Pemanfaatan Katalog Online (Opac) Sip Marc Oleh Pemustaka Di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta
DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh:
Ahmad Jauzi
NIM : 1111025100023
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1436H / 2015 M
(2)
(3)
(4)
Ahmad Jauzi (1111025100023). Pemanfaatan Katalog Online (OPAC) SIP MARC Oleh Pemustaka di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Di bawah bimbingan Nurul Hayati, M.Hum. Program Studi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Jakarta, 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan perilaku pemustaka dalam memanfaatkan OPAC SIP MARC di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pemustaka sudah mengetahui OPAC SIP MARC di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, namun pemustaka belum familiar dalam memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada pada OPAC SIP MARC. Pemustaka memanfaatkan OPAC SIP MARC hanya untuk mencari koleksi buku. Cara yang paling banyak mereka gunakan untuk menemukan koleksi buku yaitu melalui kata kunci judul dengan menggunakan fasilitas pencarian sederhana. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu OPAC SIP MARC belum sepenuhnya dimanfaatkan, karena pemustaka belum familiar dengan fasilitas-fasilitas yang ada pada OPAC SIP MARC. Pemustaka lebih memilih untuk mencari langsung ke rak buku atau bertanya ke pustakawan, karena jumlah komputer OPAC yang tidak memadai serta informasi mengenai status koleksi di OPAC yang tidak sesuai dengan yang ada di rak.
(5)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis ucapkan hanya kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kelemahan dan kekurangan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bpk. Prof. Dr. Sukron Kamil, MA selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bpk. Pungki Purnomo, MLIS, selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan.
3. Bpk. Mukmin Suprayogi, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan.
4. Ibu Nurul Hayati, M.Hum, selaku dosen pembimbing penulis yang sudah menyediakan waktu, tenaga, dan pikirannya serta selalu sabar membantu dan membimbing penulis, untuk menyelesaikan skripsi ini. 5. Keluarga besar dosen Jurusan Ilmu Perpustakaan, yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
6. Keluarga besar Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang telah memberikan kesempatan dan berbagi ilmu serta pengalaman di sana. Terutama kepada Bang Gigih, Pak Tugeno, Pak Agus, Pak Jufri, Mba Rohana, Bang Asep, Bang Zihan, Bang Lana, Bang Yanuar, Bang Daus, Ka Yulia, Bamas, Anisha, Mega, Lany, dan Lidya.
7. Ka Rani, Ka Ulil, dan Ka Dila terimakasih ka atas waktu, pikiran, semangat, dan doanya, dari awal penulisan skripsi ini hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikannya.
8. Seluruh teman-teman JIP UIN 2011 terutama IPI A, yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsinya.
(6)
9. Terimakasih kepada seluruh keluarga besar JIP UIN JAKARTA yang selalu memberikan dukungan dan masukannya kepada penulis.
10.Terimakasih kepada sahabat-sahabat penulis yaitu Fahmi, Adam, Derry, Hasbi Fikri, Hanif, Yukha, Amirah, Zulfikar Arman, Hafiz Salim, Lailatifa, Icha, Haikal, dan Anisya yang selalu memberikan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Orang Tua dan keluarga penulis, yang selalu memberikan semangat dan doa yang tidak pernah terputus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12.Terimakasih kepada sahabat-sahabat KKN MPR Isti, Ibnu, Dadan, Fadhli, Abdu, Oji, Shinta, Desy, Fitria, Sella, Boby, Nanda, Ina, Rida, dan Tami yang sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsinya 13.Dan semua orang yang sudah banyak mendukung dalam
menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat diucapkan satu persatu, Terimakasih untuk segalanya, semoga Allah SWT yang membalas semua kebaikan dan doa yang sudah diberikan kepada penulis. Amin. Akhir kata, penulis hanya dapat memanjatkan doa semoga Allah SWT memberikan balasan yang setara kepada semua pihak atas kebaikan dan bantuannya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi ssemua pihak yang memerlukan khususnya di dunia perpustakaan saat ini dan seterusnya.
Ciputat, 21 September 2015
(7)
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
1. Pembatasan Masalah ... 6
2. Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
1. Tujuan Penelitian ... 7
2. Manfaat Penelitian ... 7
D. Definisi Istilah ... 8
E. Sistematika Penulisan ... 8
BAB II TINJAUAN LITERATUR ... 10
A. Perpustakaan Umum ... 10
1. Pengertian Perpustakaan Umum ... 10
2. Tujuan Perpustakaan Umum ... 11
3. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Umum ... 12
B. Katalog ... 14
1. Pengertian Katalog ... 14
2. Tujuan dan Fungsi Katalog ... 15
a. Tujuan Katalog ... 15
b. Fungsi Katalog ... 17
3. Bentuk Katalog Perpustakaan ... 19
C. Online Public Access Catalog (OPAC) ... 21
1. Pengertian Katalog Online (OPAC) ... 21
2. Perkembangan OPAC ... 23
3. Fungsi dan Manfaat OPAC ... 24
(8)
b. Manfaat OPAC ... 26
4. Fasilitas OPAC ... 28
5. Kendala dalam Pemanfaatan OPAC ... 30
D. Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis INDOMARC (SIP MARC) ... 31
1. Sistem Informasi Perpustakaan ... 31
2. OPAC dan Format MARC ... 33
E. Penelitian Terdahulu ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 39
1. Jenis Penelitian ... 39
2. Pendekatan Penelitian ... 39
B. Sumber Data ... 39
1. Data Primer ... 39
2. Data Sekunder ... 40
C. Populasi dan Sampel ... 40
1. Populasi ... 40
2. Sampel ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 41
a. Angket/Kuesioner ... 41
b. Dokumentasi ... 41
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 42
1. Editing ... 42
2. Tabulasi ... 42
3. Analisis Data ... 43
F. Jadwal Penelitian ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45
A. Profil Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 45
1. Sejarah Singkat ... 45
2. Tugas Pokok dan Fungsi ... 47
3. Visi dan Misi ... 49
4. Struktur Organisasi dan SDM BPAD DKI Jakarta ... 49
5. Koleksi Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 51
(9)
6. Layanan Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI
Jakarta ... 51
7. Pemustaka di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 52
8. OPAC SIP MARC ... 54
B. Hasil Penelitian ... 58
1.Identitas Responden ... 59
2.Pengetahuan Pemustaka dalam Memanfaatkan OPAC SIP MARC ... 61
3.Perilaku Pemustaka dalam Memanfaatkan OPAC SIP MARC ... 64
C. Pembahasan ... 74
1. Identitas Responden ... 74
2. Pengetahuan Pemustaka dalam Memanfaatkan OPAC SIP MARC ... 75
3. Perilaku Pemustaka dalam Memanfaatkan OPAC SIP MARC ... 79
BAB V PENUTUP ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 44
Tabel 4.1 Jam Layanan Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta ... 52
Tabel 4.2 Jumlah Anggota Berdasarkan Pendidikan ... 53
Tabel 4.3 Jumlah Anggota Berdasarkan Pekerjaan ... 53
Tabel 4.4 Jumlah Kuesioner ... 58
Tabel 4.5 Jenis Kelamin Responden ... 59
Tabel 4.6 Kategori Pemustaka ... 60
Tabel 4.7 Jenis Pekerjaan Pemustaka ... 60
Tabel 4.8 Pengetahuan Pemustaka dalam Memanfaatkan OPAC SIP MARC ... 61
Tabel 4.9 Memanfaatkan OPAC Untuk Mencari Koleksi ... 64
Tabel 4.10 Cara yang Biasa Dilakukan dalam Menemukan Koleksi ... 65
Tabe 4.11 Perbandingan Menemukan Koleksi Melalui OPAC dengan Langsung ke Rak ... 65
Tabel 4.12 Cara Paling Efektif dan Efisien dalam Menemukan Koleksi ... 65
Tabel 4.13 Koleksi yang Dicari di OPAC ... 67
Tabel 4.14 Kata Kunci yang Digunakan dalam Mencari Koleksi di OPAC ... 68
Tabel 4.15 Pemanfaatan OPAC Melalui Pencarian Sederhana ... 68
Tabel 4.16 Pemanfaatan OPAC Melalui Pencarian Kombinasi ... 69
Tabel 4.17 Pemanfaatan OPAC Melalui Pencarian Tajuk ... 70
Tabel 4.18 Penemuan Koleksi di OPAC ... 70
Tabel 4.19 Perilaku Pemustaka Ketika Gagal Menemukan Koleksi di OPAC ... 71
Tabel 4.20 Perilaku Pemustaka Ketika Tempat OPAC Penuh ... 72
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Tampilan Awal SIP MARC ... 55
Gambar 4.2 Tampilan OPAC SIP MARC Melalui Pencarian Sederhana ... 56
Gambar 4.3 Tampilan OPAC SIP MARC Melalui Pencarian Kombinasi ... 56
Gambar 4.4 Tampilan OPAC SIP MARC Melalui Pencarian Tajuk ... 57
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Lampiran Foto
Lampiran 2 : Statistik Pengunjung Anggota dan Non Anggota Bulan Januari 2015 Lampiran 3: Buku Petunjuk Penggunaan Koleksi Perpustakaan
Lampiran 4: Jumlah Anggota Bulan Januari 2015 Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan
Lampiran 5: SDM Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta Lampiran 6: Kuesioner
Lampiran 7: Lembar Permohonan Pembimbing Lampiran 8: Lembar Tugas Menjadi Pembimbing Lampiran 9: Lembar Izin Penelitian
Lampiran 10: Lembar Penerimaan Izin Penelitian dari PTSP Lampiran 11: Lembar Penerimaan Izin Penelitian dari BPAD DKI\ Lampiran 12: Lembar Penguji Skripsi
(13)
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Perpustakaan umum merupakan salah satu wahana pembelajaran sepanjang hayat seseorang. Pada umumnya, perpustakan umum merupakan suatu perpustakaan yang ditujukan dan dilayankan kepada masyarakat umum tanpa mengenal dan membedakan antara usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, ras, etnis, agama dan lain sebagainya. Jadi, perpustakaan umum
melayani seluruh lapisan masyarakat dari anak-anak hingga orang dewasa.1
Perpustakaan umum menyimpan berbagai jenis bahan pustaka. Disitu masyarakat dapat memanfaatkan bahan pustaka tersebut untuk menambah pengetahuan serta menemukan informasi-informasi yang ada di dalamnya. Karena perpustakaan sebagai tempat menyimpan dan menemukan informasi, maka diperlukan suatu sarana atau alat bantu penelusuran yang bisa menemukan dan mengembalikan informasi tersebut. Salah satu sarana atau alat yang bisa membantu menelusur informasi tersebut adalah katalog.
Katalog merupakan daftar buku atau media lain dengan segenap keterangan kelengkapannya (data bibliografis) dari buku atau media yang didaftarnya ini. Sebagai alat bantu penelusuran informasi bibliografi, katalog secara lengkap memuat seluruh keterangan tentang kondisi buku dan media lain secara fisik sehingga isi yang dibahas dalam buku atau media lain ini
1
Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h. 2.
(14)
dapat diketahui dengan jelas.2 Pada umumnya, katalog perpustakaan mempunyai berbagai macam bentuk fisik yang diantaranya yaitu katalog buku, katalog berkas, katalog kartu, dan katalog komputer yang biasa dikenal dengan Online Public Access Catalog (OPAC). OPAC sama maknanya dengan katalog
online.3
Sejalan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang semakin canggih serta kebutuhan informasi yang semakin meningkat, maka perpustakaan pun dituntut untuk berkembang mengikutinya. Sesuai dengan perkembangan tersebut, perpustakaan yang merupakan sebagai sarana sumber informasi dituntut untuk memberikan layanan informasi yang
terbaru (up to date) yang dapat diakses secara cepat, tepat, dan akurat sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pemustaka. Maka dari itu proses temu balik informasi merupakan hal yang cukup penting untuk diperhatikan oleh suatu perpustakaan.
Pada saat sekarang ini katalog online (OPAC) menjadi sebuah pilihan alternatif untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi. Online Public Access Catalog (OPAC) merupakan suatu bentuk alat bantu penulusuran informasi yang mutakhir pada saat ini. Online Public Access Catalog (OPAC) juga merupakan puncaknya dari alur sejarah perkembangan katalog yang ada.
Berbicara tentang Online Public Access Catalog (OPAC), banyak manfaat yang diperoleh dari penggunaan alat bantu penelusuran informasi ini.
2
Pawit M.Yusup dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi (Information Retrieval), (Jakarta: Kencana,2010), h. 215.
3 Heri Abi Burachman Hakim, “Optimalisasi Senayan Sebagai Perangkat Lunak Berbasis Open Source Untuk Perpustakaan Seni,”Visipustaka: Majalah Perpustakaan.”
(15)
Dengan menggunakan OPAC, pemustaka dapat mempermudah menemukan khasanah yang ada di perpustakaan dengan hanya membuat pertanyaan atau permintaan (query) melalui judul, pengarang, subjek, maupun kata kunci bibliografis lainnya. Melalui OPAC juga dapat diketahui lokasi serta status dari koleksi perpustakaan tersebut dan mengetahui apa saja yang sudah ditulis oleh pengarang tertentu. Manfaat lainnya adalah OPAC dapat diakses dimana saja dan kapan saja, karena penggunaannya tidak harus dilakukan di perpustakaan tersebut dan tidak harus juga pada jam buka perpustakaan.
Uraian tentang manfaat OPAC di atas menunjukkan bahwa apabila OPAC serta fasilitasnya dimanfaatkan secara optimal, maka akan membantu pemustaka maupun pustakawan dalam penelusuran bahan pustaka.
Dewasa ini kehadiran OPAC sudah banyak digunakan di sebuah perpustakaan umum yang salah satunya adalah Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta merupakan perpustakaan umum yang berada pada tingkat Provinsi yang berlokasi di Gedung Nyi Ageng Serang lantai 7-8, Jalan H.R. Rasuna Said Kav.C-22, Kuningan Jakarta Selatan dan di Gedung Arsip Jayakarta, Jalan Cikini Raya No.73 Jakarta Pusat. Namun, penelitian ini hanya dilakukan di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berlokasi di Gedung Nyi Ageng Serang lantai 7-8, Jalan H.R. Rasuna Said Kav.C-22, Kuningan Jakarta Selatan.
Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta di dalam struktur organisasi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta menjalani tupoksi pada bidang layanan BPAD Provinsi DKI Jakarta.
(16)
Dalam struktur organisasi BPAD Provinsi DKI Jakarta juga membawahi 5 perpustakaan umum yang berada di tingkat kota/kabupaten administrasi di DKI Jakarta, seperti: Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Utara, serta Kepulauan Seribu. Perpustakaan umum tingkat kota/kabupaten administrasi di DKI Jakarta pada saat ini dinamakan dengan Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota (KPAK) yang tupoksinya masing-masing dikepalai oleh Kepala Kantor.
Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta saat ini sudah memiliki alat bantu penelusuran bahan pustaka berupa katalog online (OPAC) berbasis SIP MARC. Software berupa Sistem Informasi Perpustakaan yang saat ini digunakan oleh BPAD Provinsi DKI Jakarta dan akan digunakan oleh KPAK-KPAK di DKI Jakarta ini merupakan sistem automasi perpustakaan yang berbasis INDOMARC. Untuk itu, katalog untuk bahan pustaka pada SIP MARC ini mengacu pada peraturan INDOMARC dan Peraturan Katalogisasi Indonesia yang disusun oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia agar tetap sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di dunia perpustakaan. Katalog online (OPAC) berbasis SIP MARC ini sudah dilengkapi beberapa fasilitasnya yaitu seperti pencarian sederhana, pencarian kombinasi, pencarian tajuk, dan informasi koleksi.
Masalahnya adalah pemanfaatan fasilitas OPAC SIP MARC di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang pemustakanya terdiri dari semua lapisan masyarakat masih dikatakan belum maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan, masih banyak pemustaka yang jika mencari bahan pustaka langsung menuju ke rak buku tanpa melihat katalog online (OPAC) terutama
(17)
pada pemustaka orang tua (dewasa). Banyak ditemukan pemanfaatan fasilitas OPAC pada pemustaka kategori pelajar, namun fasilitas OPAC tersebut masih belum dimanfaatkan secara optimal. Ditemukan juga beberapa pemustaka kategori mahasiswa dalam menelusur koleksi yang sudah memanfaatkan OPAC serta fasilitasnya, namun ketika dicek pada raknya, buku yang dicari tidak ditemukan. Menurut Pawit M.Yusup dan Priyo Subekti dalam bukunya, apabila setelah dicek pada raknya, buku yang dicari tidak ada, maka bisa ditanyakan langsung kepada pustakawan tersebut, apakah buku yang bersangkutan sedang dipinjam orang lain atau ada kemungkinan lain terselip
atau hilang.4 Namun, kasus-kasus seperti ini bisa menjadi bahan pertimbangan
pustakawan untuk menetapkan sikap dan kebijaksanaan selanjutnya.5
Fenomena-fenomena permasalahan tersebut disebabkan oleh
kurangnya pengenalan akan pemanfaatan OPAC kepada pemustaka meskipun di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta sudah memiliki instruksi manual berupa buku petunjuk penggunaan koleksi perpustakaan.
Karena masalah tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pemanfaatan katalog online (OPAC) SIP MARC oleh pemustaka di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dipilihnya hanya Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta sebagai lokasi penelitian semata-mata dikarenakan masih belum banyak ditemukannya penelitian tentang pemanfaatan fasilitas OPAC pada pemustaka masyarakat umum, maka penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut. Berdasarkan hal
4
Pawit M.Yusup dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi (Information Retrieval), (Jakarta: Kencana,2010), h. 245.
5
Pawit M.Yusup dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi (Information Retrieval), h. 245.
(18)
tersebut, maka penulis berkeinginan untuk mengangkat permasalahan ini dengan judul “Pemanfaatan Katalog Online (OPAC) SIP MARC Oleh Pemustaka di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan yang diambil, maka penelitian ini hanya dilakukan pada bidang layanan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta yaitu Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berlokasi di Gedung Nyi Ageng Serang lantai 7-8, Jalan H.R. Rasuna Said Kav.C-22, Kuningan Jakarta Selatan. Mengingat pembahasan katalog online (OPAC) sangat luas, maka untuk menghindari penafsiran lebih luas, penulis perlu membatasinya sebagai berikut:
a. Pengetahuan pemustaka dalam memanfaatkan fasilitias OPAC SIP
MARC di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta.
b. Perilaku pemustaka dalam memanfaatkan OPAC SIP MARC di
Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengetahuan pemustaka dalam memanfaatkan fasilitias
OPAC SIP MARC di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta?
(19)
b. Bagaimana perilaku pemustaka dalam memanfaatkan OPAC SIP MARC di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengetahuan pemustaka dalam memanfaatkan
fasilitas OPAC SIP MARC di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta.
b. Untuk mengetahui perilaku pemustaka dalam memanfaatkan OPAC
SIP MARC di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. 2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan
masukan kepada pihak perpustakaan agar pemustaka dapat memanfaatkan fasilitas OPAC secara optimal.
b. Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan mampu mengetahui
keberhasilan Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan bimbingan OPAC kepada pemustaka.
c. Memperkaya khasanah di bidang ilmu perpustakaan.
d. Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman peneliti mengenai Pemanfaatan Katalog Online (OPAC) berbasis SIP MARC Oleh Pemustaka di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta.
(20)
D. Definisi Istilah 1. Pemanfaatan
Suatu cara atau perbuatan menggunakan sesuatu yang berkaitan dengan benda dan mempunyai nilai fungsi oleh pemustaka.
2. OPAC
OPAC (Online Public Access Catalog) merupakan suatu alat bantuan penelusuran via katalog komputer yang berisikan cantuman bibliografi dan dapat diakses secara umum untuk menemukan koleksi di suatu perpustakaan.
3. SIP MARC
Software yang digunakan oleh Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta berupa Sistem Informasi Perpustakaan berbasis INDOMARC. 4. Pemustaka
Pengguna perpustakaan baik perseorangan maupun kelompok yang sudah menjadi anggota maupun non anggota yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.
E. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun penelitian ini, penulis membagi ke dalam 5 (lima) bab. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusuan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi istilah, dan sistematika penulisan.
(21)
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini memuat tentang tinjauan yang berhubungan dengan tema penelitian yaitu: pengertian, tujuan, fungsi dan tugas perpustakaan umum. Pengertian, tujuan, fungsi, dan bentuk katalog. Pengertian OPAC, perkembangan OPAC, fungsi dan manfaat OPAC, fasilitas OPAC, kendala dalam pemanfaatan OPAC, sistem informasi perpustakaan berbasis INDOMARC, serta penelitian terdahulu.
BAB III Metode Penelitian
Bab ini beirisi tentang jenis dan pendekatan penlitian, sumber data, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini peneliti akan membahas tentang profil
Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, hasil penelitian dan pembahasan tentang Pemanfaatan Katalog Online (OPAC) SIP MARC Oleh Pemustaka di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta.
BAB V Penutup
Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari keseluruhan pokok bahasan dan saran-saran yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian.
(22)
A. Perpustakaan Umum
1. Pengertian Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang seluruh atau sebagian dananya disediakan oleh masyarakat dan penggunanya tidak
terbatas pada kelompok orang tertentu.1 Menurut Sulistyo-Basuki yang
dikutip oleh Sutarno NS, perpustakaan umum adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak dan retribusi, yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk
layanan.2 Menurut Hernandono dalam buku karangan Agus Sutoyo,
perpustakaan umum adalah salah satu jenis perpustakaan yang terbuka untuk umum, diselenggarakan dari dana yang berasal dari umum dengan sasaran untuk melayani umum dengan tidak memandang perbedaan dan kedudukan, pekerjaan, pandangan politik, agama, jenis kelamin, usia, dan suku bangsa.3
Berdasarkan manifesto yang dikeluarkan oleh UNESCO pada tahun 1972, maka perpustakaan umum merupakan lembaga yang didirikan oleh dana umum untuk kepentingan umum dengan tidak memandang perbedaan golongan, ras, warna kulit, agama, kepercayaan, jenis kelamin
1
Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h.17.
2
Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan (Jakarta : Samitra Media Utama, 2004), h. 38. 3
Agus Sutoyo dan Joko Santoso, Strategi dan Pemikiran Perpustakaan (Jakarta: Sagung Seto, 2001), h. 184.
(23)
dan pekerjaan.4 Dalam The Public Library: UNESCO / IFLA Library Manifesto 1994 mengatakan bahwa:
“The services of the public library are provided on the basis of equality of access for all, regardless of age, race, sex, religion, nationality, language or social status.”5
Kalimat diatas maksudnya adalah, perpustakaan umum merupakan suatu jasa yang disediakan atas dasar kesetaraan dan bisa diakses oleh semua orang, tanpa memandang usia, ras, jenis kelamin, agama, kebangsaan, bahasa atau status sosial.
Menurut Undang-Undang No.43 Tahun 2007 tentang
perpustakaan, perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diperuntukan bagi masyarakat luas sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat tanpa
membedakan umur, jenis kelamin, ras, agama, dan status sosial ekonomi.6
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang penyelenggaraannya berasal dari dana umum untuk ditujukan dan dilayankan kepada masyarakat umum tanpa mengenal dan membedakan antara usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, ras, etnis, agama dan lain sebagainya. 2. Tujuan Perpustakaan Umum
Dalam manifesto yang dikeluarkan oleh UNESCO pada tahun 1972 dinyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 4 tujuan utama yaitu:
4
Farli Elnumeri. dkk. Senarai Pemikiran Sulistyo-Basuki: Profesor Pertama Ilmu Perpustakaan dan Informasi di Indonesia (Jakarta: Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII), 2014), h. 186.
5 IFLA, “IFLA/ UNESCO Public Library Manifesto 1994”, dari
http://www.ifla.org/publications/iflaunesco-public-library-manifesto-1994, diakses pada tanggal 19 Mei 2015.
6
Undang-undang Republik Indonesia nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan (Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 2009), h. 3.
(24)
a. Memberikan kesempatan bagi umum untuk membaca bahan pustaka yang dapat membantu meningkatkan mereka kearah kehidupan yang lebih baik.
b. Menyediakan sumber informasi yang cepat, tepat, dan murah bagi
masyarakat, terutama informasi mengenai topik yang berguna bagi mereka dan yang sedang hangat dalam kalangan masyarakat.
c.Membantu warga untuk mengembangkan kemampuan dimilikinya
sehingga yang bersangkutan akan bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya, sejauh kemampuan tersebut dapat dikembangkan dengan bantuan bahan pustaka. Fungsi ini disebut fungsi pendidikan berkesinambungan atau pendidikan seumur hidup.
d. Bertindak selaku agen kultural, artinya perpustakaan umum merupakan
pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum bertugas menumbuhkan apresiasi budaya masyarakat sekitarnya dengan cara menyelenggarakan pameran budaya, ceramah, pemutaran film, dan penyediaan informasi yang
dapat meningkatkan keikutsertaan, kegemaran dan apresiasi
masyarakat terhadap segala bentuk seni budaya.7
3. Fungsi dan Tugas Perpustakaan Umum
Fungsi perpustakaan umum dapat dijabarkan sebagai berikut:
7
(25)
1. Fungsi edukatif
Perpustakaan umum menyediakan berbagai jenis bahan bacaan berupa karya cetak dan karya rekam untuk dapat dijadikan sumber belajar dan menambah pengetahuan secara mandiri.
2. Fungsi informatif
Perpustakaan umum sama dengan berbagai jenis perpustakaan lainnya, yaitu menyediakan buku-buku refernsi, bacaan ilmiah popular berupa buku dan majalah ilmiah serta data penting lainnya yang diperlukan pembaca.
3. Fungsi kultural
Perpustakaan umum menyediakan berbagai bahan pustaka sebagai hasil budaya bangsa yang direkam dalam bentuk cetak/terekam.
4. Fungsi rekreasi
Perpustakaan umum bukan hanya menyediakan bacaan-bacaan ilmiah, tetapi juga menghimpun bacaan hiburan berupa buku-buku fiksi dan
majalah hiburan untuk anak-anak, remaja dan dewasa.8
Adapun tugas pokok dari perpustakaan umum adalah sebagai berikut:
1. Perpustakaan umum disediakan oleh pemerintah dan masyarakat untuk
melayani kebutuhan bahan pustaka untuk masyarakat.
2. Perpustakaan umum menyediakan bahan pustaka yang dapat
menumbuhkan kegairahan masyarakat untuk belajar dan membaca sedini mungkin.
3. Mendorong masyarakat untuk terampil memilih bacaan yang sesuai
dengan kebutuhannya dalam meningkatkan pengetahuan untuk menunjang pendidikan formal, nonformal, dan informal.
8
(26)
4. Menyediakan aneka ragam bahan pustaka yang bermanfaat untuk dibaca agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat yang layak
sehingga dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.9
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum mempunyai beberapa fungsi yang diantaranya adalah fungsi edukatif, informatif, kultural, dan rekreasi. Adapun tugas pokok dari perpustakaan umum adalah melayani kebutuhan masyarakat baik dari
segi penyediaan bahan pusataka, kegiatan belajar-mengajar,
menunjang pendidikan formal, nonformal, dan informal, serta kebutuhan lainnya.
B. Katalog
1. Pengertian Katalog
Katalog merupakan istilah umum yang sering diartikan sebagai
suatu daftar barang atau benda yang terdapat pada tempat tertentu.10 Di
dunia perpustakaan, katalog adalah daftar sistematis dari sejumlah buku atau bahan lain yang ada di perpustakaan dengan dilengkapi keterangan judul buku, pengarang, edisi, penerbit, tahun terbit, tempat terbit, penampilan fisik, bidang subjek, ciri-ciri khusus, dan tempat buku atau
bahan ini disimpan.11
Menurut Sulistyo-Basuki dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Perpustakaan, katalog merupakan daftar bahan perpustakaan atau
9
Taslimah Yusuf, Manajemen Perpustakaan Umum (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996), h.18.
10
Yaya Suhendar, Pedoman Katalogisasi: Cara Mudah Membuat Katalog Perpustakaan (Jakarta: Kencana, 2007), h. 2.
11
Pawit M.Yusup dan Priyo Subekti, Teori dan Praktik Penelusuran Informasi (Information Retrieval) (Jakarta: Kencana, 2010), h. 215.
(27)
buku yang terdapat di sebuah tempat.12 Menurut kamus istilah
perpustakaan, katalog adalah daftar buku, peta, atau bahan lainnya, yang
disusun menurut aturan tertentu; di dalam daftar itu dicatat, diperikan, dan diindeks bahan-bahan dalam suatu koleksi, satu perpustakaan, atau
beberapa perpustakaan.13
Dalam Dictionary for Library and Information Science
menjelaskan bahwa katalog merupakan sebuah daftar lengkap dari buku-buku, majalah, peta, dan bahan lainnya dalam koleksi yang diberikan, diatur secara sistematis untuk memudahkan temu kembali (biasanya abjad
penulis, judul, dan/atau subjek).14
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa katalog perpustakaan merupakan daftar koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan baik tercetak maupun non tercetak dan disusun secara sistematis, alfabetis, atau menurut sistem tertentu.
2. Tujuan dan Fungsi Katalog a. Tujuan Katalog
Tujuan utama katalog adalah membantu pemakai perpustakaan
memperoleh dokumen seefisien mungkin.15Alasan utama perpustakaan
dalam menyediakan katalog adalah untuk memungkinkan dan
12
Sulistyo-Basuki, Materi Pokok Pengantar Ilmu Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka Depdikbud, 1993), h. 272.
13 Nurhaidi Magetsari. dkk, “Kamus Istilah Perpustakaan dan Dokumentasi”, dari
http://www.pnri.go.id/IstilahPerpustakaanAdd.aspx?id=590, diakses pada tanggal 19 Mei 2015.
14
Joan M. Reitz. Dictionary for Library and Information Science, dari http://www.abc-clio.com/ODLIS/odlis_c.aspx, diakses pada tanggal 19 Mei 2015.
15
(28)
membantu memudahkan pemustaka dalam melakukan pencarian yang
mereka inginkan di perpustakaan.16
Menurut Charless Cutter dalam buku The Organization of
Information karangan Arlene G.Taylor yang menjelaskan tujuan
katalog sebagai berikut:
“Charless Cutter gave his “Objects” of a catalog in 1904, speaking only of library catalogs in which book were represented. These objects is broadened to archives, museums, and the likes.”17
Pada kalimat tersebut Charless Cutter (1904) memberikan pengertian tujuan katalog yaitu merepresentasikan dimana buku atau koleksi berada di perpustakaan. Tidak hanya perpustakaan, akan tetapi di lembaga arsip, museum, dan lembaga informasi lainnya.
Charles Ami Cutter dalam karyanya Rules for a Dictionary
Catalog (1876) yang dikutip oleh L.K. Somadikarta merumuskan
tujuan katalog yang sampai kini masih berlaku sebagai berikut:18
1) Untuk memungkinkan pengguna menemukan dokumen,
biarpun yang diketahui hanya salah satu unsur dokumen berikut yaitu: nama pengarang; judul ; subjek
2) Untuk menunjukkan karya-karya yang terdapat dalam
koleksi perpustakaan: oleh pengarang tertentu; mengenai subjek tertentu; dalam jenis atau bentuk sastra tertentu
3) Untuk membantu pemilihan dokumen dari segi: edisi;
(bibliografis); karakteristik (fiksi atau faktual)
16
J.H Bowman, Essential Cataloguing (London: Facet Publishing, 2003), h. 5. 17
Arlene G.Taylor, The Organization of Information, 2nd ed (London: Libraries Unlimited Inc, 2004), h.34.
18
L.K. Somadikarta, Titik Akses Subjek dalam Organisasi Informasi di Perpustakaan, no.2 (Universitas Indonesia: Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra, 1998), h. 5.
(29)
Tujuan katalog nomor (2) dan (3) dicapai dengan pembuatan cantuman bibliografi untuk setiap dokumen yang terdapat dalam koleksi perpustakaan. Cantuman bibliografi tersebut dituangkan pada entri katalog yang disusun dalam katalog sebagai wakil dokumen. Untuk memenuhi tujuan katalog nomor (1) perpustakaan harus menyiapkan satu perangkat atau satu sistem katalog yang terdiri atas 3 macam susunan katalog, yaitu katalog pengarang, katalog judul, dan
katalog subjek.19
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan katalog adalah untuk membantu pemustaka dalam mencari koleksi yang ada di suatu perpustakaan seefisien mungkin.
b. Fungsi Katalog
Katalog sangat penting bagi perpustakaan, karena katalog merupakan petunjuk bagi pemustaka sebagai awal pencarian sebelum mencari di rak koleksi. Sama halnya seperti dijelaskan dalam buku karangan J.H.Bowman menjelaskan seberapa pentingnya katalog di perpustakaan sebagai berikut:
“Why are catalogues important? Why do they matter? They are important because they provide a systematic means of retrieval of items in a collection, and because they bring order to the arrangement of that collection.”20
Maksud kalimat di atas adalah, mengapa katalog penting?
Mengapa mereka berarti? Katalog penting karena mereka
menyediakan sarana sistematis untuk menemukan barang di dalam
19
L.K. Somadikarta, Titik Akses Subjek dalam Organisasi Informasi di Perpustakaan, no.2, h. 5.
20
(30)
suatu koleksi, dan karena mereka juga membantu dalam penataan koleksi secara tersusun.
Dalam penyediaan katalog di perpustakaan, dalam penyusunan juga harus ditampilkan secara terstruktur dan jelas, agar pemustaka dapat memahami dan mudah dalam menelusuri informasi yang mereka butuhkan. Berikut ini adalah fungsi katalog:
1) Untuk menunjukkan kepada pemustaka apa saja informasi yang
tersedia di perpustakaan. Katalog sebagai petunjuk yang di dalamnya terdapat daftar koleksi yang disusun oleh perpustakaan.
2) Untuk membantu pemustaka bahwa katalog sebagai pilihan
yang tepat dengan tersedianya semua informasi didalam katalog, pemustaka juga bisa mendapatkan informasi yang terkait seperti penulis, judul, penerbit, tanggal publikasi, subjek tergolong, dan format materi seperti buku, rekaman video, dan file komputer.
3) Untuk memberikan petunjuk dalam bentuk katalog dengan
memberikan kode berupa judul, penulis atau subjek. Lokasi penempatan buku di rak kemudian ditandai dengan huruf dan
simbol nomor disebut sebagai nomor panggilan.21
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi katalog perpustakaan adalah sebagai sarana temu kembali informasi, sistem komunikasi, dan juga sebagai daftar inventaris bahan pustaka.
21
Mary Liu Kao, Cataloging and Classification for Library Technicians (Newyork: The Haworth Press, 1995), h. 9.
(31)
3. Bentuk Katalog Perpustakaan
Hadirnya katalog perpustakaan terdiri atas berbagai macam bentuk
fisik antara lain, katalog buku (book catalog), katalog kartu (card catalog),
katalog mikro (microform catalog), dan katalog komputer terpasang
(online computer catalog).22 Dalam buku The Organization of Information
karangan Arlene G.Taylor yang menjelaskan pengertian katalog buku sebagai berikut:
”Book catalogs originally were just handwritten list. After the invention of printing with moveable type, book catalogs were printed, but no always in a discernible order, eventually, entries were printed in alphabetical or classified order, but they were very expensive and could not be reproduced and updated often.”23
Katalog buku awalnya hanya daftar tulisan tangan. Setelah penemuan cetakan dalam berbagai jenis, katalog buku pun dicetak, tetapi tidak selalu tersusun rapi seusai urutan, bahkan susunan entri dapat dicetak dalam urutan abjad atau sesuai klasifikasinya, tetapi semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit serta tidak dapat dikembangkan dan diperbaruhi.
Bentuk fisik katalog perpustakaan lainnya adalah katalog kartu. Selama lebih dari seratus tahun hingga akhir 1980-an, katalog kartu merupakan jenis katalog yang paling banyak digunakan. Katalog kartu menggunakan kartu 3x5 inci yang diajukan dalam urutan abjad kemudian
diletakkan di laci yang sesuai dalam lemari yang telah dirancang khusus.24
22
Arlene G. Taylor, Introduction to Cataloging and Classification, 10th.ed (London: Libraries Unlimited 2006), h. 9.
23
Arlene G.Taylor, The Organization of Information, 2nded, h. 36. 24
(32)
Selain bentuk katalog buku dan katalog kartu, terdapat juga bentuk
katalog COM (Computer Output Microform). Dalam format katalog ini,
catatan bibliografi difoto dan kemudian direkam dalam microfilm atau microfiche, katalog COM ini bisa dinilai relatif murah, karena dapat menghemat ruang dibandingkan dengan katalog kartu dan format katalog
buku.25 Penciptaan katalog COM terjadi pada tahun 1960. Mereka
diproduksi dalam kedua format yaitu microfiche atau mikrofilm dan memerlukan mesin pembaca microform agar dapat menggunakan katalog tersebut. Namun, karena mereka tidak disusun di atas kertas dan terikat, katalog ini benar-benar direproduksi atau diperbarui setiap tiga bulan sekali.26
Bentuk katalog perpustakaan lainnya yang hingga saat ini sudah banyak digunakan oleh perpustakaan adalah katalog komputer terpasang (online computer catalog) sering disebut juga dengan online public access
catalogue (OPAC). OPAC dapat diintegrasikan dengan bidang pekerjaan
lain seperti pengatalogan, pengadaan, dan sirkulasi. Dengan sistem yang terintegrasi pemakai tidak hanya mampu menemukan suatu koleksi namun
juga mengetahui kapan koleksi baru tersedia.27
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk katalog
perpustakaan terdapat beberapa macam yaitu: katalog buku (book
catalog), katalog kartu (card catalog), katalog mikro (microform catalog),
25
Mary Liu Kao, Cataloging and Classification for Library Technicians, h. 11. 26
Arlene G.Taylor, The Organization of Information, 2nded, h. 37. 27
Lois Mai Chan, Cataloging and Classfication: An Introduction, Second Edition (New York: McGrraw-Hill, 1994), h. 8.
(33)
dan katalog komputer terpasang (online computer catalog) atau OPAC
yang sampai saat ini digunakan oleh berbagai perpustakan. C. Online Public Access Catalog (OPAC)
1. Pengertian Katalog Online (OPAC)
Dalam kamus istilah Dictionary for Library Infromation Science
menjelaskan bahwa OPAC adalah sebagai berikut:
“An acronym for online public access catalog, a database composed of bibliographic records describing the books and other materials owned by a library or library system, accessible via public terminals or workstations usually concentrated near the reference desk to make it easy for users to request the assistance of a trained reference librarian. Most online catalogs are searchable by author, title, subject, and keywords and allow users to print, download, or export records to an e-mail account”28
Maksud kalimat di atas menjelaskan bahwa OPAC merupakan
akronim untuk akses katalog online bagi publik. OPAC merupakan sebuah
database yang terdiri dari catatan bibliografi dengan menggambarkan
buku-buku dan bahan-bahan lain yang dimiliki oleh sistem perpustakaan
atau perpustakaan, diakses melalui terminal umum atau workstation
biasanya terkonsentrasi di dekat meja referensi untuk memudahkan bagi pengguna dalam meminta bantuan dari pustakawan referensi. Katalog online kebanyakan ditelusuri melalui pengarang, judul, subyek, kata kunci
dan memungkinkan pengguna untuk mencetak, men-download, atau
ekspor catatan ke account e-mail.
Dewasa ini setiap perpustakaan pasti memiliki katalog yang
kebanyakan sudah online (OPAC). Pemustaka bisa mengkases secara
28
Joan M. Reitz. Dictionary for Library and Information Science, dari http://www.abc-clio.com/ODLIS/odlis_o.aspx, diakses pada tanggal 19 Mei 2015.
(34)
remote via web atau LAN atau langsung lewat komputer anjungan yang disediakan khusus untuk kataog online di suatu perpustakaan. Mengakses
katalog, baik online maupun tradisional, adalah salah satu realitas fisik.29
Menurut Lucy A.Tedd, OPAC adalah sistem katalog terpasang yang dapat diakses secara umum, dan dapat digunakan pemakai untuk
menelusur pangkalan data katalog, untuk memastikan apakah
perpustakaan menyimpan karya tertentu, untuk mendapatkan infomasi tentang lokasinya, dan jika sistem katalog dihubungkan dengan sistem sirkulasi, maka pemakai dapat mengetahui apakah bahan pustaka yang
sedang dicari, sedang tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam.30
Menurut Abdul Rahman Saleh dan B. Mustafa, katalog online (OPAC) adalah sistem katalog perpustakaan yang menggunakan komputer, pangkalan datanya biasanya dirancang dan dibuat sendiri oleh perpustakaan baik menggunakan perangkat lunak buatan sendiri ataupun
perangkat lunak komersial.31 Sedangkan menurut Mary Liu Kao, OPAC
adalah sebuah katalog dari daftar bahan pustaka pada pangkalan
komputer.32
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa OPAC (Online Public Access Catalog) merupakan suatu alat bantuan penelusuran via katalog komputer yang berisikan cantuman bibliografi dan dapat
29Maks Agustinus, “Optimalisasi Katalog Online”,
Visi Pustaka:Majalah Perpustakaan, Vol. 14, No.3, (Jakarta: Perpustakaan Nasional, 2012).
30
Lucy A. Tedd, An Introduction to Computer-based Library Systems (Chichester: Jhon Willey & Sons, 1993), h. 141.
31
Abdul Rahman Saleh dan B. Mustafa, “Penggunaan Komputer Untuk Pelayanan Informasi di Perpustakaan”, dalam Kepustakawanan Indonesia: Potensi dan Tantangan (Jakarta: Kesaint Blanc, 1992), h. 112.
32
(35)
diakses secara umum untuk menemukan koleksi di suatu perpustakaan, toko buku, maupun unit informasi lainnya.
2. Perkembangan OPAC
Siao-Feng Su menyatakan, perkembangan sistem OPAC dipengaruhi oleh Visi Don Swanson. Pada tahun 1964 Swanson
menerbitkan artikel dengan judul “Dialogues whith a Catalog” yang mempresentasikan pemikirannya tentang bagaimana seharusnya sistem katalog perpustakaan di masa mendatang. Swanson secara cemerlang
menguraikan interaksi (dialogue) yang ideal diantara seorang pemakai
perpustakaan dengan console (suatu jenis terminal yang dapat menemu
balikan berbagai jenis informasi bibliografi, dan mungkin informasi
lainnya). Melalui console, pemakai akan dapat berdialog dengan
pangkalan data, dan melakukan penelusuran informasi. Pemakai diharapkan akan merasa puas terhadap dialog tersebut, karena informasi
bibliografis yang dibutuhkan dapat diperoleh lebih cepat.33
OPAC pertama kali muncul pada awal tahun 1980 dan banyak terkait dengan sistem kontrol sirkulasi yang berbasis komputer.34 Perkembangan teknologi yang begitu pesat kemudian mengubah cara-cara penciptaan katalog dari sistem manual dengan output katalog kartu sampai berbasis web berupa metadata bibliografis koleksi suatu perpustakaan yang dapat diakses secara lebih luas melalui ketersediaan jaringan web dan internet bukan hanya oleh pemustaka yang langsung berkunjung ke
33Jonner Hasugian, “Katalog Perpustakaan dari Katalog Manual sampai Katalog Online”, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1777/1/perpus-jonner4.pdf, artikel diakses pada tanggal 19 Mei 2015.
34
(36)
perpustakaan tetapi oleh pemustaka yang terletak jauh secara geografis.35Selain itu katalog online (OPAC) juga dapat dihubungkan dengan database jenis lainnya untuk menjawab dari pertanyaan yang dirujuk, untuk menemukan kutipan pada artikel berkala, dan untuk
menemukan abstrak atau bahkan artikel teks lengkap.36 Sejak
pemunculannya di perpustakaan sampai perkembangan selanjutnya, sistem
OPAC berkembang seiring dengan perkembangan automasi
perpustakaan.37
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan OPAC tidak terlepas dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang membuat kehadirannya dapat membantu pemustaka dalam penelusuran informasi.
3. Fungsi dan Manfaat OPAC a. Fungsi OPAC
Katalog online dapat berfungsi sebagai sarana promosi yang dapat mempromosikan semua sumber-sumber informasi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan. Melalui katalog online berbantuan jaringan internet maka sumber-sumber informasi yang terekam dakam katalog dapat disebarluaskan pada masyarakat di berbagai belahan dunia baik
berbentuk data bibliografi maupun full text.
35 Ulfa Handayani, “Analisis Pemanfaatan Katalog Online Berbasis WEB (WEBPAC) dengan Menggunakan Google Analytics”, didalam Al-Maktabah: Jurnal Komunikasi dan Informasi Perpustakaan (Jakarta: Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 15.
36
Mary Liu Kao, Cataloging and Classification for Library Technicians, h. 11.
37 Jonner Hasugian, “Katalog Perpustakaan dari Katalog Manual sampai Katalog Online”, dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1777/1/perpus-jonner4.pdf, artikel diakses pada tanggal 19 Mei 2015
(37)
Dengan melalui katalog online, pemustaka dapat mengetahui kekayaan sumber informasi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan, dan mengakses informasi yang terdapat di dalam koleksi perpustakaan. Seperti dijelaskan oleh Marlene Clayton dan Chris Batt dalam bukunya Managing Library Automation yaitu:
“The Online Public Access Catalogue should serve as the access point for user of the system enabling bibliographic enquiries for all types material included in the database.Users demands in this area become increasingly sophisticated. But the following facilities and techniques are the least which should be available.”38
Kalimat di atas mengandung makna bahwa OPAC berfungsi sebagai sistem jalur akses untuk melayani pengguna dalam menelusur informasi dengan jenis format bibliografi yang disimpan dalam bentuk database. Pemustaka akan semakin mudah dalam menelusur informasi
dan katalog online pastinya harus dilengkapi dengan fitur-fitur sebagai berikut:
1) OPAC berfungsi untuk mencari dan menyimpan seluruh database
berdasarkann bagian-bagian tertentu yang dipilih.
2) Dapat mencari semua istilah indeks yang telah ditentukan
(misalnya, penulis, judul, subjek, kata kunci atau nomor klasifikasi).
3) OPAC berfungsi sebagai penyimpanan data secara potensial
berupa data anggota perpustakaan maupun data peminjaman koleksi buku di perpustakaan.
38
Marlene Clayton and Chris Batt, Managing Library Automation, 1sted (USA: Ashgate Publishing Limited, 1992), h. 63.
(38)
4) OPAC memiliki kemampuan untuk menyimpan hasil pencarian untuk perbaikan lebih lanjut dalam bentuk tidak tercetak. Fasilitas di OPAC juga terdapat rincian catatan koleksi berupa abstrak,
bibliografi dan lain-lain).39
Untuk mengakses sistem database dalam pencarian koleksi di
perpustakaan, pemustaka tentunya menggunakan OPAC. Staf perpustakaan atau pustakawan juga dapat menggunakan OPAC, tetapi
tugas pustakawan yaitu untuk mengontrol database dengan
menggunakan katalog online secara langsung. Setidaknya beberapa rincian bibliografi masuk pada tahap katalog dalam pencarian, sistem
biasanya memberikan pilihan untuk bidang apa yang ingin dicari.40
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan adanya OPAC di perpustakaan, maka akan mendatangkan banyak fungsi terutama sebagai sarana sistem temu kembali informasi di perpustakaan.
b. Manfaat OPAC
Hadirnya OPAC di perpustakaan, diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pustakawan atau staff perpustakaan dan juga pemustaka. Menurut Qalyubi, ada beberapa faedah dari hadirnya OPAC, diantaranya:
1. Pencarian informasi dapat dilakukan dengan cepat dan mudah.
2. Pencarian dapat dilakukan secara bersama-sama tanpa saling
mengganggu.
39
Marlene Clayton and Chris Batt, Managing Library Automation, 1sted, h. 63-64. 40
Anne Totterdel, An Introduction to Library and Information Work, Third Edition(London: Facet Publishing, 2005), h. 132.
(39)
3. Jajaran tertentu tidak perlu di-file.
4. Pencarian dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
pendekatan sekaligus, misalnya lewat judul, pengarang, subjek, tahun terbit, penerbit, dan sebagainya. Yaitu dengan memanfaatkan pencarian Boolean Logic.
5. Rekaman bibliografi yang dimasukan ke dalam entri katalog tidak
terbatas.
6. Pencarian dapat dilakukan dari beberapa tempat tanpa harus
mengunjungi perpustakaan, yaitu dengan menggunakan sistem
jaringan LAN (local area network) atau WAN (wide area
network).41
Menurut Thomas R.Kochtanek dan Joseph R.Matthews, ada beberapa manfaat dari OPAC adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi biaya untuk menyediakan katalog perpustakaan.
2. Meningkatkan akses ke lokasi.
3. Akses langsung ke lokasi serta mengetahui informasi status koleksi
tersebut.42
Pemustaka menggunakan OPAC adalah untuk menjawab query
(permintaan)tertentu. OPAC menjadi suatu sarana atau alat bantu bagi
pemustaka untuk melakukan penelusuran informasi di perpustakaan. Melakukan penelusuran melalui OPAC, biasanya menggunakan suatu terminal yang tersambung ke sistem komputer. Oleh karena itu, OPAC
41
Syihabuddin Qalyubi. dkk, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi (Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab, 2007), h. 137.
42
Thomas R. Kochtanek dan Joseph R. Matthews, Library Information System (Westport: Libraries Unlimited, 2002), h. 138.
(40)
merupakan sistem temu kembali informasi yang merupakan bagian
dari sistem komputer perpustakaan.43
Titik akhir pemanfaatan OPAC bagi pemustaka adalah bahwa perancang sistem database harus memperhitungkan fakta bahwa pemustaka memiliki kemampuan untuk menguasai sistem komputer dan sebagaimana fungsinya bisa memberikan keuntungan dan kemudahan dalam mencari informasi atau bisa disebut dengan istilah
“user friendly”.44
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hadirnya OPAC di perpustakaan akan mendatangkan banyak manfaat, baik untuk pustakawan maupun untuk pemustaka.
4. Fasilitas OPAC
Menurut Taufik Ridwan dalam tesisnya yang berjudul Kajian
Pemanfaatan OPAC di Perpustakaan Universitas Swadaya Gunung Jati
Cirebon tahun 2011 membagi beberapa macam fasilitas OPAC
diantaranya yaitu:45
a. Penelusuran Sederhana
Pencarian sederhana merupakan pencarian bahan perpustakaan dengan menggunakan berbagai titik akses, misalnya pengarang, judul, subyek, lokasi, dan status. Pencarian ini dimaksudkan memudahkan pengguna dalam menelusur secara acak.
43 Jonner Hasugian, “Katalog Perpustakaan dari Katalog Manual sampai Katalog Online”, artikel diakses pada tanggal 19 Mei 2015 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1777/1/perpus-jonner4.pdf
44
R. J. Hartley.dkk, Online Searching: Principles and Practice (London: Bowker Saur, 1990), h. 323
45 Taufik Ridwan,”Kajian Pemanfaatan IOPAC di Perpustakaan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon,”(Tesis S2 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2011), h.24.
(41)
b. Penelusuran Spesifik
Jenis penlusuran ini, pengguna diharapkan lebih spesifik mencari bahan perpustakaan melalui titik akses baik pengarang, judul, subjek dan lainnya. Perbedaannya pada lebih spesifiknya pencarian sehingga pengguna disuguhkan dengan hasil yang diinginkan dan sesuai yang dikehendaki.
Model ini sebenarnya memudahkan pengguna bagi yang mengerti menggunakannya, karena lokasi yang disediakan di dalam OPAC sangatlah sesuai dengan lokasi bahan perpustakaan disimpan.
b. Informasi Penggunaan
Fasilitas ini merupakan fasilitas dimana pengguna bisa mengetahui bahan perpustakaan yang dipinjam karena terhubung dengan modul sirkulasi, juga dapat mengetahui masa berlakunya kartu anggota karena dihubungkan dengan modul anggota dan lain sebagainya.
c. Administrasi Perpustakaan
Fasilitas ini merupakan promosi perpustakaan dan berbagai informasi penggunaan OPAC secara menyeluruh, di dalamnya bisa berisikan segala informasi tentang visi dan misi, struktur organisasi, fasilitas layanan lain dan sebagainya. Justru yang menarik bila OPAC dilengkapi informasi seluruh cara pemakaiannya sehingga pengguna dapat memahami secara mandiri tentang berbagai penggunaan yang ada di OPAC tersebut.
(42)
Fasilitas ini dilakukan bertujuan pengguna dapat merujuk ke beberapa perpustakaan atau lembagai informasi lainnya berkaitan dengan bahan perpustakaan yang diinginkan tidak ditemukan di
perpustakaan tersebut. Pihak perpustakaan dapat membuat link
keberbagai perpustakaan lainnya dengan begitu kepuasan pengguna dapat terealisasi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa OPAC mempunyai berbagai macam fasilitasi, diantaranya yaitu: penelusuran sederhana, penelusuran spesifik, informasi penggunaan, administrasi
perpustakaan, dan link ke perpustakaan lain.
5. Kendala dalam Pemanfaatan OPAC
Menurut Bambang Hermanto, bahwa pemakaian OPAC
mempunyai masalah dalam pemanfaatan OPAC yaitu:
a. Belum semua bahan perpustakaan masuk ke data komputer
sehingga pengguna mengalami kesulitan dalam melakukan penelusuran.
b. Tergantung aliran listrik, bila listrik mati maka kegiatan
penelusuran bahan perpustakaan akan terganggu.46
Menurut Taufik Ridwan, kendala dalam memanfaatkan OPAC disebabkan karena dua faktor, yaitu: faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal disebabkan dari dalam pengguna, yaitu: pengguna tidak mau membuka diri terhadap perkembangan katalog, kurangnya usaha pengguna untuk mempelajari OPAC dan tidak mengertinya pengguna
46 Bambamng Hermanto, “Manfaat Katalog Online Bagi Pengguna Perpustakaan”, artikel dikses pada tanggal 20 juli 2015 dari
(43)
tentang kegunaan OPAC secara mendalam. Sedangkan bagi pustakawan, tidak mau memahami lebih mendalam tentang OPAC sehingga dapat menjawab kebutuhan pengguna dalam melakukan penelusuran dengan OPAC serta kurangnya kerjasama pustakawan dengan profesi lainnya. Sedangkan kendala eksternal berasal dari fasilitas OPAC itu sendiri dan kebijaksanaan dari lembaga tempat pustakawan bekerja. Selain itu yang menjadi kekurangan dari OPAC adalah kurangnya ketersediaan komputer
terminal OPAC untuk menelusur informasi yang dimiliki perpustakaan.47
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pemakaian OPAC mempunyai masalah dalam pemanfaatan OPAC, baik dari faktor internal maupun eksternal dari perpustakaan itu sendiri.
D. Sistem Informasi Perpustakaan Berbasis INDOMARC (SIP MARC) 1. Sistem Informasi Perpustakaan
Setelah teknologi komputer digital lahir, perpustakaan pun
menerapkan library automation system atau sistem otomatisasi
perpustakaan.48 Sistem otomatisasi perpustakaan (library automation
system) adalah seperangkat aplikasi komputer untuk kegiatan di
perpustakaan yang terutama bercirikan penggunaan pangkalan data ukuran besar, dengan kandungan cantuman tekstual yang dominan, dan dengan fasilitas utama dalam hal menyimpang, menemukan, dan menyajikan informasi.49
47 Taufik Ridwan,”Kajian Pemanfaatan OPAC di Perpustakaan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon,”(Tesis S2 Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 2011), h.28.
48
Putu Laxman Pendit, Perpustakaan Digital, dari A Sampai Z (Jakarta: Cita Karyakarsa Mandiri, 2008), h. 265.
49
(44)
Secara lebih spesifik pula, sistem otomatisasi perpustakaan
mengandung sedikitnya empat sub-sistem utama, yaitu katalog online,
sub-sistem sirkulasi untuk mengelola transaksi peminjaman, sub-sistem serial untuk mengelola koleksi yang berseri (jurnal, majalah, suratkabar,
dan sebagainya).50
Istilah sistem otomatisasi perpustakaan ini popular di tahun 1980an dan mulai surut setelah teknologi PC, jaringan lokal, dan pangkalan data relasional mulai merubah lanskap komputerisasi. Sebagai gantinya muncul integrated library system atau sistem perpustakaan terintegrasi. Sistem ini
memperlihatkan kemampuan mengintegrasikan data yang lebih meluas, dan dengan demikian memungkinkan manajemen informasi yang lebih
komprehensif.51
Akibat perluasan dan integrasi antara sistem yang digunakan di perpustakaan dengan sistem-sistem lainnya, baik di lingkungan lembaga induk perpustakaan itu, maupun di lingkungan yang lebih luas, maka
akhirnya istilah integrated library system juga diperluas menjadi library
information system atau sistem informasi perpustakaan.52
Sistem informasi perpustakaan menurut Gordon B.Darvis yang dikutip oleh Rosita Cahyaningtyas dan Siska Iriyani adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan data
50
Putu Laxman Pendit, Perpustakaan Digital, dari A Sampai Z, h. 222. 51
Putu Laxman Pendit, Perpustakaan Digital, dari A Sampai Z, h. 265. 52
(45)
harian, penunjang kegiatan dalam penyimpanan data, dan menyediakan
pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan.53
Jika otomatisasi perpustakaan sangat berurusan dengan upaya efisiensi kegiatan operasional, maka sistem informasi perpustakaan dianggap lebih luas dari itu. Termasuk dalam pengembangan sistem informasi perpustakaan adalah pengelolaan hubungan dengan pengguna,
misalnya dalam bentuk kegiatan information literacy. Selain itu, dalam
konteks perpustakaan digital, sistem informasi perpustakaan juga segera dapat dikaitkan dengan infrastruktur yang lebih luas, misalnya dengan cyberstructure.54
2. OPAC dan Format MARC
Menurut Harrod yang dikutip oleh Jonner Hasugian menyatakan bahwa OPAC adalah sistem katalog terautomasi. Katalog itu disimpan
dalam bentuk yang terbaca mesin (machine readable), dapat diakses
secara online oleh pengguna perpustakaan melalui terminal, dan
menggunakan perangkat lunak yang mudah dioperasikan. Pendapat ini mengindikasikan bahwa OPAC dibuat dengan menggunakan format
MARC (Machine Readable Catalogue), yaitu berupa format katalog
dimana data bibliografi disimpan atau dimasukkan ke dalam tengara (tag)
53 Rosita Cahyaningtyas dan Siska Iriyani, “Perancangan Sistem Informasi Perpustakaan Pada Smp Negeri 3 Tulakan, Kecamatan Tulakan Kabupaten Pacitan,”Indonesian Journal on
Networking and Security (IJNS), Vol.4, No.2 ( April 2015), h. 17, dari
http://ijns.org/journal/index.php/ijns/article/view/1308/1296
54
(46)
yang telah ditentukan. Penyimpanan itu berdampak terhadap proses temu
balik dan pertukaran data bibliografis.55
MARC pertama kali dikembangkan oleh Library of Congress pada tahun 1960 untuk keperluan transfer data yang waktu itu masih dimuat dalam pita magnetic. Walaupun banyak kelemahan teknis, dan praktis hanya dikenal di kalangan pustakawan, namun MARC akhirnya memang satu-satunya standar yang ada untuk mengirim dan menerima data bibliografi melalui jaringan komputer yang dipakai di berbagai negara. Setiap negara mengembangkan sendiri format MARC berdasarkan format
asli dari Library of Congress. 56
Karena keperluan berbagai Negara tidak sama menyangkut data bibliografi MARC dikembangkan di Negara masing-masing namanya sedikit berubah. Misalnya MARC untuk Indonesia dikenal dengan nama INDOMARC, Malaysia MALMARC, Australia AUSMARC, Amerika
Serika USMARC.57
INDOMARC dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional RI untuk kepentingan automasi pengatalogan bahan perpustakaan di Indonesia. Dengan demikian, format INDOMARC juga merupakan implementasi dari International Standard Organization (ISO) 2709 untuk Indonesia, yang berupa sebuah format untuk tukar-menukar informasi bibliografi melalui
pita magnetik (magnetic tape) atau media yang terbacakan mesin (machine
55
Jonner Hasugian, “Katalog Perpustakaan dari Katalog Manual sampai Katalog Online”, artikel diakses pada tanggal 19 Mei 2015 dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1777/1/perpus-jonner4.pdf
56
Putu Laxman Pendit, Perpustakaan Digital, dari A Sampai Z, h. 161. 57
Sulistyo-Basuki, Materi Pokok Kerjasama dan Jaringan Perpustakaan (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1996), h. 83.
(47)
readable) lainnya. INDOMARC mulai dikembangkan pada tahun 1986
dan telah mengalami empat kali revisi, terbit pertama kali tahun 1991, edisi ke-2 tahun 1994, edisi ke-3 tahun 2006, dan edisi revisi terakhir
tahun 2011.58
Dengan demikian, OPAC adalah bentuk katalog terpasang yang dirancang bangun dengan menggunakan format MARC. Pada 1960-an MARC diperkenalkan, tahun 1970-an sistem pengatalogan terautomasi dikembangkan, dan pada awal tahun 1980-an OPAC diperkenalkan dan
digunakan pada sejumlah perpustakaan tertentu.59
Berdasarkan dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa istilah sistem informasi perpustakaan muncul setalah adanya penerapan sistem
otomatisasi perpustakaan (library automation system) dan sistem
perpustakaan terintegrasi (integrated library system). Perpustakaan Umum
Daerah Provinsi DKI Jakarta pada saat ini sudah menerapkan software berupa sistem informasi perpustakaan berbasis INDOMARC yang dikenal dengan SIP MARC.
58Suharyanto, “Indonesian Machine Readable Cataoging (INDOMARC): Sejarah,
Perkembangan, dan penerapannya di Perpustakaan Nasional RI,” artikeldiakses pada 19 oktober 2012 dari
http://pusbangkol.pnri.go.id/files/Indonesian%20Machine%20Readable%20Cataloging%20(Indo MARC)%20%20sejarah,%20perkembangan%20dan%20penerapannya%20di%20Perpustakaan%2 0Nasional%20RI.pdf
59 Jonner Hasugian, “Katalog Perpustakaan dari Katalog Manual sampai Katalog Online”, artikel diakses pada tanggal 19 Mei 2015 dari
(48)
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan tema pemanfaatan katalog online oleh pemustaka (OPAC) pernah dilakukan oleh beberapa mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan lainnya, antara lain:
1. Zaki Mubarok (2010) Jurusan Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan
judul penelitian “Penggunaan Katalog Online (OPAC) di Perpustakaan Pusat Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya”. Penelitian yang dilakukan oleh Zaki Mubarok memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Persamaannya terletak pada tema penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang katalog online (OPAC), dan pendekatan penelitiannya yaitu dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Namun demikian, penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu dari segi instansinya serta tujuan penelitiannya. Penelitian skripsi tersebut dilakukan di perpustakaan perguruan tinggi yaitu Perpustakaan Pusat Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, sedangkan penelitian ini dilakukan di perpustakaan umum yaitu Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui perilaku pemakai dalam menggunakan OPAC, untuk mengetahui hambatan dalam menggunakan OPAC, untuk mengetahui kemampuan pemakai dalam menggunakan OPAC, dan untuk mengetahui kepuasan pemakai OPAC. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan pemustaka dalam memanfaatkan OPAC SIP MARC, dan
(49)
untuk mengetahui perilaku pemustaka dalam memanfaatkan OPAC SIP MARC.
2. Taufik Ridwan (2011) Magister Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, dengan judul penelitian
”Kajian Pemanfaatan OPAC di Perpustakaan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon”. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik Ridwan memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Persamaannya terletak pada tema penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang katalog online (OPAC) kepada pemustaka. Namun demikian, penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu dari segi instansinya serta pendekatan penelitiannya. Penelitian tesis tersebut dilakukan di perpustakaan perguruan tinggi, sedangkan penelitian ini dilakukan di perpustakaan umum. Penelitian tesis tersebut mengkaji lebih dalam untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan OPAC di Perpustakaan Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon dengan menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan katalog online (OPAC) SIP MARC di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
3. Husnul Khotimah (2014) Jurusan Ilmu Perpustakan, Fakultas Adab dan
Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan
judul penelitian “Pemanfaatan Katalog Online (OPAC) Sebagai Sarana Penelusuran Informasi di Perpustakaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta”. Penelitian yang dilakukan oleh
(50)
Husnul Khotimah memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan. Persamaannya terletak pada tema penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang katalog online (OPAC). Namun demikian, penelitian ini juga memiliki perbedaan yaitu dari segi instansinya, tujuan penelitiannya, serta pendekatan penelitiannya. Penelitian tersebut dilakukan di perpustakaan khusus yaitu Perpustakaan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, sedangkan penelitian ini dilakukan di perpustakaan umum yaitu Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Tujuan penelitian tersebut untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan OPAC sebagai sarana penelusuran informasi di Perpustakaan BPPT, dan usaha yang dilakukan oleh pihak perpustakaan agar OPAC dimanfaatkan oleh pemustaka untuk menelusuri informasi. Sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan pemustaka dalam memanfaatkan fasilitias OPAC SIP MARC dan perilaku pemustaka dalam memanfaatkan OPAC SIP MARC. Pendekatan penelitian tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif (gabungan). Sedangkan penelitian ini hanya menggunakan pendekatan kuantitatif.
(51)
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu
hal seperti apa adanya.1 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
gambaran tentang pemanfaatan OPAC SIP MARC oleh pemustaka di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Kuantitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap angka, baik angka yang merupakan representasi dari suatu kuantitas (kuantitas murni) maupun angka yang merupakan hasil dari konversi data kualitatif (yakni
data kualitatif yang dikuantifikasikan).2
B. Sumber Data 1. Data Primer
Data primer yaitu data yang diambil langsung, tanpa perantara, dari
sumbernya.3 Dalam hal ini data/sumber primer yang diambil adalah dari
angket/kuesioner responden di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta.
1
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan praktis (Jakarta: STIA-LAN,1999),h.60.
2
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan praktis, h. 92.
3
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan praktis, h. 86.
(52)
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung dari sumbernya. Data sekunder ini diperoleh dari dokumen (laporan, karya tulis
orang lain, koran, majalah).4
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan sumber data dalam penelitian.5 Dalam
hal ini yang menjadi populasi adalah pemustaka di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta. Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta terdapat 2 kategori pemustaka yaitu kategori pemustaka anak-anak berusia dini sampai dengan 12 tahun atau setingkat SD/sederajat dan pemustaka remaja/dewasa. Populasi pemustaka dalam penelitian ini lebih ditekankan kepada kategori remaja/dewasa. Populasi diambil dari rata-rata kunjungan pada bulan januari 2015 yang tiap harinya adalah 169 orang. Data pengunjung sebagai berikut:
Jumlah rata-rata kunjungan tiap harinya pada bulan januari 2015:
Jumlah kunjungan anggota + non anggota = 2174+3071 = 169.2
31 Hari 31
2. Sampel
Sampel adalah bagian kecil dari populasi.6 Teknik pengambilan
sampel dilakukan secara insidental. Sampling Insidental merupakan teknik
4
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan praktis, h. 87.
5
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian (Bandung: pustaka setia, 2008), h. 167. 6
(53)
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data.7 Penentuan sampel insidental dilakukan terhadap pemustaka
remaja/dewasa yang kebetulan mengunjungi perpustakaan saat penelitian berlangsung. Jumlah sampel adalah sebanyak 30% X 169 orang =51 orang. Pengambilan sampel sebanyak 30% dari jumlah populasi yang didasarkan beberapa pakar yang mengatakan bahwa bila populasi >100,
minimal sampel diambil 25-30%.8
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Angket/kuesioner
Angket/kuesioner merupakan teknik utama dalam pengumpulan data di penelitian ini, yaitu dengan cara penyebaran angket berupa pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang dipersiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data yang objektif dimana responden yang dimaksud adalah pemustaka kategori remaja/dewasa di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta.
2. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, penulis mengumpulkan data melalui dokumen-dokumen yang terdapat di perpustakaan yang berkaitan dengan
7
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D) (Bandung: Alfabeta,2010), h. 122.
8
Prasetya Irawan, Logika dan Prosedur Penelitian: Pengantar teori dan panduan praktis, h. 183.
(54)
penelitian berupa buku petunjuk penggunaan koleksi di perpustakaan,
buku kunjungan, dokumen-dokumen yang berisi informasi tentang OPAC
SIP MARC, dan foto- foto perpustakaan yang peneliti ambil sendiri setelah meminta izin dari pihak perpustakaan dengan tujuan sebagai arsip yang sewaktu-waktu diperlukan dalam penyusunan penelitian ini.
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Setelah data-data telah terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner/angket, kemudian data akan diolah dan dianalisis melalui tahapan-tahapan berikut, yaitu:
1. Editing
Editing merupakan proses pemeriksaan data dan meneliti data
yang telah ada dalam angket/kuesioner, melalui tahap pemeriksaan data ini diharapkan dapat meningkatkan mutu kebaikan (realibilitas)
data yang hendak diolah dan dianalisa. 9
2. Tabulasi
Tabulasi dalam artian adalah menyusun data ke dalam tabel yang merupakan tahap lanjutan dalam rangka proses analisa data. Pada tahap ini, data dapat dianggap telah selesai diproses, dan oleh karena itu harus segera disusun ke dalam suatu pola formal yang telah dirancang. Lewat tabulasi, data lapangan akan segera tampak ringkas dan bersifat merangkum yang tersusun ke dalam suatu tabel yang baik,
9
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet.7 (Jakarta: PT Gramedia, 1985), h. 271.
(55)
data dapat dibaca dengan mudah dan maknanya pun akan segera
mudah dipahami.10
3. Analisis Data
Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan
setelah data dari seluruh responden terkumpul.11
Data-data yang diterima melalui angket/kuesioner ini kemudian diolah dengan menggunakan teknik perhitungan persentase
dengan menggunakan rumus:
P = F/N X 100%
Dimana: P = Angka persentase untuk setiap kategorinya F = Frekwensi jawaban responden
N = Jumlah responden12
Semua data diperoleh dan dihitung dengan menggunakan rumus yang dijelaskan pada teknik perhitungan persentase sebelumnya. Data diterjemahkan atau dideskripsikan dengan menggunakan parameter-parameter yang dirumuskan oleh Hermawan Wasito. Adapun parameter untuk penafsiran nilai persentase adalah sebagai berikut:
0% : Tidak ada satupun
1%-25% : Sebagian kecil
10
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Cet.7, h. 280. 11
Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), h. 206. 12
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Cet.9 (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h.40
(56)
26%-49% : Hampir setengahnya
50% : Setengahnya
51%-75% : Sebagian besar
76%-99% : Hampir seluruhnya
100% : Seluruhnya13
4. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berlokasi di Gedung Nyi Ageng Serang lantai 7-8, Jalan H.R. Rasuna Said Kav.C-22, Kuningan Jakarta Selatan.
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian
13
Hermawan Wasito. Pengantar Metodologi penelitian: Buku Panduan Mahasiswa (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 11
2015
Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September
Pengajuan Proposal
Bimbingan
Penelitian
Pengajuan Sidang
(57)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan data-data yang diperoleh langsung dari Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, dan juga berdasarkan buku petunjuk penggunaan koleksi perpustakaan yang diterbitkan oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2014, berikut adalah profil singkat Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta.
1. Sejarah Singkat Tahun 1950
Kegiatan perpustakaan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta sudah dimulai sejak berbentuk Kotapradja, dengan sebutan Perpustakaan Kotapradja Djakarta Raja.
Tahun 1961
Setelah Kotapradja Djakarta Raja ditingkatkan statusnya menjadi Daerah Tingkat I Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raja, kemudian berubah menjadi Perpustakaan Balaikota Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raja.
Tahun 1972
Melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Pemerintah DKI
(58)
Jakarta, Bagian Perpustakaan dibagi atas Sub Bagian Perpustakaan dan Sub Bagian Tata Usaha Perpustakaan, dimana perpustakaan merupakan salah satu bagian pada Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan.
Tahun 1978
Melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibentuk Lembaga Perpustakaan Umum yang menangani jenis perpustakaan umum di lingkungan Pemerintah DKI Jakarta, seperti Perpustakaan Umum Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro dan Perpustakaan Umum di lima wilayah kotamadya DKI Jakarta.
Tahun 1981
Lembaga Perpustakaan Umum bernaung di bawah Biro Bina Mental dan Spiritual dengan status non struktural.
Tahun 1989
Perpustakaan Umum di lima wilayah kotamadya DKI Jakarta dialihkan pengelolaannya kepada Dinas Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), sedangkan Perpustakaan Umum Soemantri Brodjonegoro masih tetap dikelola Biro Bina Mental Spiritual DKI Jakarta.
Tahun 1992
Gubernur DKI Jakarta mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri agar di lingkungan Sekwilda DKI Jakarta dibentuk satu wadah organisasi yang menangani semua jenis perpustakaan dan rekomendasi dari Kepala Perpustakaan Nasional RI.
(59)
Tahun 1993
Dibentuk Perpustakaan Umum Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1993.
Tahun 2001
Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 ditetapkan pembentukan Kantor Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 109 Tahun 2001.
Tahun 2007
Dalam mengoptimalkan pengelolaan secara teknis, termasuk pembinaan dan penyusutan arsip setiap unsure penyelenggara pemerintah daerah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Kearsipan.
Tahun 2009
Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 ditetapkan Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta, dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 153 Tahun 2009.
2. Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 153 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah, maka tugas pokok dan
(60)
Tugas:
Menyelenggarakan urusan perpustakaan dan kearsipan daerah.
Fungsi:
a. Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah.
b. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan perpustakaan dan arsip daerah.
c. Pembinaan perpustakaan dan arsip terhadap Perangkat Daerah.
d. Pelaksanaan retensi arsip dan/atau buku.
e. Pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional Arsiparis dan Pustakawan.
f. Pengelolaan sistem informasi kepustakaan dan kearsipan. g. Penggalian dan penelusuran arsip dan bahan perpustakaan.
h. Penyelenggaraan hubungan kerjasama di bidang Perpustakaan dan Kearsipan.
i. Pengelolaan dan pelayanan perpustakaan dan kearsipan daerah.
j. Pembinaan pemasyarakatan perpustakaan dan kearsipan. k. Akuisisi, penyusunan naskah sumber dan penyimpanan arsip.
l. Pembinaan perpustakaan yang dikelola masyarakat termasuk perpustakaan masjid.
(61)
m. Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan Perangkat Daerah.
n. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja.
o. Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang dan ketatausahaan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah.
p. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi.
3. Visi dan Misi Visi:
Terwujudnya Pelayanan Prima dalam Bidang Perpustakaan dan Arsip.
Misi:
a. Mewujudkan tata kelola penyelenggaraan perpustakaan dan arsip yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah Good Governance.
b. Mengembangkan sarana dan prasarana perpustakaan dan arsip bertaraf nasional dan/ atau internasional.
c. Meningkatkan peran dan fungsi perpustakaan dan arsip dalam kehidupan bermasyarakat, berpemerintahan, berbangsa dan bernegara.
4. Struktur Organisasi dan SDM BPAD Provinsi DKI Jakarta
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 243 Tahun 2014 Tanggal 24 Desember 2014, berikut bagan susunan organisasi BPAD Provinsi DKI Jakarta:
(62)
Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berlokasi di Gedung Nyi Ageng Serang lantai 7-8, Jalan H.R. Rasuna Said Kav.C-22 Kuningan Jakarta Selatan di dalam struktur organisasi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (BPAD) Provinsi DKI Jakarta menjalani tupoksi pada subbidang pelayanan perpustakaan. Saat ini Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta mempunyai 19 pegawai yang terdiri dari kepala bidang perpustakaan, kepala subbidang pelayanan perpustakaan, 1 orang pustakawan, 4 orang staff subbidang pelayanan perpustakaan, dan 12 orang tenaga teknis perpustakaan. Untuk nama dan latar belakang pendidikan SDM disajikan dalam lampiran 5.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)