Mempertahankan Otonomi Daerah

3. Mempertahankan Otonomi Daerah

3.1 Mendefinisikan Otonomi Daerah

Ada pengakuan bagi kebutuhan terhadap pemerintahan demokratis yang lebih tanggap kebutuhan rakyat dan ada kecenderungan mendunia agar pemerintahan menjadi lebih dekat dengan rakyatnya. Di suatu negeri yang sangat beragam dan dengan penduduk yang sepadat seperti Indonesia, hal ini berarti ada kebutuhan, paling tidak, terhadap tingkat kedua atau ketiga dari pemerintahan untuk menjamin interaksi yang lebih besar antara staf negara dan rakyat. Bila pemerintahan yang terpilih berhadapan dengan rakyat pada tingkat lebih rendah, masyarakat akan memiliki interaksi lebih besar dengannya dan akan dapat menyuarakan ketidakpuasannya dengan kinerja pejabat-pejabatnya sekiranya mereka gagal menjalankan tugas-tugas pemerintahan.

Namun, pemerintahan bertingkat-tingkat seperti ini memerlukan kerangka kerja untuk alokasi kekuasaan yang cocok dan tugas-tugas untuk setiap tingkat, dan suatu kerangka kerja untuk menyatukan administrasi di dalam tujuan nasional. Jumlah pejabat pemerintah pada tingkat yang lebih rendah harus memiliki kekuasaan untuk memperbaiki kondisi kehidupan rakyat atau untuk memberi dampak pada tuntutan mereka. Jika tidak, maka pembentukan tingkat kedua atau ketiga pemerintahan, di tingkat lokal dan regional, akan tidak berguna. Dalam konteks ini, penambahan tingkat pada pemerintahan sub-nasional dibutuhkan untuk membuat partisipasi politik menjadi berarti.

Konstitutionalisme dan Aturan Hukum

Ada dua cara untuk mengalokasi kekuasaan pada tingkat pemerintahan sub- nasional. Pertama ialah menyetujui pemberian kekuasaan mutlak pada berbagai tingkat pemerintahan, sementara yang kedua, menyetujui kekuasaan paralel yang mereka bagi dengan pemerintahan nasional. Jika kekuasaan dibagi antara tingkat pemerintahan yang berbeda, penting mempertimbangkan kepentingan atau prinsip yang membedakan tingkat pemerintahan mana yang serta-merta lebih menonjol atau seharusnya mempunyai tanggung jawab menyeluruh untuk menjamin pemerintahan yang efektif.

Kerumitan kehidupan abad ke-21 berarti bahwa beberapa tingkat pemerintahan mungkin memiliki kepentingan yang berkelanjutan di bidang kehidupan sosial dan ekonomi yang sama. Misalnya dalam perkara pendidikan, pemerintahan nasional mempunyai peran penting dalam menentukan norma dan standar tertentu dan dalam menentukan tingkat pelatihan dan kualifikasi. Tetapi tingkat pemerintahan lain mungkin mempunyai peran penting dalam perencanaan atau distribusi fasilitas pendidikan. Pada tingkat yang paling rendah ada tuntutan legitimasi untuk memantau kinerja pengajar pada sekolah tertentu. Dalam perkara penyelenggaran jasa, atau administrasi fasilitas di tingkat lokal terlibat, harus juga ada pertanggungjawaban di tingkat itu.

Suatu sistem distribusi kekuasaan seharusnya juga dinilai dengan kriteria penting tentang efisiensi, efektivitas pengeluaran, dan rasionalitas. Ia tidak mengabdi pada tujuan pemerintahan efektif untuk berhadapan dengan warga negara dengan hukum-hukum yang kontradiktif atau tingkat pemerintahan yang bersaing satu-sama lain berkaitan dengan kekuasaan eksekutif atau legislatif.

Kelompok kerja menyadari bahwa Indonesia memerlukan pemerintahan daerah, kabupaten, dan lokal untuk meningkatkan akuntabilitas. Pemerintahan lokal secara global semakin dilihat sebagai suatu agen pembangunan yang penting, dan seharusnya juga diketahui bahwa tingkat ini merupakan yang paling penting bagi partisipasi “akar-rumput” karena ia yang paling dapat menanggapi kondisi dan kebutuhan setempat.

Ketika ada devolusi kekuasaan pada tingkat pemerintahan yang lebih rendah, devolusi semacam ini harus diikuti oleh sumber daya, kemampuan keuangan dan fiskal yang memadai sehingga memungkinkan tingkat pemerintahan yang lebih rendah ini berfungsi secara efektif. Devolusi kekuasaan dan tugas-tugas tidak dapat berjalan jika kekuasaan seperti itu dialokasikan tidak melalui cara- cara yang tepat yang dengannya semua itu dapat dijalankan atau dibatalkan secara memadai.

Penilaian Demokratisasi di Indonesia

Pemerintahan nasional bertanggung jawab untuk mengembangkan kerangka kerja makro-ekonomi negeri. Konsekuensinya, penting bagi pemerintahan nasional untuk menjalankan tugas utama menjamin kemampuan fiskal dan keuangan dijalankan di dalam kerangka kerja kebijakan makro-ekonomi. Pemerintahan nasional, karenanya, harus mempertahankan kekuasaan atas pajak-pajak penting, maupun tanggung jawab untuk mendirikan suatu bank sentral yang mandiri, dan bertanggung jawab untuk membayar utang negara secara keseluruhan, biasanya sebagai tuntutan pertama terhadap kenaikan pemasukan secara nasional.

Rekomendasi:

Yang berikut ini harus dimasukkan ke dalam konstitusi:

a) konsep otonomi daerah. (lihat Bagian 8: Kesimpulan)

b) komitmen sumber daya untuk menjamin otonomi daerah berjalan dengan efektif

c) Definisi kekuasaan dan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh setiap lapisan (tingkat) pemerintahan Kekuasaan pemerintahan pusat harus meliputi pertahanan, kehakiman, keuangan dan urusan luar negeri, sementara kekuasaan dan fungsi lain harus dialokasikan atau dibagi dengan daerah.

3.2 Meyelaraskan Aspirasi-Aspirasi Daerah dengan Integrasi Nasional

Penyelarasan kekuasaan dan aspirasi daerah di dalam sebuah Indonesia yang bersatu mengharuskan pembentukan pranata-pranata yang memadai yang memungkinkan wakil-wakil daerah bertemu dan membahas masalah-masalah daerah dan antar daerah. Juga penting untuk memastikan bahwa aspirasi-aspirasi daerah terwakilkan dalam pranata-pranata dan struktur-struktur nasional. Daerah harus memahami perannya dalam perencanaan dan manajemen nasional. Ini meliputi pemahaman terhadap masalah-masalah di daerah-daerah lain.

Sebagaimana pepatah mengatakan, semua politik itu sifatnya lokal. Para politisi di seluruh dunia berusaha dipilih kembali dengan melakukan yang terbaik bagi konstituennya. Tidak terhindarkan bahwa perwakilan dari daerah-daerah akan mempromosikan kepentingan daerahnya bahkan dengan mengabaikan daerah lain atau terhadap bangsa secara keseluruhan. Karena itu, penting untuk menyeimbangkan kecenderungan sentrifugal devolusi kekuasaan dengan mekanisme terpadu yang menjunjung penyelarasan tindakan-tindakan daerah dan membuat kontrol terhadap kebijakan yang secara mutual merusak. Cara-cara

Konstitutionalisme dan Aturan Hukum

untuk mengembangkan pemerintahaan yang kooperatif merupakan prioritas, dan ini ada dalam konteks bahwa anggota kelompok kerja menyetujui pembentukan sebuah pranata nasional dengan kapasitas untuk menyelesaikan dan mengatur konflik-konflik baik di antara maupun di dalam daerah-daerah.

Anggota-anggota Forum ini juga menyadari bahwa pemerintahan nasional mempunyai peran dan tanggung jawab untuk membantu pemerintah daerah dan rakyatnya bila memang ada kebutuhan seperti itu. Masih tetap menjadi tanggung jawab pemerintahan nasional untuk menjalankan langkah-langkah penghapusan ketimpangan antardaerah. Ini harus dirumuskan dalam undang- undang. Konstitusi, atau hukum, harus memuat tindakan-tindakan untuk mewujudkan kesetaraan horisontal dengan transfer fiskal yang menguntungkan daerah miskin sumber daya atau basis pajak. Kegagalan untuk menjalankan itu bakal menimbulkan ketimpangan sosial yang luar biasa besar.

Rekomendasi:

Melalui konstitusi, membentuk kamar (majelis) kedua yang terdiri atas wakil-wakil yang terpilih dari daerah-daerah. Memastikan bahwa kamar kedua ini memiliki kekuasaan, kapasitas, dan sumber daya untuk menjadi representasi kepentingan daerah yang efektif.

Melalui konstitusi, mengidentifikasi sistem pemilihan umum untuk memilih wakil-wakil daerah. Undang-undang tentang otonomi daerah harus cukup jelas untuk memastikan bahwa pemerintahan nasional memiliki kekuasaan untuk intervensi dalam situasi tertentu, untuk membantu daerah bila terjadi kegagalan sistem atau krisis.

Pemerintahan nasional harus memiliki suatu tanggung jawab konstitusional untuk membantu daerah-daerah yang terbelakang untuk mencapai standar dasar pembangunan.

Melalui konstitusi, mendirikan suatu badan atau mekanisme yang bertindak sebagai forum dialog terus-menerus antar daerah. Mempersiapkan suatu pranata nasional untuk menangani konflik antara atau di dalam daerah, propinsi, dan pemerintah pusat.

Penilaian Demokratisasi di Indonesia

3.3 Isu-Isu Fiskal dan Keuangan

3.3.1 Prinsip-prinsip alokasi sumber daya Kelompok kerja memandang penting untuk mengkaji ulang dasar hak-hak

daerah yang menjadi lokasi sumber daya alam, untuk kompensasi atas kerusakan lingkungan dan degradasi yang muncul akibat eksploitasi sumber dayanya. Lebih lanjut, ada ongkos tambahan yang timbul dari tuntutan infrastruktur yang disebabkan oleh pengerukan sumber daya alam yang ada di wilayah itu, untuk mana daerah tersebut harus mendapatkan ganti rugi.

Pada saat yang sama, disadari bahwa semua orang Indonesia berhak untuk mendapatkan layanan publik minimum seperti kesehatan, pendidikan, dan pelayanan sosial. Tuntutan-tuntutan yang saling bersaing seharusnya diseimbangkan dengan membolehkan komunitas setempat atau daerah di mana sumber daya ditemukan mengklaimnya sebagai bagian, tetapi tidak seluruhnya, atas pemasukan yang dihasilkan dari eksploitasi sumber daya itu.

Proses alokasi pendapatan nasional ke daerah-daerah yang berbeda bersifat kompetitif dan karenanya penting untuk menegakkan prinsip bahwa daerah seharusnya tidak dirugikan karena afiliasi agama, etnis, atau politik mereka. Mengenai hal ini, Komisi Fiskal dan Keuangan yang netral dapat memainkan peran penting dalam merekomendasikan transfer fiskal yang tepat kepada berbagai daerah yang berbeda berdasarkan kriteria obyektif, termasuk keinginan balas budi atas pengabaian di masa lalu.

Rekomendasi:

Menetapkan kerangka kerja fiskal dan keuangan yang menjamin kapasitas finansial minimum bagi pemerintahan tingkat kedua dan ketiga.

Mengalokasikan kekuasaan untuk mengumpulkan dan menetapkan pajak berdasarkan wewenang yang memadai dan kerangka kerja makro-ekonomi.

Pemerintahan tingkat kedua dan ketiga harus berhak atas penerimaan yang cukup agar bisa menjalankan rencana pembangunannya. Alokasi sumber daya dan keuangan harus disusun dengan pertimbanan untuk menetapkan standar minimum nasional. Harus ditetapkan kompensasi bagi pemerintahan daerah untuk mengganti kerugian yang berkaitan dengan lingkungan dan kerugian lain yang berkaitan dengan eksploitasi sumber daya nasional.

Konstitutionalisme dan Aturan Hukum