Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya fiksi merupakan sebuah rep resentasi gamb aran kehidupan manusia. Berbagai problematika dan dinamika kehid up an disajikan melalui jalinan kisah kehidupan para tokoh di dalamnya. Selain seb agai sebuah karya dengan struktur pembentuk sebagai unsur artistik, di d alam karya fiksi ju ga tercermin berbagai asp ek ke hidup an manu sia. Berb agai aspek kehidupan tersebut tergambar, baik secara fisik, psikolo gis, maupun sosial budaya. Berdasarkan pandangan terseb ut, kajian sastra tidak lagi hanya difokuska n pada aspek keindahan struktur fisiknya. Akan tetapi, kajian sastra secara interdisipliner dapat bersinergi denga n berbagai kajian ilmu sosial humaniora la innya. Berbagai pendekatan interdisipliner diperkenalkan, di antaranya bidang psikologi, sosial, sampai aspek antropologisn ya. Semua pendekatan tersebut diharapkan mampu menjadi media memaham i kedalaman khazanah sastra sebagai miniatu r kehidupan manusia yang d ihadirkan oleh pengarang. Dari berbagai pendekatan yang ada, p enelitian sastra ini akan difokuska n pada pemahaman aspek antropologi seb uah karya fiksi. Ditinjau dari pendekatan antropologis, mencari hubungan antara antropologi budaya dan sastra atau seb aliknya tidaklah b egitu sulit, terleb ih setelah munculnya Struktu ralisme Levi- Strauss dan Posmodernisme. Semenjak itu, kesalingberhubungan antara antropologi budaya dan sastra, baik pada tataran teoretis maupun pada tataran 1 commit to user kajian fenomena empiris, menjadi semakin jelas dan ku at. Sebagai sebuah disip lin yang perkemb angannya sangat ditentukan oleh data yang ditampilkan dalam bentuk etnografi, maka antropologi b ud aya memang tidak p ernah terlepas dari sastra, b aik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana halnya sastra lisan, sastra d alam bentuk yang tertulis dalam hal ini novel juga dapat diperlakukan seb agai ob jek material, baik seb agai “pintu masuk” untuk memahami kebudayaan tertentu, maupun sebagai salah satu unsur kebuda yaan yang sed ang dipelajari. M elalui penelusuran atas dimensi-dimensi dan implikasi-imp likasi antropologis te ks-teks sastra, tidak hanya bisa ditemukan model-model interpretasi tertentu, melainkan juga dap at diperoleh kemungkinan jawaban atas pertanyaan sep utar masalah kebudayaan masyarakat tertentu. Dalam disiplin antropologi, p engkajian atas su mber-su mber literer sep erti mitos-mito s, dongeng, riwayat hid up , dan jenis-jenis sastra lisan lainnya merupakan su atu praktik yang sudah secara u mum d iterima a ccepta ble . Suatu hal yang lazim apabila dalam kasus mas yarakat yang “melek huru f”, para ahli antropologi beralih kep ada sumber-sumb er tertulis seperti berita-berita di su rat kabar atau karya-karya sastra. Tidak heran kalau novel-novel pu n d iperlaku kan pula sebagai sumb er data antropologis. Kajian-kajian antropolo gis semacam ini selalu mengasumsikan b ahwa p ersepsi-persepsi pengarang terhadap dunia terhadap alam, terhadap relasi-relasi sosial telah terbentuk oleh lingkungan budayanya. Salah satu aspek kebudayaan yang menarik minat para p emerhati antropologi sastra adalah citra arketipe dan atau citra primordial. Secara historis, commit to user ciri-ciri arketipe masuk d alam analisis karya sastra melalui dua jalur. Pertama, melalui p sikologi analitik Jung, kedua melalui antropologi kultural. Psikologi analitik Jung menelusuri jejak-je jak p sikologis, tipolo gi pengalaman yang tampil secara berulang, sebagai ketaksadaran rasial, sep erti mito s, mimpi, fantasi, dan agama, termasuk karya sastra. Sedangkan antropolo gi kultural menelusuri pola- pola elemental mitos dan ritual yang pada umu mnya terkandung d alam lege nda dan seremoni. Dalam karya sastra gejala ini tamp ak melalu i deskripsi pola-pola naratif, tipologi to koh-tokoh Nyo man Kutha Ratna, 2009:354. Berpijak dari pendap at Nyoman Ku tha Ratna tersebut, kajian antropologi sastra berkaitan erat dengan psiko logi dan perilaku budaya manusia. Pendapat tersebut juga membuka kemungkinan adanya variasi dan p erkembangan budaya seb agai hasil interaksi ke dalam dan keluar kebudayaan, yang salah satunya berwujud karya sastra. Karya sastra sebagai salah satu bentuk hasil budaya manusia terpengaru h aspek kesukuan, geografis d an nilai-nilai yang berkemb ang seb agai wujud pemikiran b ud aya masyarakat. Hal itu d idukung o leh kondisi geografis Ind onesia sebagai ne gara kep ulauan yang memiliki beragam suku. Setiap suku memiliki sistem budaya dan bahasanya masing-masing. Kekayaan budaya ini semakin bertambah d engan ko ndisi geografis Nusantara yang menjadi ja lur p erdagangan dan pela yaran sejak berabad-abad lalu, sehingga menimbulkan persinggungan budaya dengan kedatangan para perantau b aik d ari Timur Tengah, Ind ia, China, maupun Eropa, yang datang ke Indonesia dengan berbagai tuju an. Di situlah muncul proses akulturasi, bahkan asimilasi, yang pad a akhirnya memunculkan ragam tradisi dan hasil-hasil bud aya yang baru . commit to user Dalam bidang sastra fakta-fakta b udaya tersebut menjadi salah satu sumber inspirasi bagi para penulis untuk menghasilkan karya-karyanya. Di antara karya yang berusaha memo tret hasil-hasil budaya beserta sejarahnya adalah novel “ Ca Ba u Ka n ” karya Remy S ylado. Novel terseb ut b erusaha mengangkat sejara h dan warisan b ud aya Tiongho a di Indonesia. Novel Ca Bau Ka n karya Rem y Sylad o mencoba mengangkat kehid up an masyarakat Tionghoa di wila yah Batavia atau Jakarta pada masa akhir pend udukan Be landa atau sekitar tahun 1 930-an sampai masa awal kemerdekaan atau sekitar tahun 1950-an. Hal yang menarik d ari pencip taan novel tersebu t terletak p ada latar belakang penu lis novel yang bukan keturunan Tionghoa. Remy S ylado, penulis novel Ca Ba u Ka n , lahir d i Makassar 12 Juli 1945. Dia dikenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia yang cu kup produktif. Nama sebenarnya adalah Yapi Panda Abdiel Tambayo ng Japi Tambajong. Dia menghabiskan masa kecil d an remaja di Solo dan Semarang. Sejak usia 1 8 tahun Remy S ylado sudah menulis kritik, puisi, cerp en, novel, drama, kolom, esai, sajak, roman popu ler, juga buku-buku mu sikologi, d ramaturgi, bahasa, dan teologi. Dalam penulisan karya-karyan ya ia memiliki sejumlah nama samaran seperti Dova Zila, Alif Dana M unsyi, Ju liana C. Panda, Jubal Anak Perang Imanuel. Dalam karya fiksin ya, sastrawan ini sering mengenalkan kata-kata Ind onesia lama yang sudah jarang d ip akai. Hal ini membuat karya sastranya unik dan istimewa, selain ku alitas tu lisannya yang sud ah tid ak diragukan lagi. Penulisan no velnya pun didukung dengan riset yang mend alam. Bahkan u ntu k riset karya-karyanya, Rem y S ylado juga rajin ke Perpustakaan Nasional untuk commit to user membo ngkar arsip tu a, d an menelusuri pasar buku tua. Rem y S ylado dikenal seb agai penu lis yang produktif. Ha l ini terbukti dari kar ya-karya yang dihasilkan antara lain Orexa s, G a li Loba ng Gila Lobang, Siau Ling , Kerudung Mera h Kirmizi 2002. Kembang J epun 2003, Ma ta ha ri Melbourne, Sa m P o Kong 2004, Rumahku di Ata s Bukit, 9 da ri 10 Ka ta Baha sa Indonesia ada lah Bah a sa Asing, dan D ra ma Musika lisa si Ta r ragon “ Born To Win “ , dan lain-la in. Dari sekian banyak karya Remy Sylado, peneliti memilih novel Ca Ba u Ka n seb agai sumber data kajian antropologi sastra. Hal ini karena novel Ca Bau Ka n dianggap mampu menampilkan wujud interaksi antarbudaya di Ind onesia, khusu sn ya budaya Tio ngho a dan budaya lo kal di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah, pasang surut hu bungan masyarakat pribumi dengan mas yarakat Tionghoa peranakan kerap terjadi. Bahkan tidak jarang sampai berujung p ad a kerusuhan dan pembantaian etnis Tionghoa d i Indonesia. Hal ini mungkin terjadi karena buruknya komunikasi budaya antara etnis Tiongho a dan p enduduk lokal. Kondisi ini diperp arah dengan ad anya berbagai peratu ran ya ng cenderung menyu dutkan posisi etnis Tio nghoa di Ind onesia, b aik pada zaman penjajahan maupun pad a masa pemerintahan orde baru. Pascatragedi kerusuhan Mei 1998 yang merenggut b anyak korban, khusu sn ya etnis Tionghoa, kehadiran novel ini seakan men yegarkan kembali hubungan ke-Bhineka-an masyarakat. Kehad iran novel ini seolah ingin menajam kan kembali ingatan masyarakat, bahwa etnis Tionghoa adalah bagian dari keragaman nusantara yang telah ada sejak beb erap a abad lalu. Keberad aan etnis Tionghoa telah mewarnai dinamika b udaya Ind onesia dengan p roses commit to user akulturasi dan asimilasi. Bahkan di masa p erang maupun pergerakan kemerdekaan, tidak sedikit warga keturunan Tionghoa yang turut and il dalam mewujudkan kedaulatan negara. Kemunculan novel ini u ntuk pertama kalinya pada tahu n 1999 mendap at ap resiasi yang cukup positif dari mas yarakat. Sampai 3 tahun penerbitannya, tepatnya pada tahun 2002, novel ini sud ah mengalami 7 kali cetak ulang. Bahkan pada tahu n tersebut, cerita novel ini diangkat ke layar leb ar, d iproduksi sebagai film dengan judul yang sama, yaitu Ca Ba u Ka n . Kehad iran film yang dibintangi aktor Ferry Salim dan aktris Lo la Amaria serta aktor-aktor film nasio nal ini pu n mendapatkan sambutan positif dari masyara kat, khu susnya masyarakat Tionghoa yang telah mendapatkan persamaan kedudukan dan kebebasan di awal era refo rmasi. Film Ca Ba u Ka n ini sekaligus menjadi tonggak lahirn ya film-film berlatar etnis Tionghoa d i Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang id eal tentang keka yaan khazanah budaya Tio ngho a di Ind onesia. Kesalingpahaman antarbudaya memungkinkan terjadinya toleransi antarseluruh warga negara, sehingga masyarakat dapat hidup saling berdampingan dan menghargai keberagaman budaya yang ad a. Dengan semakin p ud arnya kearifan lokal d i Indonesia akibat kuatnya pengaruh globalisasi, maka perlu dilakukan usaha untuk melestarikan ragam budaya Indo nesia, termasuk dalam bidang sastra. Perlu lebih banyak karya sastra yang mampu mend eskripsikan kekayaan dan keragaman budaya. Selain itu, tentunya dib utu hkan pu la penelitian-penelitian yang mampu memb antu commit to user masyarakat menginterpretasi fakta-fakta b ud aya yang terkandung dalam karya sastra. Oleh karena itu, penu lis memandang perlunya dilakukan kajian yang tepat untuk membantu masyarakat mengapresiasi karya sastra tersebut. Berdasarkan pend ekatan-pendekatan yang ada peneliti tertarik mengkaji novel melalui p endekatan antropologi sa stra. Pemilihan pendekatan tersebut did asari banyaknya temuan aspek b ud aya yang terd apat d alam novel. Aspek budaya tersebut selanjutnya dianalisis secara menda lam yang meliputi kompleksitas ide, ko mpleksitas aktivitas maupun kompleksitas hasil budaya. Fokus kajian dalam penelitian ini melipu ti aspek antropologi serta nilai pendidikan yang terkandung dalam no vel.

B. Rumusan Masalah