Jenis Pekerjaan Suami Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Pribadi

Sekalipun mereka tidak memiliki balita, namun mereka masih memiliki anak dengan usia sekolah, yaitu sebesar 30 persen responden, yang berarti masih membutuhkan perhatian yang besar dari sang ibu. Adapun mereka yang kini sudah tidak memiliki anak balita maupun anak usia sekolah, namun mereka sudah tergolong penduduk usia lanjut.

5.4. Status Pekerjaan

Pada Tabel 4, terlihat bahwa sebagian besar responden 63,33 persen berstatus tidak bekerja. Hal ini terutama terjadi pada responden jenis stayer dan pendatang. Adapun return migrant menunjukkan proporsi yang sama antara responden yang bekerja dan tidak bekerja. Hal ini terjadi karena return migrant kebanyakan memiliki pengalaman bekerja selama ia melakukan mobilitas penduduk, sehingga ia mampu menerapkannya saat di desa. Banyak alasan yang diungkapkan mengenai pilihan mereka untuk tidak bekerja, salah satunya seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga: “…Mau mah mau Teh kerja, tapi da gimana, sekarang mah punya anak kecil, nanti siapa yang ngurus kalau bukan saya.” Ismi, 27 tahun Selain itu, jenis pekerjaan yang biasanya diminati oleh para penduduk yang berusia relatif muda tidak tersedia di desa, sehingga mereka yang tinggal di desa mayoritas tidak memiliki pekerjaan. Jenis pekerjaan yang banyak tersedia di desa hanya sebatas pekerjaan di bidang perkebunan dan pertanian.

5.5. Jenis Pekerjaan Suami

Pada Tabel 4, terlihat bahwa sebagian besar suami responden 69,23 persen bekerja di desa, sedangkan 30,77 persen lainnya bekerja di luar desa. Suami responden yang bekerja di desa mayoritas adalah sebagai petani, adapun mereka yang pergi ke luar desa mayoritas adalah pedagang dan buruh. Para suami yang pergi ke luar desa, umumnya pulang ke desa dalam jangka waktu tertentu, seperti seminggu sekali atau satu bulan sekali. Pekerjaan suami yang berlokasi di luar desa menjadikan perempuan memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menjaga anak-anak mereka di desa. Begitupun bagi responden yang suaminya bekerja di desa, menjadikan perempuan untuk tetap tinggal di desa dan tidak pergi meninggalkan suami dan anak-anak mereka.

5.6. Tingkat Pendidikan

Pada Tabel 4, terlihat bahwa setengah dari responden yang diteliti 50 persen memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu hanya menamatkan sekolah sampai SD. Rendahnya tingkat pendidikan responden terutama terjadi pada responden jenis stayer. Adapun responden jenis return migrant cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik daripada stayer, dimana sebagian besar dari mereka memiliki tingkat pendidikan sedang, yaitu menamatkan sekolah sampai SMP atau SMA. Hal ini tentu saja terjadi karena saat mereka dulu memutuskan untuk melakukan mobilitas penduduk untuk bekerja, salah satunya didorong karena mereka merasa memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik pada zamannya. Walaupun akhirnya, banyak diantara mereka yang tak mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di tempat tujuan, dan akhirnya kembali ke desa. Sebanyak 6,67 persen responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sarjana. Responden yang berpendidikan tinggi ini seluruhnya adalah pendatang.

5.7. Tingkat Pendapatan Pribadi

Pada Tabel 4 terlihat bahwa sebanyak 83,33 persen responden memiliki tingkat pendapatan yang rendah atau bahkan tidak berpendapatan. Hal ini terjadi secara merata, baik pada stayer, return migrant, maupun pendatang dan merupakan implikasi dari banyaknya responden yang berstatus tidak bekerja. Tingkat pendapatan pribadi responden menunjukkan akses responden terhadap ekonomi secara pribadi. Hal ini bisa menjadikan otoritas perempuan untuk mengambil keputusan mobilitas semakin tinggi. Rendahnya tingkat pendapatan pribadi responden menunjukkan akses ekonomi responden secara pribadi di desa tersebut adalah rendah.

5.8. Status Ekonomi Keluarga