Hubungan Faktor Personal Dan Dukungan Keluarga Dengan Manjemen Diri Penderita Diabetes Mellitus Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

(1)

DIABETES MELLITUS DI POSBINDU WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Oleh : FATIMAH NIM: 1112104000040

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2016 M


(2)

ii Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam (UIN) Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 2016


(3)

iii

Skripsi dengan judul

HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI

POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

Telah disetujui dan diperiksa oleh pembimbing Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun oleh: Fatimah NIM: 1112104000040

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS Jamaludin, S.Kp.,M.Kep NIP. 19770401 200912 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1437 H/2016 M


(4)

iv

HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI

POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

Telah disusun dan dipertahankan dihadapan penguji oleh: Fatimah

NIM: 1112104000040

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS Jamaludin, S.Kp.,M.Kep NIP. 19770401 200912 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007

Penguji I Penguji II

Ratna Pelawati, S.Kp.,M.Biomed Yenita Agus, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat.,PhD NIP. 19780215 200901 2 005 NIP. 19720608 200604 2 001

Penguji III Penguji IV

Ns. Uswatun Khasanah, S.Kep.,MNS Jamaludin, S.Kp.,M.Kep NIP. 19770401 200912 2 003 NIP. 19680522 200801 1 007


(5)

v

HUBUNGAN FAKTOR PERSONAL DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MANAJEMEN DIRI PENDERITA DIABETES MELLITUS DI

POSBINDU WILAYAH KERJA PUSKESMAS PISANGAN KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2016

Disusun oleh: Fatimah NIM: 1112104000040

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Maulina Handayani, S.Kp.,M.Sc NIP. 197902102005012002

Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM.,M.Kes NIP. 19650808198803100


(6)

vi Nama : Fatimah

Tempat, tgl lahir : Pinrang, 19 September 1994

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Asal : Pinrang, Sulawesi Selatan

Email : Fatimahexacter@ymail.com

Riwayat Pendidikan:

1. TK Al-Ikhlas Paladang (1998-2000)

2. MIN Lerang (2000-2006)

3. MTs PP. DDI Lil-Banat Parepare (2006-2009)

4. MA PP. DDI Lil-Banat Parepare (2009-2012)

5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2012-sekarang) Pengalaman Organisasi:

1. Pengurus OSIS koordiantor bidang kebersihan tahun

2. Pengurus PMII Komfakkes anggota bidang kesenian dan olahraga tahun 2013-2014


(7)

vii Thesis, Mei 2016

Fatimah, NIM: 1112104000040

The Relationship Between Personal Factor and Family Support With Self-Management of Diabetes Mellitus in Posbindu Working Area Puskesmas Pisangan South Tangerang 2016

xx + 79 pages + 15 tables + 2 chart + 7 Appendix Figure

ABSTRACT

Based on data from the International Diabetes Federation in 2014 found that people with type 2 diabetes is increasing every year in every state and in 2035 is estimated diabetics increased to 592 million people, and Indonesia was ranked 7th. Diabetes is a degenerative disease that occurs lifetime. People with diabetes will experience difficult times due to a change in him, so it needs the support of people around, especially family support to help him in mengontol lifestyle of self-management and care of families with diabetes. Diabetes is a chronic disease that requires self-management of diabetes to prevent serious complications. This study aims to identify the relationship between family support with self-management diabetes mellitus in Posbindu Puskesmas Pisangan South Tangerang City. The study designs was a quantitative approach cross sectional design with a sample of 35 respondents. Data analysis using Chi Square test. Results showed that there was no relationship between family support with self-management of diabetes with significant (p value) = 0.274 at α = 0.05). Researchers suggest the need for the dissemination of information related to self-management through counseling and home visits are also necessary for those who could not attend due to Posbindu physical condition does not allow, while motivating families to help diabetics in controlling the self-management to prevent and avoid complications sustainable.

Key Words: Family Support; Self-management Reading list: 56 (2005-2014 )


(8)

viii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juni 2016

Fatimah, NIM: 1112104000040

Hubungan Faktor Personal Dan Dukungan Keluarga Dengan Manjemen Diri Penderita Diabetes Mellitus Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016

xx + 79 Halaman + 15 Tabel + 2 Bagan + 7 Lampiran

ABSTRAK

Berdasarkan dataInternational Diabetes Federationtahun 2014 ditemukan bahwa penderita diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya disetiap negara dan pada tahun 2035 diperkirakan penderita diabetes meningkat menjadi 592 juta orang, dan indonesia berada pada urutan ke-7. Diabetes merupakan penyakit degeneratif yang terjadi seumur hidup. Penderita diabetes akan mengalami masa-masa sulit akibat perubahan pada dirinya, sehingga membutuhkan dukungan dari orang sekitar terutama dukungan keluarga untuk membantunya dalam mengontol pola hidup dan perawatan manajemen diri keluarga yang mengalami diabetes. Diabetes merupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen diri diabetes untuk mencegah komplikasi yang serius. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus di Posbindu wilayah kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan. Desain dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif design cross sectional dengan sampel sebanyak 35 responden. Analisis data menggunakan uji

Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara

dukungan keluarga dengan manajemen diri diabetes dengan signifikansi (p value = 0,274 pada α= 0,05). Peneliti menyarankan perlunya penyebaran informasi terkait manajemen diri melalui penyuluhan dan juga diperlukan kunjungan rumah bagi yang tidak bisa hadir ke posbindu karena kondisi fisik yang tidak memungkinkan, sekaligus memotivasi keluarga untuk membantu penderita diabetes dalam mengontrol manajemen diri untuk mencegah dan menghindari komplikasi yang berkelanjutan.

Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Manajemen Diri. Daftar bacaan : 56 (2005-2014)


(9)

ix

Puji syukur peneliti kepada Allah swt, yang telah melimpahkan beberapa rahmat, taufiq dan hidayat-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada bimbingan nabi besar Muhammad SAW, karena atas limpahan rahmat dan hidayatnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan proposal yang berjudul hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2015.

Dalam penyusunan proposal skripsi ini, tidak sedikit kesulitan, cobaan dan hambatan yang peneliti temukan. Namun, syukur alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-nya, kesungguhan, kesabaran dan kerja keras disertai dukungan keluarga dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril maupun material, segala kesulitan yang telah dilalui dan diatasi dengan sebaik-baiknya, sehingga pada akhirnya penyusunan proposal skripsi ini dapat terselesaikan.

Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Maulida Handayani, S.Kp., MSc dan ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.

KMB, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(10)

x

meluangkan waktu, tenaga serta fikiran selama membimbing peneliti.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf Pengajar, pada lingkungan Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang dengan ikhlas dan tulus memberikan ilmu pengetahuaan kepada peneliti selama menjalankan perkuliahan.

5. Segenap Jajaran Staf dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan Fakultas yang telah banyak membantu dalam pengadaan referensi buku ataupun skripsi sebagai bahan rujukan skripsi.

6. Bidan Astri dan segenap perawat serta staf yang bertugas di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti dan mengarahkan peneliti dalam proses melakukan studi pendahuluan dalam menyusun skripsi.

7. Segenap guru-guru PP DDI Lil Banat yang telah memberikan semangat dan dukungan serta do’a dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kedua orang tua peneliti, sujud hormat atas semua pengorbanan ayah H. Muslikin S,Pdi dan Ibunda Hj. Hasnawati S,pd yang senantiasa memberikan dukungan dan kekuatan kepada peneliti baik berupa material maupun doa yang selalu mereka panjatkan untuk mengiringi setiap langkahku sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.


(11)

xi

dan do’a kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Kak Ria yang selalu memberikan semangat dan dukungan serta motivasi yang begitu besar dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kak Marwah Mula, kak Badariah Hamzah, kak Arifin Nur Try Wardana, yang selalu memberikan perhatian, motivasi serta semangat untuk terus berjuang, sekaligus tempat berkeluh kesah dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Segenap keluargaku di CSS MoRA UIN Jakarta yang telah memberikan

dukungan dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Temanku Astuti Akin, dan Suharni, yang telah membantu peneliti untuk menjelaskan hal-hal yang kurang saya pahami serta teman yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Teman-teman seperjuangan yang selalu bareng mengerjakan skripsi yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang selalu saling mendukung, memotivasi dan selalu memberikan semangat satu sama lain dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Teman-teman sepembimbing dan teman-teman yang setiap malam bersama untuk begadang dalam menyelesaikan skripsi ini.

16. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2012 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat, kebersamaan, kenangan, inspirasi yang telah diberikan serta kekompakan yang selama ini tidak akan terlupakan.


(12)

xii

bermanfaat khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang menggunakannya, terutama dalam hal kemajuan pendidikan selanjutnya.

Jakarta, Juni 2016


(13)

xiii

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ...v

RIWAYAT HIDUP ... vi

ABSTRACT ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR BAGAN... xviii

LAMPIRAN... xix

DAFTAR SINGKATAN...xx

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...7

C. Pertanyaan Penelitian...8

D. Tujuan Penelitian ...8

1. Tujuan umum...8

2. Tujuan Khusus...9

E. Manfaat Penelitian ...9

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan...9

2. Bagi Puskesmas...10

3. Bagi Peneliti...10

4. Bagi Pasien...10

5. Bagi Keluarga...10

F. Ruang Lingkup Penelitian ...11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...12

A. Konsep Keluarga ...12

1. Definisi Keluarga...12


(14)

xiv

B. Dukungan Keluarga ...17

1. Definisi Dukungan Keluarga...17

2. Dimensi Keluarga...18

3. Pengukuran Dukungan Keluarga...20

C. Diabetes Mellitus ...21

1. Definisi Diabetes Mellitus...21

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus...21

3. Manifestasi Klinis...23

4. Penatalaksanan Diabetes Mellitus...24

D. Manajemen Diri pada Diabetes ...26

1. Definisi Manajemen Diri...26

2. Manajemen Diri Pada Diabetes...26

4. Pengukuran Manajemen Diri pada Diabetes Mellitus...31

E. Kerangka Teori ...32

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL...33

A. Kerangka Konsep Penelitian... 33

B. Hipotesis ... 34

C. Definisi Operasional ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN...37

A. Desain Penilitian... 37

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian... 37

C. Populasi dan Sampel... 38

D. Instrumen Penelitian ... 39

E. Uji Validitas dan Reliabilitas... 40

F. Pengumpulan Data... 43

G. Pengolahan Data ... 44

H. Etika Penelitian ... 45


(15)

xv

1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 48

B. Analisis Karakteristik Responden Penelitian... 50

C. Analisis Univariat Gambaran Dukungan Keluarga ... 53

D. Analisis Univariat Gambaran Manajemen Diri ... 54

E. Analisis Bivariat ... 54

1. Hubungan Karakteristik Umur Dengan Manajemen Diri Penderita DM... 55

2. Hubungan Jenis Kelamin Dengan Manajemen Diri Responden... 55

3. Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Manajemen Diri Responden... 56

4. Hubungan Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Responden... 57

5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Manjemen Diri Penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 58

BAB VI PEMBAHASAN...59

A. Gambaran Karakteristik Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan ... 59

B. Gambaran Dukungan Keluarga di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 65

C. Gambaran Manajemen Diri di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan ... 67

D. Hubungan Karakteristik Responden Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 69

E. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan... 74

F. Keterbatasan penelitian... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN...78

A. Kesimpulan... 78

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(16)

Tabel 3.1 Definisi Operasional...35

Tabel 4.1 Analisis Bivariat...47

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan kota tangerang selatan

(n=35)...50

Tabel 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...50

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...51

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Keluarga Yang Merawat Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...52

Tabel 5.5 Distribusi Kadar Glukosa Darah Sewaktu Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...52

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...53

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...53

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Manjemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...54


(17)

xvii

Selatan (n=35)...55

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Manajemen Diri Penderita DM Di Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35) ...56

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja

Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)...56

Tabel 5.12 Distribusi Nilai Lama Menderita DM Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun (n=35)...57

Tabel 5.13 Distribusi Dukungan Keluarga Dengan Manajemen Diri Penderita DM Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota


(18)

xviii

Bagan 2.1 Kerangka Teori...32


(19)

xix

Lampiran 1 Surat izin uji validitas dan reliabilitas Lampiran 2 Surat izin penelitian dan pengambilan data Lampiran 3 Informed consent

Lampiran 4 Kuisioner penelitian

Lampiran 5 Hasil uji validitas dan reliabilitas Lampiran 6 Hasil uji statistik


(20)

xx

DM : Diabetes Mellitus

POSBINDU : Pos Binaan Terpadu

PUSKESMAS: Pusat Kesehatan Masyarakat

HDFFS :Hensarling Diabetes Family Support Scale

DSMQ :Diabetes Self Management Questionnaire


(21)

1 A. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan merupakan cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH). Keberhasilan Pembangunan Nasional memberikan dampak meningkatnya Umur Harapan Hidup waktu lahir (UHH) yaitu dari 68,6 tahun 2004 menjadi 70,6 pada tahun 2009 (Kemenkes, 2013).

Peningkatan UHH dapat mengakibatkan terjadinya transisi dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit menular. Penyakit menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare, pneumonia dan hepatitis. Sedangkan penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Salah satu penyakit yang tidak menular yang sering terjadi adalah diabetes mellitus (Kemenkes, 2013).

Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik dengan karakterisitk terjadinya peningkatan kadar glukosa darah, yang terjadi akibat terganggunya sekresi insulin, aktivitas insulin atau keduanyan (Smeltzer & Bare, 2008). Ketidakmampuan memproduksi insulin atau penggunaannya yang tidak


(22)

efektif menyebabkan kadar glukosa menumpuk di dalam darah atau dikenal sebagai hiperglikemia, dan kadar glukosa yang tinggi tersebut akan mempengaruhi terjadinya kerusakan pada tubuh serta kegagalan berbagai organ dan jaringan (IDF, 2013).Diabetes tipe 2 merupakan jenis yang paling umum dari diabetes, yang mencapai 90-95% dari seluruh penderita diabetes.

Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) ditemukan bahwa jumlah penderita diabetes tipe 2 meningkat setiap tahunnya di setiap negara. Pada tahun 2013, ditemukan sebanyak 382 juta orang menderita diabetes, diabetes menyebabkan 5,1 juta kematian dan penderita diabetes meninggal setiap enam detik. Pada tahun 2035 penderita diabetes diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang, dan Indonesia berada pada urutan ke-7 di antara sepuluh negara di dunia dengan penderita diabetes terbesar di bawah negara Cina, India, Amerika Serikat, Brazil, Rusia dan Mexico (IDF, 2014). Diabetes melitus dapat menjadi serius dan menyebabkan kondisi kronik yang membahayakan apabila tidak segera diobati. Sehingga diabetes mellitus dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi.

Komplikasi yang timbul akibat diabetes pada semua organ serta semua sistem tubuh sangat tergantung pada bagaimana menjaga glukosa darah selalu berada dalam keadaan normal. Melakukan kontrol adalah suatu keharusan bagi semua penderita DM (Tandra, 2008). Kebanyakan penderita DM tidak memeriksakan kadar gula darah bila tidak ada keluhan. Mereka akan memeriksakan kesehatan bila merasa ada gangguan (Tandra, 2008).

Diabetes yang sering tidak terkontrol dapat mengakibatkan beberapa komplikasi yang serius baik makrovaskular maupun mikrovaskular


(23)

seperti penyakit jantung, penyakit vaskuler perifer, gagal ginjal, kerusakan saraf dan kebutaan. Banyaknya komplikasi yang mengiringi penyakit DM telah memberikan kontribusi terjadinya perubahan fisik, psikologis dan sosial. Untuk mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit diabetes melitus, maka diperlukan pengontrolan secara teratur melalui perubahan gaya hidup yang tepat bagi penderita DM. Pengontrolan yang sering dilakukan juga dengan cara pembatasan diet, peningkatan aktivitas fisik, regimen pengobatan yang tepat, kontrol medis teratur dan pengontrolan metabolik secara teratur (Golien et al dalam Ronquillo et al, 2003).

Peranan dalam mengontrol diabetes mellitus adalah untuk melihat pengaruh dari pola makan, olahraga dan pengobatan yang telah dilakukan oleh penderita diabetes mellitus. Sehingga secara tidak langsung, kontrol gula darah dapat berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi. Karena apabila penderita Diabetes mellitus tidak pernah melakukan kontrol, maka penderita tersebut tidak mengetahui keadaan gula darahnya. Sehingga apabila gula darahnya tinggi dan penderita melakukan kebiasaan yang dapat membuat gula darah tinggi maka dapat dipastikan penderita mengalami komplikasi (Wardani, et al, 2014).

Seseorang dengan penyakit kronis akan mengalami berbagai macam perubahan yang terjadi pada dirinya. Sehingga dalam hal ini keluarga berperan dalam mengontrol kesehatan keluarganya yang mengalami diabetes. Dukungan keluarga merupakan dukungan yang berarti diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang


(24)

keluargamenjadikannya mampu dalam meningkatkankesehatan dan adaptasi mereka dalamkehidupan (Sasih, 2015).

Keluarga merupakan bagian terpenting bagi semua orang. Begitu pula bagi penderita diabetes mellitus. Disadari atau tidak, saat seseorang mengalami diabetes mellitus maka mereka akan mengalami masa–masa sulit. Mereka harus mulai berbenah diri, mulai mengontrol pola makan dan aktifitas. Hal tersebut pasti sangat membutuhkan bantuan dari orang sekitar terutama keluarga, dengan menceritakan kondisi diabetes mellitus pada orang terdekat, maka akan membantu dalam kontrol diet dan program pengobatan (Wardani, et al, 2014). Oleh karena itu, keluarga dapat mengingatkan ataupun mengontrol manajemen diripenderita diabetes.

Diabetes merupakan penyakit kronis yang membutuhkan manajemen diri diabetes sebagai komponen penting bagi setiap individu dalam pengelolaan penyakitnya dan merupakan hal terpenting untuk mengendalikan dan mencegah komplikasi diabetes (Xu et al., 2008). Perilaku manajemen diri yang harus dilakukan oleh penderita diabetes mencakup mengatur pola makan, latihan fisik, minum obat, pemantauan glukosa darah, dan perawatan kaki (Shamoon et al., 1993; Xu et al, 2008). Keberhasilan manajemen diri diabetes bergantung pada aktivitas perawatan diri individu untuk mengontrol gejala dan menghindari komplikasi. Jika kegiatan perawatan diri dilakukan secara teratur, maka dapat mencegah komplikasi yang timbul akibat diabetes (Wu et al., 2007).

Secara umum, manajemen diri adalah perawatan diri individu dalam hal meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan mereka sendiri, terdiri dari


(25)

tindakan mereka seperti gaya hidup sehat, untuk memenuhi kebutuhan sosial, emosional dan kebutuhan psikologis, merawat kondisi jangka panjang mereka dan untuk mencegah penyakit lebih lanjut (UK departemen health, 2005 dalam Koetsenruijter,et.al, 2014). Untuk mempertahankan kontrol glikemik yang memadai, pasien biasanya mengikuti regimen manajemen diri yang melibatkan pemantauan diri glukosa darah yang sering, modifikasi diet, olahraga, pendidikan, dan pemberian obat. Kolaborasi dan negosiasi dengan penyedia layanan kesehatan, anggota keluarga, dan lain-lain (Ciechanowski, 2004 dalam Mahfoue, et al, 2011).

Manajemen diri pada diabetes merupakan tugas yang menantang yang membutuhkan perubahan gaya hidup jangka panjang dan dedikasi yang tinggi (Bean, 2007). Perilaku dalam mengontrol diabetes ini sangat penting, akan tetapi perilaku manajemen diri tidak dilakukan secara konsisten oleh pasien diabetes (Xu et al., 2008). Pasien diabetes yang mendapatkan pengetahuan tentang manajemen perawatan diri untuk penyakitnya, juga sulit melakukan perubahan perilaku dan gaya hidup (Rapley & Fruin, 1999; Wu et al., 2007). Pasien tidak selalu menerapkan perubahan perilaku yang diinginkan (Sharoni & Wu, 2012). dan banyak penderita diabetes yang tidak terlibat dalam semua praktik manajemen diri (Hunt et al., 2012; Al-Khawaldeh, Al-Hassan & Froelicher, 2012).

Di Indonesia masih banyak penyandang diabetes yang belum terdiagnosis, hanya dua pertiga saja dari yang terdiagnosis yang menjalani pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari jumlah pasien yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali


(26)

dengan baik (PERKENI, 2011). Hasil penelitian dari Kusniyah, (2010) menyimpulkan bahwa pasien diabetes tipe 2 masih memiliki tingkat manajemen diri yang rendah. Hasil penelitian dari Kusniawati (2011) juga menyimpulkan bahwa aktivitas perawatan diri pasien diabetes tipe 2 masih rendah pada monitoring gula darah mandiri dan perawatan kaki.

Berdasarkan studi pendahuluan kepada 8 orang penderita DM didapatkan 4 orang penderita DM mengatakan bahwa mereka setiap bulannya di ingatkan oleh anggota keluarganya baik itu istri/suami, anak/menantu, dan lainnya untuk mengontrol kadar gula darah mereka di posbindu dan jika mereka tidak sempat ke posbindu maka mereka mengontrol kadar gula darahnya di puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya. 4 orang lainnya tidak teratur mengontrol gula darah serta keluarga jarang mengingatkan untuk mengecek kadar gula darahnya.

Selanjutnya dari 8 orang pasien, 5 pasien mengatakan bahwa mereka tidak melakukan latihan fisik seperti berjalan, olahraga ataupun yang lainnya di pagi hari serta belum bisa mengontrol pola makannya karena tidak ada kemauan dan kurangnya perhatian dari keluarga untuk mengingatkan mereka olahraga serta dalam mengontrol pola makannya dan 3 lainnya sering melakukan olahraga dengan berjalan-jalan di pagi hari serta sudah cukup baik dalam mengontrol pola makannya. Dengan demikian kondisi yang dialami penderita DM belum cukup optimal dalam mengatur manajemen diri mereka, sehingga mereka membutuhkan dukungan oleh orang-orang sekitar terutama keluarga terhadap manajemen diri penderita diabetes mellitus.


(27)

Rendahnya dukungan keluarga akan berdampak terhadap terlaksananya manjemen diri penderita DM dalam hal pengelolaan dan perawatan diri mereka. Sehingga peneliti tertarik untuk meneliti hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

B. Rumusan Masalah

Dukungan keluarga dengan manajemen diri pasien diabetes tipe 2 merupakan komponen untuk meningkatkan kemandirian pasien dalam mengelola penyakitnya, mencegah dan mengontrol komplikasi yang dapat terjadi ataupun sudah terjadi. Saat seseorang mengalami diabetes mellitus maka mereka harus banyak memperhatikan hal-hal yang terkait dengan diri mereka sendiri. Mereka harus mulai merubah perilaku gaya hidup. sehingga keluarga dapat memberikan dukungan yang berarti dalam pengontrolan diet, aktifitas fisik, pemeriksaan kadar gula darah dan program pengobatan. Oleh karena itu, pengelolaan atau manajemen diri diabetes merupakan hal yang perlu diperhatikan.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa masih rendahnya dukungan keluarga akan berdampak terhadap terlaksananya manjemen diri dalam hal pengelolaan dan perawatan diri mereka. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku manajemen diri penderita diabetes mellitus masih belum optimal, dan dukungan dari keluarga merupakan orang terdekat bagi penderita DM yang bisa mengontrol penderita DM dalam melakukan manajemen diri,sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan


(28)

manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kadar glukosa darah sewaktu dan lama menderita DM).

2. Bagaimana gambaran dukungan keluarga pada penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

3. Bagaimana gambaran manajemen diri pada penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

4. Bagaimana hubungan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama menderita DM) dengan manajemen diri penderita

diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016.

5. Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui hubungan antara karakteristik responden, dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.


(29)

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

a. Mengetahui gambaran karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, kadar glukosa darah dan lama menderita DM). b. Mengetahui gambaran dukungan keluarga pada penderita diabetes

mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota

Tangerang Selatan Tahun 2016.

c. Mengetahui gambaran manajemen diri pada penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2016.

d. Mengetahui hubungan karakteristik responden dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

e. Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri pada penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan Ilmu Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan ilmu bagi keperawatan dalam pemberian pelayanan keperawatan kepada masyarakat terutama klien yang menderita diabetes mellitus serta kajian keilmuan bagi mahasiswa keperawatan tentang manajemen diri pada penderitadiabetes mellitus.


(30)

2. Bagi Puskesmas

Memberikan acuan untuk meningkatkan program pengontrolan diabetes mellitus, penyuluhan terkait diet serta senam bagi penderita diabetes mellitus dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan penderitadiabetes mellitus.

3. Bagi Peneliti

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan wawasan dalam hal keperawatan gerontik, keperawatan komunitas dan keperawatan medikal bedah, serta dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya terkait dengan pengaruh keluarga terhadap perilaku perawatan diri pasien diabetes mellitus dalam pengontrolan manajemen diri mereka.

4. Bagi Pasien

Penelitian ini diharapkan bahwa pasien dapat meningkatkan kesehatan mereka dalam hal pengelolaan terkait manajemen kesehatan diri untuk mengoptimalkan status kesehatannya.

5. Bagi Keluarga

Penelitian ini diharapkan bahwa keluarga mampu merawat keluarganya yang menderita diabetes mellitus, memberikan dukungan kepada anggota keluarga dalam pelaksanaan manajemen diri serta dapat mengontrol kondisi kesehatan keluarganya serta diri mereka sendiri.


(31)

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penilitian ini dilakukan oleh mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Partisipan pada penelitian ini adalah responden yang menderita diabetes mellitus. Pengambilan data di ambil melalui metodecross sectionaldengan instrument berupa kuesioner.


(32)

12 A. Konsep Keluarga

1. Definisi Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat terdiri dari kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga didalamnya yang tinggal dalam satu atap dan saling bergantung satu sama lain (Harmoko, 2012).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang memiliki ikatan perkawinan yang sah, memiliki hubungan darah antara satu sama lain dan tinggal bersama di dalam satu rumah serta memiliki peran masing-masing dalam setiap anggota keluarga (Harnilawati, 2013).

2. Tipe Keluarga

Menurut Harnilawati (2013) tipe keluarga secara tradisional dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Tipe keluarga secara tradisional

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1) Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya yang tinggal dalam satu rumah.


(33)

Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah dengan anggota keluarga yang lain, misalnya kakek, nenek, paman, bibi, keponakan dan sebagainya).

b. Secara modern

Secara modern dikelompokkan tipe keluarga selain diatas yaitu:

1) Reconstituted neclear

Perkawinan kembali suami atau istri sehingga pembentukan keluarga inti yang baru, tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya, baik anak dari perkawinan yang lama ataupun hasil dari perkawinan baru, salah satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.

2) Middle age / aging couple

Suami sebagai pencari uang, istri tinggal di rumah atau kedua-keduanya bekerja di rumah, anak-anak telah meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan atau meniti karier.

3) Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudah berumur lanjut dan tidak memiliki anak, keduanya atau salah satu dari mereka bekerja di rumah.

4) Single parent

Satu orang tua akibat perceraian atau pasangannya meninggal sehingga anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di luar rumah.


(34)

Suami istri atau keduanya bekerja dan tidak memiliki anak.

6) Commuter married

Suami istri atau keduanya bekerja dan hidup terpisah pada jarak tertentu. Keduanya mencari waktu-waktu tertentu untuk bertemu. 7) Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.

8) Keluarga besar 3 generasi (three generation).

Keluarga yang hidup dalam satu rumah terdiri dari 3 generasi, mulai dari keluarga kakek-nenek, keluarga ayah-ibu, dan keluarga anak-anak nya.

9) Institusional

Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti.

10)Communal

Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

11)Group marriage

Satu rumah terdiri dari orang tua dan anak-anaknya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

12)Unmarried parent and child

Ibu dan anak di mana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya diadopsi.


(35)

13)Cohibing couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.

14)Gay dan lesbia family

Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang memiliki jenis kelamin yang sama.

3. Tugas Keluarga

Tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, antara lain (Friedman, Bowden & Jones, 2010, dalam Zaidin, 2009).

a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Kesehatan merupakan suatu hal yang sangat penting sehingga tidak boleh diabaikan, karena jika kesehatan terganggu segala sesuatu tidak akan berarti. Anggota keluarga memiliki kewajiban untuk mengetahui penyakit yang dialami oleh keluarganya. Anggota keluarga yang menderita DM maka kemungkinan besar memiliki riwayat dari keluarga yang sebelumnya atau karena gaya hidup seperti makanan yang tidak terkontrol. Kurangnya pengetahuan keluarga mengenai kesehatan dapat menjadi masalah serius karena keluarga tidak dapat menjalankan tugas keluarga dengan baik, misalnya keluarga tidak mengetahui bahwa ada gangguan kesehatan pada anggota keluarga yang mengacu pada DM.


(36)

Tugas ini merupakan upaya keluarga untuk ke pelayanan kesehatan yang tepat sesuai dengan keadaan anggota keluarga, dengan mempertimbangkan salah satu dari anggota keluarga yang berhak memberikan keputusan untuk melakukan sesuatu atau tindakan. Seperti halnya jika salah satu anggota keluarga yang terkena DM mengalami komplikasi keluarga dapat memberikan keputusan ke mana lansia akan dilakukan perawatan. Keluarga dapat mengambil kepeutusan yang tepat untuk mendukung kesembuhan bagi penderita.

c. Memberi perawatan kepada anggota keluarga yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah menjadi nyaman yang

menguntungkan kesehatan dan perkembangan anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan yang baik anatara keluarga dan fasilitas kesehatan yang ada.

4. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (2010) terdapat 5 fungsi dasar keluarga yaitu:

a. Fungsi afektif

Mempertahankan kepribadian, memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memnuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.


(37)

b. Fungsi sosial

Memfasilitasi sosialisasi primer anggota keluarga yang bertujuan untuk menjadikan anggota keluarga yang produktif dan memberikan status pada anggota keluarga.

c. Fungsi reproduksi

Mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa generasi dan untuk kelangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Menyediakan kebutuhan fisik, makanan, pakaian, dan tempat tinggal serta perawatan kesehatan.

B. Dukungan Keluarga

1. Definisi Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan proses yang menjalin hubungan antar keluarga melalui sikap, tindakan dan penerimaan keluarga yang terjadi selama masa hidup (Friedman, 2010). Dukungan keluarga dapat berupa dukungan dari internal dan juga berupa dukungan eksternal dari keluarga inti. Dukungan yang diberikan keluarga dapat berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasional dan dukungan instrumental (House dan Kan, 1985 dalam Friedman, 2010).


(38)

2. Dimensi Keluarga

Dimensi dukungan keluarga menurut Sarafino (2004), Hensarling (2009) adalah:

a. Dimensi Emosional/Empati

Dukungan ini melibatkan perasaan empati dan perhatian terhadap seseorang sehingga membuatnya merasa lebih baik, merasa dihargai dan merasa dimiliki. Dukungan ini menunjukkan adanya pengertian dan perhatian dari anggota keluarga terhadap anggota keluarga yang menderita DM. Komunikasi dan interaksi antara snggota keluarga harus terjalin karena diperlukan untuk memahami situasi anggota keluarga yang lain.

b. Dimensi Penghargaan

Dukungan ini membuat seseorang merasa berharga, kompeten dan dihargai kareba keluarga memberikan penguatan yang positif kepada anggota keluarga yang menderita penyakit. Dukungan ini muncul dari penerimaan dan penghargaan seseorang terhadap keberadaan seseorang yang dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain dan diri sendiri.

Dapat dikatakan bahwa adanya dukungan penghargaan kepada anggota keluarga yang menderita DM dapat memberikan motivasi, semangat, dan peningkatan harga diri karena dianggap masih berguna dan berarti untuk keluarga, sehingga penderita DM diharapkan dapat


(39)

membentuk perilaku yang sehat dalam hal untuk meningkatkan status kesehatannya.

c. Dimensi Instrumental

Dukungan yang bersifat nyata, dimana dukungan berupa bantuan langsung. Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan penuh keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana maupun menyediakan waktu untuk melayani dan mendengarkan keluarga yang sakit dalam mengungkapkan persaan yang dialaminya (Bomar, 2004). Dukungan instrumental termasuk dalam fungsi perawatan kesehatan keluarga dan fungsi ekonomi yang diberikan kepada keluarga yang sakit. Fungsi perawatan kesehatan seperti menyediakan sandan dan pangan, perawatan kesehatan, perlindungan terhadap bahaya dan fungsi ekonomi.

d. Dimensi Informasi

Dukungan berupa percakapan atau umpan balik tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya saat seseorang mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan, akan menerima saran-saran atau umpan balik tentang ide-ide dari keluarganya. Dimensi ini dapat membantu pasien dalam mengambil keputusan dalam manajemen penyakitnya.

Bomar (2004), menyatakan dukungan informasi keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan keluarga dalam bentuk saran atau masukan, nasehat atau arahan, dan


(40)

memberikan informasi-informasi penting yang dibutuhkan keluarga yang sakit dalam upaya meningkatkan status kesehatannya.

Dukungan informasi yang dibutuhkan pasien DM pemberian informaasi terkait kondisi yang dialaminya dan bagaimana cara perawatannya. Dimensi ini penting bagi individu yang memberikan dukungan keluarga karena menyangkut persepsi tentang keberadaan dan ketepatan dukungan keluarga bagi seseorang. Dukungan keluarga bukan sekedar memberikan bantuan, tetapi persepsi penerima terhadap bantuan yang diberikan.

3. Pengukuran Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga terkait dengan kesehatan dan kesejahteraan dimana lingkungan keluarga menjadi tempat individu belajar. Dukungan keluarga terdiri atas dukungan orang tua ke anak, anak ke orang tua, antar pasangan, saudara ke saudara, cucu ke kakek/nenek. Hensarling (2009), mengembangkan suatu skala pengukuran dukungan keluarga dengan nama “Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS), dimana skala ini menunjukkan validitas isi untuk pengukuran persepsi pasien terhadap

dukungan yang diberikan oleh keluarga. Hensarling juga

merekomendasikan penggunaan skala ini untuk mengukur dukungan keluarga pada pasien DM.

HDFSS mengukur dukungan keluarga yang dirasakan oleh pasien DM, secara konsep didefinisikan sebagai cara pasien melihat dukungan


(41)

dari keluarganya. HDFSS terdiri atas 29 pertanyaan dengan alternatif jawaban: 4: selalu, 3: sering, 2: jarang, 1: tidak pernah.

C. Diabetes Mellitus

1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price, 2006). Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan kadar glukosa darah diatas kisaran nilai normal yaitu kadar gula darah sewaktu sama atau lebih dari 200 mg/dl, dan kadar gula darah puasa diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006).

2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi diabetes mellitus telah disahkan oleh world health organization (WHO) dan telah dipakai oleh seluruh dunia. Empat klasifikasi gangguan toleransi glukosa

a. Diabates mellitus tipe 1

DM tipe 1 dikenal dengan tipe Juvenileonset dan tipe dependen insulin. Insiden diabetes tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap tahunnya dan dibagi dalam dua subtipe : a) autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta dan b) idiopatik, tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui sumbernya. Subtipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.


(42)

b. Diabetes mellitus tipe 2

DM tipe 2 dikenal sebagai tipe onset maturitas dan tipe nondependen insulin. Insiden diabetes mellitus tipe 2 sebesar 650.000 kasus baru setiap tahunnya. Obesitas sering dikaitkan dengan penyakit ini.

c. Diabetes gestasional (GDM)

Diabetes gestasional dikenal pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan. Faktor risiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Diabetes kehamilan berisiko tinggi mengalami morbiditas dan mortalitas perinatal dan mempunyai frekuensi kematian janin yang lebih tinggi. Kebanyakan perempuan hamil menjalani penapisan untuk diabetes selama usia kehamilan 24 hingga 28 minggu.

d. Tipe tipe lain

DM tipe lain, disebabkan karena kelainan genetik fungsi sel beta, kelainan genetik kerja insulin, karena obat atau zat kimia, infeksi dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan DM. Beberapa hormon seperti hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon ddan epineprine bersifat antagonis atau melawn kerja insulin. Kelebihan jumlah hormon-hormon tersebut dapat mengakibatkan DM. Terjadi sebanyak 1-2% dari semua DM (Black & Hawks, 2006).


(43)

3. Manifestasi Klinis

Menurut Misnadiarly, 2006 gejala dan tanda-tanda dapat digolongkan menjadi gelaja akut dan gejala kronik

a. Gejala akut

Gejala penyakit DM berbeda-beda dan tidaklah selalu sama. Pada perm ulaan gejala meliputi: Poliphagia (banyak makan) polidipsia (banyak minum), Poliuria (banyak kencing/sering kencing di malam hari). Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, maka timbul gejala karena kurangnya insulin. Jadi bukan 3P, melainkan 2P (polidipsia dan poliuria) serta beberapa keluahan lain seperti nafsu makan mulai berkurang, bahkan kadang-kadang timbul rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai: berat badan turun dengan cepat (bisa 5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, bahkan penderita akan jatuh koma sehingga disebut koma diabetik. Koma diabetik adalah koma akibat kadar glukosa darah terlalu tinggi diatas 600 mg/dl.

b. Gejala kronik

Gejala kronik diabetes melitus yaitu : Kesemutan, kulit terasa panas atau seperti tertusuk tusuk jarum, rasa tebas dikulit, kram, kelelahan, mudah mengantuk, pandangan mulai kabur, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun bahkan pada pria bisa terjadi impotensi, pada ibu hamil sering terjadi keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4kg.


(44)

4. Penatalaksanan Diabetes Mellitus

Menurut lanywati, 2011 prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan Konsensus Pengelolaan DM diIndonesia tahun 2006 adalah untukmeningkatkan kualitas hidup pasien DM. Terapi DM pada prinsipnya bertujuan sebagai berikut:

a. Mengembalikan kadar gula darah sehingga menjadi normal, penderita merasa nyaman dan sehat.

b. Mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi

c. Mendidik penderita dalam hal pengetahuan dan motivasi agar penderita dapat merawat penyakitnya sendiri.

Menurut Sylvia, 2006 penatalaksanaan diet DM adalah sebagai berikut:

1) Diet DM

Diet DM dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari oleh penderita DM , agar gula darah dapat terkontrol dengan pengaturan makanan.jumlah kalori yang disarankan juga bervariasi tergantung pada kebutuhan untuk mempertahankan, menurunkan, atau meningkatkan berat tubuh penderita DM. Sistem makanan penukar dikembangka untuk membantu pasien dalam hal menangani pola dietnya

2) Latihan fisik

Latihan fisik untuk mempermudah transpor glukosa ke dalam sel-sel dan meningkatkan kepekaan terhadap insulin. Dengan


(45)

menyesuaikan waktu pasien dalam melakukan aktifitas latihan fisik, pasien mungkin dapat mengontrol kadar gula darah mereka

a) Olahraga

Berikut ini adalah pertimbangan manfaat- risiko olahraga pada lansia

Manfaat pada lansia adalah perbaikan toleransi

glukosa, peningkatan kemampuan konsumsi oksigen

maksimum, peningkatan kekuatan otot, penurunan tekanan darah, pengurangan lemak tubuh, perbaikan profil lipid. Risiko nya adalah sebagai berikut: hipoglikemia, cedera pada tulng sendi dan kaki. Karena lansia sering kali dijumpai penyakit penyerta osteoartritis, parkinson, gangguan penglihatan, dan gangguan keseimbangan, sehingga olahraga sebaiknya dilakukan yang memang dekat, dan jensi olahraga yang silakukan lebih bersifat isotonik daripada isometrik.

3) Pengobatan DM

Penyakit yang progresif obat-obat oral hipoglikemik juga dianjurkan. Obat-obat yang digunakan adalah persensitif insulin dan sulfonilurea. Dua tipe persensitif yang tersedia adalah metformin dan tiazolidinedion. Metformin diberikan sebagai terapi tunggal dengan dosis 500 hingga 1700mg/ hari. Metformin menurunkan kadar produksi glukosa hepatik, menurunkan absorpsi glukosa pada usus, dan meningkatkan kepekaan insulin, khususnya di hati. Tiazolidinedion meningkatkan kepekaan


(46)

insulin perifer dan menurunkan produksi glukosa hepatik. Tiazolidinedian, yaitu rosiglitazon dan dengan dosis 4 hingga 8 mg/hari dan pioglitazon dengan dosis 30 hingga 45 mg/hari dapat diberikan sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan metformin, sulfonilurea, atau insulin. Obat-obat ini menyebabkan retensi air sehingga tidak cocok diberikan pada pasien dengan agagal jantung kongestif.

Lispro awitannya segera selama 30-90 menit dan regular (crystalline Zinc) awitannya 30 menit. NPH itu keruh, suspensi insulin seng kristal, 50% jenuh dengan protamin. Ultralente dan Glargine

D. Manajemen Diri pada Diabetes 1. Definisi Manajemen Diri

Manajemen diri pada diabetes merupakan seperangkat perilaku yang dilakukan oleh individu dengan diabetes untuk mengelola kondisi mereka, termasuk minum obat, mengatur diet, melakukan latihan fisik, pemantauan glukosa darah mandiri, dan mempertahankan perawatan kaki (Xu et al., 2010).

2. Manajemen Diri Pada Diabetes

Manajemen diri pada diabetes juga didefinisikan sebagai perilaku manajemen diri yang mencakup pengaturan pola makan, olahraga, pemantauan glukosa darah secara mandiri, dan minum obat, yang secara keseluruhan berhubungan dengan perbaikan yang signifikan dalam mengontrol status metabolik (Jones et al., 2003; Sousa et al., 2005; Hunt et al., 2012).


(47)

Seseorang yang menderita diabetes perlu mengetahui pemahaman dalam pengelolaan penyakitnya. Tugas-tugas dalam manajemen diri yang yang harus diperhatikan adalah, sebagai berikut:

a. Diet

Diet merupakan faktor utama dalam mengontrol diabetes, yang melibatkan pengendalian berat badan dan perencanaan makan yang sehat untuk pasien DM (Harris et al., 2012). Pasien dengan diabetes harus dimotivasi untuk menerapkan perubahan pola hidup yang lebih sehat (Amod et al., 2012). Rekomendasi diet bagi penderita diabetes mirip dengan rekomendasi untuk masyarakat umum, misalnya mengurangi gula, lemak jenuh, dan asupan garam (Dyson, 2002; Nair, 2007). Meskipun setiap orang memiliki kebutuhan yang sama untuk nutrisi dasar, pasien diabetes akan membutuhkan diet yang lebih terstruktur untuk mencegah hiperglikemia (Lemone & Burke, 2004; Nair, 2007).

b. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik merupakan faktor dalam mengelola diabetes dan mengontrol kadar glukosa darah yang lebih baik. Sebelum meningkatkan pola aktivitas fisik dari yang biasanya, pasien diabetes harus melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu, untuk menyesuaikan kebutuhan individu dan mempertimbangkan adaptasi latihan terhadap adanya komplikasi diabetes. Latihan fisik dapat membantu meningkatkan sirkulasi, dan mengurangi berat badan (Caterson, 2005; Nair, 2007), serta meningkatkan penyerapan glukosa


(48)

dalam sel otot (Pullen, 2000; Nair, 2007), sehingga membantu menurunkan kadar glukosa darah (Nair, 2007).

c. Medikasi (ke tempat pelayanan kesehatan)

Bagi penderita diabetes tipe 2, kontrol glikemik dapat dipertahankan dengan intervensi non-farmakologis seperti diet, latihan fisik, dan monitoring gula darah mandiri. Namun, sebagian besar penderita diabetes tipe 2 memerlukan pengobatan dengan farmakologi (DeCoste & Scott, 2004). Diabetes tipe 2 dapat diobati dengan obat tunggal atau kombinasi obat oral dan insulin. Setiap obat diberikan untuk salah satu ketidaknormalan kadar gula darah dan kombinasi dengan perawatan medis yang dapat menormalkan kadar gula darah. Jika terapi oral tidak bekerja, maka terapi insulin satu-satunya cara untuk mengontrol kondisi hiperglikemia. Insulin hanya akan digunakan jika nilai HbA1c lebih dari 6,5% setelah terapi oral maksimal. Insulin harus dikombinasi dengan terapi oral untuk mengurangi risiko hipoglikemia dan peningkatan berat badan (Garber et al., 2002; Svartholm & Nylander, 2010).

d. Kontrol Glukosa

Kontrol kadar glukosa darah merupakan bagian dalam manajemen diri pasien dengan diabetes, dan disarankan pada pasien diabetes yang menggunakan terapi obat oral. Monitoring gula darah mandiri bertujuan untuk mencapai penurunan HbA1c dengan tujuan utama mengurangi risiko komplikasi, mengidentifikasi adanya hipoglikemia (IDF, 2012), mempertahankan kadar glukosa darah pada


(49)

4-6 mmol/L sebelum makan (preprandial) dan tidak di atas 10 mmol/L dua jam setelah makan (postprandial) (Diabetes UK, 2006; Nair, 2007). Kontrol glukosa darah didasarkan pada kebutuhan individu, jadwal, dan penggunaan data yang direncanakan. Kontrol gula darah efektif dalam meningkatkan kontrol glikemik pada individu dengan diabetes tipe 2 yang tidak menggunakan insulin (Welschen et al, 2005; Hirsch et al, 2008).

Monitoring glukosa darah mandiri memberikan informasi mengenai efek terapi, diet dan aktivitas fisik. Pernyataan dari ADA (2009, dalamCPG on ManagementT2DM, 2009) merekomendasikan bahwa monitoring glukosa darah mandiri harus dilakukan 3 atau 4 kali sehari untuk pasien menggunakan suntikan insulin. Untuk pasien yang menggunakan suntikan insulin tidak sering, terapi non-insulin atau terapi nutrisi medis saja, monitoring glukosa darah mandiri mungkin berguna dalam mencapai kontrol glikemik.

3. Faktor-faktor yang berhubungan dengan manajemen diri penderita DM tipe 2

a. Umur

Penderita diabetes yang lebih tua memiliki tingkat manajemen diriyang lebih tinggi pada diet, olahraga, dan perawatan kaki dari pada individu yang lebih muda (Xu, Pan & Liu, 2010). Penderita diabetes yang lebih tua dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga akan


(50)

lebih baik dalam perawatan diri daripada orang tua yang buta huruf (Bai, Chiou & Chang, 2009).

b. Jenis kelamin

Perawatan diri diabetes dapat dilakukan oleh siapa saja yang menderita diabetes baik laik-laki ataupun perempuan. Klien laki-laki memiliki tanggung jawab penuh dalam melaksankan pengelolaan terhadap penyakit yang sedang dialaminya demikian juga dengan perempuan yang tampak lebih peduli terhadap kesehatannya sehingga berupaya optimal untuk melakukan perawatan mandiri terhadap kesehatan yang dialaminya (Sousa, 2005 dalam Kusniawati, 2010). c. Tingkat pendidikan

Seseorang dengan pendidikan tinggi umumnya memiliki pemahaman yang baik tentang pentingnya perilaku perawatan diri dan memiliki keterampilan manajemen diriyang lebih baik untuk menggunakan informasi peduli diabetes yang diperoleh melalui berbagai media dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah (Bai, Chiou & Chang, 2009). Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki tingkat manajemen diriyang lebih tinggi terhadap diet, olahraga, dan pemeriksaan gula darah mandiri, dan lebih mudah untuk memahami informasi kesehatan yang berhubungan dengan diet, aktivitas fisik, dan pemeriksaan gula darah mandiri (Xu, Pan & Liu, 2010).


(51)

Seseorang dengan durasi penyakit lebih lama memiliki pengalaman dalam mengatasi penyakit mereka dan melakukan perilaku perawatan diri yang lebih baik (Wu et al., 2007). Seseorang yang telah didiagnosis dengan diabetes bertahun-tahun dapat menerima diagnosis penyakitnya dan rejimen pengobatannya, serta memiliki adaptasi yang lebih baik terhadap penyakitnya dengan mengintegrasikan gaya hidup baru dalam kehidupan mereka sehari-hari (Xu, Pan & Liu, 2010).

4. Pengukuran Manajemen Diri pada Diabetes Mellitus

Manajemen diri pada diabetes tipe 2 diukur dengan menggunakan kuesioner The DSMQ (Diabetes Self Management Questionnaire) dikembangkan di Lembaga Penelitian Diabetes Academy Mergentheim. Ini adalah instrumen untuk menargetkan perawatan diri diabetes. DSMQ mencakup: manajemen glukosa' (item 1, 4, 6, 10, 12), 'diet kontrol' (item 2, 5, 9, 13), 'aktivitas fisik' (item 8, 11, 15), dan menggunakan perawatan kesehatan' (item 3, 7, 14). Satu item (16) secara keseluruhan terkait

terhadap perawatan diri dan dimasukkan dalam jumlah skala. Jumlah total


(52)

E. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka teori

Dimodifikasi dari konsep Bandura, (1989), Hensarling (2009), Friedman (2010), Xu, Pan & Liu (2010), Bai, Chiou & Chang ( 2009).

Komplikasi: 1. komplikasi akut 2. Komplikasi kronis

Diabetes meliitus

Manajemen diri 1. Kontrol glukosa 2. Diet

3. Aktivitas fisik

4. Gunakan perawatan kesehatan Dukungan sosial/

dukungan keluarga 1. Dimensi informasi 2. Dimensi emosional 3. Dimensi penghargaan 4. Dimensi instrumental

Status glikemik terkontrol Komplikasi minimal Faktor personal

1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Lama menderita


(53)

33

OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen diri pasien diabetes mellitus, sedangkan variabel independen adalah faktor personal dan dukungan keluarga.

Variabel independen variabel dependen

Skema 3.1

Kerangka konsep penelitian

Dukungan keluarga Manajemen diri pasien

DM

Faktor personal 1. Umur

2. Jenis kelamin 3. Tingkat pendidikan 4. Lama menderita


(54)

B. Hipotesis

1. Ada hubungan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan lama menderita DM) dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

2. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.


(55)

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional No

.

Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Usia Usia responden sejak lahir

sampai sekarang

Responden diberi pertanyaan mengenai usianya

Kuisioner 1. 45-59tahun 2. 60-75 tahun 3. 76-90 tahun

Interval

2. Jenis Kelamin Jenis kelamin responden,

apakah laki-laki atau perempuan

Menentukan kode untuk setiap pilihan jawaban

1. laki-laki 2. perempuan

Kuisioner 1. laki-laki 2. Perempuan

Nominal

3. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan

terakhir atau formal yang telah diselesaikan oleh responden

Responden diberikan pertanyaan tentang

pendidikannya dikelompokkan menjadi

1. Tidak Sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Perguruan Tinggi

Kuisioner 1. Tidak Sekolah 2. SD

3. SMP 4. SMA

5. Perguruan Tinggi

Ordinal

4. Lama menderita DM Rentang waktu seseorang

pertama kali menderita DM sampai sekarang

Responden diberikan pertanyaan terkait seberapa lama menderita DM

Kuisioner 1. 1-5 tahun 2. 6-10 tahun 3. >10 tahun

Interval

Variabel dependen

1. Manajemen diri Manajemen diri meliputi

manajemen glukosa, kontrol diet, aktivitas fisik dan menggunakan

Menggunakan instrument Diabetes Self-Management Questionnaire (DSMQ). DSMQ terdiri dari 16

Kuisioner Pada analisis univariat:

1. baik = lebih dari mean (≥26,23)

Ordinal pada analisis univariat


(56)

perawatan kesehatan. pertanyaan. 2. kurang baik = kurang dari mean (<26,23)

Variabel Independen

2. Dukungan Keluarga Dukungan yang diberikan

keluarga kepada pasien DM yang meliputi empat dimensi, yaitu dimensi emosional, penghargaan, instrumental dan

informasi.

Menggunakan skala Hensarling Diabetes Family Support Scale (HDFSS) yang dikembangkan oleh hensarling 2009. HDFSS terdiri atas 25 item pertanyaan dengan alternatif jawaban menggunakan skala Likert. Untuk pertanyaan positif yaitu 4: selalu

3: sering 2: jarang 1: tidak pernah

Sedangkan untuk pertanyaan negatif yaitu

1: selalu 2: sering 3: jarang 4: tidak pernah

Kuisioner 1. baik = lebih dari median (≥67) 2. kurang baik = kurang dari median (<67)

Ordinal pada analisis univariat


(57)

37 A. Desain Penilitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan design cross sectional yaitu pengukuran atau pengumpulan data variabel bebas dan variable terikat dilakukan dalam satu waktu. Tujuan spesifik dari study cross

sectionaladalah untuk mendeskripsikan hubungan antara variabel independen

dan variabel dependen dalam satu waktu ( Sastroasmoro & Ismael, 2010).

Peneliti menggunakan pendekatan cross sectional karena penelitian ini bermaksud mengidentifikasi ada tidaknya hubungan variabel dependen terhadap variabel independen dalam satu kali pengukuran menggunakan alat ukur berupa kuisioner. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016.

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Alasan peneliti memilih Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan karena belum ada penelitian yang dilakukan terkait dengan hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri lansia penderita DM di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan tersebut serta masih


(58)

kurangnya dukungan keluarga terhadap manajemen diri penderita DM yang diperoleh dari hasil studi pendahulan.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April-Mei 2016, dilanjutkan dengan analisis data. Pengambilan data dilakukan pada minggu pertama April sampai minggu pertama Mei 2016.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan di teliti (Setiadi, 2007). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien DM yang tinggal bersama keluarga di daerah Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan.

Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu sehingga dianggap dapat mewakili dari populasinya ( Sastroasmoro & Ismael, 2010). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu total sampling dengan melihat kriteria inklusi.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

1. Responden yang menderita DM umur >45 tahun 2. Responden yang tinggal bersama dengan keluarganya 3. Dapat berkomunikasi dengan baik

4. Bersedia menjadi responden 5. Beragama islam

Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

1. Pasien DM yang mengalami penurunan status kesehatan secara drastis seperti pingsan saat penelitian berlangsung.


(59)

Adapun jumlah sampel yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 35 responden.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuisioner, di mana responden mengisi kuisioner sendiri atau dibantu. Kuisioner yang digunakan terdiri dari kuisioner dukungan keluarga dan kuisioner manajemen diri.

1. Kuisioner dukungan keluarga

Kuisioner dukungan keluarga diadopsi dari Hensarling Diabetes Family

Support Scale (HDFSS) yang dikembangkan oleh Hensarling (2009).

HDFFS mencakup dimensi emosional terdiri dari 10 item ( pertanyaan nomor 4, 5, 6, 7, 13, 15, 17, 24, 27, 28), dimensi penghargaan 8 item (pertanyaan nomor 8, 10, 12, 14, 18, 19, 20, 25), dimensi instrumental 8 item (pertanyaan nomor 9, 11, 16, 21, 22, 23, 26, 29). Dan dimensi informasi 3 item (pertanyaan nomor 1, 2, 3,). Jumlah total pertanyaan sebangak 29 item dengan alternatif jawaban:

Untuk pertanyaan positif:

Kuisioner dukungan keluarga nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,11, 14, 15, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, dan 29

Selalu: 4, sering: 3, jarang: 2, tidak pernah: 1. Untuk pertanyaan negatif:

Kuisioner dukungan keluarga nomor 12, 13, 17, dan 24 Selalu: 1, sering: 2, jarang: 3, tidak pernah: 4.


(60)

The DSMQ dikembangkan di Lembaga Penelitian Diabetes Academy

Mergentheim. Ini adalah instrumen untuk menargetkan perawatan diri

diabetes. DSMQ mencakup: manajemen glukosa' (item 1, 4, 6, 10, 12), 'diet kontrol' (item 2, 5, 9, 13), 'aktivitas fisik' (item 8, 11, 15), dan menggunakan perawatan kesehatan' (item 3, 7, 14). Satu item (16) secara keseluruhan terkait terhadap perawatan diri dimasukkan dalam jumlah

skala. Jumlah total pertanyaan sebanyak 16 item dengan alternatif

jawaban:

Untuk pertanyaan positif:

Kuisioner manajemen diri nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, dan 14 Sesuai: 3, cukup sesuai: 2, kurang sesuai: 1, tidak sesuai: 0 Untuk pertanyaan negatif

Kuisioner manajemen diri nomor 5, 7, 10, 11, 12, 13, 15, dan 16 Sesuai: 0, cukup sesuai: 1, kurang sesuai: 2, tidak sesuai: 3

E. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas instrumen merupakan validitas yang diuji datanya, data atau informasi yang dapat dikatakan valid, bila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti, dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti (Lapau, 2012). Validitas instrumen diuji dengan teknik korelasi

Pearson Product Moment yaitu melihat nilai korelasi antara skor

masing-masing variabel dengan skor totalnya.

Berdasarkan tingkat signifikan 0,05, bila r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka item kuesioner adalah valid, namun bila nilai r hitung lebih


(61)

kecil dari r tabel maka instrumen tidak valid. Sedangkan reliabilitas menyangkut ketepatan alat ukur atau tingkat presisi suatu ukuran atau alat pengukuran (Lapau, 2012). Reliabilitas instrumen akan diuji dengan menggunakanAlpha Cronbachyaitu bila nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel maka item kuesioner reliabel, namun bila nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel maka item kuesioner tidak reliabel. Menurut Sugiyono (2012) menyatakan bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel jika nilai alpha cronboach≥ 0,6

Hasil uji validitas dan reliabilitas tentang dukungan keluarga telah dilakukan oleh Yusra (2010) dengan menggunakan degree of freedom 20-2= 18 ( r tabel 0.444) pada kuesioner dukungan keluarga terdapat 14 pertanyaan yang tidak valid, namun pertanyaan tidak dibuang tetapi diperbaiki redaksi kalimatnya menjadi lebih spesifik dan mudah dipahami responden. Selanjutnya instrumen dukungan keluarga yang telah diperbaiki digunakan untuk pengambilan data.

Hasil uji validitas dan reliabilitas dukungan keluarga yang dilakukan oleh Yusra (2010) yang dilakukan kepada 30 responden dari 120 responden dengandegree of freedom30-2= 28 (r tabel 0.361), pada kuesioner dukungan keluarga terdapat 4 item pertanyaan yang tidak valid yaitu nomor 12 ( dimensi penghargaan), nomor 13 dan 17 (dimensi emosional) serta nomor 26 (dimensi instrumental). Keempat pertanyaan tersebut tidak dimasukkan ke dalam instrumen, sehingga pertanyaan valid dan reliabel adalah 25 item dengan nilai validitas (r 0,395-0,856) dan nilai reliabelnya (Alpha Cronbach 0.940). total skor responden terendah 28 dan tertinggi 100.


(62)

Berdasarkan uji validitas yang dilakukan di luar negeri, kedua kuisioner ini dinyatakan valid, akan tetapi kedua kuisioner ini diuji validitas kembali untuk memastikan bahwa apakah kuisioner ini valid jika digunakan di Indonesia. Responden dalam uji validitas dan reliabilitas berjumlah 30 responden, yaitu penderita diabetes mellitus yang berada di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan. Hasil uji validitas terhadap kuisioner DSMQ atau kuisioner manajemen diri adalah sebagai berikut:

Hasil uji validitas dan reliabilitas dengan degree of freedom30-2= 28 (r tabel 0,312 ), pada kuisioner manajemen diri terdapat 7 item pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 3, 4 ,5 ,8 ,9 ,13 dan 14, tetapi pernyataan pada nomor yang tidak valid penting dalam manajemen diri diabetes, maka pernyataan-peryataan tersebut tidak dibuang namun struktur katanya diperbaiki. Sedangkan hasil uji reliabilitas kuisioner adalah r alpha cronbach’s 0,635 sehingga kuisioner ini dinyatakan reliabel. Selanjutnya instumen manajemen diri yang telah diperbaiki digunakan untuk pengambilan data. Total skor responden terendah adalah 0 dan tertinggi 48.

Hasil uji validitas dan reliabilitas dukungan keluarga terdapat 9 pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 2, 6, 7, 9, 12, 15, 18, 27 dan 29 , namun pernyataan tidak dibuang tetapi diperbaiki redaksi kalimatnya menjadi lebih mudah dipahami responden. Selanjutnya instrumen dukungan keluarga yang telah diperbaiki digunakan untuk pengambilan data. Sedangkan hasil nilai reliabelnya (Alpha Cronbach 0,718). Total skor responden terendah 29 dan tertinggi 116.


(63)

F. Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan data primer yang diperoleh langsung dan dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner terstruktur yang berisi pertanyan tentang dukungan keluarga dan manajemen diri penderita DM. Proses pengumpulan data tersebut di lakukan dengan kunjungan ke Posbindu. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti.

Adapun prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Peneliti membuat surat studi pendahuluan dikampus yang kemudian akan

di bawa ke Dinas Kesehatan.

2. Surat yang telah jadi di kampus kemudian di bawa ke dinas kesehatan. Setelah surat yang dari dinas kesehatan selesai. Kemudian surat tersebut di bawa ke Puskesmas yang di ditempati untuk melakukan penelitian.

3. Setelah surat dibawa ke Puskesmas, peneliti meminta izin kepada kepala Puskesmas untuk melakukan penelitian di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan.

4. Peneliti menghadiri kegiatan posbindu untuk menemui responden dan mengenalkan diri kepada responden.

5. Peneliti memberi penjelasan terkait maksud, tujuan penelitian kepada kader posbindu dan kepada responden penelitian. Bila responden setuju, maka responden diminta untuk mengisi lembar persetujuan.

6. Setelah mendapat persetujuan dari responden, peneliti membacakan pertanyaan-pertanyaan dan mengisi kuisioner sesuai dengan jawaban yang di ungkapkan oleh responden.


(64)

7. Lembar kuisioner yang telah terkumpul, kemudian peneliti akan melakukan analisa data statistik.

G. Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2011), dalam proses pengolahan data terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh, diantaranya:

1. Editing

Editing adalah memeriksa kelengkapan data yang telah di isi oleh responden. Editing ini untuk memastikan bahwa semua pertanyaan telah dijawab oleh responden tanpa ada satu pun pertanyaan yang terlewatkan. Jika terdapat pertanyaan yang kosong maka peneliti meminta kesediaan responden untuk mengisi kembali pertanyaan yang masih kosong.

2. Coding

Kegiatan ini memberikan kode atau simbol sesuai dengan pertanyaan kuisioner yang telah dikumpulkan. Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data dengan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka sesuai dengan yang telah ditentukan.

3. Entri data

Entri data merupakan proses memasukkan data ke dalam komputer untuk dilakukan analisa data. Peneliti melakukan entri data jika peneliti sudah yakin bahwa data yang ada sudah benar, baik dari kelengkapan data maupun pengkodean data.

4. Cleaning

Cleaning data dilakukan untuk mengecek kembali data untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan sebelum dilakukan analisa data. Setelah


(65)

peneliti yakin semua data telah dibersihkan maka dilanjutkan dengan analisa data.

H. Etika Penelitian

Menurut Wasis (2008), seseorang dalam melakukan penelitian menekankan prinsip-prinsip etika penelitian meliputi:

1. Lembar persetujuan (Inform consent)

Setiap responden diberikan hak untuk menyetujui atau menolak ikutserta untuk mengisi kuisoner yang telah diberikan dengan menandatangani lembar persetujuan kesediaan menjadi responden yang telah disiapkan oleh peneliti.

2. Tanpa Nama

Untuk menjaga identitas responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang di isi. Hanya mencantumkan kode pada lembar tersebut serta inisial nama responden. 3. Beneficence

Penelitian yang dilakukan mempunyai keuntungan bagi peneliti maupun responden penelitian. Sebelum pengisian kuisioner, peneliti memberi beberapa penjelasan terkait manfaat dan keuntungannya bagi responden dan peneliti. Keuntungan penelitian untuk responden adalah responden dapat mengetahui manajemen diri yang baik dalam mengontrol penyakitnya. Keuntungan untuk peneliti adalah sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan penelitian terhadap pentingnya dukungan keluarga dalam memanajemen diri penyakitnya.


(66)

4. Maleficence

Peneliti memperhatikan dan menghindari bahaya-bahaya bagi responden. Peneliti menanyakan kepada responden apakah terdapat masalah saat mengisi kuisioner, jika tidak ada masalah, maka responden dapat melanjutkan pengisian kuisioner.

5. Confidentialy

Peneliti menjaga kerahasiaan informasi responden, hanya ada beberapa data tertentu yang dapat dicantumkan sebagai hasil penelitian.

I. Analisa Data Statistik

Analisa data dilakukan dengan menggunakan software computer, adapun analisa data yang dilakukan adalah:

1. Analisa Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan gambaran distribusi frekuensi dari variable dependen dan variable independen. Variabel independen (faktor personal dan dukungan keluarga) dan variabel dependen (manajemen diri) hasil analisisnya disajikan dalam bentuk baik dan kurang baik dengan proporsi atau distribusi frekuensi. Untuk variabel independen jenis hasil analisis berupa distribusi frekuensi.

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakananalisis bivariat. Sebelum dilakukan analisis data lebih lanjut, pada data numerik dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Data


(67)

dinyatakan terdistribusi normal bila hasil uji memiliki nilai p value>0,05. Apabila nilai signifikasi (p value) >0,05 maka Ho diterima, artinya tidak ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus. Apabila nilai signifikasi (p value) <0,05 maka Ho ditolak, artinya ada hubungan antara dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita diabetes mellitus.

Jenis uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Analisis Bivariat

Variabel Independen Variabel Dependen Uji Statistik

1. Usia Manajemen diri T independen test

2. Jenis Kelamin Manajemen diri Chi square

3. Tingkat Pendidikan Manajemen diri Chi square

4. Lama menderita DM Manajemen diri T independen test


(68)

48

Bab 5 ini menguraikan hasil penelitian hubungan dukungan keluarga dengan manajemen diri penderita Diabetes Mellitus di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Tahun 2016. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2016. Hasil penelitian berupa hasil analisis univariat dan bivariat. Analisa univariat menggambarkan secara deskriptif data demografi responden yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama menderita DM, serta menggambarkan secara deskriptif data dukungan keluarga dan data manajemen diri.

A. Profil Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

1. Gambaran Umum Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan Puskesmas Pisangan adalah Puskesmas yang ada di Kecamatan Ciputat Timur, yang terletak di sebelah Tenggara Tangerang dengan luas wilayah 1,685 Ha, dengan sebagian besar tanah darat dan sisanya rawa. Adapun letak Puskesmas Pisangan berada dengan batas-batas sebagai berikut: sebelah barat terdapat wilayah kerja PKM Ciputat (Kecamatan Ciputat), sebelah timur terdapat DKI Jakarta, sebelah Utara terdapat wilayah kerja Puskesmas Jurangmangu Timur (Kec. Pondok Aren), sebelah selatan terdapat wilayah kerja PKM Pamulang (Kec. Pd Cabe Ilir). Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan terdiri dari Kelurahan Pisangan dan Kelurahan Cirendeu.


(69)

2. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan a. Visi

Dengan iman dan taqwa mewujudkan masyarakat pisangan setia, amanah, siaga, mandiri, hidup sehat, melalui akselerasi, upaya kesehatan guna mewujudkan Tangerang Selatan Sehat 2016.

b. Misi

1) Menggerakkan serta membudayakan peran serta dan potensi di masyarakat dalam bidang kesehatan.

2) Mengupayakan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu, merata, dan terjangkau.

3) Menjalin kemitraan dengan lintas program, lintas sektoral dan swasta untuk mendukung pembangunan berwawasan kesehatan. c. Motto

Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan memiliki singkatan SETIA yang berarti S adalah senyum, sapa, salam, sopan dan santun yang menjadi budaya, E merupakan empati kepada masyarakat. Selanjutnya, T adalah tanggap terhadap setiap permasalahan. I adalah inovatif dalam berkarya, A adalah aman dan nyaman dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.


(70)

B. Analisis Karakteristik Responden Penelitian 1. Karakteristik Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur digambarkan pada tabel berikut

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)

Umur Frekuensi (n) Persentase (%) 45-59 60-75 76-90 22 11 2 62,9% 31,4% 5,7%

Total 35 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah presentase umur terbanyak responden adalah pada usia pertengahan yaitu 45-59 tahun sebanyak 22 atau (62,9%), jumlah umur 60-75 tahun sebanyak 11 atau (31,4%) dan jumlah presentase umur paling sedikit adalah responden yang berumur 76-90 tahun sebanyak 2 atau (5,7%).

2. Karakteristik Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin digambarkan pada tabel berikut

Tabel 5.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Di Posbindu Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan (n=35)

Jenis kelamin Frekuensi (n) Persentase Laki-laki Perempuan 5 30 14,3% 85,7%

Total 35 100%

Tabel 5.2 menunjukkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Dari 35 responden dapat diketahui bahwa sebagian besar


(1)

jenis_kelamin * manajemen Crosstabulation

manajemen Total

baik kurang baik

jenis_kelamin

laki-laki Count 2 3 5

% within jenis_kelamin 40,0% 60,0% 100,0%

perempuan Count 14 16 30

% within jenis_kelamin 46,7% 53,3% 100,0% Total

Count 16 19 35

% within jenis_kelamin 45,7% 54,3% 100,0%

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,077a 1 ,782

Continuity Correctionb ,000 1 1,000

Likelihood Ratio ,077 1 ,781

Fisher's Exact Test 1,000 ,585

Linear-by-Linear Association

,075 1 ,785

N of Valid Cases 35

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,29. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

jenis_kelamin (laki-laki / perempuan)

,762 ,111 5,237

For cohort manajemen = baik

,857 ,274 2,679

For cohort manajemen = kurang baik

1,125 ,511 2,479

N of Valid Cases 35


(2)

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

tingkat_pendidikan * manajemen

35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%

tingkat_pendidikan * manajemen Crosstabulation

manajemen Total

baik kurang baik

tingkat_pendidikan

rendah Count 13 17 30

% within tingkat_pendidikan 43,3% 56,7% 100,0%

tinggi Count 3 2 5

% within tingkat_pendidikan 60,0% 40,0% 100,0%

Total Count 16 19 35

% within tingkat_pendidikan 45,7% 54,3% 100,0%

Chi-Square Tests Value df Asymp. Sig.

(2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square ,480a 1 ,489

Continuity Correctionb ,043 1 ,835

Likelihood Ratio ,479 1 ,489

Fisher's Exact Test ,642 ,415

N of Valid Cases 35

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,29. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for

tingkat_pendidikan (rendah / tinggi)

,510 ,074 3,510

For cohort manajemen = baik

,722 ,317 1,647

For cohort manajemen = kurang baik

1,417 ,463 4,334


(3)

Group Statistics

manajemen N Mean Std. Deviation Std. Error Mean lama_menderita_dm

baik 16 3,06 5,859 1,465


(4)

Independent Samples Test Levene's Test for Equality

of Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

lama_menderita_dm Equal variances assumed 4,635 ,039 1,122 33 ,270 1,536 1,370 -1,250 4,323


(5)

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

dukungan * manajemen 35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%

dukungan * manajemen Crosstabulation

manajemen Total

baik kurang baik

dukungan

baik Count 8 5 13

% within dukungan 61,5% 38,5% 100,0%

kurang baik Count 8 14 22

% within dukungan 36,4% 63,6% 100,0%

Total Count 16 19 35

% within dukungan 45,7% 54,3% 100,0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2,087a 1 ,149

Continuity Correctionb 1,196 1 ,274

Likelihood Ratio 2,098 1 ,147

Fisher's Exact Test ,179 ,137

Linear-by-Linear Association 2,027 1 ,155

N of Valid Cases 35

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,94. b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for dukungan (baik / kurang baik) 2,800 ,680 11,530

For cohort manajemen = baik 1,692 ,840 3,409

For cohort manajemen = kurang baik ,604 ,284 1,288


(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Tuberkulosis (TBC) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

1 17 116

Hubungan antara nyeri Reumatoid Artritis dengan kemandirian dalam aktivitas kehidupan sehari-hari pada lansia di Posbindu Karang Mekar wilayah kerja Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan

9 65 127

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepadatan Tulang Pada Lansia Awal Di Puskesmas Pisangan Tangerang Selatan Tahun 2016

0 7 129

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

0 8 112

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Terhadap Kelengkapan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan

2 14 112

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TRUCUK I KABUPATEN KLATEN.

0 2 11

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

0 0 5

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI PUSKESMAS MINGGIR SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN LANSIA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI PU

1 1 12

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN TINGKAT STRES PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KASSI KASSI KOTA MAKASSAR TAHUN 2016

0 0 130

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA PASIEN DENGAN KEPATUHAN PENGENDALIAN GULA DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH PUSKESMAS RAKIT 2 BANJARNEGARA TAHUN 2016

0 0 15