kemudian jika model sudah jadi maka peneliti melakukan validasi model oleh ahli desain pembelajaran yaitu berupa model, silabus dan RPP. Selain
ahli desain juga peneliti melakukan validasi materi yang ada dalam Buku Guru dan Buku Siswa. Selanjutnya setelah dilakukan validasi oleh ahli,
peneliti melakukan revisi model sebelum melakukan uji coba terbatas pada siswa kelas 4 SDN Dukuh 02 Salatiga dan SDN Salatiga 05. Setelah uji
coba terbatas selesai dilakukan revisi produk yang menandakan tahap sudah selesai dan model dikatakan final. Berikut merupakan uraian dari hasil
penelitian
4.1.1 Hasil Studi Pendahuluan Model Desain Pembelajaran Tematik
Integratif Berbasis Lingkungan
Dari survey pada studi pendahuluan diketahui bahwa terjadi kesenjangan antara kondisi ideal dan kondisi di lapangan pada
implementasi pembelajaran pada Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Dari empat Sekolah Dasar,75 responden mengatakan bahwa Buku Guru dan
Buku Siswa belum sesuai dengan lingkungan peserta didik. Walaupun ketidaksesuaian itu telah diakui oleh 75 responden namun guru tetap
berpanduan pada Buku Guru dan Buku siswa dari Pemerintah.Hal itu disebabkan karena guru tidak sempat mengembangkan Buku Guru dan
Buku Siswa yang sesuai dengan karakteristik siswa dan lingkungan pembelajaran yang dihadapinya. Semestinya guru melakukan usaha
mandiri untuk menciptakan pembelajaran yang relevan terhadap lingkungan dan situasi kelas yang dihadapi, karena yang dapat mengerti
karakteristik siswa dan lingkungan pembelajaran adalah guru sebagai pengelola pembelajaran tersebut, bukan Pemerintah yang hanya
menerka-nerka situasi pembelajaran yang akan terjadi. Berdasarkan hasil survey 75 mengatakan tema, sub tema serta
pembelajaran tidak sesuai, hal ini terlihat dari tema dan sub tema yang dipilih tidak mengerucut melainkan melebar kemana-mana. Seharusnya
pembelajaran membahas sub sub tema dari sub tema yang ada ternyata
semakin membuat pembelajaran menjadi umum bukan mengerucut dan masih abstrak. Seharusnya dari tema dan sub tema yang umum dan
abstrak dikembangkan menjadi pembelajaran 1 sampai 6 dengan pembelajaran yang konkret sehingga siswa lebih mudah memahami
materi dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Dari empat Sekolah dasar 100 mengalami kurangnya sarana dan
prasarana belajar yang memadai untuk mencapai Kompetensi Dasar secara optoimal. Kekurang ketersediaan sarana dan prasarana akan
berpengaruh terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sebenarnya lingkungan sekolah dapat dijadikan sarana dan prasarana untuk
menunjang pembelajaran di kelas, namun guru kurang memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada. Padahal guru memiliki wewenang dalam
pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada termasuk lingkungan di sekitar sekolah. Dengan pembelajaran berbasis lingkungan guru akan
lebih mudah melakukan pembelajaran serta memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada, selain itu akan membuat pembelajaran lebih terkesan
dan bermakna serta Kompetensi Dasar tercapai dengan optimal. Dari hasil survey pada studi pendahuluan diketahui juga kurang
relevannya materi dengan kondisi siswa. Dari empat Sekolah Dasar di Salatiga yang disurvey 100 materi yang digunakan dalam proses
belajar mengajar kurang relevan dengan lingkungan di Salatiga, hal ini terlihat dari materi yang disajikan pada Buku Guru dan Buku Siswa
secara umum menyamaratakan materi setiap sekolah. Mengingat latar belakang warga Indonesia yang berbeda-beda, sehingga perlu
mengembangkan pembelajaran dengan memodifikasi materi yang sesuai dengan lingkungan peserta didik supaya peserta didik dapat belajar sesuai
dengan lingkungan tempat tinggalnya. Kesenjangan yang ditemui dari empat Sekolah dasar di salatiga
yaitu pada kurang mendalamnya materi pada Buku Siswa. Dari empat Sekolah Dasar 75 mengatakan Buku Siswa hanya menerangkan materi
secara singkat, seharusnya Buku Siswa berperan aktif penanaman
pengetahuan siswa, namun karena kurangnya pendalaman materi pada Buku Siswa membuat siswa kesulitan dalam pemahaman materi. Pada
Kurikulum 2013 siswa dituntut aktif dalam memperoleh pengetahuannya sendiri dengan bantuan Buku Siswa seharusnya siswa dapat menemukan
pengetahuannya sendiri, namun karena kurangnya pendalaman materi juga membuat siswa kesulitan mendapatkan pengetahuannya sendiri.
Dengan pengembangan pembelajaran tematik siswa akan mudah memperoleh pengetahuannya sendiri mengingat pembelajaran tematik
menuntut siswa aktif dalam pembelajaran dengan penggunakan tema yang disesuaikan dengan lingkungan siswa sendiri. Sehingga pendalaman
materi dengan mudah mereka dapatkan sendiri
4.1.2 Hasil Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik