commit to user
pandangan hidup yang semuanya itu akan berpengaruh pada karya sastra yang ditulisnya.
Unsur sosiolo gi, b iografi pengarang, keadaan masyarakat pengarang, lingkungan ekonomi, sosial dan budaya pengarang dapat
menentukan ciri karya sastra yang dihasilkan oleh pengarang. Unsur ekstrinsik lain misalnya p andangan hidup su atu bangsa. Jadi dapat
ditarik ke simp ulan bahwa unsu r ekstrinsik sangat berpengaruh besar terhadap wujud dan roh cerita yang dihasilkan karena melibatkan
sudu t pand ang p engarang yang memiliki perbedaan lingkungan ekonomi, sosial dan budaya.
2. Hakikat Pendekatan Antropologi Sastra
a. Pengertian Antropologi
Berbincang mengenai antropologi maka kit tidak dapat dilepaska n dari
fase-fase perkembangannya.
Dalam buku
P enga nta r Ilmu
Antropo logi
, Koentjaraningrat
membaginya menjadi
empat fase
perkembangan 2002:1-6.
F a se perta ma
di mulai sebelu m abad ke-18, sekitar akhir ab ad ke-15 d an permulaan abad ke-16. Pad a fase ini
terkumpul berbagai bahan pengetahuan berupa buku-buku mengenai kisa h perjalana n, laporan dan seb againya, buah tangan musafir, pelaut, pendeta
penyiar agama Nasrani, p enerjemah Kitab Injil, dan pegawai pemerinta h ja jahan.
F a se ked ua
sekitar pertengahan abad ke-19, ditandai dengan
commit to user
timbu lnya karangan-karangan
yang menyusun
bahan etnografi
berdasarkan c ara b erpikir evolu si masyarakat.
F a se ketig a
terhitung pada permulaan abad ke-20. Pada fase ini antropologi telah menjadi ilmu praktis
dengan tujuan ‘memp elajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar Erop a gu na kep entingan pemerintah kolonial d an mend apat
pengertian tentang mas yarakat masa kini yang komp leksitas’. Fase yang terakhir muncul sekitar tahu n 1 930, yang ditandai d engan perluasan objek
kajian dari antropolo gi yaitu masyarakat pedesaan pada umumnya. Sementara itu , dalam ilmu antropologi terdap at perbed aan-
perbedaan mengenai istilah yang d igunakan Koentjaraningrat, 2002: 10- 12. Di Eropa Barat digunakan istilah
Ethnograp y
berarti ‘pelukisan tentang b angsa-bangsa’.
Ethnology
yang berarti ‘ilmu bangsa-bangsa’, termasuk istila h yang telah lama dipakai sejak permulaan antropologi. Di
Eropa Tengah digu nakan istilah
Volkerku nd e
berarti ‘ilmu bangsa-bangsa’. Istilah
Kulturkunde
berarti ‘ilmu kebudayaan’, pernah d ipakai oleh L. Frobeniu s dan G. J. Held.
Anthropolog y
berarti ‘ilmu tentang manusia’, merupakan istilah yang sangat tu a.
Cultura l a nthr opology
mengacu pad a bagian ilmu antropologi d alam arti luas yang tid ak mempelajari manusia
dari segi fisiknya, lawan dari
physica l an th ropology
. Di Inggris familiar dengan istilah
socia l a nth ropology
, untuk menyebut antropologi dalam fase ketiganya.
Dari berbagai uraian tersebu t dap at ditarik kesimpulan bahwa antropologi mengkaji mengenai sifat-sifat khusus badani dan cara-cara
commit to user
produ ksi, tradisi-tradisi d an nilai-nilai yang membuat pergau lan hidup yang satu b erbeda d engan pergaulan hidup lainnya. Oleh karenanya,
antropologi dap at dimaknai sebagai ilmu pengetauhan yang mengkaji manusia sebagai b agian dari masyarakat.
b. Pengertian Antropologi Sastra