menghilangkan partikel – partikel halus yang tersuspens atau berbentuk koloidal. Pemisahan ini dilakukan dengan pemanasan uap dan adsorben, kadang – kadang dilakukan sentrifusa.

b. Netralisasi dengan alkali yang bertujuan untuk memisahkan senyawa – senyawa terlarut seperti seperti fosfatida, asam emak bebas, dan hidrokarbon. Lemak dengan kandungan asam lemak bebas yang tinggi dipisahkan dengan menggunakan uap panas dalam keadaan vakum, kemudian ditambahkan alkali. Sedangkan lemak dengan asam lemak bebas rendah cukup ditambahkan NaOH atau garam NaCO3, sehingga asam lemak ikut fase air dan terpisah dari lemaknya.

c. Pemucatan yang bertujuan untuk menghilangkan zat – zat warna dalam minyak dengan penambahan adsorbing agent seperti arang aktif, tanah liat, atau dengan reaksi – reaksi kimia. Setelah penyerapan warna, lemak disaring dalamn keadaan vakum.

d. Penghilangan bau (deodorisasi) lemak, dilakukan dalam botol vakum, kemudian dipanaskan dengan mengalirkan uap panas yang akan membawa senyawa volatil. Setelah proses deodorisasi, lemak harus segera didinginkan untuk mencegah kontak dengan O2. (Winarno.F.G.,1997)

f. Pemisahan biji dari sisa-sisa daging buah

Sisa pengepresan yang berupa ampas dibawa ke alat pembuang sisa daging buah (depericarper). Pada proses pemisahan biji dari sabutnya, digunakan proses pengeringan dan penghembusan. Dengan proses ini serat dan bahan - bahan lain yang kering dan


(27)

ringan terhembus keluar melalui cyclone, kemudian ditampung untuk digunakan sebagai bahan bakar.

g. Pengeringan dan pemecahan biji

Biji dari alat pembuang daging buah (depericarper) diangkut ke silo dan dikeringkan di sini. Biji - biji yang telah kering ini, intinya mengkerut dan mudah dilepaskan dari cangkang atau tempurungnya. Biji-biji yang telah dipisahkan berdasarkan diameternya, kemudian dipecah lagi agar inti dan cangkangnya dapat dipisahkan.

h. Pemisahan inti dari cangkang

Prinsip pemisahan biji dari cangkangnya adalah karena adanya perbedaan berat jenis antara inti dan cangkang. Caranya adalah dengan mengapungkan biji-biji yang telah dipecahkan dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan ini inti kelapa sawit akan mengapung dalam larutan dan cangkang akan mengendap di dasar. Inti dan cangkang diambil secara terpisah kemudian dicuci sampai bersih. Alat yang digunakan untuk memisahkan inti dari cangkangnya disebut hydrocyclone separator. Inti buah dibawa ke silo dan dikeringkan pada suhu 80°C. Selama pengeringan harus selalu dibolak-balik agar keringnya merata. Inti yang telah kering dipak, kemudian dimasukkan ke dalam karung goni dan siap untuk dijual atau diolah lebih lanjut.

Cangkang buah kelapa sawit sering dipakai sebagai bahan baker ketel uap, bahan pengerasan jalan-jalan kebun atau diolah menjadi arang yang banyak digunakan dalam industri karbon aktif. Dalam proses pengolahan buah kelapa sawit diperoleh produk utama dan beberapa produk sampingan. Sebagai produk utama adalah minyak


(28)

kelapa sawit (crude palm oil) dan inti sawit ( Kernel ), sedangkan produk sampingannya adalah tempurung, ampas dan tandan kosong.

Kegunaan dari masing-masing produk tersebut adalah :

- Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk industri sabun,minyak goreng,mentega dan lain-lain.

- Inti sawit yang menghasilkan minyak inti digunakan sebagai bahan kosmetika. - Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar, yaitu arang

aktif yang biasa digunakan dalam industri kesehatan.

- Tandan kosong untuk bahan baker ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk Kalium.

- Ampas lumatan daging buah untuk bahan baker ketel uap ( Boiler ) (http://www.fisikaunri.org/node/25)

2.2. Minyak Kelapa Sawit

Salah satu beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit ( Elaeis guinensis JACQ ). Warna daging buah ialah putih kuning diwaktu masih muda dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang.

Daerah penanaman kelapa sawit di Indonesia adalah daerah Jawa Barat (Lebak dan Tanggerang), Lampung, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Negara penghasil kelapa sawit selain Indonesia adalah Malaysia, Amerika tengah dan Nigeria. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (Palm Kernel Meal atau Pellet)


(29)

Bungkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan. Sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil – kecil berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. Selain itu bungkil kelapa sawit dapat digunakan sebagai makanan ternak.

Di Indonesia pabrik yang menghasilkan minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit adalah pabrik Ekstraksi minyak kelapa sawit di Belawan – Deli. Minyak inti kelapa sawit dan bungkil inti kelapa sawit tersebut hampir seluruhnya diekspor. Dengan peningkatan nilai ekspor maka diperlukan standart dan pengawasan mutu bungkil inti kelapa sawit untuk memberikan jaminan mutu pada konsumen.

Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu adalah air dan kotoran, asam lemak bebas, bilangan peroksida dan daya pemucatan. Faktor – faktor lain adalah titik cair, kandungan gliserida padat, refining loss, plasticity, dan spreadability, sifat transparan, kandungan logam berat dan bilangan penyabunan. Semua faktor – faktor ini perlu dianalisis untuk mengetahui mutu minyak inti kelapa sawit.

Tanaman kelapa sawit ( Elaeis guinensis JACQ ) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa yunani Elaion atau minyak sedangkan nama spesies guenensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea.

Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22° - 32°C.

Sifat fisiko – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor, kelarutan, titik cair, dan polimorpishm, titik didih, titik pelunakan, slipping point, shot


(30)

melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan, titik asap, titik nyala dan titik api.

Tabel 1. Nilai sifat fisiko kimia minyak sawit dan minyak inti sawit

Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit

Bobot jenis pada suhu kamar Indeks bias D 40° C

Bilangan Iod

Bilangan penyabunan

0,900

1,4565 – 1,4585 48 – 56

196 – 205

0,900 – 0,913 1,495 – 1,415 14 – 20 244 – 254 Sumber : Krischenbauer (1960)

Warna minyak ditentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses pemucatan, karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange atau kuning disebabkan adanya pigmen karoten yang larut dalam minyak. Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam – asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak, sedangkan bau khas minyak kelapa sawit ditimbulkan oleh persenyawaan beta ionone.

Titik cair minyak sawit berada dalam nilai kisaran suhu, karena minyak kelapa sawit mengandung beberapa macam asam lemak yang mempunyai titik cair yang berbeda - beda. (Ketaren, S.,1986)

Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak. Minyak yang berasal dari daging buah (mesokarp) berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil(CPO) sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit, tidak berwarna, dikenal sebagai minyak inti kelapa sawit atau Palm Kernel Oil (PKO).


(31)

Keunggulan minyak sawit selain tersusun dari asam lemak tidak jenuh dan asam lemak jenuh, juga mengandung beta karotene atau pro Vitamin A yang sangat diperlukan dalam proses metabolisme dalam tubuh manusia dan sebagai antioksidan , dan pro vitamin E (tokoferol dan tokotrienol), selain berperan dalam metabolisme dan untuk kesehatan. Produk kelapa sawit dapat dikelompokkan dalam :

a. Bahan makanan (oleofood, oleomakanan)

Minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit digunakan sebagai bahan pangan diperoleh melalui proses fraksinasi, rafinasi dan hidrogenasi. Minyak kelapa sawit mengandung kolesterol rendah antara 12-19 ppm (rata – rata 16 ppm) dan minyak kelapa sawit yang dimurnikan menjadi minyak goreng kandungan kolesterolnya akan turun sampai pada tingkat yang tidak membahayakan bagi manusia.

b. Bahan nonmakanan (oleochemical, oleokimia)

Minyak kelapa sawit dapat dipakai untuk bahan industri berat ataupun ringan antara lain untuk industri penyamakan kulit agar menjadi lebih lembut dan fleksibel. Dalam industri tekstil minyak sawit dipakai sebagi minyak pelumas yang tahan terhadap tekanan dan suhu tinggi. Pada Industri ringan minyak kelapa sawit dipakai sebagai sabun , deterjen semir sepatu, lilin, tinta cetak, dan lain – lain.

Melalui Proses hidrolisis minyak kelapa sawit menghasilkan asam lemak dan gliserin yang dapat diproses menjadi derivat – derivat asam lemak, antara lain amine alkohol dan metil ester. Bahan – bahan ini dapat dipakai sebagai bahan dasar pembuatan cat dinding atau cat kayu, tinta cetak, pasta gigi, pembuatan plastik, dan lain – lain.

c. Bahan Kosmetika dan Farmasi (cosmetic& Pharmacy) Minyak kelapa sawit juga dapat di buat sebagai lipstik, sabun. (Soepadiyo Mangoensoekarjo,2003)


(32)

2.3. Minyak Inti Kelapa Sawit

Minyak inti sawit yang baik, berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta mudah dipucatkan. Bungkil inti sawit diinginkan berwarna relatif terang dan nilai gizi serta kandungan asam aminonya tidak berubah.

Tabel 2. Komposisi biji inti sawit

Komponen Jumlah

Minyak Air Protein

Extractable non Nitrogen Selulosa

Abu

47-52 6-8 7,5-9,0

23-24 5 2 Sumber : Bailey,A.E.(1950) (Ketaren, S.,1986)

Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna coklat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat, dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya (disebut minyak inti sawit) diekstraksi dan sisanya atau bungkilnya yang kaya akan protein dipakai sebagai bahan ternak. Kadar minyak dalam inti sawit kering adalah 44 – 53%.

Minyak inti sawit juga dapat mengalami proses hidrolisis. Hal ini lebih mudah terjadi pada inti pecah dan berjamur. Faktor yang menentukan pada peningkatan kadar ALB minyak inti sawit adalah kadar asam permulaan, proses pengeringan yang tidak baik, kadar air akhir dalam inti sawit kering, dan kadar inti pecah. Inti sawit pecah yang basah akan menjadi tempat biakan mikroorganisme (jamur).


(33)

Pada suhu tinggi inti sawit dapat mengalami perubahan warna. Minyaknya akan berwarna lebih gelap dan lebih sulit untuk dipucatkan. Suhu tertinggi pada pengolahan minyak sawit adalah pada perebusan, yaitu sekitar 130°C. Suhu kerja maksimm dibatasi setinggi itu untuk menghindarkan terlalu banyak inti yang berubah warna.

Mutu minyak dan bungkil inti sawit terutama tergantung pada mutu inti sawitnya sendiri. Minyak inti sawit dikehendaki mempunyai kadar ALB rendah, warna kuning muda dan mudah dipucatkan. Jadi, sama juga seperti minyak sawit. Bungkil inti sawit dikehendaki berwarna muda dan nilai gizinya tidak rusak, terutama kandungan asam amino dari protein. Mutu inti sawit terutama dinilai dari kadar ALB minyaknya, perubahan warna dan kadar air, serta kadar inti berjamur (memberi petunjuk tentang lamanya dan kondisi penimbunan sebelumnya), yang dapat mempengaruhi ALB dan warna. (Soepadiyo Mangoensoekarjo,2003)

2.4. Standar Mutu

Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang bermutu baik. Ada beberapa faktor yang menentukan standart mutu yaitu : kandungan air, kandungan asam lemak bebas, warna, dan bilangan peroksida.

Faktor lain yang mempengaruhi standar mutu adalah titik cair dan kandungan gliserida, refining loss, plastisitas, dan spreadability, kejernihan kandungan logam berat dan bilangan penyabunan.

Mutu minyak kelapa sawit yang baik mempunyai kadar air kurang dari 0,1 % kadar kotoran lebih kecil dari 0,01 %, kandungan asam lemak bebas serendahg mungkin (± 2 %), bilangan peroksida dibawah 2, bebas dari warna merah dan kuning (harus


(34)

berwarna pucat) tidak berwarna hijau, jernih, dan kandungan logam berat serendah mungkin atau bebas dari ion logam.

Tabel 3. Standar Mutu SPB dan Ordinary

Kandungan SPB Ordinary

Asam lemak bebas (%) Kadar air (%)

Kotoran (%) Besi p.p.m Tembaga p.p.m Bilangan Iod Karoten p.p.m Tokoferol p.p.m 1-2 0,1 0,002 10 0,5 53 ±1,5 500 800 3-5 0,1 0,01 10 0,5 45-56 500-700 400-600 (Ketaren, S.,1986)

Mutu minyak kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua arti :

1. Benar-benar murni dan tidak bercampur dengan minyak nabati lain. Mutu minyak kelapa sawit tersebut dapat ditentukan dengan menilai sifat-sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur titik lebur angka penyabunan dan bilangan iodium.

2. pengertian mutu sawit berdasarkan ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan. Kebutuhan mutu minyak kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan baku industri pangan dan non pangan masing-masing berbeda. Oleh karena itu keaslian, kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. Rendahnya


(35)

mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induk pohonnya, penanganan pascapanen, atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutan.

(http://www.slideshare.net/rahma2/nara-presentation)

2.4.1. Asam Lemak Bebas

Kadar ALB juga terbentuk akibat adanya reaksi hidrolisis otokatalitik dan lipolisis oleh enzim lipolitik dalam inti maupun oleh jamur yang lipolitik.Untuk yang terakhir ini suhu optimum pertumbuhannya adalah 42-45° C. Ini dapat terjadi pada tumpukan inti yang lembab. (Soepadiyo Mangoensoekarjo,2003)

Adapun asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatanenzim lipase yang terkandung didalam buah dan berfungsi memecah lemak atau minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan.

Asam lemak bebas dalam konsentrasi yang tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Tingginya asam lemak bebas ini mengakibatkan rendemen minyak turun. Kadar ALB ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah dipabrik.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain :

a. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

b. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah c. Penumpukan buah yang terlalu lama


(36)

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu usaha untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisis. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan internasional untuk ALB ditetapkan sebesar 5 %. Pada Proses ini dilakukan juga perebusan yang bertujuan antara lain :

a. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukian ALB b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti cangkang

c. Memperlunak daging buah sehingga memudahkan proses pemerasan

d. Untuk mengkoagulasikan protein sehingga memudahkan pemisahan minyak. (Tim Penulis.P.S., 2000)

2.4.2. Bilangan Iodium

Bilangan iod adalah jumlah (gram) iod yang dapat diikat oleh 100 gram lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi dengan iod atau senyawa – senyawa iod.

Bilangan Iod dapat menyatakan derajat ketidakjenuhan dari minyak atau lemak dan dapat juga dipergunakan untuk menggolongkan jenis minyak “pengering” dan minyak “bukan pengering”. Minyak pengering mempunyai mempunyai bilangan iod yang lebih dari 130 sedangkan minyak yang mempunyaibilangan iod antara 100 – 130 bersifat setengah pengering. (Ketaren, S.,1986)


(37)

2.4.3. Kadar Air

Kadar air inti sawit adalah 7 %, jika inti sawit dikeringkan sampai kadar air yang lebih rendah, selama ditimbun inti sawit akan menyerap air sampai 7 % tersebut. Sebaliknya jika kadar air tinggi, udara sekitarnya pada penimbunan akan menjadi lembab sehingga mikroba dapat berkembang biak dengan cepat.

(Soepadiyo Mangoensoekarjo,2003)

2.4.4. Kadar Kotoran

Kadar kotoran, jika terlalu tinggi maka akan mempercepat keausan mesin pemecah inti sawit dan menyulitkan pembentukan pellet dari bungkilnya. Selain itu kadar protein dalam bungkil menjadi lebih rendah. Untuk bungkil inti sawit dipersyaratan kandungan profat yaitu jumlah kadar protein dan minyak dalam bungkil, harus lebih dari 15 %. Jika kadar protein kurang maka kadar minyak dalam bungkil harus diperbesar. (Soepadiyo Mangoensoekarjo,2003)

Dari proses – proses yang telah dilakukan, kotoran – kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring. Akan tetapi kotoran – kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang – melayang didalam minyak sawit sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal, alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis. Walaupun bahan baku minyak sawit selalu dibersihkan sebelum digunakan pada industri – industri yang bersangkutan, namun banyak yang beranggapan dan menuntut kebersihan dan kemurnian minyak sawit merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen.

Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar dipompa dan dialirkan kedalam tangki pemisah melaui pipa sehingga menghasilkan 80 % minyak jernih Hasil endapan


(38)

berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari dari tangki pemisah bersama air panas yang bersuhu 95 °C dengan perbandingan 1:1, diolah pada sludge centrifuge sedangkan minyak jernih diolah pada purifier centrifuge.

Dari pengolahan didapat minyak sawit bersih dengan kadar zat menguap sebesar 0,3 % dan kadar kotoran hanya sebesar 0,0005 %. (Tim Penulis.P.S, 2000)

2.5. Minyak dan Lemak

Lemak dan minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid , yaitu senyawa organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform(CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya, lemak dan minyak dapat larut dalam pelarut yang disebutkan di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas yang sama dengan pelaut tersebut. (Fessenden, J. R., 1984)

Lemak dan minyak merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Sumbangan energi per gram lemak, protein, dan karbohidrat masing-masing 9, 4, dan 4 kkal.

(http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=106&Ite mid=3)

Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol” . Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester. Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.


(39)

1. Penamaan lemak dan Minyak

Lemak dan minyak sering kali diberi nama derivat asam-asam lemaknya, yaitu dengan cara menggantikan akhiran at pada asam lemak dengan akhira in , misalnya :

- tristearat dari gliserol diberi nama tristearin - tripalmitat dari gliserol diberi nama tripalmitin

Selain itu lemak dan minyak juga diberi nama dengan cara yang biasa dipakai untuk penamaan suatu ester, misalnya:

- triestearat dari gliserol disebut gliseril tristearat - tripalmitat dari gliserol disebut gliseril tripalmitat 2. Pembentukan Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida dari gliserol. Dalam pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi satu molekul gliserol dan tiga molekul asam lemak (umumnya ketiga asam lemak tersebut berbeda –beda), yang membentuk satu molekul trigliserida dan satu molekul air .

3. Berdasarkan sifat mengering

Tabel 4. pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sifat mengering.

Sifat Keterangan

Minyak tidak mengering (non-drying oil) Minyak setengah mengering (semi –drying oil)

Minyak nabati mengering (drying –oil)

- tipe minyak zaitun, contoh: minak zaitun,minyak kacang - tipe minyak tape contoh minyak biji tape dan minyak

mustrad

- tipe minyak hewani contoh; minyak sapi

Minyak yang mempunyai daya mengering yang lebih lambat.Contohnya: minyak biji kapas ,minyak bunga matahari

Minyak yang mempunyai sifat dapat mengering jika kena oksidasi , dan akan berubah menjadi lapisan tebal , bersifat kental dan membentuk sejenis selaput jika dibiarkan di


(40)

udara terbuka.

Contoh: minyak kacang kedelai, minyak biji karet

4. Berdasarkan sumbernya

Tabel 5. pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan sumbernya.

Sumber Keterangan

Berasal dari tanaman (minyak Nabati)

- biji-biji palawija.

Contoh: minyak jagung, biji kapas - kulit buah tanaman tahunan.

Contoh: minyak zaitun, minyak kelapa sawit - biji - biji tanaman tahunan

Contoh kelapa, coklat, inti sawit Berasal dari hewan (lemak

hewani)

- susu hewan peliharaan, contoh: lemak susu

- daging hewan peliharaan, contoh: lemak sapi, oleosterin

- hasil laut, contoh: minyak ikan sardin, minyak ikan paus.

5. Berdasarkan kegunaannya:

Tabel 6. pengklasifikasian lemak dan minyak berdasarkan kegunaanya.

Nama Kegunaan

Minyak mineral (minyak bumi) Sebagai bahan bakar Minyak nabati/hewani (minyak/lemak) Bahan makan bagi manusia Minyak atsiri (essential oil) Untuk obat-obatan

Minyak ini mudah menguap pada temperatur kamar, sehingga disebut juga minyak terbang

Kerusakan lemak minyak pada umumnya disebabkan oleh : 1. Absorpsi bau oleh minyak


(41)

2. Aksi oleh enzim dalam jaringan bahan mengandung lemak.

3. Oksidasi oleh oksigen atau kombinasi dari dua atau lebih penyebab kerusakan diatas,

Umumnya kerusakan lemak dan minyak yang utama adalah timbulnya bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Proses ketengikan sangat dipengaruhi oleh adanya prooksidan dan antioksidan, prooksidan akan menghambatnya. Hal ini disebabkan oleh oksidasi radikal asam lemak tidak jenuh dalam lemak dan minyak. Salah satu cara yang digunakan untuk mencegah kerusakan diatas adalah dengan penambahan antioksidan.

(http://www.iptek.net.id/ind/pustaka_pangan/index.php?mnu=2&ch=puspa&id=180&ha l=1)

2.5.1. Analisis Minyak dan Lemak

Senyawa Lemak dan minyak merupakan senyawa alami penting yang dapat dipelajari secara lebih mendalam relatif lebih mudah dari pada senyawa – senyawa makronutrien yang lainnya. Analisa lemak dan minyak yang umum dilakukan pada bahan makanan dapat digolongkan dalam 3 kelompok tujuan ini :

1. Penentuan kualitatif atau penentuan kadar minyak atau lemak yang terdapat dalam bahan makanan atau bahan pertanian

2. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksi atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya penjernihan (refining), penghilangan bau (deodorizing), penghilangan warna dan sebagainya


(42)

3. Penentuan sifat fisis dan sifat kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak tertentu. (Sudarmadji.S., 1989)

2.5.2. Kegunaan Minyak dan Lemak

Lemak dan minyak merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Sumbangan energi per gram lemak, protein, dan karbohidrat masing-masing 9, 4, dan 4 kkal.

http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=10 6&Itemid=3

Lemak dan minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari gliserol” . Jadi lemak dan minyak juga merupakan senyawaan ester . Hasil hidrolisis lemak dan minyak adalah asam karboksilat dan gliserol . Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.

Lemak dan minyak merupakan senyawaan organik yang penting bagi kehidupan makhluk hidup.adapun lemak dan minyak ini antara lain:

1. Memberikan rasa gurih dan aroma yang spesifik

2. Sebagai salah satu penyusun dinding sel dan penyusun bahan-bahan biomolekul

3. Sumber energi yang efektif dibandingkan dengan protein dan karbohidrat,karena lemak dan minyak jika dioksidasi secara sempurna akan menghasilkan 9 kalori/liter gram lemak atau minyak. Sedangkan protein dan


(43)

karbohidrat hanya menghasilkan 4 kalori tiap 1 gram protein atau karbohidrat.

4. Karena titik didih minyak yang tinggi, maka minyak biasanya digunakan untuk menggoreng makanan di mana bahan yang digoreng akan kehilangan sebagian besar air yang dikandungnya atau menjadi kering.

5. Memberikan konsistensi empuk, halus dan berlapis-lapis dalam pembuatan roti.

6. Memberikan tekstur yang lembut dan lunaki dalam pembuatan es krim. 7. Minyak nabati adalah bahan utama pembuatan margarin

8. Lemak hewani adalah bahan utama pembuatan susu dan mentega (http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-Netti.pdf)

2.5.3. Asam Lemak

Asam lemak adalah asam monokarboksilat berantai lurus yang terdapat di alam sebagai ester di dalam molekul lemak atau trigliserida, Hasil hidrolisis trigliserida akan menghasilkan asam lemak jenuh dan tak jenuh berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap rantai karbon di dalam molekulnya.

(http://www.iptek.net.id/ind/pustaka_pangan/index.php?mnu=2&ch=puspa&id=180&ha l=1)

Lemak dan minyak dapat dibedakan berdasarkan beberapa penggolongan, yaitu: 1. Berdasarkan Kejenuhannya (ikatan rangkap)

a. Asam Lemak Jenuh

Asam lemak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung ikatan tunggal pada rantai hidrokarbonnya. Asam lemak jenuh mempunyai rantai zig-zag yang dapat


(44)

cocok satu sama lain, sehingga gaya tarik vanderwalls tinggi, sehingga biasanya berwujud padat.

Tabel 7. Contoh-contoh dari asam lemak jenuh, antara lain:

Nama Asam Struktur Sumber

Butirat CH3(CH2)2CO2H Lemak susu Palmitat CH3(CH2)14CO2H Lemak hewani dan nabati

Stearat CH3(CH2)16CO2H Lemak hewani dan nabati

b. Asam Lemak Tak Jenuh

Asam lemak tak jenuh merupakan asam lemak yang mengandung satu ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonnya . Asam lemak dengan lebih dari satu ikatan dua tidak lazim,terutama terdapat pada minyak nabati, minyak ini disebut poliunsaturat. Trigliserida tak jenuh ganda (poliunsaturat) cenderung berbentuk minyak.

Tabel 8. Contoh-contoh dari asam lemak tak jenuh, antara lain:

Nama asam Struktur Sumber

Palmitoleat Oleat Linoleat linolenat

CH3(CH2)5CH=CH(CH2)7CO2H CH3(CH2)7CH=CH(CH2) 7CO2H

CH3(CH2)4CH=CHCH2CH=CH(CH2)7CO2H CH3CH2CH=CHCH2CH=CHCH2=CH

(CH2) 7CO2H

Lemak hewani dan nabati

Lemak hewani dan nabati

Minyak nabati Minyak biji rami


(45)

BAB 3

BAHAN DAN METODE 3.1. Alat

- Alat soklet - Rotari evaporator - Neraca analitis - Bola penghisap - Botol akuades - Buret 50 ml - Mikro buret 10 ml - Gelas ukur 10 ml - Gelas ukur 25 ml - Gelas beaker 50 ml - Gelas beaker 100 ml - Gelas beaker 250 ml - Gelas beaker 1000 ml - Gelas erlenmeyer 250 ml

- Gelas erlenmeyer tertutup 250 ml - Penjepit

- Oven - Desikator

- Pipa kapiler ( diameter 1 mm) - Hot plate


(46)

- Pipet volume 5 ml - Pipet volume 20 ml - Pipet volume 25 ml - Buret 50 ml

- Labu takar 50 ml - Labu takar 250 ml - Labu takar 1000 ml - Spatula

- Magnetik stirer - Penyaring timbal

- Kertas saring Whatman No. 1 - Pinset

- Batang pengaduk - Corong

- Petridish

3.2. Bahan

- Palm Kernel Expeller - Akuades

- Bubuk amilum - Etanol 96 % - HCl(p)

- Larutan wijs


(47)

- Kristal K2Cr2O7 - Kristal KI - Kristal NaOH - Kristal Timol Blue - Kristal H2C2O4.2H2O - N – Heksan

- Sikloheksan : Asam Asetat Glasial (1:1) - Serbuk Phenolphtalein

3.3. Prosedur

3.3.1. Prosedur Pembuatan Larutan Pereaksi a. Prosedur Pembuatan Larutan NaOH 0,1004N - Ditimbang 8,4 gr kristal NaOH dalam gelas beaker - Dilarutkan dalam akuades

- Dimasukkan kedalam labu takar 1000 ml kemudian diencerkan akuades sampai garis tanda

- Dihomogenkan dengan magnetik stirrer b. Standarisasi Larutan NaOH 0,1004 N

- Dipipet 5 ml larutan H2C2O4 0,1 N, kemudian dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml

- Ditambah 3 tetes indikator phenolpthalein 1%

- Dititrasi dengan larutan NaOH sampai terbentuk larutan merah rose - Dicatat volume NaOH yang digunakan


(48)

V1.N1 = V2.N2

Dimana : V1 = Volume NaOH (ml) V2 = Volume H2C2O4 (ml)

N1 = Normalitas NaOH (yang akan ditentukan ) N2 = Normalitas H2C2O4

c. Prosedur Pembuatan Larutan Na2S2O3 0,1 N dari Kristal Na2S2O3.5H2O - Ditimbang Na2S2O3.5H2O sebanyak 24,8 gram kedalam gelas beaker

- Dimasukkan dalam labu takar 1 liter, dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

- Distandarisasi dengan kalium bikromat d. Prosedur Standarisasi Larutan Na2S2O3 0,1 N

- Ditimbang 1,5430 gram serbuk K2Cr2O7 dimasukkan dalam labu takar 250 ml dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda

- Dipipet 25 ml hasil pengenceran, dimasukkan dalam erlenmeyer 250 ml - Ditambahkan 20 ml KI 15 %

- Ditambahkan 5 ml HCl(p), dikocok, dan didiamkan selama 5 menit

- Dititrasi dengan menggunakan larutan standar Na2S2O3 0,1 N yang dibuat sampai terlihat warna hijau pada larutan

- Dilanjutkan titrasi sampai terbentuk larutan hijau muda yang jernih pada larutan

Perhitungan :

- Perhitungan gram Na2S2O3.5H2O yang ditimbang 2 Na2S2O3 + I2 2 NaI + Na2S4O6


(49)

2 mol Na2S2O3 ~ 1 mol I2 ~ 2 N 2 mol Na2S2O3 ~ 2 N

2 M = 2 N M = N

Maka Na2S2O3.5H2O yang dibutuhkan adalah : 0,1 Na2S2O3 = 0,1 M

= 0,1 mol/L gr. Na2S2O3 = Mr x mol

= 158 x 0,1 = 15,8 gram/L

gram Na2S2O3.5H2O =

3 2 2 2 3 2 2 5 O S MrNa O H O S MrNa x 15,8 = 158 248 x 15,8

= 24,8 gram/L

e. Prosedur Pembuatan Larutan Amilum 1%

- Ditimbang gelas beaker 100 ml di neraca analitis, kemudian dinolkan - Ditambah 0,5 gram kristal amilum

- Dilarutkan dengan akuades di dalam gelas beaker - Ditambahkan akuades hingga volume 100 ml - Dihomogenkan dengan magnetik stirrer - Dipanaskan hingga volume menjadi 50 ml

- Setelah homogen dipindahkan ke dalam botol tertutup f. Prosedur Pembuatan Larutan KI 15 %


(50)

- Ditimbang 15 gram kristal KI, kemudian dimasukkan ke dalam gelas beaker 50 ml (dengan menggunakan spatula)

- Dilarutkan dengan menggunakan akuades

- Dipindahkan ke dalam labu takar 100 ml, kemudian diencerkan dengan menggunakan akuades sampai garis tanda

- Dihomogenkan dengan magnetik stirrer g. Prosedur Pembuatan Larutan Alkohol Netral

- Dimasukkan lebih kurang 200 ml etanol 96% ke dalam erlenmeyer 250 ml - Ditambahkan beberapa tetes indikator timol blue 1%

- Ditambah lagi beberapa tetes larutan NaOH 0.1004 N sampai terbentuk warna hijau muda pada larutan.

h. Prosedur Pembuatan Larutan Brom Timol Blue 1%

- Ditimbang 1 gram sebuk brom timol blue dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml

- Dilarutkan dengan ethanol 96% hingga garis tanda - Dimasukkan ke dalam botol gelap dan diberi label i. Prosedur Pembuatan Larutan Phenolphtalein 1% - Ditimbang 1 gram serbuk phenolphtalein - Dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. - Dilarutkan dengan etanol hingga garis tanda. - Dimasukkan ke dalam botol dan diberi label.

j. Prosedur Pembuatan Larutan K2Cr2O7 1.5 gram dalam 250 ml - Ditimbang 1,5 gram kristal K2Cr2O7 yang telah dikeringkan dan dimasukkan


(51)

- Dilarutkan dengan akuades dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml hingga garis tanda kemudian dihomogenkan

- Dimasukkan ke dalam botol dan diberi label.

3.3.2. Penyediaan Sampel

- Dimasukkan sampel ± 500 gram kedalam gelas beaker 1000 ml - Ditambahkan n-heksan sampai semua sampel terendam

- Dipanaskan diatas penangas air sampai mendidih pada suhu 65-70°C sambil diaduk

- Didiamkan selama satu malam - Disaring dengan kertas saring

- Diuapkan filtrat dari hasil ekstraksi sampel dengan menggunakan rotari evaporator sampai pelarut n-heksan habis menguap

- Dimasukkan ekstrak pekat sampel kedalam oven ± 3 jam pada suhu 80°C - Dimasukkan kedalam desikator selama ± 30 menit

- Digunakan ekstrak pekat sampel untuk menganalisa kadar air, kadar kotoran, asam lemak bebas dan bilangan iodium

3.3.3. Prosedur Penentuan Kadar Minyak


(52)

- Dimasukkan sampel kedalam penyaring timbal hingga ¾ bagian kemudian ditimbang dan dicatat beratnya

- Ditimbang berat gelas erlenmeyer kosong kemudian dimasukkan ± 200 ml larutan n-heksan

- Dimasukkan penyaring timbal yang berisi sampel kedalam alat soklet - Dirangkai alat soklet pada heating mantel

- Diekstraksi sampai 5 siklus

- Diuapkan pelarut dengan menggunakan rotarievaporator hingga diperoleh ekstrak pekat dari sampel

- Dimasukkan gelas erlenmeyer yang berisi ekstrak pekat sampel kedalam desikator selama ± 30 menit

- Ditimbang berat gelas erlenmeyer yang berisi ekstrak pekat sampel kemudian dicatat beratnya

3.3.4. Prosedur Analisa

A. Penentuan Asam Lemak Bebas (ALB) - Ditimbang berat gelas erlenmeyer kosong - Dimasukkan ekstrak sampel sebanyak 0,5 gram - Ditambahkan 10 ml n-heksan dan 25 ml alkohol netral

- Ditambahkan 3 tetes indikator timol blue 1 % sampai larutan berwarna kuning

- Ditirasi dengan NaOH 0.1004 N sampai terbentuk warna hijau muda - Dicatat volume NaOH yang digunakan

% ALB =

1000 contoh x Bobot

(NaOH) Titrasi

ml x N.NaOH x

Asam BM

x 100%


(53)

BM Palmitat = 256 BM Laurat = 200

BM Oleat = 282 BM Stearat = 284 B. Penentuan Bilangan Iodium

- Ditimbang berat erlenmeyer kosong bertutup

- Dimasukkan ekstrak sampel sebanyak ± 0,5 gram dan dicatat beratnya dalam gram

- Ditambahkan 20 ml larutan Siklo Heksan: Asam Asetat Glasial (1:1)

- Ditambahkan 25 ml larutan wijs, kemudian disimpan dalam tempat gelap selama 30 menit.

- Ditambahkan 20 ml larutan KI 15 % dan 40 ml akuades

- Dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai berwarna kuning kemudaan,kemudian tambahkan indikator amilum 1 % sebanyak 5 ml

- Dilanjutkan titrasi sampai larutan tidak berwarna - Dicatat volume Na2S2O3 yang digunakan

- Dilakukan perlakuan yang sama untuk blanko Bil. Iodium =

Sampel Berat

Na2S2O3 N

x sampel V.titrant

blanko titrant V.

x 12,692

C. Penentuan Kadar Air

- Ditimbang gelas beaker kosong dan dicatat beratnya

- Dimasukkan ekstrak sampel ± 10 gram dan dicatat beratnya - Dimasukkan beaker yang berisi sampel ke dalam oven pada suhu


(54)

- Ditimbang gelas beaker yang berisi sampel dan dicatat berat sampel D. Penentuan Kadar Kotoran

- Dipanaskan kertas saring didalam oven selama 1 jam pada suhu 105 oC - Diangkat kertas saring di dalam oven dengan menggunakan penjepit - Ditimbang berat kertas saring, dan dicatat beratnya

- Ditimbang ekstrak minyak ampas inti kelapa sawit sebanyak ± 1 gram dalam gelas beaker 50 ml

- Dilarutkan ekstrak minyak ampas inti kelapa sawit dengan n-heksan dan disaring dengan menggunakan kertas saring tadi

- Dibilas dengan n-heksan kertas saring tadi agar ekstrak minyak ampas inti kelapa sawit yang masih tertinggal dikertas saring benar – benar telah habis ( sampai bercak ekstrak minyak ampas inti kelapa sawit hilang dari kertas saring )

- Dimasukkan kedalam oven selama 3 jam pada suhu 105 oC - Didinginkan didalam desikator selama 30 menit

- Ditimbang kertas saring dan dicatat hasilnya


(55)

-BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Percobaan 4.1.1. Kadar Minyak

No Sampel Kode sampel Berat sampel Berat Erlenmeyer kosong Berat Erlenmeyer kosong + minyak

stlh ekstraksi

Kadar minyak

(%wt)

I PKE A 11.0005 112.8461 113.6650 7.44

II PKE B 10.0236 113.4064 114.2115 8.03

III PKE C 10.0097 109.4918 110.2598 7.67

Keterangan : A = Ekstraksi I B = Ekstraksi II C = Ekstraksi III Kadar Minyak = ( ) x100%

Sampel Berat

A B

Keterangan :

A = Berat erlenmeyer Kosong (gram)

B = Berat erlenmeyer + Minyak Setelah Ekstraksi (gram)

4.1.2. Kadar Asam Lemak Bebas

No. Sampel Kode Sampel

Berat Minyak ( gram )

N. NaOH

Volume NaOH ( ml )

ALB ( % wt.)

asam. Laurat

ALB Rata – rata ( %

wt. )

1 Ekstrak Sampel I

A1 0.5189 0.1004 8.73 33.78

33.68

A2 0.5154 0.1004 8.66 33.74


(56)

Sampel II B2 0.5034 0.1004 8.95 35.70

B3 0.5082 0.1004 9.07 35.84

3

Ekstrak Sampel

III

C1 0.5032 0.1004 8.68 34.64

34.36

C2 0.5102 0.1004 8.70 34.24

C3 0.5114 0.1004 8.71 34.20

Keterangan : A = Ekstraksi I B = Ekstraksi II C = Ekstraksi III

ALB (%wt) = 100%

1000 . . . x x sampel Gram NaOH Vol x NaOH N x Laurat Asam BM Keterangan :

BM. Asam Laurat = 200

4.1.3. Bilangan Iodium

No. Sampel Kode

Sampel Berat Minyak (gram ) Volume Titrasi Blanko (ml) Volume Titrasi Sampel (ml) Normalitas (N) Bilangan Iodin (g

I2 /100 g)

Bil.Iodin Rata- rata

(g I2/100

g)

1

Ekstrak Sampel

I

A1 0.5072 46.80 39.80 0.1001 17.53

17.59

A2 0.5002 46.80 39.84 0.1001 17.68

A3 0.5061 46.80 39.81 0.1001 17.55

2

Ekstrak Sampel

II

B1 0.5023 46.80 39.79 0.1001 17.73

17.64

B2 0.5041 46.80 39.83 0.1001 17.57

B3 0.5035 46.80 39.82 0.1001 17.61

3

Ekstrak Sampel

III

C1 0.5083 46.80 39.59 0.1001 17.65

17.72

C2 0.5062 46.80 39.57 0.1001 17.77

C3 0.5089 46.80 39.54 0.1001 17.75

Keterangan : A = Ekstraksi I B = Ekstraksi II C = Ekstraksi III

Bil.Iodin = sampel Gram x O S Na N x sampel volume Blanko

Volume. . ) . 12.692


(57)

Keterangan : Volume blanko = ml Volume sampel = ml

4.1.4. Kadar Air

No. Sampel Kode

Sampel Berat beaker kosong (gram ) Berat ekstrak minyak (gram) Berat beaker + sampel (gram) Berat beaker + sampel stlh pemanasan Kadar air (%) Kadar Air rata-rata (%) 1 Ekstrak Sampel I

A1 35.6358 5.0687 40.7045 40.6952 0.18

0.18

A2 35.6428 5.0615 40.7043 40.6958 0.17

A3 35.6884 5.0925 40.7809 40.7720 0.17

2

Ekstrak Sampel

II

B1 35.7852 5.0676 40.8528 40.8403 0.25

0.25

B2 35.7670 5.0752 40.8422 40.8298 0.24

B3 35.6652 5.0874 40.7526 40.7401 0.25

3

Ekstrak Sampel

III

C1 35.7668 5.0786 40.8454 40.8339 0.23

0.22

C2 35.5327 5.0948 40.6275 40.6168 0.21

C3 35.7085 5.0869 40.7954 40.7836 0.23

Keterangan : A = Ekstraksi I B = Ekstraksi II C = Ekstraksi III

Kadar Air (%) = ( ) X100%

BS BB BS

BA+ −

Ketarangan :

BA = Berat beaker sebelum pemanasan (gram) BB = Berat beaker setelah pemanasan (gram) BS = Berat sampel (gram)


(58)

4.1.5. Kadar Kotoran

No Sampel Kode

Sampel Berat Ekstrak (gram) Berat Kertas Saring I (gram) Berat Kertas Saring II (gram) Berat Residu (gram) Kadar kotoran (%) Kadar Kotor an rata-rata (%)

1 Ekstrak

Minyak I

A1 5.0028 1.0015 1.0017 0.0002 0.004

0.003

A2 5.0056 1.0018 1.0019 0.0001 0.002

A3 5.0098 1.0023 1.0024 0.0001 0.002

2 Ekstrak

Minyak II

B1 5.0070 1.0045 1.0047 0.0002 0.004

0.005

B2 5.0044 1.0035 1.0038 0.0003 0.006

B3 5.0058 1.0065 1.0067 0.0002 0.004

3

Ekstrak Minyak

III

C1 5.0242 1.0022 1.0024 0.0002 0.004

0.003

C2 5.0256 1.0032 1.0033 0.0001 0.002

C3 5.0235 1.0040 1.0042 0.0002 0.004

Keterangan : A = Ekstraksi I B = Ekstraksi II C = Ekstraksi III

Kadar Kotoran (%) = . ( ) . ( ) X100%

Sampel Gram II Saring Kertas Berat I Saring Kertas Berat

Keterangan : Berat KS(I) = Berat kertas saring sebelum pemanasan Berat KS(II) = Berat kertas saring & residu


(59)

4.2. Pembahasan

Ada beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi kadar asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit antara lain :

1. Pemanenan buah yang tidak tepat waktu

Pemanenan buah harus dilaksanakan pada saat yang tepat karena hal ini akan Menentukan kualitas dan kuantitas buah kelapa sawit. Proses pembentukan minyak di dalam buah kelapa sawit berlangsung selama 24 hari, yaitu pada waktu buah mulai masak. Pemanenan yang dilakukan sebelum proses pembentukan minyak selesai akan mengakibatkan hasil minyak yang kurang dari semestinya. Sedangkan pemanenan sesudah proses pembentukan minyak selesai akan merugikan karena banyak buah yang lepas dari tandan ke tanah. Buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi asam lemak bebas yang menyebabkan rendahnya mutu minyak sawit

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah kepabrik pengolahan

Buah kelapa sawit hasikl pemanenan harus segera diangkut ke pabrik agar segera dapat diolah minimakl pengolahan paling lambat 8 jam setelah pemanenan. Jika tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas yang tinggi. Buah kelapa sait yang sudah matang dan masih segar hanya mengandung 0,1 % asam lemak, tetapi buah yang sudah memar atau pecah dapat mengandung asam lemak bebas sampai 50 % hanya dalam waktu beberapa jam, dan apabila dalam waktu 24 jam buah di biarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus kandungan asam lemak ebas dapat mencapai 67 %.


(60)

3. Terjadinya proses hidrolisa selama pemprosesan buah dipabrik pengolahan Untuk membatasi terbentuknya Asam lemak bebas pada buah kelapa sawit maka harus segera dilakukan pemanasan pada suhu 90 – 1000C sebelum dilakukan pelepasan pada daging buahnya. Pada proses hidrolisa yang terjadi selama pengolahan dibantu oleh beberapa faktor antara lain faktor panas, air, keasaman dan enzim. Jika reaksi ini semakin lama berlangsung maka dapat menyebabkan Asam Lemak Bebas yang terbentuk semakin tinggi.

Dari data yang diperoleh hasil analisis Asam Lemak Bebas, Bilangan Iodium, Kadar Air dan Kadar Kotoran dari minyak hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) dengan menggunakan pelarut n- heksan telah memenuhi standar mutu, dimana dari data yang diperoleh Kadar Asam Lemak Bebas dari minyak hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit adalah 33 – 35 % dimana kadar ini sudah melebihi dari standar yang telah ditetapkan oleh MEOMA, hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar air didalam sampel serta penyimpanan yang tidak baik sehingga kadarnya semakin meningkat. Untuk bilangan Iodium diperoleh 17% dimana sudah memenuhi standar mutu yaitu maksimal 19%, untuk kadar air diperoleh 0,18 – 0,25% dimana standar mutu maksimal adalah 5% dan untuk kadar pengotor diperoleh 0,003 – 0,005 % yang sudah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan The Malayan Edible Oil Manufactured Association (MEOMA).


(61)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sample ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller)maka diperoleh data kadar minyak sebagai berikut :

- Palm Kernel Expeller A = 7.44 % - Palm Kernel Expeller B = 8.03 % - Palm Kernel Expeller C = 7.67 %

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sample ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) maka diperoleh data kadar Asam Lemak Bebas sebagai berikut:

- Ekstraksi minyak I = 33.68 % - Ekstraksi minyak II = 35.89 % - Ekstraksi minyak III = 34.36 %

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sample ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) maka diperoleh data Bilangan Iodium sebagai berikut:

- Ekstraksi minyak I = 17.59 gram I2/100 gram - Ekstraksi minyak II = 17.64 gram I2/100 gram - Ekstraksi minyak III = 17.72 gram I2/100 gram

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sample ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) maka diperoleh data Kadar Air sebagai berikut: - Ekstraksi minyak I = 0.18 %


(62)

- Ekstraksi minyak III = 0.22 %

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sample ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) maka diperoleh data Kadar Kotoran sebagai berikut:

- Ekstraksi minyak I = 0.003 % - Ekstraksi minyak II = 0.005 %

- Ekstraksi minyak III = 0.003 %

- Dari hasil analisis masih sesuai dengan standar mutu The Malayan Edible Oil Manufactured Association (MEOMA).

5.2. Saran

- Untuk memperoleh minyak sawit yang baik mutunya maka pihak perusahaan sebaiknya harus menghindari terdapatnya kadar air yang berlebihan dalam proses produksi karena air dapat berperan dalam proses hidrolisa yang merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan kadar Asam Lemak Bebas didalam minyak kelapa sawit.


(63)

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, J. R., 1984, Kimia Organik, Edisi Ke-2, Jilid II, Penerbit Erlangga, Jakarta

http: //www. slideshare. net/ rahma2 /nara-presentation. Sejarah Kelapa Sawit. Diakses 17 April 2009.

Diakses 17 April 2009.

http://www. iptek. net. id/ ind/ pustaka_pangan/ index. php? mnu= 2&ch= puspa&id= 180&hal=1. Minyak dan Lemak. Diakses 17 April 2009.

Ketaren, S.,1986, Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan, Edisi Pertama, Cetakan I, UI-Press, Jakarta

Soepadiyo Mangoensoekarjo,2003, Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit, gajah Mada University Press, Yogyakarta

Sudarmadji.S.,1989, Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian, Penerbit Liberti, Yogyakarta

Tim Penulis.P.S., 2000, Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta


(64)

THE MALAYAN EDIBLE OIL MANUFACTURES’ ASSOCIATION (MEOMA) PRODUCT SPESIFICATIONS

No Comodity Parameters Quality

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Crude Palm Kernel Oil

Crude Palm Kernel Olein

Crude Palm Kernel Stearin

Refined Bleached & Deodorised (RBD) Palm Kernel Oil

Refined Bleached & Deodorised (RBD) Palm Kernel Olein

Refined Bleached & Deodorised (RBD) Palm Kernel Stearin

Palm Kernel Fatty Acid Distillate

Distillate Palm Kernel Fatty Acid (Oleoch)

Lauric Acid 95 % (Oleoch)

FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs)

FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs) FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs) FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs) Colour 5 ¼” (Lovi Cell) FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs) Colour 5 ¼” (Lovi Cell) FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs) Colour 5 ¼” (Lovi Cell) FFA ( As. Lauric) M&I

TFM

Iodine Value (Wijs) Colour (Gardner) Acid Value SAP Value Titre

Iodine Value (Wijs) Colour (Gardner) Acid Value SAP Value Titre

5.0 % max 0.5 % max. 19 max at time of shipment

5.0 % max 0.5 % max. 21 min (meq) 5.0 % max 0.5 % max. 8 max. 0.1 % max. 0.1 % max. 19 max at time of shipment

Red 1.5 max 0.1 % max. 0.1 % max. 21 min Red 1.5 max 0.1 % max. 0.1 % max. 8 max Red 1.5 max 50 % min. 1 % max. 95 % min. 16-20 3G max 238 - 253 240 - 255 20 - 28 0.5 max

0.5 Red, 5 yellow 278 - 284

279 - 285 41 - 44


(65)

10. Myristic Acid 95 % (Oleoch) Iodine Value (Wijs) Colour (Gardner) Acid Value SAP Value Titre

0.5 max

0.5 Red, 5 yellow 243 - 249

244 - 250 52 - 54


(1)

3. Terjadinya proses hidrolisa selama pemprosesan buah dipabrik pengolahan Untuk membatasi terbentuknya Asam lemak bebas pada buah kelapa sawit maka harus segera dilakukan pemanasan pada suhu 90 – 1000C sebelum dilakukan pelepasan pada daging buahnya. Pada proses hidrolisa yang terjadi selama pengolahan dibantu oleh beberapa faktor antara lain faktor panas, air, keasaman dan enzim. Jika reaksi ini semakin lama berlangsung maka dapat menyebabkan Asam Lemak Bebas yang terbentuk semakin tinggi.

Dari data yang diperoleh hasil analisis Asam Lemak Bebas, Bilangan Iodium, Kadar Air dan Kadar Kotoran dari minyak hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) dengan menggunakan pelarut n- heksan telah memenuhi standar mutu, dimana dari data yang diperoleh Kadar Asam Lemak Bebas dari minyak hasil ekstraksi ampas inti kelapa sawit adalah 33 – 35 % dimana kadar ini sudah melebihi dari standar yang telah ditetapkan oleh MEOMA, hal ini disebabkan oleh meningkatnya kadar air didalam sampel serta penyimpanan yang tidak baik sehingga kadarnya semakin meningkat. Untuk bilangan Iodium diperoleh 17% dimana sudah memenuhi standar mutu yaitu maksimal 19%, untuk kadar air diperoleh 0,18 – 0,25% dimana standar mutu maksimal adalah 5% dan untuk kadar pengotor diperoleh 0,003 – 0,005 % yang sudah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan The Malayan Edible Oil Manufactured Association (MEOMA).


(2)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sample ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller)maka diperoleh data kadar minyak sebagai berikut :

- Palm Kernel Expeller A = 7.44 % - Palm Kernel Expeller B = 8.03 % - Palm Kernel Expeller C = 7.67 %

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sample ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) maka diperoleh data kadar Asam Lemak Bebas sebagai berikut:

- Ekstraksi minyak I = 33.68 % - Ekstraksi minyak II = 35.89 % - Ekstraksi minyak III = 34.36 %

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sample ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) maka diperoleh data Bilangan Iodium sebagai berikut:

- Ekstraksi minyak I = 17.59 gram I2/100 gram

- Ekstraksi minyak II = 17.64 gram I2/100 gram

- Ekstraksi minyak III = 17.72 gram I2/100 gram

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sample ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) maka diperoleh data Kadar Air sebagai berikut: - Ekstraksi minyak I = 0.18 %


(3)

- Ekstraksi minyak III = 0.22 %

- Dari hasil analisis yang telah dilakukan terhadap sample ampas inti kelapa sawit (Palm Kernel Expeller) maka diperoleh data Kadar Kotoran sebagai berikut:

- Ekstraksi minyak I = 0.003 % - Ekstraksi minyak II = 0.005 %

- Ekstraksi minyak III = 0.003 %

- Dari hasil analisis masih sesuai dengan standar mutu The Malayan Edible Oil Manufactured Association (MEOMA).

5.2. Saran

- Untuk memperoleh minyak sawit yang baik mutunya maka pihak perusahaan sebaiknya harus menghindari terdapatnya kadar air yang berlebihan dalam proses produksi karena air dapat berperan dalam proses hidrolisa yang merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan kadar Asam Lemak Bebas didalam minyak kelapa sawit.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, J. R., 1984, Kimia Organik, Edisi Ke-2, Jilid II, Penerbit Erlangga, Jakarta

http: //www. slideshare. net/ rahma2 /nara-presentation. Sejarah Kelapa Sawit. Diakses 17 April 2009.

Diakses 17 April 2009.

http://www. iptek. net. id/ ind/ pustaka_pangan/ index. php? mnu= 2&ch= puspa&id= 180&hal=1. Minyak dan Lemak. Diakses 17 April 2009.

Ketaren, S.,1986, Pengantar Teknologi Minyak Dan Lemak Pangan, Edisi Pertama, Cetakan I, UI-Press, Jakarta

Soepadiyo Mangoensoekarjo,2003, Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit, gajah Mada University Press, Yogyakarta

Sudarmadji.S.,1989, Analisa Bahan Makanan Dan Pertanian, Penerbit Liberti, Yogyakarta

Tim Penulis.P.S., 2000, Kelapa Sawit, Penebar Swadaya, Jakarta


(5)

THE MALAYAN EDIBLE OIL MANUFACTURES’ ASSOCIATION (MEOMA) PRODUCT SPESIFICATIONS

No Comodity Parameters Quality

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Crude Palm Kernel Oil

Crude Palm Kernel Olein

Crude Palm Kernel Stearin

Refined Bleached & Deodorised (RBD) Palm Kernel Oil

Refined Bleached & Deodorised (RBD) Palm Kernel Olein

Refined Bleached & Deodorised (RBD) Palm Kernel Stearin

Palm Kernel Fatty Acid Distillate

Distillate Palm Kernel Fatty Acid (Oleoch)

Lauric Acid 95 % (Oleoch)

FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs)

FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs) FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs) FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs) Colour 5 ¼” (Lovi Cell) FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs) Colour 5 ¼” (Lovi Cell) FFA ( As. Lauric) M&I

Iodine Value (Wijs) Colour 5 ¼” (Lovi Cell) FFA ( As. Lauric) M&I

TFM

Iodine Value (Wijs) Colour (Gardner) Acid Value SAP Value Titre

Iodine Value (Wijs) Colour (Gardner) Acid Value SAP Value Titre

5.0 % max 0.5 % max. 19 max at time of shipment

5.0 % max 0.5 % max. 21 min (meq) 5.0 % max 0.5 % max. 8 max. 0.1 % max. 0.1 % max. 19 max at time of shipment

Red 1.5 max 0.1 % max. 0.1 % max. 21 min Red 1.5 max 0.1 % max. 0.1 % max. 8 max Red 1.5 max 50 % min. 1 % max. 95 % min. 16-20 3G max 238 - 253 240 - 255 20 - 28 0.5 max

0.5 Red, 5 yellow 278 - 284

279 - 285 41 - 44


(6)

10. Myristic Acid 95 % (Oleoch) Iodine Value (Wijs) Colour (Gardner) Acid Value SAP Value Titre

0.5 max

0.5 Red, 5 yellow 243 - 249

244 - 250 52 - 54