Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS

19 Tabel 2.1 Konsep

C. Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS

BPRS menurut pengertiannya adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Indonesia menetapkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32KEPDIR tanggal 12 Mei 1999 tentang bank umum berdasarkan prinsip syariah dan Surat Keputusan Direksi BI No. 32KEPDIR tanggal 12 Mei 1999 tentang BPR berdasarkan prinsip syariah. Dimana didalamnya berisi tentang segala kegiatan yang dilakukan oleh BPRS adalah kegiatan-kegiatan yang berdasarkan prinsip syariah, dan BPRS wajib memiliki Dewan Pengawas Syariah DPS yang berkedudukan di kantor pusat. 22 Dalam peraturan Bank Indonesia No. 617PBI2004, BPR Bank Perkreditan Rakyat dan BPRS Bank Perkreditan Rakyat Syariah menerima bentuk simpanan 22 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, h.6366. Lembaga Keuangan Mikro Syariah LKMS Lembaga yang termasuk dalam LKMS : 1. BPRS Badan Perkreditan Rakyat Syariah 2. BMT Baitul Maal Wat Tamwil 3. Koperasi Syariah Respon masyarakat non muslim di Depok terhadap LKMS 20 dalam bentuk sebagai berikut : Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat atau biasa disebut BPR yang dimaksudkan dalam Undang- Undang tersebut adalah bank yang menerima simpanan dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu Undang-Undang No.7 Tahun 1992 pasal 3. Adapun yang dimaksud BPR Syariah adalah BPR biasa yang pola operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah Islam. 23 Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS Salah satu bank syariah yang telah memerankan perannya dengan baik, sebelumnya pada tahun 1999 hanya ada 1 bank umum syariah dan 78 BPRS. Hingga kini BPRS di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup signifikan, tercatat hingga akhir 2012 telah berdiri 156 BPR Syariah, dengan jaringan kantor sebanyak 1692 buah. Adapun tujuan didirikannya BPRS yaitu mengarahkan kegiatan ekonomi umat untuk bermuamalah secara Islam khususnya muamalah yang berhubungan dengan perbankan, agar terhindar dari praktek-praktek riba atau jenis-jenis usahaperdagangan lain yang mengandung gharar dan lain sebagainya yang dilarang oleh agama Islam. Tujuan yang kedua yaitu untk menciptakan suatu keadilan dibidang ekonomi dengan jalan meratakan melalui kegiatan investasi agar tidak terjadi kesenjangan yang amat besar antara pemilk modal dan pihak yang membutuhkan dana. 23 Karnaen Perwataatmadja, dan M. Syafi’I Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam Yogyakarta: PT. Dana Bakti Prima Yasa, 1999, h.95. 21 Tujuan yang ketiga untuk meningkatkan kualitas umat dengan jalan membuka peluang berusaha yang lebih besar terutama kepada kelompok miskin, yang diarahkan kepada kegiatan usaha yang produktif menuju terciptanya kemandirian berusaha. Keempat, untuk membantu menanggulangi masalah kemiskinan yang pada umumnya merupakan program utama dari negara-negara yang sedang berkembang, upaya ini berupa pembinaan nasabah yang lebih menonjol sifat kebersamaan dari siklus usaha yang lengkap. tujuan selanjutnya, untuk meningkatkan kestabilan ekonomi pemerintah dengan aktivitas-aktivitas Bank Syariah yang diharapkan mampu menghindarkan inflasi akibat penerapan system bunga, menghindarkan persaingan yang tidak sehat antara lembaga keuangan khususnya bank dan menanggulangi kemandirian lembaga keuangan. Tujuan yang terakhir adalah untuk menyelamatkan ketergantungan umat Islam terhadap bank konvensional yang menyebabkan umat Islam tidak bisa melaksanakan ajaran agamanya secara penuh terutama dibidang kegiatan bisnis dan perekonomian. 24 BPRS mempunyai ruang lingkup tersendiri, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Mobilisasi Dana Masyarakat BPRS akan mengerahkan dana masyarakat dalam berbagai bentuk seperti simpanan Wadi’ah, dengan adanya fasilitas tabungan dan deposito berjangka. Fasilitas ini dapat digunakan untuk menitip shadaqah, infaq, zakat, dan lain-lain. 24 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996, h.11. 22  Simpanan Amanah. Bank menerima titipan amanah berupa dana infaq, shadaqah, dan zakat. Akad dari penerimaan titipan ini adalah wadi’ah yakni titipan tidak menanggung resiko.  Tabungan Wadi’ah. Bank menerima tabungan pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan yang digunakan adalah sama yakni wadi’ah.  Deposito Wadi’ah Deposito Mudharabah Bank menerima deposito berjangka pribadi maupun badan usaha. Akad penerimaannya wadi’ah atau mudharabah, dimana bank menerima dana yang digunakan sebagai penyertaan. Jangka waktunya 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan seterusnya. 2. Penyaluran Dana Menyalurkan dana dalam bentuk:  Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau musyarakah.  Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, istishna’, atau qardh.  Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.  Pengambilan alih hutang berdasarkan akad hawalah. 23 3. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan akad wadiah atau investasi berdasarkan akad mudharabah dan atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 4. Memindahkan uang baik kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah melalui rekening BPRS yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS. 5. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah berdasarkan persetujuan Bnak Indonesia. 25

D. Baitul Maal Wat Tamwil BMT