Pengertian Pola Asuh Orang Tua

17 2. Pola Asuh Otoriter Authotarium Pola asuh ini menggunakan pendekatan yang memaksakan kehendak orang tua kepada anak. Anak harus menurut kepada orang tua. Keinginan orang tua harus dituruti, anak tidak boleh mengeluarkan pendapat. Anak jarang diajak berkomunikasi atau bertukar pikiran dengan orang tua, orang tua menganggap bahwa semua sikap yang dilakukan dengan orang tua, orang tua neganggap bahwa semua sikap yang dilakukan sudah baik, sehingga tidak perlu anak dimintai pertimbangan atas semua keputusan yang menyangkut permasalahan anak. Pola asuh yang bersifat otoriter ini juga ditandai dengan hukuman- hukuman yang dilakukan dengan keras, mayoritas hukuman tersebut seperti hukuman badan dan anak juga diatur untuk membatasi perilaku. Orang tua dengan pola asuh otoriter jarang atau tidak pernah memberi hadiah yang berupa pujian maupun barang meskipun anak telat berbuat sesuai dengan harapan orang tua. Pola asuh otoriter ini akan berakibat buruk bagi kepribadian anak. Akibat yang ditimbulkan dari pola asuh ini yaitu, anak menjadi penakut, pencemas, menarik diri dari pergaulan, kurang adaptif, kurang tajam, kurang tujuan, curiga terhadap orang lain dan mudah steres. Selain itu anak juga kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan perilaku sendiri. Pola asuh otoriter ini dapat membuat anak sulit menyesuaikan diri. Ketakutan anak terhadap hukuman justru membuat anak menjadi tidak jujur dan licik. Selain itu, siswa yang merasa orang tua terlalu keras, cenderung merasa tertekan dan tidak berdaya. Oleh karena itu siswa cenderung melamun, murung, dan kelihatan gelisa ketika berada di sekolah. 18 3. Pola Asuh Permisif Permissive Pola asuh ini adalah pola asuh dengan cara orang tua mendidik anak secara bebas, anak dianggap orang dewasa atau muda, anak diberi kelonggaran yang luas untuk melakukan apa saja yang dikehendaki. Orang tua memiliki kehangatan, akan tetapi kehangatan cenderung memanjakan. Kontrol orang tua terhadap anak juga sangat lemah, tidak memberikan bimbingan pada anak, Semua apa yang dilakukan oleh anak adalah benar dan tidak perlu mendapat teguran, arahan, atau bimbingan. Orang tua beranggapan bahwa anak akan belajar dari kesalahan. Orang tua dengan pola asuh permisif jarang memberikan hadiah, karena penghargaan merupakan hadiah yang dianggap memuaskan. Pola asuh ini dapat menyebabkan anak agresif, tidak patuh kepada orang tua, berkuasa, kurang mampu mengontrol diri, kurang memikirkan masa depan. Selain itu tidak jarang hal-hal kurang baik dilakukan seperti sering membuat onar di seolah, berkelahi, sering terlambat sekolah, sering tidak masuk sekolah, tidak mengerjakan tugas, bahkan terjerumus oleh narkoba ataupun pergaulan bebas. Sependapat dengan Baumrind yang dikutip oleh Ira Petranto 2006: 3, terdapat tiga macam pola asuh orang tua, yaitu: pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, dan pola asuh permisif. 1. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, dan tidak ragu-ragu mengendalikan anak. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakan pada rasio atau pemikiran- pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua 19 tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatan orang tua kepada anak bersifat hangat. Dampak pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, percaya diri, tanggung jawab, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman. 2. Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti dan bersama dengan ancaman-ancaman. Misal, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua akan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi, dan dalam komunikasi bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anak untuk mengerti mengenai anak. 3. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif atau pemanja memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua. Orang tua cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Orang tua tipe ini bersifat hangat sehingga sering disukai anak. 20 Menurut Hurlock, Hardy Heyes Agus Wibowo 2012: 116-117 membagi pola asuh menjadi tiga, yaitu: 1. Pola Asuh Otoriter Ciri khas pola asuh otoriter, yaitu: kekuasaan orang tua amat dominan, anak tidak diakui sebagai pribadi, kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat, dan orang tua akan sering menghukum jika anak tidak patuh. 2. Pola Asuh Demokratis Pola asuh demokratis mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: orang tua mendorong anak untuk membicarakan apa yang ia inginkan, ada kerja sama antara orang tua dan anak, anak diakui sebagai pribadi, ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua, dan ada kontrol dari orang tua yang tidak kaku. 3. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif mempunyai ciri-ciri, yaitu: orang tua memberikan kebebasan penuh pada anak untuk berbuat, dominasi pada anak, sikap longgar atau kebebasan dari orang tua, tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua, dan kontrol dan perhatian orang tua terhadap anak sangat kurang, bahkan tidak ada. Pola asuh orang tua menurut Sugihartono, dkk 2012: 31 adalah terdapat tiga macam pola asuh orang tua, yaitu: 1. Pola Asuh Otoriter Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orang tua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan dan kepatuhan. Orang tua bersikap tegas, suka menghukum, dan cenderung mengekang keinginan anak. Hal ini dapat menyebabkan anak kurang inisiatif,