PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA NON SARJANA PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA NON
SARJANA PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN UMUM
PROVINSI DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora (FAH)
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
oleh :
Agung Sanjaya
NIM. 1110025000030
JURUSANPROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H/2015 M
(2)
PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA NON SARJANA PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Perpustakaan (S.IP)
AGUNG SANJAYA NIM : 1110025000030
Di bawah Bimbingan
Mukmin Suprayogi, M.Si NIP : 19620301 1999031001
PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H / 2015 M
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
Agung Sanjaya (1110025000030).
Pengembangan SDM Non Sarjana Perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta di bawah bimbingan Mukmin Suprayogi, M.Si.
Tujuan penelitian ini ialah, untuk mengetahui upaya yang dilakukan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan, untuk mengetahui lebih mendalam kendala apa yang dihadapi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ketika melakukan pengembangan tersebut serta strategi untuk mengatasinya, untuk mengetahui hasil pencapaian yang ingin diraih Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ketika telah melakukan pengembangan sumber daya manusia. Jenis penelitian ini adalah analitis deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi, sedangkan teknik analisis data adalah melalui proses studi literatur, observasi, wawancara, data hasil wawancara dibuatkan transkrip, analisis data secara matang, penyederhanaan data agar mudah dibaca dan pembuatan laporan penelitian. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut, konsep pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan adalah melalui kegiatan pengembangan wawasan berupa seminar, workshop dan pelatihan yang mana pelaksanaannya adalah dengan mengundang narasumber yang kompeten dalam bidang perpustakaan, kendala yang dihadapi pada saat melakukan pengembangan sumber daya manusia adalah pelaksanaan sering ditunda dari jadwal yang telah direncanakan oleh sebab sumber daya manusianya terbatas, hasil yang ingin dicapai dari pengembangan ini adalah demi menghasilkan sumber daya manusia yang dapat menjalankan pekerjaannya sesuai dengan visi serta misi instansi.
Kata Kunci: Pengembangan sumber daya manusia, perpustakaan umum, non sarjana perpustakaan
(6)
KATA PENGANTAR
Skripsi ini adalah buah dari ketulusan dan keikhlasan berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag Selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Prof. Dr. Oman Fathurahman, M.Hum selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora periode 2014-2015
3. Bapak Pungki Purnomo, MLIS selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Mukmin Suprayogi, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sekaligus pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya berikut rasa sabar karena bimbingannya serta tak bosan-bosannya untuk membina penulis.
5. Bapak Amir Fadhila, S. Sos., M.Si selaku Penguji Sidang Skrispsi ini yang telah memberikan arahan dan pesan moralnya.
6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen jurusan Ilmu Perpustakaan yang telah mencurahkan ilmunya begitu banyak untuk masa depan penulis
7. Seluruh Staff Subbagian Akademik Fakultas Adab dan Humaniora yang telah membantu proses pembuatan skripsi ini.
8. Kedua orang tua ku yang senantiasa memberikan dorongan moril dan materil serta
do’a sehingga termaktub karya yang sederhana ini.
9. Almarhum kakaku tercinta Eka Nata Sanjaya yang selalu memberikan pelajaran kehidupan yang sangat berharga.
(7)
10.Jajaran pegawai di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Jakarta yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
11.Kekasihku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan motivasi sehingga semangat keilmuan penulis termanifestasi ke dalam penelitian ini.
12.Teruntuk seluruh keluarga besar JIPERS yang senantiasa menginspirasi penulis langkah demi langkah.
13.Dan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu namun tidak mengurangi rasa hormat penulis kepada kalian semua. Terima kasih atas bantuan,
dukungan dan do’anya.
Demikianlah, setelah sekian lama, pada akhirnya skripsi ini dapat dihadirkan kehadapan pembaca. Semoga karya kecil ini dapat berguna bagi sekalian pihak, amin.
Ciputat, 9 April 2015
Penulis
(8)
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
SURAT PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
D. Definisi Istilah ... 6
E. Sistematika Penulisan ... 7
BAB II TINJAUAN LITERATUR A. Perpustakaan Umum ... 9
B. Sumber Daya Manusia serta Pengembangannya ... 10
1. Sumber Daya Manusia di Perpustakaan ... 11
2. Definisi Pustakawan ... 11
3. Etika Kepustakawanan ... 12
4. Sikap Dasar Pustakawan ... 14
C. Standar Kompetensi Pustakawan ... 16
1. Jenis Standar Kompetensi Pustakawan ... 18
2. Tujuan Kompetensi Pustakawan ... 21
D. Pengembangan Sumber Daya Manusia di Perpustakaan ... 22
(9)
1. Pendidikan Formal ... 24
2. Pendidikan Non Formal ... 24
3. Pendidikan Informal ... 25
F. Tujuan Pengembangan Sumber Daya Manusia ... 26
G. Penelitian Terdahulu ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 32
B. Sumber Data ... 32
C. Pemilihan Informan ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
E. Teknik Analisis Data ... 34
F. Jadwal Penelitian ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Profil Objek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Perpustakaan ... 37
2. Visi dan Misi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ... 39
3. Tugas dan Fungsi ... 40
4. Struktur Organisasi ... 41
5. Koleksi ... 42
6. Gedung dan Ruang ... 42
7. Jaringan Kelembagaan ... 42
B. Tahapan Penelitian ... 42
C. Hasil Penelitian ... 44
1. Konsep Kegiatan Pengembangan Tenaga Perpustakaan ... 44
2. Kendala dalam Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia ... 47
3. Hasil yang ingin Dicapai Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Pasca Pengembangan Sumber Daya Manusia Non Sarjana Perpustakaan ... 47
(10)
D.Pembahasan ... 48 BAB V PENUTUP
A.Kesimpulan ... 57 B.Saran... 57 DAFTAR PUSTAKA ... 59 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(11)
DAFTAR TABEL
1.1 Jadwal Penelitian ... 35
1.2 Struktur Organisasi ... 40
1.3 Tabel Bentuk, arah dan Sasaran Tahun 2014... 45
1.4 Tabel Faktor-faktor kendala 2014 ... 50
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak dapat disangkal bahwa informasi akan semakin menentukan tingkat kemajuan suatu bangsa, karenanya penguasaan informasi harus diusahakan secara maksimal. Dalam hal ini pekerja informasi sangat diperlukan untuk menghimpun berbagai sumber, mengolah, menyimpan dan menyebarluaskannya kepada mayarakat. Kehadiran pustakawan sebagai pekerja informasi berperan penting dan menentukan. Adalah keliru jika pustakawan hanya dianggap sebagai “penjaga buku” (the books custodian), mereka sesungguhnya adalah “garda pengetahuan” (the guardian knowledge). Tidak dapat dibayangkan, bagaimana manusia sampai kepada kemajuan yang tinggi saat ini, tanpa kehadiran pustakawan yang menjaga kesinambungan pengetahuan dari generasi ke generasi. Bukankah para ilmuwan melakukan kegiatan ilmiahnya dengan memanfaatkan hasil karya ilmuwan sebelumnya. Hasil karya ilmuwan tersebut sebagian terdapat di berbagai perpustakaan. Warisan ilmu pengetahuan akan hilang tanpa jejak, kalau tidak ada orang yang
mengumpulkan, mengolah, menyimpan dan menyebarkannya1.
Peneliti tentu menjadi penyimak, seiring dengan berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan tentang hakikat seorang pustakawan. Secara mendasar peneliti memahami akan konsep suatu pendidikan, yang secara
1
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar. Etika Kepustakawanan (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 4-5.
(13)
khusus concern mencetak manusia-manusia berkualitas, yang mana nantinya mereka akan menjadi seorang “penjaga” informasi-informasi untuk disajikan kembali ke masyarakat (utamanya) mereka yang membutuhkannya.
Keadaan demikian merupakan tantangan sebuah lembaga induk, sekurang-kurangnya untuk mengoptimalisasikan kemampuan sekecil apapun yang dimiliki dari setiap tenaga kerja yang ada2. Yang perlu digaris bawahi adalah, bagaimana jika terdapat seorang tenaga kerja di perpustakaan, namun di lain hal mereka tidak mendapatkan “pendidikan khusus” tersebut. Kemudian mereka menjalani profesi mereka sebagaimana melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh pustakawan pada umumnya. Fenomena tersebut dialami oleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta saat ini memiliki beberapa tenaga kerja yang bukan berlatar belakang sarjana perpustakaan, dalam mengelola perpustakaannya. Berangkat dari fenomena tersebut, kendala apa saja yang dihadapi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta hingga saat ini, mengingat terdapatnya tenaga perpustakaan yang bukan berlatar belakang sarjana perpustakaan.
Padahal secara sederhana dapat dikatakan bahwa tugas pokok pustakawan adalah mengumpulkan bahan pustaka dari masa lalu higga sekarang, serta menyimpan dan menyediakannya untuk keperluan pemakai
2
Blasius Sudarsono, Antologi Kepustakawanan Indonesia (Ikatan Putakawan Indonesia, 2006), h. 60.
(14)
kini dan masa mendatang.3 Dan karenanya dibutuhkan pustakawan yang kompeten.
Jabatan fungsional pustakawan terdiri dari pustakawan tingkat terampil dan pustakawan tingkat ahli4. Disamping itu jabatan fungsional pustakawan memiliki instansi pembinanya yakni Perpustakaan Nasional RI guna peningkatan mutu dan pelayanan pustakawan. Sehingga dengan eksistensi peraturan tersebut, sejauh manakah lembaga berupaya untuk memberdayakan sumber daya manusianya, yang relevan dengan kaidah yang hakiki tentunya. Hal tersebut kita ketahui dengan istilah populernya sebagai the right man in the right place.
Mengacu pada pembahasan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul, “Pengembangan SDM Non Sarjana
Perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan masalah:
a. Upaya pengembangan sdm non sarjana perpustakaan di
Perpustakaan Provinsi DKI Jakarta
2. Perumusan masalah:
a. Bagaimana upaya pelaksanaan pengembangan SDM di Perpustakaan
Umum Provinsi DKI Jakarta?
b. Bagaimana bentuk-bentuk kendala yang dihadapi dalam melakukan pengembangan sumber daya manusia?
3
Hermawan S, Rachman dan Zen, Zulfikar, Etika Kepustakawanan, h. 9.
4
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) , Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya Bab II Pasal 2 Tahun 2014.
(15)
c. Bagaimana target pencapaian yang akan diperoleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta setelah melakukan pengembangan sumber daya manusia?
C. Tujuan dan Manfaat Peneltian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Perputakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dalam melakukan pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan.
2. Untuk mengetahui lebih mendalam kendala yang dihadapi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ketika melakukan pengembangan tersebut serta strategi untuk mengatasinya.
3. Hasil pencapaian yang ingin diperoleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ketika telah melakukan pengembangan sumber daya manusia.
Manfaat akademis:
1. Melalui penelitian ini di harapkan akan menambah khazanah kajian ilmu perpustakaan, khususnya dalam kajian pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan.
2. Melalui penlelitian ini juga bernanfaat sebagai media untuk pengembangan referensi dan peningkatan wawasan akademis serta sebagai bahan pijakan untuk melaksanakan penelitian lanjutan tentang tema yang relevan.
(16)
Manfaat praktis:
1. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi sebuah dokumen yang dapat berguna bagi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta di masa mendatang.
2. Menjadi salah satu media penyalur aspirasi ke pemerintah guna kemajuan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta kedepannya. D. Definisi Istilah
Pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan suatu upaya peningkatan mutu serta kualitas tenaga kerja yang bekerja di dalam Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta demi tercapainya hasil yang ingin dicapai, yang tertuang di dalam tupoksi. Pengembangan ialah bagian dari disisplin manajemen berupa pengelolaan, perencanaan, anggaran, penerapan, dan lain-lain. Sehingga dengan demikian perlu dilakukan sebuah perencanaan yang matang dan jelas sebelum pengembangan tersebut dilakukan.
Perpustakaan Umum Provinsi adalah yang diselenggarakan oleh dana umum dan ditujukan untuk melayani masyarakat umum dan setingkat provinsi meliputi Provinsi DKI Jakarta.
Non Sarjana Perpustakaan ialah suatu tenaga kerja yang bekerja di perpustakaan namun tidak memiliki latar belakang pendidikan ilmu perpustakaan. Karena berpijak dari UU Nomor 43 Tahun 2007 seseorang dapat dikatakan pustakawan apabila telah mendapatkan pendidikan baik secara formal, non formal dan informal yang concern di bidang ilmu perpustakaan.
(17)
E. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penulisan maka penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Berisikan latar belakang permasalahan, pembahasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi istilah dan sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Literatur
Bab ini memuat teori-teori meliputi: Kepustakaan yang penulis gunakan sebagai landasan teoritis yang berkaitan dengan penelitian mengenai pengolahan koleksi seperti pengertian perpustakaan, pengertian perpustakaan khusus, tujuan perpustakaan, tugas serta fungsi perpustakaan, pengertian pengembangan, pengertian tenaga kerja, dan peran pusakawan.
Bab III Profil Perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta
Bab ini terdiri dari: Gambaran umum Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta yang meliputi sejarah singkat, struktur organisasi, sumber daya manusia, visi dan misi, sistem dan jenis layanan, koleksi perpustakan, peraturan peminjaman, gedung serta perlengkapan.
(18)
Pembahasan bab ini tentang hasil penelitian yang berkaitan dengan pengembangan tenaga kerja non sarjana perpustakaan.
Bab V Penutup
Bab ini terdiri atas kesimpulan dan saran yang dibuat oleh penulis setelah melakukan penelitian di perpustakaan tersebut.
(19)
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
Pada bab kedua ini penulis akan memaparkan beberapa tinjauan sarat teoritis yang nantinya akan digunakan sebagai pijakan dalam penelitian terkait dengan pengembangan SDM non sarjana perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta.
A. Perpustakaan Umum
Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum5. Ciri perpustakaan umum adalah sebagai berikut:
1. Terbuka untuk umum artinya terbuka bagi siapa saja tanpa
memandang perbedaan jenis kelamin, agama, kepercayaan, ras, usia, pandangan politik, dan pekerjaan.
2. Dibiayai oleh dana umum. Dana umum ialah dana yang berasal dari masyarakat. Biasanya dikumpulkan melalui pajak dan dikelola oleh pemerintah. Dana ini kemudian digunakan untuk mengelola perpustakaan umum. Karena dana berasal dari umum maka perpustakaan umum harus terbuka untuk umum.
3. Jasa yang diberikan oleh pada hakekatnya bersifat Cuma-cuma. Jasa yang diberikan mencakup jasa referal artinya jasa memberikan informasi, peminjaman, konsultasi studi sedangkan keanggotaan bersifat cuma-cuma artinya tidak perlu membayar. Pada beberapa
5
(20)
perpustakaan umum di Indonesia masih ada yang memungut biaya utuk menjadi anggota, namun hal ini semata-mata karena alasan administratif belaka, bukanlah prinsip utama.
B. Sumber Daya Manusia Serta Pengembangannya
Sumber daya manusia adalah seluruh orang yang bekerja di dalam suatu organisasi, perusahaan atau institusi. Sumber daya manusia merupakan faktor yang paling menentukan dalam setiap organisasi, karena disamping sumber daya manusia sbagai salah satu unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai penentu utama. Oleh sebab itu sumber daya manusia harus memiliki kompetensi dan kinerja tinggi demi kemajuan organisasi. Sumber daya manusia tidak saja dituntut untuk menjadi profesional dan sebagai pembangun citra pelayanan publik, tetapi juga dituntut sebagai perekat dan pemersatu bangsa.
Untuk mengatasi berbagai masalah sumber daya manusia, diperlukan upaya sistematis dalam meningkatkan kapasitas sumber daya manusia agar mampu bekerja optimal dalam memberikan pelayanan terbaik. Hal tersebut hanya mungkin tercapai melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam berbagai aspek intelektual, manajerial maupun perilaku.
Upaya perbaikan sumber daya manusia akan sangat membantu perbaikan produktivitas secara langsung dengan menemukan cara yang lebih baik dan efisien untuk mencapai tujuan, dan secara tidak langsung dengan memperbaiki kualitas kinerja sumber daya manusia. Keberadaan
(21)
bagian sumber daya manusia adalah untuk membantu sumber daya manusia dan pimpinan menjalankan strategi organisasi, sedangkan aktivitas sumber daya manusia adalah tindakan yang diambil untuk memperoleh dan memelihara sumber daya manusia yang sesuai bagi organisasi6.
1. Sumber Daya Manusia di Perpustakaan
Sumber daya di perpustakaan adalah semua tenaga, sarana dan prasarana, serta dana yang dimiliki/ dan atau dikuasai oleh diperpustakaan7.
2. Definisi Pustakawan
Pustakawan adalah tenaga profesional yang dalam kehidupan sehari-hari berkecimpung dengan dunia buku. Dengan situasi demikian sudahlah layak bila pustakawan menganjurkan masyarakat untuk giat membaca. Di segi lain, pustakawan pun dituntut untuk giat membaca demi kepentingan profesi, ilmu, maupun pengembangan kepribadian si pustakawan itu sendiri. Adapun yang dibaca pustakawan adalah pustaka yang menyangkut ilmu perpustakaan dan kepustakawanan.
Ilmu perpustakaan berarti batang tubuh pengetahuan yang
terorganisasi, dalam bentuk apapun juga, yang berkaitan dengan tujuan, objek dan fungsi perpustakaan, prinsip, teori, tata susunan, dan teknik yang digunakan dalam melakukan kinerja (untuk kerja) jasa perpustakaan. Kepustakawanan merupakan penerapan pengetahuan dari ilmu perpustakaan terhadap koleksi, tata susunan, pelestarian dan
6
Sedarmayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.v
7
(22)
pemanfaatan buku serta materi lain di perpustakaan, penyempurnaan malar (kesinambungan), dan perluasan jasa perpustakaan8.
Salah satu komponen penting perpustakaan adalah pustakawan. Komponen ini sangat diperlukan untuk memberikan pelayanan (jasa) kepada pengguna perpustakaan sampai mampu memberikan tingkat kepuasan terhadap masyarakat yang dilayani. Pelayanannya sudah barang tentu bertingkat sesuai dengan kebutuhan/ keperluan yang dilayani. Peralatan yang dipergunakan pun bertingkat mulai dari manual sampai dengan digital, paling tidak para pustakawan mampu mentransfernya9.
3. Etika Kepustakawanan
Etika adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan pertimbangan benar dan salah10. Etika adalah sesuatu yang harus dilakukan dengan berdasar nilai agama. Beretika adalah melakukan sesuatu berdasarkan hukum. Etika terdiri dari standar tingkah laku yang diterima dala lingkungan masyarakat.
Aristoteles menggunakan istilah ini mencakup ide karakter dan disposisi. Sebagai suatu subjek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self
8
Sulistyo-Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan, h. 100
9
Wiji Suwarno. Ilmu Perpustakaan&Kode Etik Pustakawan. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), h. 88
10
(23)
control karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan pembuatnya.
Untuk menjadikan seseorang itu memiliki etika yang baik, titik tolaknya adalah kepedulian sosial, sebagai unsur yang pertama11. Unsur kedua adalah motivasi menjaga yang diasumsikan sebagai
tanggung jawab. Unsur ketiga adalah pengabdian yang
diaktualisasikan dalam kerja, bahwa seseorang itu butuh bekerja. Kode etik pustakawan di Indonesia lahir setelah melalui berbagai perkembangan selama dua puluh tahun melalui kongres yang diadakan di berbagai kota. Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) menyadari perlu adanya kode etik yang dapat dijadikan pedoman perilaku bagi para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya di dalam masyarakat. Kode etik pustakawan merupakan bagian yang terpisahkan dari AD/ART IPI dimulai sejak 1993, 1997, yang diperbarui pada 19 September 2002 pada kongres IPI ke IX di Batu, Malang, Jawa Timur, dan disempurnakan kembali pada 15 November 2006 di Denpasar, Bali12. 4. Sikap Dasar Pustakawan
Kode etik pustakawan Indonesia yang ditetapkan oleh IPI pada 15 November 2006 menuangkan beberapa sikap dasar yang harus dimiliki pustakawan, yaitu:
a. Berupaya melaksanakan tugas sesuai dengan harapan masyarakat pada umumnya dan kebutuhan pengguna perpustakaan pada khususnya.
11
Tronto, Joan C. Moral Boundaries. (New York: Routlede, 1994), h. 96
12
(24)
Tugas pustakawan adalah melayani pemustakanya dengan baik. Maka, dalam kode etik ini, pustakawan dituntut untuk dapat menyerap aspirasi masyarakat pemustaka untuk kemudian memberikan layanan sesuai dengan harapan pemustakanya.
b. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi
mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan. Pustakawan adalah orang yang telah memiliki ilmu di bidang perpustakaan. Artinya, ia memiliki kompetensi di bidang perpustakaan yang harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan dan tidak berhenti untuk menuntut ilmu, terutama
bidang kepustakawanan13. Kewajiban ini dimaksudkan agar
pustakawan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan mengerti perkembangan serta kemajuan bidang profesinya sehingga dapat dikatakan bahwa pustakawan di Indonesia ini selalu up to date, tidak ketinggalan perkembangan informasi dan pengetahuan yang memang senantiasa berkembang.
c. Berupaya membedakan antara pandangan atau sikap hidup pribadi dan tugas profesi. Pustakawan harus mengerti the right place and the right time dalam tugasnya. Ia harus mengerti benar kapan saatnya serius dan kapan tidak serius serta mengerti benar di mana dan bagaimana seharusnya bersikap.
13
(25)
d. Menjami bahwa tindakan dan keputusannya berdasarkan pertimbangan profesional. Pustakawan sebagai seorang yang profesional dituntut bersikap dan bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Setiap tugas yang dibebankan dilakukan atau dikerjakan secara profesional, begitu pula ketika memutuskan
sesuatu harus dipertimbangkan berdasarkan prinsip-prinsip
profesionalisme.
e. Tidak menyalahgunakan posisinya dengan mengambil keuntungan kecuali atas jasa profesi. Kode Etik Pustakawan Indonesia menghendaki pustakawan berlaku jujur, bersih, dan menghindarkan diri dari segala bentuk penyelewengan dan penyalahgunaan kekuasaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun golongan, dan juga agar fasilitas yang tersedia di perpustakaan dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin14.
f. Bersifat sopan dan bijaksana dalam melayani masyarakat, baik dalam ucapan maupun perbuatan. Pustakawan adalah individu yang hidup di dalam lingkungan masyarakat. Dengan demikian, pustakawan tidak lepas dari interaksinya dengan orang lain. Untuk menjaga martabatnya dan profesinya, pustakawan dituntut untuk dapat berinteraksi dan melayani masyarakat dengan baik, santun, dan bijkasana.
C. Standar Kompetensi Pustakawan
14
(26)
Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan15. Penyusunan dan pengelolaan tenaga kerja perpustakaan dibutuhkan sebuah kompetensi16.
Kompetensi yang diartikan oleh Perpustakaan Nasional RI dalam Rekomendasi Komisi I: program pengembangan karir pustakawan berbasis kompetensi yaitu kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dapat terobservasi dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar kinerja yang ditetapkan.
Kompetensi adalah pencapaian standar kinerja oleh pustakawan dengan cara pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang dimiliki oleh pustakawan yang disesuaikan dengan lembaga induk sebagai tempat bekerja yang terkait dengan budaya organisasi, nilai dan norma, stategis bisnis dan lingkungan kerja17.
Standar kompetensi adalah sesuatu yang menyangkut norma, teknis dan pengakuan untuk melakukan jasa profesi serta sebagai tolak ukur keberhasilan dan pembeda tanggung jawab serta sarana untuk melindungi konsumen, berperan sebagai alat pembinaan bagi anggota profesi dan alat untuk meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat
15
Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 8
16
Saiful-haq, Rizal, dkk. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah. Jakarta: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2006
17
Ernawati, Endang. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapeneurship Pustakawan dalam Mengelola Perpustakaan di Indonesia. Artikel diakses pada 7 Agustus 2014 dari
(27)
pengguna jasa. Sehingga standar kompetensi pustakawan adalah suatu kriteria minimal kompetensi pustakawan yang dikeluarkan oleh organisasi profesi yang di dalamnya berisi norma-norma, teknis kemampuan dan pembakuan dalam upaya peningkatan kualitas layanan. Lebih lanjut standar kompetensi pustakawan adalah tolak ukur yang digunakan untuk acuan penilaian kualitas pustakawan dalam bentuk formulasi dari komitmen atau janji pustakawan kepada masyarakat.
Dengan standar kompetensi yang dimiliki oleh seorang pustakawan tentunya akan berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai pengelola perpustakaan dan kegiatan perpustakaan lainnya. Standar kompetensi tidak hanya penting bagi seorang pustakawan tetapi penting juga untuk pemustaka. Hubungannya yaitu seorang pemustaka akan mendapatkan pelayanan yang berkualitas dari pustakawan yang berkompeten di bidang perpustakaan18.
1. Jenis Standar Kompetensi Pustakawan
Standar kompetensi bagi pustakawan khususnya di Indonesia belum memiliki pedoman yang dapat dijadikan sebagai acuan19. kompetensi pustakawan terbagi menjadi dua jenis, yaitu kompetensi profesional dan individu.
Kompetensi profesional meliputi pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian serta kemampuan dalam menggunakan pengetahuan tersebut untuk
18
Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan, h. 177-180
19
Rumani, Sri. Kompetensi Pustakawan dan Teknologi Informasiuntuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Perpustakaan Nasional. Artikel diakses pada 7 Agustus 2014 dari www.pnri.go.id/MajalahOnline
(28)
pelayanan perpustakaan. Menambahkan kemampuan dalam manajemem informasi meliputi pencarian, penggunaan, pembuatan, pengorganisasian dan penyebaran informasi. Dalam hal teknologi informasi kemampuan tersebut meliputi mengelola perangkat
teknologi informasi baik perangkat keras maupun lunak20,
pemrograman, pembuatan dan penerbitan sumber informasi elektronik serta desain dan manajemen database. Kemampuan manajemen meliputi kepemimpinan yang menonjol, pembuatan administrasi perpustakaan, mampu dalam manajemen sumberdaya manusia, waktu dan perubahan, mampu membangun hubungan kerja yang baik secara manajemen, mampu menganalisis kinerja pustakawan, mampu dalam merencanakan program yang sesuai serta implementasinya dan mampu berkoordinasi dengan bagian lain yang terkait.
Sedangkan kompetensi individu meliputi komitmen dalam
memberikan pelayanan yang terbaik, terampil dalam berkomunikasi, berpandangan luas dan memiliki sifat positif terhadap perkembangan, bekerja dalam tim dan menciptakan suasana kerja yang sehat serta mampu mencari mitra kerja, memiliki sifat kepemimpinan dan dapat memecahkan masalah pada suatu hal yang kritis. Menurut Sheila Slauter dan Lary L. Laslie kemampuan di atas disebut dengan sikap entrepreneur.
20
Wicaksono, Hendro. Kompetensi Perpustakaan dan Pustakawan dalam Implementasi Teknologi Informasi di Perpustakaan. Artikel diakses pada 7 Agustus dari
(29)
Seorang pustakawan hendaknya memiliki keahlian dalam melobi, koordinasi dan komunikasi khususnya komunikasi dalam bahasa asing serta kemampuan dalam menggunakan teknologi informasi21.
Selain kompetensi pustakawan di atas, kompetensi pustakawan hendaknya memiliki kompetensi budaya. Kemampuan sosial-budaya adalah sebuah perilaku, sikap, dan kebijakan yang memungkinkan seseorang atau kelompok untuk bekerja secara efektif dalam situasi lintas budaya, proses dimana individu merespon dengan hormat dan efektif kepada orang-orang dari semua budaya, bahasa, kelas, ras, latar belakang etnis, agama, dan faktor keberagaman lainnya dengan cara yang mengakui, menegaskan, dan menghargai nilai individu, keluarga, dan masyarakat, dan melindungi serta menjaga martabat masing-masing22.
Dari berbagai kompetensi mengenai pustakawan di atas dapat dikatakan secara singkat bahwa sebuah kompetensi pustakawan merupakan suatu acuan dalam kegiatan manajerial maupun teknis yang hendaknya dimiliki oleh seorang pustakawan sesuai dengan tingkat atau jabatannya. Kompetensi tersebut tidak hanya dari sudut pandang kegiatan seorang pustakawan tetapi dari sudut pandang sebagai seorang profesional dan individu pustakawan. Standar kompetensi puntakawan pun hendaknya disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
21
Rumani, Sri. Kompetensi Pustakawan dan Teknologi Informasiuntuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan di Perpustakaan Nasional.
22
National Association of Social Workers dalam artikel Diversity Standards: Cultural Competency for Academic Libraries. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari
(30)
2. Tujuan Kompetensi Pustakawan
Tujuan kompetensi pustakawan adalah menciptakan suatu kerangka kerja yang efektif dan efesien dalam mendayagunakan sumber daya manusia yang terbatas. Lebih lanjut tujuan dari kompetensi
pustakawan yaitu memungkinkan setiap pekerjaan dapat
diselesaikan dengan baik, tepat waktu, sasaran dan sebanding dengan biaya dan hasil yang diperoleh.
Tujuan kompetensi pustakawan yaitu memberikan jaminan kepada
masyarakat, pengelola dan pembina perpustakaan bahwa
pustakawan dapat memberikan layanan optimal kepada masyarakat di bidang layanan bahan pustaka dan infomasi sesuai dengan kualifikasi dan memberikan jaminan kepada pustakawan bahwa kebutuhan hidupnya yang bersifat primer dan esensial baik jasmani maupun rohani serta menjamin dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab profesinya23.
Kemandirian pustakawan merupakan tujuan dari kompetensi pustakawan itu sendiri. Kemandirian ini mampu menjadikan seorang pustakawan yang mampu berkreasi dan berinovasi dalam menjalankan tugas dan kewajibannya24.
Sehingga dapat digarisbawahi bahwa tujuan kompetensi
pustakawan tidak hanya membantu pustakawan dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya tetapi berpengaruh terhadap
23
Zulfikar Zen. Etika Kepustakawanan, h. 180-181
24
Ernawati, Endang. Kompetensi, Komitmen, dan Intrapeneurship Pustakawan dalam Mengelola Perpustakaan di Indonesia.
(31)
kegiatan-kegiatan baik manajerial maupun teknis di perpustakaan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing pustakawan. D. Pengembangan SDM di Perpustakaan
Pengembangan sumber daya manusia adalah proses meningkatkan potensi produktifitas dari sumber daya tenaga kerja dalam hal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan melalui mekanisme yang sesuai seperti pendidikan dan pelatihan, konseling, perencanaan karir, kinerja atau penilaian diri, penghargaan atau hadiah dan lain-lain. Pendidikan dan pelatihan memainkan peran penting dalam memperkuat kemampuan baik akademis dan profesional sumber daya manusia untuk memenuhi tujuan organisasi25. A process of helping employees in an organization to acquire new skill and competence on a continuing basis26.
Secara singkat pengembangan sumber daya manusia merupakan sebuah proses bagi sumber daya manusia dalam meningatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan melalui pendidikan atau pelatihan yang secara berkelanjutan yang bertujuan untuk pencapaian tujuan organisasi.
Pustakawan merupakan bagian dari perpustakaan. Sudah
selayaknya pustakawan dapat dibina dan dikembangan seperti perpustakaan. Pembinaan dan pengembangan pustakawan dilakukan
25
Saha, Nimai Chand, dkk. Training&Development of Library Professionals for IT Application in University Libraries: an Overview. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari ir.inflibnet.ac.id.in
26
Dhiman, Anil Kumar. Developing Human Resource In Digital Era: How Much Effective and How Much Successful?. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari ir.inflibnet.ac.id.in
(32)
secara terus menerus dan berkelanjutan, tidak menutup kemungkinan dilakukan pula kepada petugas perpustakaan yang lain27.
Pustakawan dapat dibina dan dikembangan seperti pengembangan koleksi yang dilakukan di perpustakaan dan dilakukan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia meliputi kualitas dan kuantitas. Pembinaan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia meliputi keterampilan dan sikap, mengikutsertakan dalam pendidikan formal maupun informal serta pelatihan dalam pengembangan jabatan. Sedangakan dalam hal kuantitas lebih mengacu kepada kebutuhan meliputi penambahan dan pengurangan jumlah sumber daya manusia di perpustakaan yang berkaitan dengan efektif dan efesien dalam mengelola perpustakaan28.
Dari pendapat di atas, pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan merupakan sebuah proses menciptakan sumber daya manusia yang jauh lebih baik atau lebih berkualitas dengan cara peningkatan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan pustakawan melalui pendidikan atau pelatihan dalam mencapai tujuan organisasi. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan sama seperti pembinaan dan pengembangan perpustakaan maupun koleksi dan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengacu kepada efektif dan efesien dalam mengelola perpustakaan.
27
Saiful-Haq. Pengantar Manajemen Perpustakaan Madrasah, h. 20
28
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan: Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Sagung Seto, 2006), h. 115-116
(33)
E. Berbagai Cara Pengembangan SDM
Pengembangan pustakawan dapat dilakukan melalui pendidikan. Baik pendidikan formal bidang ilmu perpustakaan, non-formal tentang bidang perpustakaan serta informal yang lebih kepada pengembangan diri sendiri pustakawan.
1. Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan sarana bagi pustakawan atau calon pustakawan mempersiapkan diri menjadi profesional. Pendidikan formal dapat dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan tinggi dengan jenjang diploma, sarjana dan magister atau doktor di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Baik lembaga pendidikan dalam maupun luar negri yang menyelenggarakan program bidang ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi29.
2. Pendidikan Non Formal
Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti pendidikan dan pelatihan (diklat), penataran (up grading), symposium, seminar, lokakarya, kursus, magang (on the job training), studi banding dan lain sebagainya yang tentunya bersifat pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan30.
29
Hermawan dan Zen. Etika Kepustakawanan, h. 155-156
30
(34)
Kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat dibutuhkan oleh pustakawan31. Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk melanjutkan ke pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik. Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi, asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior perpustakaan, koordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan. 3. Pendidikan Informal
Selain pendidikan formal dan non-formal bagi pustakawan, pendidikan informal pun dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas kepustakawanan. Pendidikan secara informal ini sangat berpengaruh terhadap kemauan diri pribadi pustakawan tersebut meningkatkan kualitas. Kegiatan yang dapat dilakukan yaitu seperti belajar sendiri, terutama membaca dan belajar dari pengalaman diri sendiri serta orang lain atau sering melakukan diskusi secara informal dengan sesama pustakawan. Sedangkan kegiatan lainnya yang mampu menunjang pendidikan informal antara lain seperti berkaryawisata, bertukar pengalaman, kunjung mengunjungi antar sesama pustakawan atau kunjungan kerja pustakawan32.
31
Artikel Libraries, Archives, Records and Information Management Services. Diakses pada 10 Agustus 2014 dari http://www.apprenticeship.org.uk/Types-of-Apprenticeship/Health-Public-Services-and-Care/Libraries-Records-and-IM-Services.aspx.
32
(35)
Pengembangan diri sendiri oleh pustakawan tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh sesama pustakawan tetapi dapat dilakukan antara pustakawan dengan pemustaka. Pengembangan diri ini dilakukan dengan cara saling berbagi pengetahuan dari hasil seminar, workshop atau pelatihan dan dari buku-buku yang telah dibaca oleh pemustaka atau pustakawan. Dengan cara ini pustakawan diharapkan mampu mengambil manfaat dan dapat mengembangkan pengetahuannya.
F. Tujuan Pengembangan SDM
Secara umum kegiatan pembinaaan dan pengembangan pustakawan di atas bertujuan menciptakan pustakawan yang berkualitas dengan cara membina dan mengembangakan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan dengan cara pendidikan formal, non-formal maupun informal agar mampu mengelola perpustakaan secara efektif dan efesien. Djoyonegoro dan Suryadi menyatakan bahwa individu yang berkualitas memiliki beberapa ciri yaitu memiliki sikap, perilaku, wawasan, kemampuan, keahlian dan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dalam sektor pembangunan.
Seorang pustakawan yang telah diberikan pelatihan melalui pengembangan sumber daya manusia akan mampu memberikan pelayanan yang efektif dan efesien dalam perpustakaan dan pusar-pusat informasi modern33.
33
Devi, Arambam Hileima, dkk. Human Resource Development for Digital Environment: a Case Study of The Libraries of Manipur. Artikel diakses pada 10 Agustus 2014 dari
(36)
Pengembangan sumber daya manusia diperlukan untuk kelangsungan dan keseimbangan, pertumbuhan dan pengembangan, perubahan dan perbedaan, mengembalikan kegiatan menjadi lebih efektif, memberikan kualitas tertinggi dalam produk dan layanan, memainkan peran kepemimpinan di lapangan dan memperoleh kebaikan dan reputasi melalui kepuasan pelanggan34.
Perpustakaaan Nasional RI dalam Rekomendasi Komisi I:program pengembangan karir pustakawan berbasis kompetensi menjelaskan bahwa tujuan pembinaan dan pengembangan pustakawan yaitu untuk lebih mendayagunakan dan mengoptimalkan serta membina kemampuan, keterampilan dan kecakapan pustakawan secara efisien dan rasional sesuai dengan kedudukan yang dibutuhkan dan kompetensinya serta terarah kepada misi perpustakaan dan visi lembaga induknya, menyediakan spesifikasi tugas, tanggung jawab, hak dan wewenang pustakawan secara seimbang, memberikan gambaran tentang jabatan, kedudukan dan jalur serta persyaratan dalam mencapai jabatan fungsional pustakawan, memberi kesempatan kepada pustakawan untuk naik jabatan, sebagai dasar bagi setiap pimpinan perpustakaan dalam mengambil keputusan berkaitan dengan sistem managemen kepegawaian dan menciptakan keserasian antara kemampuan, keterampilan dan motivasi dengan jenjang penugasan, agar menghasilkan manfaat dan kapasitas kerja yang optimal secara profesional.
34
Dhiman, Anil Kumar. Developing Human Resource In Digital Era: How Much Effective and How Much Successful?.
(37)
Sehingga tujuan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan akan berdampak kepada peningkatan kualitas dan kesejahteraan pustakawan dilihat dari kemampuan dan karir pustakawan itu sendiri. Tujuan tersebut juga berpengaruh terhadap pemustaka dalam mendapatkan pelayanan yang jauh lebih baik dari seorang pustakawan yang memiliki kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang berkualitas.
G. Penelitian Terdahulu
Dalam sub-bab ini, penulis memberikan beberapa penelitian terdahulu mengenai pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan. Penyantuman penelitian di bawah ini bertujuan agar penelitian yang penulis lakukan berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Wening Kurniati Dewi Lakhsmi dengan judul “Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Perpustakaan Umum Kotamadya dan Perpustakaan umum Soemantri Brodjonegoro pemerintah DKI Jakarta” pada tahun 2008. Tujuan penelitian tersebut yaitu untuk memperoleh gambaran tentang (1) kondisi sumber daya manusia di perpustakaan umum yang digambarkan oleh responden, (2) pelaksanaan program pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia yang telah dilakukan, (3) upaya yang telah dilakukan oleh staf perpustakaan umum untuk mengembangkan wawasan dan keterampilan serta (4) program pelatihan dan pengembangan yang
(38)
telah diikuti oleh para staf dapat membantu dalam melaksanakan pekerjaan.
Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan metode survai. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan, bahwa secara umum program dan jumlah pelaksanaan pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan umum masih belum memuaskan serta belum dapat mencakup keseluruhan staf yang ada.
Sebagian besar staf perpustakaan umum merupakan lulusan SLTA dan belum memperoleh pendidikan formal dalam bidang perpustakaan. Meskipun demikian, staf perpustakaan memiliki keinginan untuk maju yang cukup tinggi dan bersedia untuk mengikuti program pelatihan dan pengembangan. Selain program pelatihan di luar dan seminar, perpustakaan umum mengadakan pelatihan di dalam dan rotasi kerja untuk meningkatkan kemampuan kerja.
Kendala yang dihadapi adalah hal dana dan minimnya pendidikan yang dimiliki oleh para staf sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
acara pelatihan. Materi yang pernah diterima yaitu materi
kepustakawanan tradisional dan materi yang mengacu pada ilmu-ilmu komputer, komunikasi, dan linguistik. Sedangakan pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan staf adalah pengetahuan komunikasi, komputer dan teknologi informasi, pengadaan, manajemen perpustakaan, pembuatan deskripsi bibliografi dan nomor klasifikasi, bahasa Inggris, dan pengetahuan dalam pembuatan indeks.
(39)
Perbedaan pada penelitian penulis yaitu terletak pada objek penelitian yang memfokuskan kepada sumber daya manusia yang bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan, tujuan penelitian yaitu memperoleh gambaran tentang usaha dan kendala yang dihadapi oleh penyelanggara perpustakaan dan sumberdaya manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan pustakawan. Metode penelitian dalam penelitian yang penulis lakukan pun berbeda, yaitu menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Penelitian yang berjudul “Manajemen Sumber Daya Manusia
Perpustakaan: studi kasus di Perpustakaan RSUP Fatmawati” oleh Cintia Septiani, tahun 2008 yang bertujuan untuk memahami manajemen sumber daya manusia yang meliputi penerapan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling serta hambatan yang dihadapi di dalam manajemen sumber daya manusia Perpustakaan RSUP Fatmawati.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa manajemen sumber daya manusia di Perpustakaan RSUP Fatmawati telah dilakukan secara konsisten. Dalam mengelola sumber daya manusia yang ada, perpustakaan telah menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, actuating dan controlling. Hanya saja fungsi-fungsi manajemen tersebut tidak berdasarkan pada teori ilmu manajemen, tetapi berdasarkan kebutuhan dan pengalaman yang ada di perpustakaan.
(40)
Hambatan yang dihadapi yaitu perencanaan pengembagan yang terkadang tidak semua dapat terlaksana, keterbatasan sumber daya manusia yang ada di perpustakaan serta adanya kendala yang terkadang dihadapi oleh pimpinan perpustakaan di dalam mengarahkan dan mengerakkan staffnya.
Perbedaan pada penelitian yang penulis lakukan yaitu penulis tidak meneliti mengenai manajemen sumber daya manusia di perpustakaan sesuai dengan teori manajemen di atas. Penelitian yang penulis lakukan lebih mengarah kepada pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan ditinjau dari segi usaha serta kendala yang dihadapi SDM bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan dan penyelenggara perpustakaan dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia.
Sedangkan penelitian yang berjudul Efektivitas Pola Pembinaan Sumber Daya Perpustakaan oleh Heryati Suryantini, Tuti Sri Sundari, dan Suni Triani yang diterbitkan oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian, Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 16, Nomor 1 tahun 2007 bertujuan untuk mengetahui kemampuan sumber daya perpustakaan lingkup Departemen Pertanian, materi pembinaan yang telah diberikan dan aplikasinya di masing-masing perpustakaan, serta mengevaluasi efektivitas pola pembinaan.
Tipe penelitian yang digunakan yaitu deskriptif dengan metode survai. Hasil yang didapat yaitu lebih dari separuh responden (55,56%) telah dibina kurang dari 4 kali dengan durasi 1-2 hari. Materi pembinaan
(41)
yang diterima meliputi pengolahan bahan pustaka, pelayanan perpustakaan, dan pengembangan pangkalan data. Materi pembinaan yang telah diaplikasikan (lebih dari 75%) meliputi pengolahan bahan pustaka, pelayanan informasi secara manual dan elektronis, dan penataan koleksi, sedangkan materi pengembangan jaringan baru sedikit diaplikasikan. Materi pembinaan yang paling dibutuhkan adalah pengembangan pangkalan data, penyebaran informasi terbaru, dan
pengembangan situs/web. Sebagian besar responden (85,19%)
menyatakan pembinaan dengan cara magang di PUSTAKA paling efektif. Hambatan utama yang dialami responden dalam mengaplikasikan hasil pembinaan adalah ketersediaan fasilitas.
Secara garis besar, penelitian di atas yaitu meneliti mengenai efek dari kegiatan pembinaan sumber daya manusia di perpustakaan yang telah dilakukan sebelumnya oleh SDM di perpustakaan. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis adalah pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia bukan sarjana ilmu perpustakaan sebagai pustakawan sebelum melakukan kegiatan pembinaan dan pengembangan. Lebih lanjut penulis menitikberatkan kepada usaha dan kendala dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan.
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN A.Jenis dan Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian analisis deskriptif, yakni penulis menjelaskan sesuatu seperti apa adanya (as it is).
Penelitian ini menggunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian dengan menganalisis objek alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci dan menyajikan apa adanya. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta melakukan sebuah pengembangan SDM perpustakaan yang bukan merupakan sarjana perpustakaan. Dengan Pendekatan Kualitatif ini peneliti diharapkan mampu menggali fakta-fakta yang tak nampak secara indrawi. Selain itu, karenanya kita dapat memahami alur peristiwa secara kronologis, menilai hubungan sebab-akibat dalam lingkup pemikiran serta memperoleh penjelasaan yang banyak sarat manfaat. Oleh karenanya, tujuan penelitian dapat tercapai. Proses penelitian kualitatif melibatkan upaya-upaya penting, berupa
mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau prosedur-prosedur,
menganalisis data secara induktif, mulai dari tema-tema yang khusus kepada tema-tema yang umum dan menafsirkan makna data35. B. Sumber Data
35
John W Creswell. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Edisi ke-3. (Fawaid, Achmad Penerjemah). (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 10.
(43)
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber data atau dari hasil penelitian lapangan. Guna mendapat data primer, penulis mengadakan observasi (pengamatan) di
lapangan serta melakukan wawancara kepada pengelola
perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta.
2. Data Sekunder, yakni data yang diperoleh melalui literatur yang memiliki hubungan dengan materi skripsi ini. Dalam penelitian ini penulis melakukan studi kepustakaan (Library Research) yaitu dengan mempelajari buku kepustakaan, literatur-literatur, yang berkaitan dengan dengan pengembangan sumber daya manusia. C.Pemilihan Informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan yang digunakan dalam penelitian ini yang berhubungan dengan topik yang diteliti dan yang paling memahami objek penelitian yaitu berjumlah dua orang yang terdiri atas Plt. Sekretaris BPAD Provinsi DKI Jakarta, Kepala Subbagian Kepegawaia. Penulis melakukan wawancara secara satu persatu terhadap informan yang diwawancarai.
Penelitian dilakukan di BPAD Jakarta informan yang penulis jadikan referensi ialah pengawas perpustakaan yakni Bapak Jahruddin sebagai Sekretaris BPAD Provinsi DKI Jakarta dan Siti Mutia sebagai Kepala Subbagian Kepegawaian.
(44)
D.Teknik Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data yang diperlukan pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu:
1. Wawancara, yaitu memberikan pertanyaan langsung kepada
pengelola yang menangani perpustakaan(responden), dimana pertanyaan-pertanyaan tersebut nantinya menjadi penentu bagi penulis dalam membuat kesimpulan dari penelitian ini. “A meeting of two person to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and join construction of meaning about a particular topic”36
. Wawancara dilakukan secara mendalam (indept interview) dan dengan cara face-to-face interview atau saling berhadap-hadapan dengan informan.
2. Observasi, yaitu proses pengamatan atau merekam peristiwa. Observasi kualitatif ialah observasi yang didalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku serta aktifitas-aktifitas individu di lokasi penelitian37. Bentuk-bentuk observasi yang telah saya lakukan ialah mengamati pustakawan yang menjadi subjek penelitian ini namun belum sejauh hingga kegiatan diklat yang telah diselenggarakan.
E. Teknik Analisis Data
“Data analysis is the process of systematically searching and arranging the interview transcript, fieldnotes, and other materials that
36
Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2009), h. 10.
37
(45)
you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have discovered to others”38
.
Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa setelah data diperoleh melalui wawancara dengan informan, maka selanjutnya percakapan yang terekam dalam wawancara dicatat atau dibuatkan transkipnya. Seluruh data yang terkumpul selanjutnya dispesifikasikan ke dalam beberapa kelompok. Jawaban dari informan yang diberikan, kemudian dianalisis sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai tanggapan apa yang diberikan oleh informan, kemudian dari sini dapat diketahui sikap informan secara umum. Jadi, penarikan kesimpulan dilakukan secara induktif, yaitu menganalisis satu persatu pernyataan informan, kemudian diakurasikan dengan pernyataan-pernyataan lain dari pihak Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta hingga dari semua pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan umum. Analisis data secara induktif inilah yang sering dilakukan dalam penelitian kualitatif.39
Secara spesifik proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti dalam hal ini adalah sebagai berikut:
a. Pengumpulan data penelitian melalui proses studi literatur, observasi dan wawancara
b. Sebelum dianalisis secara matang, data hasil wawancara
dibuatkan transkip (salinan dalam bentuk tulisan) c. Analisis data secara matang
38
Creswell, John W. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, h. 12
39
Gormon, G.E. dan Peter Clayton, Qualitative Research for The Information Professional: A Practical Handbook (London: Library Association, 1997), h. 29
(46)
d. Penyederhanaan data hasil analisis ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan ketika ingin disajikan; dan
e. Pembuatan laporan penelitian F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Pulomas yang terletak di JL. Perintis Kemerdekaan No. 1, Jakarta Timur pada 24 Desember 2014. Pelaksanaan wawancara dilakukan di BPAD Jakarta karena BPAD merupakan badan induk Perpustakaan Umum DKI Jakarta baik tingkat provinsi maupun kotamadya.
Tabel 1.1 Jadwal Penelitian
2014 2015
Kegiatan Okt Nov Des Jan Feb
Pengajuan Proposal
Bimbingan
Penelitian/Observasi
(47)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat
Tahun 1950 kegiatan perpustakaan Pemerintah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta sudah dimulai sejak berbentuk Kotapradja, dengan sebutan Perpustakaan Kotapradja Djakarta Raja. Kemudian pada tahun 1961 setelah Kotapradja Djakarta Raja ditingkatkan statusnya menjadi Daerah Tingkat I Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raja, kemudian berubah menjadi Perpustakaan Balaikota Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Djakarta Raja.
Tahun 1972 Melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentang Susunan Organisasi Sekretariat Daerah Pemerintah DKI Jakarta, Bagian Perpustakaan dibagi atas Sub Bagian Perpustakaan dan Sub Bagian Tata Usaha Perpustakaan, dimana perpustakaan merupakan salah satu bagian pada Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan.
Tahun 1978 Melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibentuk Lembaga Perpustakaan Umum yang menangani jenis perpustakaan umum di lingkungan Pemerintah DKI Jakarta, seperti Perpustakaan Umum Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro dan Perpustakaan Umum di lima wilayah kotamadya DKI Jakarta.
(48)
Pada tahun 1981 Lembaga Perpustakaan Umum bernaung di bawah Biro Bina Mental dan Spiritual dengan status non struktural.
Tahun 1989 Perpustakaan Umum di lima wilayah kotamadya DKI Jakarta dialihkan pengelolaannya kepada Dinas Pendidikan dan Pengajaran DKI Jakarta sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD), sedangkan Perpustakaan Umum Soemantri Brodjonegoro masih tetap dikelola Biro Bina Mental Spiritual DKI Jakarta.
Tahun 1992 Gubernur DKI Jakarta mengirim surat kepada Menteri Dalam Negeri agar di lingkungan Sekwilda DKI Jakarta dibentuk satu wadah organisasi yang menangani semua jenis perpustakaan dan rekomendasi dari Kepala Perpustakaan Nasional RI.
Tahun 1993 Dibentuk Perpustakaan Umum Pemerintah Daerah DKI Jakarta dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 8 Tahun 1993. Kemudian tahun 2001 Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 ditetapkan pembentukan Kantor Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, dengan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 109 Tahun 2001.
Lalu tahun 2007 Dalam mengoptimalkan pengelolaan secara teknis,
termasuk pembinaan dan penyusutan arsip setiap unsure
penyelenggara pemerintah daerah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Kearsipan.
Tahun 2009 Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 ditetapkan Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja
(49)
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta, dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 153 Tahun 2009. Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ini beralamat di Jl. H. R. Rasuna Said, Nyi Ageng Serang Lt. 7 & 8, Setiabudi, Jakarta Selatan, 12950. Telp: (021) 5263249.
2. Visi dan Misi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta 1. Visi :
Terwujudnya Pelayanan Prima dalam Bidang Perpustakaan dan Arsip.
2. Misi :
1) Mewujudkan tata kelola penyelenggaraan perpustakaan dan arsip
yang baik dengan menerapkan kaidah-kaidah • Good
Governance.
2) Mengembangkan sarana dan prasarana perpustakaan dan arsip bertaraf nasional dan/ atau internasional.
3) Meningkatkan peran dan fungsi perpustakaan dan arsip dalam kehidupan bermasyarakat, berpemerintahan, berbangsa dan bernegara.
4) Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 153 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Perpustakaan dan Arsip
(50)
Daerah, maka tugas pokok dan fungsi Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta adalah :
3. Tugas dan Fungsi a. Tugas :
Menyelenggarakan urusan perpustakaan dan kearsipan daerah. b. Fungsi :
1) Penyusunan dan pelaksanaan rencana kerja dan anggaran Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah;
2) Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan perpustakaan dan arsip daerah;
3) Pembinaan perpustakaan dan arsip terhadap Perangkat Daerah;
4) Pelaksanaan retensi arsip dan/atau buku;
5) Pembinaan dan pengembangan tenaga fungsional Arsiparis
dan Pustakawan
6) Pengelolaan sistem informasi kepustakaan dan kearsipan. 7) Penggalian dan penelusuran arsip dan bahan perpustakaan;
8) Penyelenggaraan hubungan kerjasama di bidang Perpustakaan
dan Kearsipan;
9) Pengelolaan dan pelayanan perpustakaan dan kearsipan daerah;
10) Pembinaan permasyarakatan dan kearsipan
(51)
12) Pembinaan perpustakaan yang dikelola masyarakat termasuk perpustakaan masjid;
13) Pemberian dukungan teknis kepada masyarakat dan Perangkat Daerah;
14) Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja;
15) Pengelolaan kepegawaian, keuangan, barang dan
ketatausahaan Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah; dan 16) Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan
fungsi. c. Struktur Organisasi
Tabel 1.2 Struktur Organisasi
No. NAMA JABATAN
1. Drs. H. Jahruddin, M.Si. Plt. Sekeretaris BPAD
Provinsi DKI Jakarta
2. Hj. Pasiem, S.Sos. Kepala Subbagian Umum
3. Witty Komala Devi, S.Sos. Kepala Subbagian Keuangan
4. Saptadi Suharto, S.IP. Kepala Subbagian Program
dan Anggaran
5. Siti Mutiah, S.Pd. Kepala Subbagian
Kepegawaian Sumber: BPAD Jakarta
(52)
d. Fasilitas
Beberapa fasilitas yang dimiliki oleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta adalah internet, antar jemput buku, e-library, layanan anak, ruang referensi dan Ruang Betawi.
e. Gedung dan Ruang
Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta berada di lantai 7 dan 8 Gedung Nyi Ageng Serang. Adapun lantai 7 adalah perpustakaan sedangkan lantai 8 adalah ruang perkantoran.
f. Jaringan Kelembagaan
Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta memiliki lembaga induk yakni Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah dan membawahi Perpustakaan Umum DKI Jakarta. Diantaranya adalah: Perpumda Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Utara, dan Jakarta Barat.
B. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Pada bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta mengenai kegiatan pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan. Hasil penelitian berupa observasi, dokumentasi dan wawancara dengan informan yang berkenaan dengan kegiatan pengembangan sumber daya manusia perpustakaan. Informan dalam penelitian ini berjumlah 2 orang. Penulis memiliki kriteria dalam memilih informan. Kriteria tersebut adalah informan yang memiliki jabatan sebagai Sekretaris BPAD Provinsi DKI Jakarta dan Kepala Subbagian Kepegawaian.
(53)
Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Pulomas yang terletak di JL. Perintis Kemerdekaan No. 1, Jakarta Timur pada 27 November 2014. Pelaksanaan wawancara dilakukan di BPAD Jakarta karena BPAD merupakan badan induk Perpustakaan Umum DKI Jakarta baik tingkat provinsi maupun kotamadya. Letak gedung BPAD Jakarta cukup sulit ditemukan oleh sebab bangunan ini berada bersamaan dengan Terminal Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBE). Tepatnya posisi bangunan BPAD ini berada dibelakang SPBE tersebut. Penulis pada awalnya mengira yang terdapat hanya SPBE saja.
Sebelum terjadi wawancara penulis mengikuti prosedur yang ada. Yaitu menemui front office guna menyerahkan identitas sebagai jaminan pengunjung. Setelahnya memberikan kartu identitas penulis diarahkan oleh resepsionis menuju ke pihak yang ingin dituju.
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan penelitian kualitatif, menggunakan teknik observasi, dokumentasi serta wawancara.
Pada teknik wawancara, data-data yang penulis butuhkan adalah mengenai upaya pengembangan tenaga kerja non sarjana perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta dengan jumlah pertanyaan wawancara sebanyak 5 pertanyaan.
(54)
C. Hasil Penelitian
Kegiatan pembinaan serta pengembangan sumber daya manusia di perpustakaan merupakan tanggung jawab penyelenggara perpustakaan40. Kemudian pada ayat 2, tanggung jawab tersebut dapat berupa pemberian pendidikan dengan cara formal atau non-formal kepada pustakawan. Kegiatan informal dapat diberikan oleh pustakawan dalam kegiatan pembinaan dan pengembangan.
Pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan
pengembangan sumber daya manusia adalah Subbagian Kepegawaian. Informan yang penulis jadikan referensi ialah pengawas perpustakaan yakni Bapak Jahruddin sebagai Sekretaris BPAD Provinsi DKI Jakarta dan Siti Mutia sebagai Kepala Subbagian Kepegawaian.
Jumlah sumber daya manusia non sarjana perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta ialah 9 orang. Rata-rata pendidikan terakhir mereka adalah SMA sederajat.
1. Konsep Kegiatan Pengembangan Tenaga Perpustakaan
Berangkat dari jawaban informan, konsep pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi DKI yaitu melalui diklat (pelatihan) serta pelatihan lainnya. Berikut seperti yang dikatakan oleh SM terkait konsep pengembangan.
Kegiatannya adalah dengan memberikan diklat-diklat. Kerjasama dengan Perpusnas.
Pelatihan ini memiliki beberapa jenis, yakni pelatihan-pelatihan yang sifatnya struktural yang diselenggarakan oleh Badan Diklat Provinsi dan
40
(55)
non struktural atau pelatihan yang dikenal dengan CPTA (calon pustakawan tingkat ahli) bagi yang akan terjun ke dalam perpustakaan dan keahlian arsip bagi yang di bidang kearsipan.
Ada diklat misalnya BIM IV untuk staff yang mau naik ke eselon IV dan BIM III bagi yang mau naik ke eselon III. Nah sedangkan pelatihan non struktural itu misalnya CPTA, yaitu calon pustakawan tingkat ahli dan ada juga diklat keahlian kearsipan.
Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Jahrudin sebagai Sekretaris BPAD dilakukan di Kantor Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Pulomas yang terletak di JL. Perintis Kemerdekaan No. 1, Jakarta Timur pada 27 November 2014.
Pada kenyataannya, pustakawan boleh memilih pelatihan baik yang perpustakaan maupun kearsipan. Dengan tujuan agar menambah wawasan bagi mereka. Dengan catatan yang ingin ikut serta mereka harus berusia 50 tahun.
Namun, dalam kegiatan pengembangan tersebut peserta bukan hanya para tenaga kerja yang terdiri dari non sarjana perpustakaan saja, tenaga kerja yang berlatar belakang sarjana perpustakaan pun diikutkan pula dalam kegiatan tersebut. Oleh sebab ilmu yang dimiliki para tenaga kerja berlatar belakang sarjana perpustakaan masih sebatas teori saja, perlu ditingkatkan lagi kapabilitas mereka melalui kegiatan pengembangan tersebut.
Di bidang perpustakaan kebanyakan masih teori ya, ya kan terkadang teori sama praktek beda, jadi ya tetap kita ikutkan diklat. Seperti kemarin sarjana perpustakaan pun diikutkan diklat pengembangan minat baca.
(56)
Kemudian selain diklat ada pula sebuah kegiatan yang dinamakan pengembangan wawasan. Kegiatan ini mengundang narasumber yang memang kompeten untuk memberikan materi dalam kegiatan tersebut. Siapapun mereka asalkan berkaitan dengan bidang perpustakaan maupun kearsipan dan lulusan sarjana.
Di kita juga ada pengembangan wawasan namanya, mengundang narasumber dari seorang sarjana atau tenaga ahli lain yang berkaitan dengan bidang perpustakaan sama kearsipan. Dan untuk yang berkaitan dengan perpustakaan kita ambil dari Perpustakaan Nasional sedangkan yang berkaitan dengan kearsipan kita ambil dari ANRI. Jangka waktu pelatihan ialah selama 3 bulan. Diklat tersebut dilaksanakan di hotel dan gedung-gedung komersil lainnya. Tahun 2015 mendatang, Kementrian Pemberdayaan Aparatur Negara tidak mengizinkan badan diklat untuk melakukan pelatihan diluar bangunan yang dimiliki oleh negara. Dengan tujuan efisiensi anggaran negara. Rata-rata durasi waktu pelatihan 3 bulan. Tahun 2015 nanti ada larangan dari Menteri Aparatur Negara pelatihan di hotel demi efisiensi anggaran.
Demikian pernyataan yang disampaikan oleh Jahrudin selaku plt. Sekretaris BPAD Jakarta.
Tabel 1.3 Tabel Bentuk, arah dan Sasaran Pengembangan Tenaga Perpustakaan di lingkungan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
NO JENIS PENGEMBANGAN SASARAN PENGEMBANGAN JUMLAH PESERTA PENYELENGGARA
1 Diklat Seluruh Pegawai 20 Badan Diklat
Provinsi 2 Pengembangan
Wawasan
Seluruh Pegawai 20 BPAD Jakarta
(57)
2. Kendala dalam Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kendala yang dihadapi oleh badan ketika melakukan kegiatan pengembangan sumber daya manusia adalah oleh sebab keterbatasan sumber daya manusia itu sendiri (baca:kuantitas). Karena sedikit jumlah pegawainya, maka tertunda karena peserta mempertimbangkan terlebih dahulu. Namun karena pihak instansi memiliki kewajiban yang dituangkan ke dalam surat tugas, maka mau tidak mau para sumber daya manusia harus mengikuti prosedur yang ada. Dan hal tersebut demi kepentingan yang ingin dicapai secara seksama. Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan
pengelolaan dan pelayanan perpustakaan41. Bagi instansi
keuntungannya adalah memiliki sumber daya manusia yang bekerja secara optimal sedangkan bagi mereka maka akan menambah kemampuan serta angka kredit guna meningkatkan golongan kerja mereka. Hal tersebut berangkat dari pernyataan Jahruddin.
Karena kita keterbatasan sdm, kemudian untuk mengikut diklat kurang orangnya. Alhasil mereka tertunda untuk mengikuti diklat. Sedangkan dari pihak pegawainya, mereka banyak pertimbangan, namun setelah diberikan surat tugas ya mereka mau.
41
(58)
3. Hasil yang Dicapai Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Pasca Pengembangan Sumber Daya Manusia Non Sarjana Perpustakaan
Setelah kegiatan pengembangan terlaksana, maka ada hasil yang ingin dicapai. Instansi tentu memiliki ekspektasi yang ingin diraih setelah melakukan kegiatan pengembangan bagi sumber daya manusianya. Hasil yang ingin dicapai adalah para sumber daya manusia dapat bekerja sesuai dengan visi serta misi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta yang berada dibawah naungan BPAD Jakarta. hal tersebut diungkapkan oleh Siti Mutiah selaku Kepala Subbagian Kepegawaian. Yang ingin dicapai itu ya bekerja sesuai dengan visi, yaitu memberikan layanan prima di bidang perpustakaan dan kearsipan. Setiap sumber daya manusia yang telah ikut serta dalam kegiatan pengembangan diharapkan mampu melakukan spesialisasi mereka. Misalkan bidang pengolahan koleksi, pelayanan dan pelestarian. Perpustakaan itu kan banyak bidang-bidangnya. Pembelian buku-bukunya dan pengolahannya. Itu tidak sembarangan, perlu dilatih untuk melakukan itu. Seperti klasifikasi, ternyata itu memiliki ketentuannya.
Hal tersebut disampaikan oleh Jahruddin selaku Sekretaris BPAD Jakarta.
D. Pembahasan
1. Konsep Kegiatan Pengembangan SDM
Penulis akan menjelaskan secara singkat hasil analisis dari penelitian bab 4. Sebagaimana pernyataan yang disampaikan informan, bahwasanya BPAD Jakarta melaksanakan diklat serta kegiatan pengembangan wawasan guna mengembangkan sumber daya manusia
(59)
non sarjana perpustakaan Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta. Sesuai dengan kode etik pustakawan yang telah ditetapkan oleh IPI, pustakawan harus mengembangkan kompetensinya setinggi mungkin. Berupaya mempertahankan keunggulan kompetensi setinggi mungkin dan berkewajiban mengikuti perkembangan. Pustakawan adalah orang yang telah memiliki ilmu di bidang perpustakaan. Artinya, ia memiliki kompetensi di bidang perpustakaan yang harus senantiasa ditingkatkan dan dikembangkan. Untuk meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan keahliannya, dapat dilakukan dengan cara selalu mengikuti perkembangan dunia kepustakawanan dan tidak berhenti untuk menuntut ilmu, terutama bidang kepustakawanan42. Kewajiban ini dimaksudkan agar pustakawan dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan mengerti perkembangan serta kemajuan bidang profesinya sehingga dapat dikatakan bahwa pustakawan di Indonesia ini selalu up to date, tidak ketinggalan perkembangan informasi dan pengetahuan yang memang senantiasa berkembang. Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta melakukan sebuah
pengembangan SDM. Pelaksanaan kegiatan pengembangan
dilaksanakan di beberapa tempat yaitu di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, ANRI, gedung-gedung milik swasta seperti hotel, wisma, dan lain-lain berupa seminar dan diklat. Setelah mengikuti kegiatan pengembangan para pegawai lantas mendapatkan bukti kesaksian berupa sertifikat serta angka kredit guna meningkatkan
42
(60)
jabatan mereka. Kegiatan pengembangan tersebut diprakarsai oleh Badan Diklat tersebut. Kegiatan pengembangan tersebut bersifat pendidikan non formal. Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan cara mengikuti nernagai kegiatan akademik misalnya: pendidikan dan pelatihan (diklat), penataran (up grading), simposium, seminar, lokakarya, kursus, magang (on the job training), studi banding dan lain sebagainya yang tentunya bersifat pendidikan non-formal. Pendidikan non-formal merupakan salah satu jawaban bagi peningkatan kualitas bagi pustakawan apabila pendidikan formal tidak memungkinkan dilakukan untuk kegiatan pembinaan pustakawan43. Kegiatan magang dalam dunia perpustakaan sangat dibutuhkan oleh pustakawan44. Terlebih untuk peningkatan karir atau untuk melanjutkan ke pendidikan lanjutan. Manfaat lainnya yaitu mampu memberikan pelayanan kepada pemustaka dalam hal pencarian informasi yang lebih baik. Ditambahkan pula, kegiatan magang terbagi menjadi 2 tingkatan yaitu: tingkat menengah dan tingkat lanjutan. Tingkat menengah terdiri dari asisten informasi, asisten perpustakaan. Sedangkan tingkat lanjutan terdiri dari asisten senior perpustakaan, koordinator layanan informasi, supervisor layanan perpustakaan. 2. Kendala yang Dihadapi
Kendala yang dihadapi pada saat melakukan kegiatan pengembangan ialah karena terbatasnya jumlah sumber daya manusia di Perpustakaan
43
Hermawan dan Zen. Etika Kepustakawanan, h. 158
44
Artikel Libraries, Archives, Records and Information Management Services. Diakses pada 10 Agustus 2014 dari http://www.apprenticeship.org.uk/Types-of-Apprenticeship/Health-Public-Services-and-Care/Libraries-Records-and-IM-Services.aspx.
(61)
Umum Provinsi DKI Jakarta. Sehingga pihak Badan Diklat Provinsi menunda pelaksanaan pengembangan. Jika ditinjau dari sisi peserta, kendala yang dihadapi ialah oleh sebab pelaksanaan berlangsung lama, sehingga pegawai mau tidak mau mengikuti kegiatan pengembangan, terutama bagi mereka yang sudah berumah tangga.
Tabel 1.4 Tabel Faktor-faktor kendala dalam Kegiatan Pengembangan sumbersaya Manusia pada Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014
NO FAKTOR DAN
BENTUK KENDALA PROGRAM MENGATASI KENDALA TARGET PENGEMBANGAN Internal
1.Personil Terbatas Rekruitmen tenaga
pustakawan
Belum, oleh karena penambahan pegawai
hanya bisa dilakukan melalui jalur CPNS 2.Pendidikan non
perpustakaan dan Kompetensi
rendah
Diklat struktural dan non struktural/
Diklat CPTA
Sudah, melalui kegiatan diklat
3. Etos kerja rendah Surat tugas
mengikuti diklat Agar pengembangan tetap terlaksana Eksternal Rencana diklat Pustakawan
Diklat struktural Pengembangan
Pegawai Eselon III dan IV Diklat Non
struktural/CPTA
Pengembangan Calon Pustakawan
Waktu pelaksanaan Personil Terbatas Rekruitmen tenaga
pustakawan
Dukungan Anggaran APBD Pengembagan
terlaksana dengan baik Sumber: BPAD Jakarta
(62)
Mengacu pada tabel diatas bahwa beberapa faktor serta kendala yang dihadapi adalah personil yang terbatas yang berakibat kepada penundaan pelaksanaan pengembangan. Maka program yang seyogyanya dapat mengatasi masalah tersebut ialah dengan menambah jumlah pegawai. Penambahan jumlah pegawai ini hanya dapat dilakukan melalui jalur CPNS. Dengan demikian, agar program tetap dapat terlaksana ialah dengan mengeluarkan Surat Keputusan Pelaksanaan Pengembangan yang dikeluarkan oleh BPAD Jakarta selaku Lembaga Induk Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta.
3. Hasil yang Dicapai oleh Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta Hasil yang ingin diperoleh ialah sumber daya mlur anusia non sarjana perpustakaan dapat bekerja dengan baik sesuai dengan visi serta misi Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sesuai dengan bidang mereka masing-masing. Dan tenaga kerja non sarjana perpustakaan tersebut dapat memiliki standar profesional seorang pustakawan. Kompetensi profesional meliputi pengetahuan pustakawan di bidang sumber-sumber informasi, teknologi, manajemen dan penelitian serta kemampuan dalam menggunakan pengetahuan tersebut untuk
pelayanan perpustakaan. Menambahkan kemampuan dalam
manajemem informasi meliputi pencarian, penggunaan, pembuatan, pengorganisasian dan penyebaran informasi. Dalam hal teknologi informasi kemampuan tersebut meliputi mengelola perangkat
(1)
(2)
TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Siti Mutiah, S.Pd
Jabatan : Kepala Sub.Bidang Pembinaan Hari/Tanggal : 27-11-2014
Transkrip wawancara ini dilakukan peneliti bertujuan melengkapi data yang telah didapatkan oleh peneliti sebelumnya saat melakukan observasi. Pertanyaan yang dibuat berdasarkan pembahasan yang akan ditanyakan kepada informan.
1. Bagaimana konsep pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta?
Jawab: Ya dengan mengikutkan pegawai dalam diklat-diklat yang berkaitan dengan bidang perpustakaan dan kearsipan. Pegawai dikirim ke Perpusnas kemudian Perpusnas memberikan jadwal diklatnya.
2. Apa kendala yang dihadapi ketika melakukan pengembangan sumber daya manusia?
Jawab: Sedikitnya sumber daya manusia di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta sehingga berpengaruh terhadap pelaksanaan kegiatan pengembangan.
3. Apa hasil yang ingin dicapai tatkala pengembangan sumber daya manusia telah terlaksana?
Jawab: Hasilnya ya agar sdm tersebut menjadi sesuai dengan visi dan misi instansi. Yaitu memberi layanan yang prima.
4. Dimana pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia?
Jawab: Untuk bidang perpustakaan maka dilaksanakan di Perpusnas deangkan kearsipan maka dilaksanakan di ANRI.
(3)
Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta?
Jawab: 9 orang, 9 orang tersebut bidangnya bermacam-macam, ada di bagian pengembangan koleksi, pelestarian, dll.
(4)
TRANSKRIP WAWANCARA Nama : Drs. Jahrudin, M.Si
Jabatan : Sekretaris BPAD Jakarta Hari/Tanggal : 27-11-2014
Transkrip wawancara ini dilakukan peneliti bertujuan melengkapi data yang telah didapatkan oleh peneliti sebelumnya saat melakukan observasi. Pertanyaan yang dibuat berdasarkan pembahasan yang akan ditanyakan kepada informan.
1. Bagaimana konsep pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia non sarjana perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta?
Jawab: Tergantung ya, pelatihan-pelatihan itu ada yang sifatnya struktural dan non struktural. Yang diselenggarakan oleh Badan Diklat Provinsi.
2. Apa kendala yang dihadapi ketika melakukan pengembangan sumber daya manusia?
Jawab: Sedikit atau terbatas sumber daya manusianya, kurang orangnya jadi pelaksanaan suka tertunda. Kemudian secara psikologis dari pegawai itu sendiri kebanyakan pertimbangan untuk mengikuti pelatihan tersebut. Hmmm tapi kami kan punya surat tugas, ketika surat tugas tersebut dikeluarkan ya mau gak mau pelatihan tetap dilaksanakan. 3. Apa hasil yang ingin dicapai tatkala pengembangan sumber daya manusia telah
terlaksana?
Jawab: yang pasti memiliki sdm yang sejalan dengan visi serta misi instansi. Karena kalo pegawai udah bekerja sesuai dengan itu, ya dapat dijadikan indikator bahwa pegawai tersebut sudah melaksanakan tugasnya dengan baik.
(5)
maka dilaksanakan di ANRI.
5. Berasal dari manakah anggaran pelaksanaan kegiatan pengembagan tersebut? Jawab: Anggaran ini berasal dari APBN ya.
6. Berapa jumlah sumber daya manusia non sarjana perpustakaan yang ada di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta?
Jawab: 9 orang, 9 orang itu ada di bagian bidang pengembangan koleksi, bidang pelestarian, dll.
(6)
BIODATA PENULIS
Penulis lahir di Jakarta, 6 Agustus 1992, merupakan putra kedua dari pasangan Bapak Hasyim Trisna Sanjaya dengan Ibu Sari Nurhayati. Saat ini bertempat tinggal di Jalan Raya Lap. Tembak Gg. Mawar RT. 001/010 No. 8 Kel. Kelapa Dua Wetan Kec. Ciracas Jakarta Timur.
Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN 04 PG Cibubur pada tahun 2004, kemudian menamatkan pendidikan menengahnya yakni di MTs Darussalam dan MAN Darussalam pada tahun 2007 dan 2010. Setelah lulus sekolah, penulis melanjutkan pendidikan S1 Program Studi Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun akademik 2010, dan menulis skripsi yang berjudul “Pengembangan SDM Non Sarjana Perpustakaan di Perpustakaan Umum Provinsi DKI Jakarta”.
Penulis pernah menjalani Praktik Kerja Lapangan selama satu bulan penuh di LKC JWC Bina Nusantara (2013), pengalaman kerja lainnya terlibat dalam Proyek Pengembangan Perpustakaan BPJS Ketenagakerjaan selama satu minggu (2014), magang di ExxonMobil selama 3 bulan (2014), dan magang di Raffles International Christian School selama satu bulan (2014). Selama mengikuti kuliah, penulis aktif pula dalam kegiatan organisasi yakni di IKADA (Ikatan Keluarga Besar Alumni Pondok Pesantren Darussalam) sebagai koordinator Departemen Kesenian dan Olahraga (2011-2013); HM-J IPI (Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan) sebagai anggota Departemen Jaringan antar Lembaga (2012-2013); Karang Taruna Kelurahan Kelapa Dua Wetan sebagai sekretaris (2010-2011); dan Kuliah Kerja Nyata sebagai ketua kelompok (2013) dengan nama kelompok Gerakan Mahasiswa Peduli Sesama (Rahasia). Penulis telah menghasilkan beberapa karya tulis antara lain Perkenalan itu adalah Pintu Gerbang, Inilah Hadiah Orang Tuaku, dan Menyambut Ramadhan, dimuat dalam blog pribadi penulis yang beralamatkan sanjayaagung.blogspot.com