mobilitas penduduk perempuan ke luar desa juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi responden yang akan dibahas pengaruhnya dalam bab selanjutnya.
6.3. Faktor Penghalang Antara
6.3.1.Tingkat Kemudahan Sarana Transportasi
Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab Pendahuluan, Desa Karacak secara geografis memiliki jarak yang dekat dari pusat Kota Bogor, ibukota Kabupaten
Bogor, bahkan ibukota Negara Indonesia. Akses terhadap daerah tersebut pun relatif mudah, bisa dijangkau dengan angkutan umum, mobil pribadi, atau
kendaraan bermotor lainnya. Kondisi jalan yang cukup baik sangat memungkinkan terjadinya mobilitas penduduk baik laki-laki maupun perempuan.
Hal ini menunjukkan bahwa akses warga untuk menjangkau daerah-daerah yang biasanya menjadi muara para migran relatif mudah.
Dilihat dari sisi kemudahan dan kenyamanan sarana transportasi umum, hal ini juga menunjukkan hasil yang positif. Sebagian besar warga merasakan
kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses dan memanfaatkan sarana transportasi umum dari Desa Karacak, berikut adalah rinciannya:
Tabel 5. Tingkat Kemudahan dan Kenyamanan Sarana Transportasi Umum Desa Karacak Tahun 2010
Tingkat Kemudahan dan Kenyamanan Sarana
Transportasi Umum Tipe Responden Berdasarkan Jenis Migrasi
Stayer Return
Migrant Pendatang Total
Persentase Rendah
1 1
2 7.14
Tinggi 8
9 9
26 92.86
Total 8
10 10
28 100.00
Selain itu, dilihat dari kepemilikan terhadap alat transportasi pribadi, keluarga responden cukup banyak yang memilikinya. Sebanyak 46,67 persen
keluarga responden memiliki motor sebagai kendaraan pribadi yang dimiliki keluarganya. Dengan demikian, faktor penghalang antara berupa tingkat
kemudahan sarana transportasi menuju daerah-daerah muara para migran dari Desa Karacak cenderung mudah untuk dilalui.
6.3.2.Budaya
Budaya, dalam penelitian ini dianalisis dari jenis sistem kekerabatan dalam keluarga yang dianut di desa tersebut, sehingga memungkinkan penduduk
perempuan untuk tertahan di desa. Dalam penelitian ini, sistem kekerabatan yang dimaksud dilihat dari budaya menetap setelah pernikahan yang dirumuskan oleh
Koentjaraningrat 1965. Jenis sistem kekerabatan berdasarkan budaya menetap setelah menikah yang
dianut oleh penduduk Desa Karacak adalah Neolokal, yang memberikan kebebasan bagi pasangan suami-istri untuk menentukan tempat tinggal mereka
setelah berumah tangga. Hal ini terlihat dari tempat tinggal responden yang dikunjungi. Beberapa di antara mereka ada yang tinggal berdekatan dengan
keluarga suami, ada yang tinggal berdekatan dengan keluarga istri, bahkan ada juga di antara mereka yang tinggal terpisah jauh baik dari keluarga suami maupun
istri. Dengan demikian, Desa Karacak cenderung fleksibel dalam hal budaya. Tidak ada yang membatasi tempat tinggal sepasang suami istri saat telah berumah
tannga, sehingga memungkinkan bagi perempuan untuk melakukan mobilitas penduduk ke luar desa.
Selain itu, cukup banyaknya warga pendatang di Desa Karacak dan cukup banyaknya penduduk perempuan muda yang bersekolah ataupun bekerja di luar
desa menunjukkan bahwa sebenarnya Desa Karacak bukanlah desa yang terisolir
untuk masalah mobilitas penduduk perempuan. Oleh karena itu faktor penghalang mobilitas penduduk perempuan ke luar desa dari segi budaya relatif mudah untuk
dilalui.
6.4. Ikhtisar Bab VI