Analisis Fisik Analisis Kimia

51

4. Verifikasi

Hasil verifikasi Tabel 17 menunjukkan nilai untuk respon warna, aroma, tekstur, dan keseluruhan masih memenuhi 95 selang kepercayaan SK karena berada di dalam kisaran 95 SK rendah dan 95 SK tinggi. Nilai untuk respon rasa melebihi 95 selang prediksi SP. Nilai ini kurang sesuai dengan rentang yang diprediksi namun berada pada skor yang lebih tinggi. Semakin tinggi skor kesukaan berarti bahwa produk semkin disukai oleh panelis sehingga tingginya skor kesukaan terhadap rasa muffin yang melebihi rentang menunjukkan hasil yang lebih baik daripada yang diprediksi. Respon aktual hasil verifikasi tidak sama persis dengan respon yang diprediksi karena uji organoleptik yang dilakukan bersifat subyektif, ditambah dengan waktu uji yang berbeda antara uji untuk memperoleh respon prediksi dan respon aktual. Hal ini masih dapat diterima mengingat nilai hasil verifikasi tidak berbeda jauh dari nilai yang diprediksi dan hasil verifikasi yang didapatkan adalah nilai respon sampel, sedangkan prediksi yang diberikan oleh piranti lunak Design Expert 7.0® adalah perkiraan dari nilai respon populasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model persamaan yang diperoleh masih cukup baik untuk menentukan kondisi proses optimum dengan respon yang dikehendaki. Tabel 17. Hasil verifikasi muffin substitusi dengan kondisi proses terpilih Respon Prediksi Verifikasi 95 SK rendah 95 SK tinggi 95 SP rendah 95 SP tinggi Warna 6.88 6.62 6.49 7.27 6.03 7.72 Aroma 6.41 6.58 6.22 6.61 5.99 6.84 Rasa 6.34 7.27 6.02 6.65 5.66 7.02 Tekstur 5.51 5.67 5.27 5.75 4.91 6.11 Keseluruhan 6.16 6.51 5.68 6.64 4.97 7.35

C. ANALISIS PRODUK AKHIR

Produk akhir berupa muffin yang terbuat dari 4 tepung terigu, 86 tepung jagung, dan 10 tepung ubi jalar dengan suhu pemanggangan 158°C selama 39 menit dianalisis secara fisik dan kimia.

1. Analisis Fisik

Hasil analisis menunjukkan nilai peak force rata-rata muffin adalah sebesar 107,3 g Force. Menurut Roshental 1999 nilai gaya puncak gram force adalah nilai kekerasan suatu produk dan diambil dari puncak pertama yang signifikan pada kurva. Semakin tinggi nilai gaya puncak maka kekerasan produk tersebut juga semakin tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Adhikari R. 2005, muffin yang terbuat dari 100 tepung terigu memiliki kekerasan senilai 124 g Force. Kekerasan muffin hasil substitusi tepung komposit lebih kecil dari muffin dengan 100 terigu menunjukkan muffin substitusi memiliki tekstur yang lebih lembut. Hasil analisis tekstur ditampilkan pada Tabel 18. 52 Tabel 18. Hasil Analisis Tekstur Muffin Ulangan GayaGf Waktu s Jarak mm 1A 111,8 3,605 1,800 1B 113,1 3,605 1,803 2A 92,8 3,605 1,800 2B 111,5 3,605 1,803

2. Analisis Kimia

Hasil analisis proksimat muffin substitusi dapat dilihat pada Tabel 19. Muffin substitusi mengandung kadar air sebesar 18,84. Kadar air muffin substitusi ini lebih rendah dibandingkan muffin dari 100 tepung terigu yang memiliki kadar air mencapai 30,35. Rendahnya kadar air pada muffin substitusi dapat disebabkan perbedaan formula yang digunakan sehingga memiliki karakteristik pengikatan air yang berbeda pula. Kadar abu muffin substitusi adalah sebesar 1,48. Kadar abu yang tinggi membuat warna bagian dalam produk tidak putih. Abu juga membuat gluten mudah putus sehingga roti tidak mengembang dengan sempurna. Substitusi tepung ubi jalar dapat meningkatkan kadar abu pada produk Hathorn 2008. Kadar protein sebesar 4,78 pada produk muffin berasal dari bahan baku berupa tepung terigu, tepung jagung, maupun tepung ubi jalar. Kandungan protein tersebut menambah kandungan gizi pada produk. Kadar lemak muffin lebih tinggi dibandingkan muffin terigu, yaitu sebesar 18,23. Kadar lemak yang tinggi tersebut akibat penggunaan margarin yang mencapai 21 dari berat keseluruhan ingridien yang dipakai dalam pembuatan muffin. Kadar karbohidrat sebesar 56,67 berasal dari jumlah tepung komposit yang digunakan dalam pembuatan muffin, di mana mencapai 31,5 dari berat keseluruhan ingridien muffin. Kadar serat kasar muffin sebesar 0,26, dapat berasal dari tepung ubi jalar yang mengandung 5,54 serat pangan Susilawati dan Medikasari 2008. Tabel 19. Perbandingan hasil analisis proksimat muffin hasil substitusi tepung komposit dengan muffin 100 terigu Kadar Muffin substitusi tepung komposit bb Muffin 100 terigu bb Air 18.84 30.35 Abu 1.48 1.37 Protein 4.78 6.86 Lemak 18.23 14.95 Karbohidrat 56.67 43.19 Serat Kasar 0.26 3.04 Chuen dan Aziz 2009

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penentuan titik maksimum, tepung jagung dapat mensubstitusi muffin hingga 100. Rataan skor kesukaan panelis untuk atribut keseluruhan pada tingkat substitusi 100 adalah sebesar 6,69, di mana tergolong cukup disukai konsumen. Karakteristik muffin yang dihasilkan dari 100 tepung jagung adalah muffin berwarna kuning, tekstur muffin kurang kompak remah agak hancur ketika muffin dibelah, aroma jagung cukup kuat, rongga sedang dan seragam seperti pada muffin 100 terigu, serta volume pengembangan tinggi. Di lain pihak, tepung ubi jalar hanya dapat menggantikan terigu hingga 40. Rataan skor kesukaan panelis untuk atribut keseluruhan pada tingkat substitusi 40 adalah sebesar 6,05, di mana tergolong cukup disukai konsumen. Karakteristik muffin yang dihasilkan dari 40 tepung ubi jalar adalah muffin berwarna coklat gelap, tekstur muffin kompak agak lengket saat dikunyah, aroma ubi jalar kuat, rongga kecil, dan volume pengembangan cukup rendah. Rendahnya skor kesukaan panelis untuk muffin dengan tingkat substitusi di atas 40 disebabkan oleh aroma tepung ubi yang semakin kuat pada produk dan tekstur produk yang semakin lengket. Tekstur tersebut dipengaruhi oleh viskositas adonan yang tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah tepung ubi jalar yang digunakan dalam formula. Nilai viskositas puncak yang tinggi menggambarkan daya pengental yang tinggi pula. Titik maksimum yang diperoleh untuk masing-masing tepung digunakan dalam rancangan optimasi formula muffin substitusi tepung komposit. Hasil optimasi formula menunjukkan tepung jagung dan tepung ubi jalar dapat mensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan muffin dengan tingkat substitusi mencapai 96. Formula optimal yang diperoleh adalah formula dengan jumlah penggunaan tepung terigu sebesar 4, tepung jagung 86, dan tepung ubi jalar 10. Karakteristik muffin hasil optimasi formula adalah muffin berwarna kuning, tekstur muffin kurang kompak remah agak hancur ketika muffin dibelah, aroma jagung cukup kuat, rongga sedang dan seragam seperti pada muffin 100 terigu, dan volume pengembangan tinggi. Hasil uji sensori menunjukkan bahwa muffin substitusi dapat diterima panelis dengan skor penerimaan lebih dari 5. Selanjutnya, untuk memperoleh kondisi proses yang lebih efisien, maka dilakukan optimasi proses. Hasil optimasi proses menunjukkan kondisi proses yang optimal adalah pada suhu pemanggangan 158°C dan waktu pemanggangan selama 39 menit. Muffin hasil optimasi proses memiliki warna yang lebih coklat, tekstur yang remah, mudah hancur, dan kering, serta volume pengembangan yang kurang tinggi. Waktu pemanggangan muffin substitusi selama 39 menit lebih singkat dibandingkan waktu pemanggangan muffin yaitu 50 menit, dengan suhu pemanggangan muffin substitusi sebesar 158°C lebih tinggi dibandingkan suhu pemanggangan muffin dengan substitusi satu jenis tepung yaitu 150°C. Kelebihan dari muffin substitusi tepung komposit adalah adanya pemanfaatan sumber daya lokal yang lebih beragam, dalam hal ini jagung dan ubi jalar. Penggunaan kombinasi tepung ubi jalar, tepung jagung, dan tepung terigu juga diharapkan dapat menambah kandungan beta-karoten produk akhir. Hasil analisis tekstur menunjukkan bahwa muffin hasil substitusi tepung komposit memiliki nilai kekerasan sebesar 107,3 g Force. Muffin substitusi tersebut memiliki tekstur yang lebih lembut dibandingkan muffin dari 100 terigu 124 g Force. Berdasarkan hasil analisis proksimat, muffin substitusi tepung komposit mengandung kadar air sebesar 18,84, kadar abu sebesar 1,48 , kadar protein sebesar 4,78 , kadar lemak sebesar 18,23 , kadar karbohidrat