22
Tabel 7. Rancangan formula dan nilai respon Komposisi formula
Nilai respon Run
Terigu T. Jagung
T. Ubi Warna
Aroma Rasa
Tekstur Keselu-
ruhan 1
75 25
6.2 5.5
5.2 4.7
5.4 2
90 10
6.7 5.8
5.8 5.1
6 3
75 25
6 5.6
5.5 5.1
5.8 4
11 60
29 4.3
5.2 5.2
5.1 5.3
5 20
60 20
6.7 6
5.4 4.6
5.7 6
4.4 67
28.5 5.7
5.8 5.4
4.5 5.4
7 20
66.7 13.3
6.2 5.4
5.2 4.6
5.5 8
90 10
6.7 5.7
5.5 5.4
6 9
5.5 79.6
14.9 6.4
6.2 5.9
5.7 6
10 10.3
69.3 20.4
5.1 5.6
5.6 5.3
5.6 11
15.6 74.4
10 6.9
6 5.6
5.3 6.1
12 20
60 20
6.3 6.1
6 5.4
6.3 13
60 40
3.9 5
5.1 4.2
5.1 14
15.6 74.4
10 7
5.6 6
4.9 6
15 5.2
60.6 34.2
4.8 5
5.1 4.1
5 16
60 40
3.7 4.9
5.1 4.3
4.7
3. Analisis Respon
Pada tahap analisis respon, respon yang diperoleh untuk setiap parameter sensori akan diwakili oleh sebuah model polinomial. Tabel 8 menunjukkan hasil analisis respon untuk
setiap parameter. Tabel 8. Hasil analisis respon optimasi formula muffin
Parameter Model
Nilai p R
2
disesuai- kan
R
2
diprediksi Presisi
adekuat Persamaan
Model Ketidak-
sesuaian Warna
Kubik yang
direduk si
0.0001 sig
0,1155 n sig
0,9705 0,8740
22,156 4,0
Warna = 12,31A + 0,16B –
4,25C – 0,21AB – 0,07AC +
0,07BC – 1,01x10
-3
ABA- B
–5,35x10
-4
ACA-C –
4,97x10
-4
BCB-C Aroma
Kubik 0,0048
sig 0,9461
n sig 0,8516
0,7628 10,152
4,0 Aroma = 5,91A + 0,1B
– 1,96C
– 0,11AB – 0,04AC + 0,04BC + 2,3x10-4ABC
– 5,48x10-4ABA-B
– 1,5x10-5ACA-C
– 2,4x10- 4BCB-C
Rasa Linear
0,0214 sig
0,6125 n sig
0,3612 0,1342
5,673 4,0
Rasa = 0,06A + 0,06B + 0,04C
Tekstur Linear
0,0135 sig
0,3517 n sig
0,4035 0,2405
5,673 4,0
Tekstur = 0,05A + 0,06B + 0,02C
Keseluruh- an
Linear 0,0002
sig 0,6151
n sig 0,6848
0,5669 10,259
4,0 Keseluruhan = 0,07A +
0,06B + 0,03C Keterangan: A = tepung terigu B = tepung jagung C = tepung ubi jalar
23
Analisis Respon Organoleptik Warna
Warna merupakan faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengembangan produk, karena konsumen akan menilai suatu produk pangan baru pertama pada penampakan secara
visual. Warna merupakan salah satu bentuk visual yang dipertimbangkan oleh konsumen Winarno 1997.
Model polinomial yang terpilih sebagai hasil analisis respon warna oleh piranti lunak Design Expert 7.0
®
adalah kubik yang direduksi. Model yang disarankan adalah kubik namun model tergolong tidak signifikan sehingga dilakukan reduksi model berupa eliminasi mundur.
Eliminasi mundur menghilangkan interaksi komponen tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi jalar. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi ketiga komponen tersebut tidak
berpengaruh nyata pada warna muffin yang dihasilkan. Model yang signifikan dengan nilai ketidaksesuaian tidak signifikan menunjukkan
adanya kesesuaian data respon warna dengan model. Berdasarkan nilai R
2
disesuaikan dan R
2
diprediksi, data-data aktual dan data-data yang diprediksikan untuk respon warna tercakup ke dalam model sebesar 87,40 dan 97,05. Presisi adekuat untuk respon warna adalah 22,156,
lebih besar dari 4, sehingga sesuai untuk model yang baik. Persamaan polinomial untuk respon warna dapat dilihat pada Tabel 8. Konstanta
yang bernilai positif pada persamaan menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah komponen atau interaksi antar komponen.
Berdasarkan persamaan yang diperoleh, tingkat kesukaan panelis terhadap warna muffin akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah tepung terigu, jumlah tepung jagung, dan
peningkatan interaksi antara tepung jagung dan tepung ubi jalar. Akan tetapi, tingkat kesukaan panelis terhadap warna muffin akan menurun seiring dengan peningkatan jumlah tepung ubi
jalar, peningkatan interaksi antara tepung terigu dan tepung jagung, interaksi antara tepung terigu dan tepung ubi jalar, interaksi antara tepung terigu, tepung jagung, dan selisih
keduanya, interaksi antara tepung terigu, tepung ubi jalar, dan selisih keduanya, serta interaksi antara tepung jagung, tepung ubi jalar, dan selisih keduanya. Hal ini ditunjukkan oleh
konstanta yang bernilai negatif. Peningkatan kesukaan panelis terhadap warna muffin sangat dipengaruhi oleh
peningkatan jumlah penggunaan tepung terigu karena memiliki nilai konstanta terbesar 12,31, diikuti dengan peningkatan jumlah penggunaan tepung jagung 0,16, dan
peningkatan interaksi antara tepung jagung dan tepung ubi jalar 0,07. Hasil di atas menunjukkan bahwa konsumen lebih menyukai warna muffin dengan
peningkatan penambahan tepung terigu dan tepung jagung karena kedua jenis tepung tersebut memberikan warna kuning cerah pada muffin. Peningkatan jumlah penggunaan tepung ubi
jalar menghasilkan muffin yang berwarna coklat gelap sehingga kurang disukai konsumen. Hal ini berkaitan dengan kandungan gula yang tinggi pada tepung ubi jalar merah yaitu
sebesar 18,38 Anwar et al. 1993. Tingginya kandungan gula tersebut menfasilitasi reaksi Maillard untuk berlangsung lebih intensif. Karamelisasi gula dan pencoklatan Maillard dari
protein dan gula pereduksi menyebabkan pencoklatan lapisan kulit Benson 1988. Grafik plot kontur Gambar 11 menggambarkan hubungan antara kombinasi jumlah
penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi jalar dengan nilai respon warna yang dihasilkan. Bagian grafik yang berwarna merah menunjukkan respon tertinggi sebesar
7,014 sedangkan bagian grafik berwarna biru menunjukkan respon terendah sebesar 3,736. Titik-titik merah yang berada pada satu garis melengkung yang sama akan memberikan nilai
24
respon yang sama walaupun memiliki kombinasi jumlah penggunaan tepung yang berbeda- beda.
Grafik plot kontur juga ditampilkan secara tiga dimensi Gambar 12. Perbedaan nilai respon digambarkan oleh perbedaan ketinggian permukaan grafik. Area yang tinggi
menunjukkan nilai respon yang tinggi sedangkan area yang rendah menunjukkan nilai respon yang rendah.
Gambar 11. Grafik plot kontur pengaruh jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi terhadap skor kesukaan atribut warna pada optimasi formula muffin
Design-Expert® Sof tware warna
Design Points 7.014
3.736 X1 = A: Terigu
X2 = B: Tep jagung X3 = C: Tep ubi
A: Terigu 30
B: Tep jagung 90
C: Tep ubi 40
10 60
warna
4.58523 5.34626
6.10728
6.10728 6.10728
6.8683 6.8683
7.62932
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
25
Gambar 12. Grafik tiga dimensi pengaruh jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi terhadap skor kesukaan atribut warna pada optimasi formula muffin
Analisis Respon Organoleptik Aroma
Aroma merupakan salah satu atribut sensori yang penting pada berbagai produk hasil pemanggangan. Aroma yang baik akan meningkatkan tingkat kesukaan konsumen terhadap
suatu prosuk pangan. Model polinomial yang terpilih untuk respon aroma sesuai dengan model yang
direkomendasikan, yaitu model kubik. Model yang dihasilkan signifikan dengan ketidaksesuaian tidak signifikan. Nilai R
2
disesuaikan dan R
2
diprediksi menunjukkan bahwa model dapat merepresentasikan data aktual dan data prediksi hingga 85,16 dan 76,28.
Presisi adekuat untuk respon aroma adalah 10,152, lebih besar dari 4, sehingga secara keseluruhan model untuk respon aroma memenuhi syarat model yang baik.
Persamaan polinomial untuk respon aroma pada Tabel 8 menunjukkan tingkat kesukaan panelis terhadap aroma muffin akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
tepung terigu, jumlah tepung jagung, peningkatan interaksi antara tepung jagung dan tepung ubi jalar, dan peningkatan interaksi antara ketiga jenis tepung. Tingkat kesukaan panelis
terhadap aroma muffin akan menurun seiring dengan peningkatan jumlah tepung ubi jalar, interaksi antara tepung terigu dan tepung jagung, interaksi antara tepung terigu dan tepung ubi
jalar, interaksi antara tepung terigu, tepung jagung, dan selisih keduanya, interaksi antara tepung terigu, tepung ubi jalar, dan selisih keduanya, serta interaksi antara tepung jagung,
tepung ubi jalar, dan selisih keduanya. Peningkatan kesukaan panelis terhadap aroma muffin sangat dipengaruhi oleh
peningkatan jumlah penggunaan tepung terigu karena memiliki nilai konstanta terbesar 5,91, diikuti dengan peningkatan jumlah penggunaan tepung jagung 0,1, peningkatan interaksi
Design-Expert® Sof tware warna
7.014 3.736
X1 = A: Terigu X2 = B: Tep jagung
X3 = C: Tep ubi
A 30 B 90
B 60 C 10
3.6 4.975
6.35 7.725
9.1
w a
rn a
A 0 C 40
26
antara tepung jagung dan tepung ubi jalar 0,04, dan peningkatan interaksi antara ketiga jenis tepung 2,3x10
-4
. Berdasarkan hasil uji tersebut, peningkatan jumlah tepung terigu dan tepung jagung
dalam formula muffin menghasilkan aroma yang lebih disukai konsumen dibandingkan peningkatan jumlah tepung ubi jalar. Peningkatan jumlah tepung ubi jalar menyebabkan
aroma ubi yang cukup kuat pada muffin dan kurang disukai sehingga peningkatan penggunaan tepung ubi menurunkan skor kesukaan. Aroma dari muffin yang dihasilkan dengan
peningkatan jumlah tepung jagung menyerupai aroma muffin dari tepung terigu aroma jagung tidak terlalu kuat sehingga skor kesukaan masih mengalami peningkatan.
Grafik plot kontur Gambar 13 menggambarkan hubungan antara kombinasi jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi jalar dengan nilai respon aroma
yang dihasilkan. Bagian grafik yang berwarna merah menunjukkan respon tertinggi sebesar 6,188 sedangkan bagian grafik berwarna biru menunjukkan respon terendah sebesar 4,908.
Titik-titik merah yang berada pada satu garis melengkung yang sama akan memberikan nilai respon yang sama walaupun memiliki kombinasi jumlah penggunaan tepung yang berbeda-
beda. Grafik plot kontur juga ditampilkan secara tiga dimensi Gambar 14. Perbedaan nilai
respon digambarkan oleh perbedaan ketinggian pada permukaan grafik. Area yang tinggi menunjukkan nilai respon yang tinggi sedangkan area yang rendah menunjukkan nilai respon
yang rendah pula.
Gambar 13. Grafik plot kontur pengaruh jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi terhadap skor kesukaan atribut aroma pada optimasi formula muffin
Design-Expert® Sof tware aroma
Design Points 6.188
4.908 X1 = A: Terigu
X2 = B: Tep jagung X3 = C: Tep ubi
A: Terigu 30
B: Tep jagung 90
C: Tep ubi 40
10 60
aroma
5.28927 5.28927
5.28927
5.63883 5.63883
5.63883
5.9884 6.33796
6.68752 2
2
2 2
2 2
2 2
2 2
27
Gambar 14. Grafik tiga dimensi pengaruh jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi terhadap skor kesukaan atribut aroma pada optimasi formula muffin
.
Analisis Respon Organoleptik Rasa
Model polinomial yang terpilih untuk respon rasa sesuai dengan model yang direkomendasikan, yaitu linear. Model yang dihasilkan signifikan dengan ketidaksesuaian
tidak signifikan. Nilai R
2
disesuaikan dan R
2
diprediksi menunjukkan bahwa data-data aktual dan data-data yang diprediksikan untuk respon rasa tercakup ke dalam model sebesar 36,12
dan 13,42. Presisi adekuat untuk respon rasa adalah 5,673, lebih besar dari 4, mengindikasikan model yang memadai untuk mewakili respon. Secara keseluruhan, model
dapat merepresentasikan data dengan baik. Persamaan polinomial untuk respon rasa dapat dilihat pada Tabel 8. Persamaan linear
tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah tepung terigu, jumlah tepung jagung, dan jumlah tepung ubi jalar.
Peningkatan kesukaan panelis terhadap rasa muffin sangat dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penggunaan tepung terigu dan tepung jagung karena memiliki nilai konstanta terbesar
0,06, diikuti dengan peningkatan jumlah penggunaan tepung ubi jalar 0,04. Dengan demikian, kombinasi penggunaan ketiga jenis tepung menghasilkan rasa muffin yang disukai
konsumen, terlihat dari peningkatan tingkat kesukaan seiring dengan peningkatan jumlah ketiga jenis tepung dalam formula muffin.
Grafik plot kontur Gambar 15 menggambarkan hubungan antara kombinasi jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi jalar dengan nilai respon rasa yang
dihasilkan. Bagian grafik yang berwarna merah menunjukkan respon tertinggi sebesar 6,004 sedangkan bagian grafik berwarna biru menunjukkan respon terendah sebesar 5,113. Titik-
titik merah yang berada pada satu garis yang sama akan memberikan nilai respon yang sama walaupun memiliki kombinasi jumlah penggunaan tepung yang berbeda-beda.
Design-Expert® Sof tware aroma
6.188 4.908
X1 = A: Terigu X2 = B: Tep jagung
X3 = C: Tep ubi
A 30 B 90
C 10
4.7 5.375
6.05 6.725
7.4
a ro
m a
A 0 B 60
C 40
28
Grafik plot kontur juga ditampilkan secara tiga dimensi Gambar 16. Perbedaan nilai respon digambarkan oleh perbedaan ketinggian pada permukaan grafik. Area yang tinggi
menunjukkan nilai respon yang tinggi sedangkan area yang rendah menunjukkan nilai respon yang rendah pula.
Gambar 15. Grafik plot kontur pengaruh jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi terhadap skor kesukaan atribut rasa pada optimasi formula muffin
Gambar 16. Grafik tiga dimensi pengaruh jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi terhadap skor kesukaan atribut rasa pada optimasi formula muffin
Design-Expert® Sof tware rasa
Design Points 6.004
5.113 X1 = A: Terigu
X2 = B: Tep jagung X3 = C: Tep ubi
A: Terigu 30
B: Tep jagung 90
C: Tep ubi 40
10 60
rasa
5.20585 5.30911
5.41238 5.51565
5.61892
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
Design-Expert® Sof tware rasa
6.004 5.113
X1 = A: Terigu X2 = B: Tep jagung
X3 = C: Tep ubi
A 30 B 60
C 10
5.1 5.3275
5.555 5.7825
6.01
ra s
a
A 0 B 90
C 40
29
Analisis Respon Organoleptik Tekstur
Menurut Szczesniak 2002, tekstur adalah manifestasi sensori dan fungsional dari sifat struktural, mekanikal, dan permukaan dari produk pangan yang dapat dideteksi melalui
indera penglihatan, pendengaran, perasa, dan kinestetik. Tekstur merupakan salah satu karakteristik produk pangan yang penting dalam mempengaruhi penerimaan konsumen.
Model polinomial yang terpilih untuk respon tekstur sesuai dengan model yang direkomendasikan, yaitu linear. Model yang dihasilkan signifikan dengan ketidaksesuaian
tidak signifikan adalah syarat untuk model yang baik. Nilai R
2
disesuaikan dan R
2
diprediksi menunjukkan bahwa data-data aktual dan data-data yang diprediksikan untuk respon tekstur
tercakup ke dalam model sebesar 40,53 dan 24,05. Presisi adekuat untuk respon tekstur adalah 5,673. Nilai presisi adekuat yang lebih besar dari 4 mengindikasikan model yang
dihasilkan memenuhi syarat sebagai model yang baik sehingga diharapkan dapat memberikan prediksi yang baik.
Persamaan polinomial untuk respon tekstur Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur muffin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah
tepung terigu, jumlah tepung jagung, dan jumlah tepung ubi jalar. Peningkatan kesukaan panelis terhadap tekstur muffin sangat dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penggunaan
tepung jagung karena memiliki nilai konstanta terbesar 0,06, diikuti dengan peningkatan jumlah penggunaan tepung terigu 0,05, dan peningkatan jumlah penggunaan tepung ubi jalar
0,02. Tekstur muffin yang terbuat dari tepung ubi jalar kurang disukai konsumen karena
memiliki tekstur yang agak lengket. Tekstur produk yang lengket dipengaruhi oleh viskositas adonan berbahan dasar tepung ubi jalar yang tinggi yaitu mencapai 1.815 BU Antarlina dan
Utomo 1999. Adonan dari tepung jagung dan terigu berturut-turut memiliki viskositas sebesar 975 BU Singh 2005 dan 154,46 BU Phattanakulkaewmorie 2011. Viskositas keduanya
lebih rendah daripada viskositas adonan tepung ubi jalar. Hal ini juga tampak pada tekstur muffin yang dihasilkan yaitu tekstur yang cukup kompak dan tidak lengket sehingga disukai
konsumen. Grafik plot kontur Gambar 17 menggambarkan hubungan antara kombinasi jumlah
penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi jalar dengan nilai respon tekstur yang dihasilkan. Bagian grafik yang berwarna merah menunjukkan respon tertinggi sebesar
5,662 sedangkan bagian grafik berwarna biru menunjukkan respon terendah sebesar 4,118. Titik-titik merah yang berada pada satu garis yang sama akan memberikan nilai respon yang
sama walaupun memiliki kombinasi jumlah penggunaan tepung yang berbeda-beda. Grafik plot kontur juga ditampilkan secara tiga dimensi Gambar 18. Perbedaan nilai respon
digambarkan oleh perbedaan ketinggian pada permukaan grafik. Area yang tinggi menunjukkan nilai respon yang tinggi sedangkan area yang rendah menunjukkan nilai respon
yang rendah pula.
30
Gambar 17. Grafik plot kontur pengaruh jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi terhadap skor kesukaan atribut tekstur pada optimasi formula muffin
Gambar 18. Grafik tiga dimensi pengaruh jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi terhadap skor kesukaan atribut tekstur pada optimasi formula muffin
Design-Expert® Sof tware tekstur
Design Points 5.662
4.118 X1 = A: Terigu
X2 = B: Tep jagung X3 = C: Tep ubi
A: Terigu 30
B: Tep jagung 90
C: Tep ubi 40
10 60
tekstur
4.51523 4.68153
4.84783 5.01413
5.18042 2
2
2 2
2 2
2 2
2 2
Design-Expert® Sof tware tekstur
5.662 4.118
X1 = A: Terigu X2 = B: Tep jagung
X3 = C: Tep ubi
A 30 B 60
C 10
4.1 4.5
4.9 5.3
5.7
te k
s tu
r
A 0 B 90
C 40
31
Analisis Respon Organoleptik Keseluruhan
Model polinomial yang terpilih untuk respon keseluruhan sesuai dengan model yang direkomendasikan, yaitu linear. Model yang dihasilkan signifikan dengan nilai
ketidaksesuaian tidak signifikan merupakan syarat model yang dapat merepresentasikan data dengan baik. Nilai R
2
disesuaikan dan R
2
diprediksi untuk respon keseluruhan menunjukkan bahwa data-data aktual dan data-data yang diprediksikan untuk respon keseluruhan tercakup
ke dalam model sebesar 68,48 dan 56,69. Presisi adekuat untuk respon keseluruhan adalah 10,259. Nilai presisi adekuat yang lebih besar dari 4 mengindikasikan model yang baik
sehingga diharapkan dapat memberikan prediksi yang baik. Persamaan polinomial untuk respon keseluruhan Tabel 8 menunjukkan bahwa
tingkat kesukaan panelis terhadap keseluruhan muffin akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah tepung terigu, jumlah tepung jagung, dan jumlah tepung ubi jalar.
Peningkatan kesukaan panelis terhadap keseluruhan muffin sangat dipengaruhi oleh peningkatan jumlah penggunaan tepung terigu karena memiliki nilai konstanta terbesar 0,07,
diikuti dengan peningkatan jumlah penggunaan tepung jagung 0,06, dan peningkatan jumlah penggunaan tepung ubi jalar 0,03. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara keseluruhan
muffin yang terbuat dari sebagian besar tepung terigu masih memberikan karakteristik sensori yang paling disukai konsumen. Peningkatan jumlah tepung jagung juga disukai karena
menghasilkan muffin dengan karakteristik keseluruhan yang menyerupai karakteristik muffin dari tepung terigu. Nilai konstanta tepung ubi jalar terkecil karena peningkatan jumlah tepung
ubi jalar memberikan warna coklat tua, aroma ubi yang kuat, dan tekstur muffin yang agak lengket sehingga cukup berbeda dengan karakteristik muffin dari terigu yang umum
dikonsumsi masyarakat. Akan tetapi, peningkatan jumlah tepung ubi jalar masih meningkatkan skor kesukaan konsumen ketika dikombinasikan dengan peningkatan jumlah
tepung terigu dan tepung jagung dalam satu formula muffin. Grafik plot kontur Gambar 19 menggambarkan hubungan antara kombinasi jumlah
penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi jalar dengan nilai respon keseluruhan yang dihasilkan. Bagian grafik yang berwarna merah menunjukkan respon
tertinggi sebesar 6,271 sedangkan bagian grafik berwarna biru menunjukkan respon terendah sebesar 4,744. Titik-titik merah yang berada pada satu garis yang sama akan memberikan nilai
respon yang sama walaupun memiliki kombinasi jumlah penggunaan tepung yang berbeda- beda. Grafik plot kontur juga ditampilkan secara tiga dimensi Gambar 20. Perbedaan nilai
respon digambarkan oleh perbedaan ketinggian pada permukaan grafik. Area yang tinggi menunjukkan nilai respon yang tinggi sedangkan area yang rendah menunjukkan nilai respon
yang rendah pula.
32
Gambar 19. Grafik plot kontur pengaruh jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi terhadap skor kesukaan atribut keseluruhan pada optimasi formula muffin
Gambar 20. Grafik tiga dimensi pengaruh jumlah penggunaan tepung terigu, tepung jagung, dan tepung ubi terhadap skor kesukaan atribut keseluruhan pada optimasi formula muffin
Design-Expert® Sof tware ov erall
Design Points 6.271
4.744 X1 = A: Terigu
X2 = B: Tep jagung X3 = C: Tep ubi
A: Terigu 30
B: Tep jagung 90
C: Tep ubi 40
10 60
overall
5.14818 5.33359
5.519 5.70441
5.88982
2 2
2 2
2 2
2 2
2 2
Design-Expert® Sof tware ov erall
6.271 4.744
X1 = A: Terigu X2 = B: Tep jagung
X3 = C: Tep ubi
A 30 B 60
C 10
4.7 5.125
5.55 5.975
6.4
o v
e ra
ll
A 0 B 90
C 40
33
4. Optimasi Respon