Hakikat Makna KAJIAN TEORI

Apabila pertanyaan tersebut dilontarkan kepada anak SD sewaktu pelajaran matematika tentu akan dijawab dua belas, namun jika pertanyaan tersebut dilontarkan kepada tukang foto mungkin akan dijawab dua ratus yang dimaksud adalah harga foto 3×4 cm. 2. Makna Referensial dan Non-referensial Menurut Chaer 2014: 291 sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial kalau ada referennya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya kata-kata seperti dan, atau, dan karena adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna referensial, karena tidak mempunyai referen. 4 Tadi saya lihat Pak Ahmad duduk disini Chaer, 2014: 291 Pada kalimat di atas contohnya, kata disini pada kalimat 14 mengacu pada sebuah tempat duduk 3. Makna Denotatif dan Makna Konotatif Chaer 2014: 292 mendefinisikan makna denotatif sebagai makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya sama dengan makna leksikal. Contohnya, kata „kurus‟ bermakna denotatif „suatu keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal‟. Jika makna denotatif mengacu pada makna sebenarnya, makna konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang yang menggunakan kata tersebut. Contohnya, kata „kurus‟ kata kurus pada contoh di atas, berkonotasi netral. Tetapi kata „ramping‟, yang sebenarnya bersinonim dengan kata „kurus‟ itu memiliki konotasi poitif, nilai rasa yang mengenakkan; orang akan senang jika dikatakan „ramping‟. 4. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif Makna konseptual adalah makna yang dimiliki sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna referensial. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata „merah‟ berasosiasi dengan berani, kata „merpati‟ berasosiasi dengan kesetiaan Chaer, 2014: 293 5. Makna Kata dan Makna Istilah Chaer, 2014: 295 mendefinisikan makna kata bersifat umum, kasar, dan tak jelas. Kata „tangan‟ dan „lengan‟ sebagai kata, maknanya lazim dianggap sama. 5 Tangannya luka karena terkena pecahan kaca 6 Lengannya luka karena terkena pecahan kaca Chaer, 2014: 295 Jadi, kata „tangan‟ dan „lengan‟ pada kedua kalimat di atas adalah bersinonim atau bermakna sama. Berbeda dengan makna kata, makna istilah mempunyai makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Pada contoh kalimat 5 dan 6 „tangan‟ bermakna bagian dari pergelangan hingga jari tangan sedangkan „lengan‟ bermakna bagian dari pergelangan tangan hingga ke pangkal bahu. 6. Makna Idiom dan Peribahasa Menurut Chaer 2014: 296 Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Contoh: 7 Ayah bekerja membanting tulang dari pagi hingga malam Chaer, 2014: 296 Kata „membanting tulang‟ bukan bermakna membanting tulang anjing, namun yang dimaksud adalah bekerja keras. Bentuk seperti inilah yang disebut makna idimatikal. Berbeda dengan idiom, yang dimaksud peribahasa memiliki makna yang masih bisa ditelusuri atau dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa. Contoh: 8 Tong kosong nyaring bunyinya Orang yang banyak cakap biasanya tidak berilmu Chaer, 2014: 297 Makna ini dapat ditarik dari asosiasi: tong yang berisi bila dipukul tidak mengeluarkan bunyi, tetapi tong yang kosong akan mengeluarkan bunyi yang keras, yang nyaring

E. Komponen Pembentuk Makna

1. Le Sème Menurut Dubois 2001: 423 Le sème est unité minimale de signification, non susceptible de réalisation indépendante, et donc toujours réalisée à l’inté rieur d’une configuration sémantique. Sème merupakan unit terkecil dari suatu makna yang senantiasa direalisasikan dalam konfigurasi semantik. Le sème atau le marqueur sèmique adalah satuan minimal suatu makna yang merupakan variasi isi dari makna unit leksikal Rohali, 2001: 44. Varian le sème bersifat universal. Artinya, varian itu berlaku bagi semua bahasa, oleh karenanya disebut pula universaux substantiels. Konsep universal varian itu dapat berupa konsep-konsep action „tindak‟, état „keadaan‟, couleur „warna‟, qualité „kualitas‟, dimension „dimensi‟, mannière „cara‟, but „tujuan‟, animè „hidup‟, humain „insani‟, mâle „jantan‟, femalle „betina‟, animal „binatang‟, oiseau „burung‟, objet „benda‟, bâtiment „bangunan‟, espace „keruangan‟, temps „kewaktuan‟, dynamique „kedinamisan‟ dan sebagainya. Sebagai contoh perhatikan kata di bawah ini. Homme : + mâle + humain + adulte Enfant : + humain + non-adulte Taureau : + mâle + bovin + adulte Sémème Les Sèmes Rohali, 2001: 44 Pada kata di atas, varian mâle „jantan‟, humain „insani‟, dan adulte „dewasa‟ merupakan les sèmes satuan minimal dari unit leksikal leksem homme „pria‟. Leksem enfant „anak‟ dibentuk dari les sèmes: humain „insani‟ dan non-adulte „belum dewasa‟. Sedangkan, varian mâle „jantan‟, bovin „ras sapi‟ , dan adulte „dewasa‟ membentuk unit leksikal taureau . 2. Le Classème Menurut Rohali 2001: 49 Le classème merupakan hubungan makna yang bersifat gabungan, atau disebut juga makna kontekstual sème contextuels . Makna ini berada pada konteks sintaksis. Classème dianggap sebagai unit semantik minimal dalam sintagmatik. Le classème est constitué p ar l’ensemble des sème générique. Toute unité lexicale se définit, du point de vue sémantique, par un ensemble de sème, ou sémème Dubois, 2001: 88. Le classème tersusun atas gabungan sème yang sejenis, semua unit leksikal tersusun atas sekelompok sème atau sémème menurut sudut pandang semantik. Rohali 2001: 50 menjelaskan bahwa verba-verba seperti penser berpikir, lire membaca, écrire menulis, rire tertawa, dire berkata dan rêver bermimpi. Berada pada classème: + personne artinya verba-verba itu memerlukan adanya nomina. Classème + nombrable merupakan karakteristik leksem-leksem yang dapat dihitung seperti crayon pensil, élève murid , maison rumah sehingga memungkinkan adanya deux crayons dua pensil, sept élèves tujuh murid, des certaines maisons ratusan rumah. 3. Le Sémème Le sémème merupakan kumpulan le sème dan le classème yang membentuk makna sebuah leksem atau suatu leksi unit terkecil dari sens . Makna suatu sémème merupakan makna denotatif dan juga konotatif Rohali, 2001: 52. Le sémème est l’unité qui a pour correspondant formel le lexème: il est composé d’un faisceau de traits sémantiques appelés sèmes Dubois, 2001: 424. Le sémème merupkan sebuah kesatuan yang menghubungkan bentuk-bentuk leksem, dia tersusun atas sekumpulan bagian-bagian semantik yang disebut sème. Rohali, 2001: 53 menjelaskan hubungan antara sème dan sémème bersifat hubungn un raport inclusion inklusif, artinya sème  sémème, dan sémème  sème S1, sème S2,... Sème n dimana  artinya termasuk dalam, dan  berarti masuk di dalamnya, dapat dituliskan seperti pada contoh berikut. Homme  humain + mâle + adulte Sémème  sème Seringkali hubungan antara sème dan sémème bersifat des inclusions s èmiques successives hubungan inklusif berurutan seperti pada contoh berikut. Banc  siège  meuble  objet  toute chose qui est bangku  kursi  mebel  benda  sesuatu Rohali, 2001: 53 Artinya bangku merupakan salah satu jenis kursi  kursi merupakan salah satu jenis mebel  mebel merupakan salah satu jenis benda  benda adalah sesuatu yang dapat dipergunakan. 4. L’archisémème Menurut Dubois 2001:48 archisémème est utilisée en semantique structurale pour définir le signifié de familles semantiques. Le signifié de chaque mot étant considére comme un semémè. Archisémème digunakan dalam semantik struktural untuk mendefinisikan tanda dalam lingkup semantik. Tanda pada setiap kata diteliti seperti semémè. Archisémème merupakan makna umum dari sémème Rohali, 2001: 54.