2. Total Plate Count TPC
3. Kelulusan hidup survival rate gelondongan kerapu macan
4. Pertambahan panjang mutlak dan berat mutlak gelondongan kerapu macan
3.3.4 Analisis Data
a. Validasi Data
Data pengamatan meliputi suhu, derajat keasaman pH, salinitas dan oksigen terlarut DO dianalisis dengan diinterpretasikan, sedangkan data
pengamatan ammonia dan nitrit dianalisis dengan analisis variansi ANAVA. Untuk mengetahui apakah data pengamatan dapat dianalisis dengan
analisis variansi ANAVA dan memenuhi syarat-syarat asumsi yang digunakan maka dilakukan uji homogenitas ragam galat dengan menggunakan sebaran chi-
kuadrat dengan rumus menurut Hanafiah 2000; Sastrosupadi 2000; Steel dan
Torrie 2003 sebagai berikut :
X
2 empirik
= 2,3026
{
∑ r
i
– 1. Log S
2
- ∑ r
i
– 1 log S
i 2
} X
2
murni = . X
2 empirik
b. Analisis Variansi
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan dosis probiotik yang berbeda dalam menurunkan kadar ammonia dan nitrit, maka dilakukan analisis variansi
data hasil pengamatan. Analisis variansi dilakukan berdasarkan rancangan percobaan acak lengkap dengan model linier bersifat additif sebagai berikut :
Y
ij
= µ + τ
i
+ ε
ij
dimana : Y
ij
= Data yang disebabkan perlakuan pemberian dosis probiotik taraf ke-i dan ulangan ke-j
µ
= Nilai rata-rata umum
τ
i
= Efek perlakuan pemberian dosis probiotik taraf ke-i
Universitas Sumatera Utara
ε
ij
= Nilai error dari perlakuan pemberian dosis probiotik taraf ke-i dan ulangan ke-j
Sebelum data yang dikumpulkan dianalisis, data tersebut terlebih dahulu dimasukkan ke dalam tabel, kemudian dilakukan pengolahan data kedalam bentuk
tabel simpul untuk mempermudah analisis data sebagai berikut : 1. Untuk jumlah kuadrat JK
- JK T =
∑
ij
Y
2 ij
= Y
A.1 2
+ Y
A.2 2
+ ... + Y
i.k 2
- JK R
=
r t
Y
ij
. 2
- JK P = -
JK E = JK T – JK R – JK P
2. Untuk derajat bebas db db T
= t.r db R
= 1 db P
= t-1 db E
= t r-1 3. Untuk Kuadrat Tengah KT
- KT R =
- KT P =
- KT E =
4. Untuk F
hitung
F
h
- F
h
Perlakuan =
5. Untuk F
tabel
F
t
- F
t α
Perlakuan :
Universitas Sumatera Utara
- F
t 0,05
= { db P
t – 1
dan db E
t r – 1
} - F
t 0,01
= { db P
t – 1
dan db E
t r – 1
}
Selanjutnya untuk mengetahui diterima tidaknya hipotesis yang diajukan maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji F dengan membandingkan
nilai F
hitung
F
h
dengan F
tabel
0,05 dan 0,01 sebagai berikut : Jika F
hitung
F
tabel
0,05 : Berarti
perlakuan dosis
probiotik tidak
berpengaruh nyata non significant
ns
dalam menurunkan kadar ammonia dan nitrit maka H
o
diterima dan H
a
ditolak Jika F
hitung
F
tabel
0,05 : Berarti perlakuan dosis probiotik memberikan pengaruh nyata significant
dalam menurunkan kadar ammonia dan nitrit maka H
o
ditolak dan H
a
diterima Jika F
hitung
F
tabel
0,01 : Berarti perlakuan dosis probiotik memberikan
pengaruh sangat nyata highly significant dalam menurunkan kadar ammonia dan nitrit
maka H
o
ditolak dan H
a
diterima Bila uji F yang dilakukan menunjukkan adanya pengaruh significant, highly
significant atau non significant dari perlakuan, maka selanjutnya adalah mengetahui perbedaan pengaruh dari masing-masing perlakuan agar diperoleh
perlakuan terbaik diantara keseluruhan perlakuan yang ada. Untuk tujuan tersebut digunakan uji beda rata-rata pengaruh perlakuan dengan Uji Beda Nyata Terkecil
BNT pada taraf nyata BNT
0,05
dan BNT
0,01
dengan rumus sebagai berikut : BNT
α
= t
α
db E
S
đ
S
d
=
√ , dimana KTE = kuadrat tengah error, dan r = ulangan
BNT
α
= t
α
db E √
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kualitas Air Tambak
Untuk mengetahui keadaan kualitas air di tambak lokasi penelitian dilakukan pengukuran terhadap beberapa parameter kualitas air seperti disajikan
pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1. Kisaran beberapa parameter kualitas air pada 3 perlakuan pemberian
dosis probiotik berbeda di tambak pemeliharaan gelondongan ikan kerapu macan
Parameter Perlakuan
A 1 mgL
B 2 mgL
C 3 mgL
Kontrol 0 mgL
Suhu
o
C 29,6-30,0 29,6-30,0
29,0-29,6 30,0-31,0
Derajat keasaman pH 7,26-7,30
7,26-7,30 7,20-7,26
7,30-7,40 Salinitas ‰
24,6-25,0 24,6-25,0
24,0-24,3 25,0-25,3
Oksigen terlarutDO mgL 5,63-5,66 5,76-5,80
6,03-6,06 5,20-5,33
4.1.1. Suhu
Hasil pengukuran suhu air tambak menunjukkan bahwa suhu rata-rata tertinggi terdapat pada kontrol yaitu 31,0
o
C dibandingkan dengan perlakuan C yaitu 29,6
o
C Tabel 4.1 dan Lampiran 5. Perubahan suhu diduga karena penetrasi cahaya yang masuk ke dalam air tambak dan keberadaan plankton
terutama fitoplankton. Boyd 1989 mengemukakan bahwa dalam tambak, fitoplankton merupakan penghasil oksigen yang baik, namun juga konsumer
oksigen yang besar pada malam hari. Fitoplankton juga akan mengurangi penetrasi cahaya dalam tambak sehingga ikan merasa lebih nyaman.
Universitas Sumatera Utara