Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan T1 292012236 BAB II

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Tematik Integratif 2.1.1.1 Pengertian

Permendikbud No. 57 Tahun 2014 mengartikan pembelajaran tematik adalah salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik Pembelajaran terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai gagasan, konsep, keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun dalam satu mata pelajaran. Pembelajaran tematik memberi penekanan pada pemilihan suatu tema yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran, untuk mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi (Permendikbud No. 57 Tahun 2014).

Pembelajaran tematik integratif menurut Rusman (2012: 254) merupakan salah satu model pembelajaran terpadu yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.Sedangkan menurut Sukmadinata (2004: 197) lebih memandang pembelajaran tematik sebagai suatu model pembelajaran dengan fokus pada bahan ajaran. Bahan ajaran disusun secara terpadu dan dirumuskan dalam bentuk tema-tema pembelajaran. Tema yang dimaksud adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi inti pembicaraan. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di antaranya: (1) Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu; (2) Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan danmengembangkan berbagai kompetensi


(2)

dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama; (3) Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; (4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik; (5) Peserta didik mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas; (6) Peserta didik lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain; (7) Guru dapat menghemat waktu karena beberapa mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan,waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.

Menurut Sukandi, dkk. (2001: 3), pembelajaran tematik pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran dengan memadukan materi dari beberapa mata pelajaran dalam suatu tema. Dengan demikian, pelaksanaan dalam pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran yang disajikan dalam satu pertemuan. Pembelajaran tematik sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik siswa akan dapat memahami konsep yang dipelajari melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang dipahaminya.

Dari beragam pengertian tentang pembelajaran tematik, penulis sepaham dengan pendapat Permendikbud No. 57 Tahun 2014 karena selain menyangkut tema juga memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Sehingga pembelajaran tematik integratif didefinisikan sebagai salah satu model pembelajaran terpadu yang menggunakan


(3)

tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.

2.1.1.2 Kompetensi dasar dan Materi Pokok

Kompetensi Inti Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) menurut Permendikbud No. 57 Tahun 2014 merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dimiliki seorang peserta didik SD/MI pada setiap tingkat kelas. Kompetensi Inti dirancang untuk setiap kelas/usia tertentu. Melalui Kompetensi Inti, sinkronisasi horisontal berbagai Kompetensi Dasarantarmata pelajaran pada kelas yang sama dapat dijaga. Selain itu sinkronisasi vertikal berbagai Kompetensi Dasar pada mata pelajaran yang sama pada kelas yang berbeda dapat dijaga pula. Rumusan Kompetensi Inti menggunakan notasi sebagai berikut:

1. Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk Kompetensi Inti sikap spiritual. 2. Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk Kompetensi Inti sikap sosial. 3. Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk Kompetensi Inti pengetahuan. 4. Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk Kompetensi Inti keterampilan.

Uraian tentang Kompetensi Inti untuk jenjang SD/MI dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1Kompetensi Inti SD/MI Kelas IV, V, dan VI Kompetensi Inti

Kelas IV

Kompetensi Inti Kelas V

Kompetensi Inti Kelas VI 1.Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 1.Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya. 1.Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya 2.Menunjukan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri 2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan

percaya diri dalam

2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri


(4)

dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga.

berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya serta cinta tanah air.

dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya serta cinta tanah air. 3.Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. 3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain. 3. Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4.Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4. Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia 4.Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang

mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia


(5)

Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah berisikan kemampuan dan muatan pembelajaran untuk suatu tema pembelajaran atau mata pelajaran pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang mengacu pada Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar sebagaimana merupakan penjabaran dari Kompetensi Inti dan terdiri atas:

a. Kompetensi Dasar sikap spiritual b. Kompetensi Dasar sikap sosial c. Kompetensi Dasar pengetahuan d. Kompetensi Dasar keterampilan

Di bawah ini merupakan Pemetaan Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar dan Materi Pelajaran pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1 Jenis-jenis Pekerjaan kelas 4 yang digunakan dalam penelitia ini. Secara keseluruhan Pemetaan Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar dan Materi Pelajaran pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1 Jenis-jenis Pekerjaan kelas 4 terlampir.

Tabel 2.2 Mata Pelajaran, Kompetensi Dasar dan Materi Pelajaran pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Subtema 1 Jenis-jenis Pekerjaan

kelas 4.

Mata Pelajaran Kompetensi Dasar Materi Pelajaran PPKn 3.2 Memahami hak dan

kewajiban sebagai warga dalam dalam kehidupan sehari-hari di rumah, sekolah, dan masyarakat.

Hak dan kewajiban sebagai warga dalam kehidupan seharihari di rumah, sekolah dan masyarakat

Bahasa Indonesia

3.3 Menggali informasi dari teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan

Teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan pekerjaan serta kegiatan


(6)

tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku.

3.4 Menggali informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam dengan bantuan guru dan teman dalambahasa Indonesia lisan dan tulisdengan memilih dan memilah kosakata baku.

Teks cerita

petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam.

Matematika 3.12 Mengenal sudut

siku-siku melalui

pengamatan dan membandingkannya dengan sudut yang berbeda.

Sudut siku-siku

Ilmu

Pengetahuan Sosial

3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.

Manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi

2.1.1.3 Komponen Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Ibrahim & Sukmadinata dalam Mawardi (2014 : 26) merincikan komponen pembelajaran mencakup tujuan, bahan ajar, metode, media dan evaluasi. Dalam merancang sistem pembelajaran komponen-komponen pembelajaran harus saling berinteraksi sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh. Komponen-komponen pembelajaran yang saling berinteraksi dapat di gambarkan sebagai berikut.


(7)

Sumber Mawardi (2014: 26)

Gambar 2.1 Komponen-komponen pembelajaran

Komponen-komponen pembelajaran tematik integratif merupakan komponen pembelajaran yang merancang pembelajaran tematik, komponen-komponen tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tujuan pembelajaran tematik

Menurut Sukayati (dalam Prastowo, 2013: 140) tujuan pembelajaran tematik adalah :

1. Meningkatkan pemahaman konsep yang dipelajarinya secara lebih bermakna.

2. Mengembangkan keterampilan menemukan, mengolah, dan memanfaatkan informasi.

3. Menumbuhkembangkan sikap positif, kebiasaan baik, dan nilai-nilai luhur yang diperlukan dalam kehidupan.

4. Menumbuhkembangkan keterampilan sosial sepertikerjasama, toleransi, serta menghargai pendapat orang lain.

5. Meningkatkan gairah dalam belajar.

6. Memilih kegiatan yang sesuai dengan minat dan kebutuhanpara siswa.


(8)

Sedangkan menurut Kemendikbud (2014: 16) tujuan pembelajaran tematik adalah :

1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu;

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama;

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai muatan pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik;

5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain;

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas;

7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan; dan

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.

Berdasarkan pendapat Sukayati tentang tujuan pembelajaran tematik pada dasarnya sama dengan pendapat Kemendikbud. Namun pendapat Kemendikbud lebih lengkap, sehingga dari kedua pendapat penulis sepaham dengan pendapat menurut Kemendikbud karena lengkap dan rinci.

2. Bahan ajar tematik

Menurut Depdiknas (2008 : 6), mengartikan bahan ajar sebagai segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu


(9)

gurudalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar dalam pembelajaran tematik berupa buku guru dan buku siswa.

Dalam panduan penyusunan bahan ajar Depdiknas (2008 : 8) disebutkan bahwa sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain: 1) Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru). 2) Kompetensi yang akan dicapai. 3) Content atau isi materi pembelajaran. 4) Informasi pendukung. 5) Latihan-latihan. 6) Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK). 7) Evaluasi. Dan 8) Respon atau balikan terhadap hasil evaluasi.

3. Metode pembelajaran tematik

Menurut sisdiknas No. 20 Tahun 2003 mengartikan metode pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru sebagai media untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4. Media pembelajaran tematik

Menurut R. Ibrahim dan Sukmadinata (1996), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar mengajar. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010: 1) menyebutkan media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar salah satunya yaitulingkungan belajar. Dalam Permendikbud No. 57 tahun 2014 menjelaskan lingkungan merupakan sumber belajar yang penting dalam pembelajaran tematik terpadu dan membantu ketercapaian kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan, sikap, dan pengetahuan. Selain lingkungan media pembelajaran dapat berupa media elektronik seperti video, film, radio, internet dan lain-lain.


(10)

5. Penilaian pembelajaran tematik

Permendikbud No. 57 Tahun 2014 menjelaskan penilaian merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Tujuan penilaian adalah (1) Memberikan umpan balik mengenai kemajuan belajar peserta didik dalam kaitannya dengan kompetensi kompetensinya selama proses belajar-mengajar, dan (2) Memberikan informasi kepada para guru dan orang tua mengenai capaian kompetensi peserta didik

Menurut Barton & Smit (2000), penilaian pembelajaran dalam pembelajaran terpadu menggunakan penilaian autentik. Karena pembelajaran tematik pada dasarnya adalah pembelajaran terpadu maka evaluasinya juga menggunakan penilaian autentik. Cara penilaian ini bersifat kualitatif yang menilai kinerja yang dapat berupa pajangan, hasil diskusi, hasil tugas kelompok, tugas mandiri, tugas terstruktur, dan tugas proyek. Selain itu, menggunakan informasi dari portofolio, checklis, analisis reflektif, deskriptif, pengkajian, pengamatan, pendapat teman, orang tua, dan sebagainya. Prosedur penilaian dilakukan melalui perencanaan, pelaksanaan, penyajian laporan, dan tindak lanjut. Penilaian dalam pembelajaran tematik terpadu dilengkapi dengan berbagai format (observasi, penilaian diri, portofolio, projek, unjuk kerja, dan sebagainya).

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan Penilaian kompetensi sikap. Dilakukan melalui melalui observasi, jurnal, penilaian diri, penilaian “teman sejawat” (peer evaluation). Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaiandiri, dan penilaian antar peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (ratingscale) yang disertai rubrik, sedangkan pada


(11)

jurnal berupa catatan pendidik. Penilaian Kompetensi Pengetahuan dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan perbuatan misalnya berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Penilaian Kompetensi Keterampilan dilakukan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.

Instrumen yang digunakan dalam penilaian autentik berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. 2.1.1.4 Macam-macam Model Pembelajaran Tematik Integratif

Menurut Forganty dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011: 94-96) macam-macam model pembelajaran tematik dipaparkan pada Lampiran 2.

Berdasarkan beragam model pembelajaran tematik yang telah dipaparkan, menurut Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011: 96) model pembelajaran tematik jaring laba-laba (webbed) yang paling mungkin diterapkan dalam pembelajaran di SD.Oleh karena


(12)

itu,Penulis memilih model pembelajaran tematik berbentuk jaring laba-laba (webbed) sebagai model pembelajaran tematik yang akan dikembangkan dan diterapkan. Di bawah ini merupakan deskrisi, kelebihan dan klemahan model jaring laba-laba (webbed).

Tabel 2.3 Model pembelajaran tematik bentuk jaring laba-laba Nama Model Deskripsi Kelebihan Kelemahan Berbentuk

jaring laba-laba (webbed)

Pengajaran tematis, menggunakan suatu tema sebagai dasar pembelajaran dalam berbagai disiplin mata pelajaran.

Dapat memotivasi murid-murid, membantu murid-murid untuk melihat keterhubungan antara gagasan.

Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik secara selektif agar menjadi berarti, juga relevan dengan kontent.

2.1.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Tematik Integratif Pembelajaran tematik menekankan pada keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Menurut Suryosubroto (2009: 136-137) ada beberapa kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran tematik yaitu :

a. Kelebihan pembelajaran tematik

1. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhansiswa.

2. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkatperkembangan dan kebutuhan siswa.

3. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena berkesan danbermakna.

4. Menumbuhkan keterampilan sosial seperti bekerja sama,toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan oranglain.


(13)

b. Kekurangan pembelajaran tematik

1. Guru dituntut memiliki keterampilan yang tinggi.

2. Tidak setiap guru mampu mengintegrasikan kurikulum dengankonsep-konsep yang ada dalam mata pelajaran secara tepat.

2.1.2 Lingkungan sebagai Tema atau Setting Pembelajaran

Tema menurut Montgomery dalam Wachyu Sundayana (2014: 14) adalah suatu konsep yang harus merujuk pada obyek yang nyata. Menurut Wachyu Sundayana sendiri menjelaskan tema harus luas sehingga memungkinkan untuk dipilah ke dalam anak tema atau topik. Sedangkan Cameron (2001) menjelaskan tema harus dikembangkan mulai dari yang dekat dengan lingkungan peserta didik dan beranjak ke lingkungan yang lebih luas. Berdasarkan pendapat beberapa Ahli dapat disimpulkan tema harus merujuk kepada objek yang nyata, harus luas, dan dekat dengan lingkungan peserta didik. sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan sekitar peserta didik dapat menjadi tema yang cocok untuk dijadikan setting pembelajaran. Hal tersebut didukung dengan adanya teori belajar Piaget yang menegaskan bahwa peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar dari sisi perkembangan kognisi berada pada tahap operasional konkret. Pada tahap tersebut peserta didik mudah mempelajari sesuatu melalui kegiatan dan pengalaman yang nyata dan konkret. Kegiatan yang dilakukan melalui benda-benda dan lingkungan sekitar peserta didik.

Menurut Hosnan (2014: 377) proses pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagai media belajar dapat memberikan pengalaman bermaknakepada peserta didik.sehingga lingkungan sekitar peserta didik memang tepat dijadikan setting pembelajaran yang memungkinkan terjadinya pemerolehan pengalaman bermakna oleh peserta didik. Hal ini sangat cocok dengan penerapan pembelajaran tematik yang dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta


(14)

didik melalui tema. Dengan begitu pembelajaran tematik akan lebih bermakna apabila menggunakan lingkungan sebagai tema atau setting pembelajaran.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan lingkungan sebagai tema atau setting pembelajaran adalah suatu pembelajaran yang menggunakan lingkungan sebagi tema untuk dirancang atau disetting sebagai pembelajaran untuk memberikan pengalaman yang lebih bermakna kepada peserta didik.

Lingkungan sebagai tema harus sesuai dengan pengertian tema yang telah disimpulkan di atas yaitu tema harus objek yang nyata, luas, dan dekat dengan lingkungan peserta didik. Dengan begitu lingkungan harus di buat atau disetting agar lebih nyata, dan luas. Sesuai dengan pendapat Wachyu Sunjayana (2014: 14) agar tema lebih luas dan nyata maka tema dapat dipilah dan dikembangkan ke dalam anak tema.

Pada pembelajaran tematik Kurikulum 2013 tema dan sub tema sudah ditetapkan dari Pemerintah, sehingga untuk merancang pembelajaran dengan lingkungan sebagai tema maka tema dan sub tema dipilah dan dikembangkan agar lebih nyata dan luas. Dengan mengembangkan sub tema menjadi anak tema atau sub-sub tema maka setting pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013 akan lebih nyata, luas, dekat dengan lingkungan peserta didik dan memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.

2.1.3 Model Desain Pembelajaran

Menurut Slameto (2013: 89) model adalah pola yang dapat membantu berpikir, konseptualisasi, suatu proses yang merujuk prinsip-prinsip, dan prosedur yang dapat menjadikan pedoman bertindak. Model dapat berwujud langkah-langkah yang harus diambil, adapula bagan, garis, kotak-kotak, lingkaran, tanda panah dan sebagainya. Menurut Mawardi (2014: 29) model merupakan konkretisasi teori yang berisi konstruk, tujuan serta langkah-langkah. Sedangkan definisi model menurut Agus Suprijono (2010: 54-55) adalah kerangka konseptual yang


(15)

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pengertian tentang model menurut ahli, model menurut Agus Suprijono merujuk pada prosedur dan tujuan saja. dilengkapi dengan pengertian model menurut Slameto yang merujuk kepada prinsip, prosedur dan tujuan dan model menurut Mawardi yang merujuk pada konstruk, prosedur atau langkah-langkah. Sehingga penulis berpendapat model merupakan konkretisasi teori yang berisi, prinsip-prinsip, konstruk, tujuan dan langkah-langkah model.

Desain pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2005:136) merupakan pengembangan pembelajaran secara sistematik yang digunakan secara khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Sedangkan Soetarno Joyoatmodjo (2001: 66) mengartikan desain pembelajaran sebagai upaya pengembangan secara sitematis komponen-komponen pembelajaran dengan menggunakan teori belajar tertentu. Berdasarkan pendapat dua ahli yang telah dipaparkan masing-masing menjelaskan inti yang sama dari pengertian desain pembelajaran. Sehingga dapat disimpulkan desain pembelajaran adalah upaya pengembangan secara sistematis dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran tertentu untuk menjamin kualitas pendidikan.

Berdasarkan pengertian model dan desain pembelajaran yang telah disimpulkan pengertian model desain pembelajaran adalah kerangka konseptual dari konkretisasi teori pengembangan secara sistematis dengan menggunakan teori belajar dan pembelajaran tertentu untuk menjamin kualitas pendidikan yang berisi prinsip-prinsip, konstruk, tujuan dan langkah-langkah. Berkaitan dengan desain pembelajaran Tematik Integratif di Sekolah Dasar guru dijadikan perancang atau desainer pembelajaran untuk membuat perencanaan atau konsep pembelajaran yang akan dilaksanakan di sekolah. Menurut Kemendikbud (2014: 17) desain pembelajaran Tematik Integratif harus mencakup tahapan, antara lain :


(16)

1. Memilih/Menetapkan Tema

2. Melakukan Analisis SKL, KI, Kompetensi Dasar dan Membuat Indikator.

3. Membuat Hubungan Pemetaan antara Kompetensi Dasar dan Indikator dengan Tema.

4. Membuat Jaringan Kompetensi Dasar 5. Menyusun Silabus Tematik Terpadu

6. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu

Sedangkan menurut Trianto (2011: 283-313) dalam mengembangan dan mendesain pembelajaran tematik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pemetaan KI, KD, dan indikator 2. Pemetaan Jaringan Tema

3. Menyusun Silabus Pembelajaran Tematik. 4. Menyusun RPP Pembelajaran Tematilk

Pendapat berbeda dikemukakan oleh Hosnan (2014: 366) dalam mendesain pembelajaran Tematik Integratif perlu melakukan kegiatan: 1. Pemetaan Kompetensi Dasar

2. Pengembangan Jaringan Tema 3. Pengembangan Silabus

4. Penyusunan RPP

Berdasarkan langkah dalam mengembangan dan mendesain pembelajaran Tematik Integratif yang telah dipaparkan para ahli, langkah yang dikemukakan oleh Kemendikbud lebih jelas dan rinci, sedangkan menurut Trianto dan Hosnan langkah yang dikemukakan singkat namun jelas. Sesuai dengan kebutuhan peneliti dari ketiga langkah yang cocok untuk mengembangkan model desain pembelajaran Tematik Integratif adalah langkah Kemendikbud. Langkah desain pelaksanaan Kemendikbud lebih memungkinkan untuk dikembangkan, dengan begitu guru bebas mendesain pembelajaran sesuai yang diinginkan

.


(17)

Prinsip model pembelajaran yang baik menurut Rachmadi Widdiharto (2004: 3) harus memiliki 1) rasional teoritik yang logis yang disusun penciptanya, 2) tujuan yang hendak dicapai, 3) prosedur yang sistematis, 4) lingkungan belajar peserta didik. Sejalan dengan pendapat Rangke L Tobing (dalam Wanwan Setiawan, 2009: 27) yang berpendapat karakteristik model desain pembelajaran yang baik harus memiliki 1) prosedur yang ilmiah, 2) spesifikasi hasil belajar yang hendak dicapai, 3) spesifikasi lingkungan belajar, dan 4) kriteria penampilan yang diinginkan. Sedangkan Joyce dan Weil menjelaskan model pembelajaran yang baik harus memiliki aspek 1) sintaks atau prosedur, 2) sistem sosial atau peran guru dan siswa, 3) prinsip reaksi, 4) sistem pendukung, dan 5) dampak langsung dan pengiring (Joyce dan Weil, 2000: 13).

Berdasarkan pendapat tentang karakteristik atau prinsip model desain pembelajaran yang baik, pendapat Rachmadi dan rangke saling melengkapi satu sama lain dan pendapat Joyce dan Weil lebih menekankan pada aspek yang ada. Sehingga sehingga dapat disimpulkan prinsip model desain pembelajaran yang baik harus memiliki 1) rasional teoritik yang logis, 2) tujuan, 3) prosedur, 4) sesuai dengan lingkungan,dan 5) spesifikasi hasil belajar yang diinginkan.

2.1.4 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan Model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan adalah suatu konkretisasi teori yang dibangun berdasarkan desain pembelajaran Kemendikbud (2014: 17), lingkungan sebagai tema atau setting pembelajaran, dan pembelajaran tematik integratif yang berisi konstruk, tujuan dan langkah-langkah.

Konstruk desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan adalah rancangan sistematis konsep pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sebagai tema untuk memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Tujuannya yaitu memberikan pedoman


(18)

kepada guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan.

Di bawah ini merupakan langkah pengembangan pembelajaran tematik integratif yang telah dipadukan dengan pembelajaran berbasis lingkungan.

1. Memilih tema

Pengembangan dimulai dengan memilih tema tertentu.Tema ditetapkan dengan diskusi sesama guru, setelah tema terpilih, dikembangkan sub tema dan sub-sub tema dengan memperhatikan kaitannya dengan mata pelajaran. Pengembangan tema menjadi sub tema dan sub-sub tema serta membuat pola keterkaitan akan membentuk jaringan tema. Pembuatan jaringan tema merupakan implementasi dari penerapan pembelajaran terpadu model webbed.

Pembuatan jaringan tema melalui beberapa tahapan antara lain:

a. Menentukan tema terlebih dahulu.

Penentuan tema mengikuti prinsip penentuan tema, antara lain:

1. Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa 2. Memperhatikan dari termudah menuju ke sulit

3. Mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks 4. Mulai yang konkret menuju ke yang abstrak.

5. Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir pada diri peserta didik.

6. Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan peserta didik, termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya. Ruang lingkup tema yang ditetapkan sebaiknya tidak terlalu luas bisa dijabarkan lagi menjadi anak tema atau subtema yang sifatnya lebih spesifik dan lebih konkret, sub tema dapat lagi dijabarkan ke anak-anak tema


(19)

atau sub-sub tema sehingga akan lebih spesifik, terfokus dan lebih konkret. Anak-anak tema atau sub-sub tema tersebut selanjutnya dapat dikembangkan lagi menjadi suatu materi/isi pembelajaran yang terfokus pada sub-sub tema.

b. Menentukan sub-sub tema

Berdasarkan tema yang telah ditentukan, selanjutnya yaitu menentukan sub-sub tema. Tema dan sub tema yang telah ditentukan dikerucutkan menjadi sub-sub tema dengan melihat kebutuhan peserta didik. Sub-sub tema yang dibuat harus lebih spesifik dan lebih konkret dari sub tema yang dipilih. Sebagai contoh Peneliti mengambil Tema 4 kelas 4 Sekolah Dasar“Berbagai Pekerjaan” (dari Pemerintah) dapat dikembangkan menjadi anak tema/ Sub tema 1: Jenis-jenis pekerjaan (dari Pemerintah), dan dikembangkan sendiri menjadi anak-anak tema: (1) Tukang Ronde, (2) Tentara, (3) Pedagang susu, (4) karyawan pabrik, (5) Guru, (6) pengusaha.Bila digambarkan akan tampak seperti dibawah ini.

Gambar 2.2 jaringan sub-sub tema

2. Melakukan AnalisisSKL, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD) serta membuat Indikator

Analisis Kurikulum (SKL, KI dan KD serta membuat indikator) dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Membaca semua Standar Kompetensi Lulusan, Kompetensi Inti, sertaKompetensi Dasar dari semua muatan pelajaran.

Berbagai Pekerjaan

Jenis-jenis pekerjaan

Tukang Ronde

Tentara Karyawan

Pabrik Pedagang

Susu


(20)

b. Menganalisis Standar Kompetensi Lulusan dan Kompetensi Inti serta Kompetensi Dasar (SKL, KI dan KD) yang ada dari berbagai muatan pelajaran (Bahasa Indonesia, IPA, IPS, PPKn, Matematika, SBdP, dan Penjasorkes.

c. Masing-masing Kompetensi Dasar setiap muatan pelajaran dibuatkan indikatornya dengan mengikuti kriteria pembuatan indikator.

3. Pemetaan keterhubungan Tema ke dalam KI, KD dan Indikator Setelah melakukan pemetaan KI, KD dan indikator, selanjutnya adalah pemetaan keterhubungan tema dengan KI, KD dan Indikator dilakukan dengan kegiatan menganalisis keterhubungan sub-sub tema dengan KI, KD, dan Indikator dari semua mata pelajaran yang diajarkan di kelas. Analisis keterhubungan sub-sub tema dengan KI, KD dan Indikator dapat menggunakan bantuan tabel sebagai berikut:

Tabel 2.4 Pemetaan Keterhubungan KI, KD, dan Indikator ke dalam Sub-sub tema

Mata

Pelajaran KI KD Indikator

Sub Tema Sub-Sub

Tema 1

Sub-sub

Tema 2 Dst.

4. Membuat jaringan Kompetensi Dasar

Membuat jaringan Kompetensi dasar dapat dilakukan dengan memetakan Kompetensi Dasar dengan Indikator. Di bawah ini merupakan contoh gambar pemetaan jaringan Kompetensi Dasar.


(21)

Gambar 2.3 pemetaan jaringan Kompetensi Dasar 5. Penyusunan Silabus Pembelajaran Tematik

Kurikulum 2013 silabus tematik telah disiapkan oleh pemerintah, guru tinggal menggunakan sebagai dasar penyusunan RPP. Walupun silabus telah ditetapkan oleh Pemerintah, dalam pengembangan silabus berbasis kompetensi terdiri dari tujuh langkah utama yang harus dilaksanakan antara lain:

1) Mengkaji Kompetansi Inti dan Kompetensi Dasar 2) Mengidentifikasi Materi Pokok/Pembelajaran 3) Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran 4) Merumuskan Indikator

5) Menentukan Jenis Penilaian 6) Menentukan Alokasi Waktu 7) Menentukan Sumber Belajar

Tema

Matematika

KD (diisi KD yang diambildari pemerintah

Indikator (dibuat oleh guru yang akan

mengajar)

Bahasa Indonesia

KD (diisi KD yang diambildari pemerintah Indikator (dibuat oleh guru

yang akan mengajar)

PPKn

KD (diisi KD yang diambildari pemerintah Indikator (dibuat oleh guru

yang akan mengajar)

Ilmu Pengetahuan Sosial

KD (diisi KD yang diambildari pemerintah

Indikator (dibuat oleh guru yang akan


(22)

6. Penyusunan RPP Pembelajaran Tematilk

Langkah mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Integratif Berbasis Lingkungan yaitu sebagai berikut:

1. Mengkaji Silabus Tematik

2. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

Kegiatan mengidentifikasi materi pembelajaran dilakukan dengan mengkaji buku guru dan buku siswa untuk SD. Dalam mengkaji buku siswa SD guru memiliki wewenang untuk mengembangkan Buku Panduan Guru. Buku guru yang dikembangkan harus berisi hal-hal berikut ini:

1) Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Kompetensi Inti (KI).

2) Pemetaan Kompetensi Dasar (KD) 1 dan 2 serta KD 3 dan 4. 3) Ruang lingkup pembelajaran untuk satu subtema yang terdiri

dari 6sub-sub tema dalam 1 minggu.

4) Pemetaan indikator pembelajaran untuk setiap pembelajaran 5) Setiap pembelajaran berisi tentang uraian kegiatan

pembelajaran yang mencakup: a) Nama kegiatan;

b) Tujuan pembelajaran;

c) Media dan alat pembelajaran; d) Langkah-langkah kegiatan; dan e) Penilaian.

6) Setiap akhir pembelajaran, guru hendaknya melakukan kegiatan refleksi untuk melakukan kegiatan remedial dan pengayaan.

Sedangkan mengkaji Buku Siswa, guru juga memiliki wewenang dalam mengembangkan Buku Siswa. Buku siswa disusun mengacu pada kurikulum berbasis kompetensi. Buku siswa memuat rencana pembelajaran berbasis aktivitas, dan


(23)

urutan pembelajaran yang dinyatakan dalam kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan siswa. Buku siswa mengarahkanhal yang harus dilakukan siswa bersama guru untuk mencapai kompetensi tertentu, bukan buku yang materinya dibaca, diisi, atau dihafal.

Buku siswa berbasis lingkungan merupakan buku panduan sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan para siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dikarenakan materi yang ada di dalamnya mengandung unsur lingkungan disekitar peserta didik.Buku siswa dilengkapi dengan penjelasan lebih rinci tentang isi sebagaimana dituangkan dalam Buku Guru. Kegiatan pembelajaran yang ada di buku siswa berbasis lingkungan lebih menuangkancontohkegiatanyang sering ditemui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Karena Peneliti mengambil contoh Sub-sub tema Tukang Ronde maka materi yang ada di buku siswa mengacu seputar Tukang Ronde. Guru juga dapat mengembangkan ide-ide kreatif lebih lanjut dengan memanfaatkan alternatif-alternatif kegiatan yang ditawarkan di dalam Buku Guru, atau mengembangkan ide-ide pembelajaran sendiri.

3. Menentukan Tujuan

Tujuan pembelajaran yang baik harus memenuhi unsur A, B, C, dan D antara lain:

1) Audience yaitu peserta didik untuk siapa tujuan itu dimaksudkan. Tujuan itu kemudian mencantumkan.

2) Behavior yaitu atau kemampuan yang harus

didemonstarsikan

3) Condition yaitu seperti apa perilaku atau kemampuan yang akan diamati.

4) Degree yaitu keterampilan yang harus dicapai dan diukur. 4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran


(24)

Hal-hal yang diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah :.

a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada pada pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti dalam silabus.

c. Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi kegiatan: pendahuluan, inti, dan penutup.Pada langkah pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan langkah skenario sesuai dengan langkah pembelajaran tematik yang telah disetting Peneliti dari langkah Prabowo. Di bawah ini merupakan rincian langkah pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan:

Tabel 2.5 langkah pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan

Langkah Pembelajaran

Tematik

Langkah Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan Guru

1. Tahap Perenca-naan

a. Menentukan tema, subtema dan sub-sub tema

b. Menentukan mata pelajaran yang akan dipelajari

c. Menentukan Kompetensi Dasar d. Menentukan

Indikator dan Hasil Belajar

e. Menentukan materi yang akan dipelajari f. Menentukan manfaat


(25)

dari mempelajari materidengan

kehidupan sehari-hari g. Menentukan sarana dan prasarana yang terlibat atau digunakan

2. Langkah yang ditem-puh guru

a. Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa.

b. Menyampaikan konsep-konsep pokok yang akan dikuasai oleh siswa. c. Menyampaikan

keterampilan proses

yang akan

dikembangkan d. Menyampaikan

manfaat mempelajari materi dengan kehidupan sehari-hari e. Menyampaikan

hubungan/kaitan lingkungan dengan materi pembelajaran f. Menyampaikan

pertanyaan kunci 3. Tahap

Pelaksa-naan

1. Pendahuluan a. mengantarkan

peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi

2. Inti b. Pengolahan kelas, dimana kelas dibagi dalam beberapa kelompok.

c. Kegiatan proses d. Kegiatan pencatat

data

e. Diskusi dan presentasi


(26)

3. Penutup f. Menyimpulkan 4. Evaluasi a. Evaluasi proses

b. Evaluasi hasil c. Evaluasi

psikomotorik

5. Penjabaran Jenis Penilaian.

Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator.Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/ atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Di bawah ini hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian.

a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi pada KD-KD yang berasal dari KI-1, KI-2, KI-3 dan KI-4. b. Penilaian menggunakan acuan kriteria, yaitu berdasarkan apa

yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yangbelum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.

d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran


(27)

berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi ketuntasan.

e. Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.

6. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mataelajaran per minggu dengan mempertibangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD.Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan rerata untuk menguasasi KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi dalam RPP.

7. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/ atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya

2.1.5 Hasil Belajar 2.1.5.1 Pengertian

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2013: 5). Menurut Hamalik (2001: 33) hasil belajar dalam kelas harus dilaksanakan ke dalam situasi-situasi di luar


(28)

sekolah. Dengan kata lain murid dapat mentransferkan hasil belajar ke dalam situasi-situasi yang sesungguhnya di dalam masyarakat. Nasution (dalam Kunandar, 2012: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan pada individu yang belajar tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentuk kecakapan dan penghayatan dalam diri pribadi individu yang belajar. Sudjana (dalam Kunandar, 2012: 276) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tulis, tes lisan maupun tes perbuatan.

Kemendikbud (2013: 33) tentang Kompetensi Inti (KI) di Sekolah Dasar (SD).

a. Ranah kognitif yaitu memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan di tempat bermain.

b. Ranah afektif yaitu memiliki perilaku disiplin, santun, peduli, jujur, percaya diri dan tanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya.

1. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh terhadap peraturan.

2. Santun adalah sikap baik dalam pergaulan dari segi bahasa maupun perilaku.

3. Peduli adalah sikap seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap suatu perbedaan.

4. Jujur adalah perilaku untuk menjadikan seseorang dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

5. Percaya diri adalah kondisi mental seseorang yang memberikan keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak.


(29)

6. Tanggung jawab adalah sikap seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk sosial, individu dan sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa. c. Ranah psikomotor siswa menyajikan pengetahuan faktual

dalambahasa yang jelas sistematis dan logis dalam karya estetis, dalamgerakan yang mencerminkan perilaku anak sehat dan dalam tindakanyang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

Penulis menyimpulkan hasil belajar pada ranah psikomotor yangdiamati yaitu memposisikan diri sesuai dengan kelompok yangditentukan, menempatkan urutan gambar sesuai dengan urutan yanglogis dan sistematis, membentuk kerja sama yang baik dalammelakukan diskusi kelompok, mendorong teman melakukan interaksidalam kegiatan diskusi kelompok dan menggunakan bahasa yang baikdan benar dalam komunikasi antara siswa dan guru.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan akibat dari proses pembelajaran yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor berupa data kuantitatif maupun kualitatif

2.1.5.2 Pengukuran Hasil Belajar Pembelajaran Tematik Integratif Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan menggunakan penilaian autentik dimana penilaian autentik merupakan proses evaluasi untuk mengukur kinerja, prestasi, motivasi, dan sikap-sikap peserta didik pada aktivitas yang relevan dalam pembelajaran (Kemendikbud, 2014: 34). Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian yaitu: (1)pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. (2) penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. (3) analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta


(30)

didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Pada penelitian ini hanya menggunakan teknik penilaian yang ke tiga yaitu analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada.

Penilaian autentik memiliki beberapa jenis penilaian untuk mengukur hasil belajar dalam ranah afektif, kognitif dan psikomotorik, namun pada penelitian ini hanya menggunakan penilaian sikap dengan observasi, penilaian pengetahuan dengan tes tulis dan tes lisan serta penilaian ketrampilan dengan penilaian kinerja. Berikut ini adalah penjelasana dari teknik ketiga ranah tersebut.

1. Penilaian Sikap

Penilaian sikap ini bukan merupakan penilaian yang terpisah dan berdiri sendiri, namun merupakan penilaian yang pelaksanaannya terintegrasi dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga bersifat otentik (mengacu kepada pemahaman bahwa pengembangan dan penilaian KI 1 dan KI 2 dititipkan melalui kegiatan yang didesain untuk mencapai KI 3 dan KI 4). Penilaian sikap yang digunakan adalah observasi. Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati, terkait dengan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini dilakukan saat pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.. 2. Penilaian Pengetahuan

Aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara: a. Tes tulis

Meski konsepsi penilaian autentik muncul dari ketidakpuasan terhadap tes tertulis yang lazim dilaksanakan pada era sebelumnya, penilaian tertulis atas hasil pembelajaran


(31)

tetap bisa dilakukan. Tes tertulis terdiri dari memilih atau mensuplai jawaban dan uraian. Memilih jawaban dan mensuplai jawaban. Memilih jawaban terdiri dari pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak, menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik.

Pada tes tertulis berbentuk esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama.

b. Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara ucap (oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucap juga, sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase, kalimat maupun paragraf yang diucapkan.

3. Penilaian Keterampilan

Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara penilaian Kinerja. Penilaian kinerja adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari.


(32)

2.1.6 Model Pengembangan Desain pembelajaran tematik integratif Berbasis Lingkungan

Dalam penelitian pengembangan dikenal salah satu model pengembangan yaitu model ADDIE. Model pengembangan ADDIE merupakan model desain pembelajaran yang berlandasan pada pendekatan sistem yang efektif dan efisien serta prosesnya yang bersifat interaktif yakni hasil evaluasi setiap fase dapat membawa pengembangan pembelajaran ke fase selanjutnya. Hasil akhir dari suatu fase merupakan produk awal bagi fase berikutnya. Model ini terdiri atas 5 fase atau tahap utama yaitu 1) Analyze (Analisis), 2) Design (Desain), 3) Develop (Pengembangan), 4) Implement (Implementasi), 5) Evaluate (Evaluasi) (Reyzal Ibrahim, 2011).

Gambar 2.4 Tahap-tahap Model Pengembangan ADDIE Tahapan-tahapan model ADDIE menurut Chaeruman (2008) adalah sebagai berikut :

a. Tahap analisis: suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar. Maka untuk mengetahui atau menentukan apa yang harus dipelajari, kita harus melakukan beberapa kegiatan, diantaranya adalah melakukan needs assessment(analisis kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis). Oleh


(33)

karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa karakteristik atau profil calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan, identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.

b. Tahap desain: tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan. ibarat bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini? Pertama kita merumuskan tujuan pembelajaran. Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian menentukan strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu, pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, misalnya sumber-sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya.

c. Tahap pengembangan: pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print atau desain tadi menjadi kenyataan. Jika dalam desain diperlukan suatu perangkat lunak berupa multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan, atau diperlukan modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang dikembangkan.


(34)

d. Tahap implementasi: langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar bisa diimplementasikan. Misalnya, jika memerlukan perangkat lunak tertentu maka perangkat lunak tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka lingkungan dibuat tertentu dan juga harus ditata. Barulah diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.

e. Tahap evaluasi: evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misalnya, pada tahap rancangan, mungkin kita memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau mungkin perlu evaluasi kelompok kecil.

Berdasarkan pemaparan tentang ADDIE Model, model untuk mengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dapat menggunakan ADDIE model karena lebih praktis dan sesuai dengan langkah pengembangan model yang digunakan.

2.2Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang mendukung berhasilnya pembelajaran tematik integratif yaitu:

1. Penelitian Asep Herry Hermawan (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik di Kelas Awal Sekolah Dasar”. Hasil menunjukan guru memberikan respon positif. Hasil


(35)

tersebut menyatakan bahwa model layak digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian asep hanya mengembangkan langkah-langkah dan belum menyesuaikan dengan lingkungan peserta didik. pada penelitian ini juga mengerucutkan pembelajaran menjadi konkret namun kurang memperhatikan lingkungan sekitar peserta didik. sehingga hal tersebut menjadikan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan menjadi suatu kebaruan.

2. Penelitian Isniatun Munawaroh (2014) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis siswa SD Kelas Rendah”. Hasil validasi menunjukan model cukup valid dengan tingkat presentase 95%, dilihat dari kenaikan skor nilai pre-test terhadap skor nilai post-test. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik telah valid dan layak digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian dan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan selain mengembangkan model desain yang sesuai lingkungan peserta didik juga mengembangkan materi yang menjadikan anak perpikir kritis dan aktif dalam pembelajaran. Sehingga pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memberikan tambahan pengetahuan dalam pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif yang lain.

3. Penelitian Jamaluddin (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu Kontekstual bagi Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Kelompok B”. Hasil menunjukan tingkat keefektifan mencapai presentase ≥90% dan guru memberikan respon yang positif. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak digunakan dalam pembelajaran.Pada penelitian ini hanya mengembangkan langkah-langkah desain pembelajaran dan melihat respon guru dan siswa dengan menggunakan angket dan lembar observasi tanpa mengetahui apakah kompetensi hasil belajar


(36)

menggunkan model pembelajaran yang dikembangkan lebih tinggi dari kelas pembanding atau dari Pemerintah. Sehingga hal tersebut yang membedakan penelitian ini dengan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan. Pada penelitian dan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dilakukan Uji T untuk mengetahui apakah kompetensi hasil belajar menggunkan model yang dikembangkan lebih tinggi daripada Pemerintah.

4. Penelitian Fatchurrohman (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Integratif Eksternal dan Internal di Madrasah Ibtidaiyah. Hasil menunjukan guru nyaman dan cocok terhadap model yang dikembangkan dan hasil evaluasi yang baik. Sehingga hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian ini juga hanya mengembangkan langkah-langkah dan menggunakan angket respon siswa serta lembar observasi guru tanpa melihat apakah model yang dikembangkan lebih unggul dari yang sebelumnya. Sehingga pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memberikan sumbangan dalam mengembangkan langkah-langkah juga memberikan pengetahuan dalam melihat apakah model yang dikembangkan lebih unggul atau tidak. Sehingga penelitian dan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan menjadi suatu kebaruan.

2.3Kerangka Berpikir

Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tugas dan tangung jawab seorang guru. Karena guru yang berhadapan langsung untuk membina para siswa di sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana seorang guru dapat merencanakan atau mendesain program pengajaran, mengolah informasi yang relevan menjadi materi diklat,


(37)

menjabarkan program yang disusun menjadi tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, dan mengevaluasi hasil kegiatan instruksional diklat tersebut. Hal tersebut tidak terlepas dari model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Pada penelitian ini akan dibuat pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan yang akan diterapkan di kelas 4 Sekolah Dasar.

Model desain pembelajaran tematik integratif bebasis lingkungan ini selain mengembangkan materi berdasarkan lingkungan sekitar peserta didik juga menambahkan sub-sub tema sebagai pengganti pembelajaran 1 sampai 6 dengan maksud menjadikan pembelajaran lebih terfokus, spesifik dan lebih konkret. Sub-sub tema yang ditambahkan sama sekali tidak merubah tema maupun subtema yang telah ditetapkan pemerintah namun peneliti merubah pembelajaran 1 samapi 6 yang belum spesifik dan masih abstrak menjadi lebih spesifik dan konkret. Model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan selain mengetahui cara pengembangan model juga untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak dalam penerapan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dengan model desain pembelajaran tematik integratif dari Permendikbud.

Penelitian ini dilatar belakangi dari permasalahan yang telah dipaparkan di Bab I. Jika diringkas pokok latar belakang dari penelitian ini adalah guru tidak bebas dalam merancang PBM, ketidak sesuaian materi pelajaran yang terdapat di buku siswa dengan kondisi lingkungan belajar siswa dan kurang kebermaknaannya tema dan sub tema yang menyebabkan kegagalan dalam implementasi Kurikulum 2013. Kemudian disusunlah model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dengan memperhatikan komponen pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber permbelajaran, dan evaluasi. Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai yaitu selain memberikan kompetensi kepada peserta didik juga memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk digunaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran


(38)

yang didesain yaitu disesuaikan dengan lingkungan peserta didik atau berbasis lingkungan. Dengan spesifikasi pembelajaran yang didesain antara lain materi berdasarkan lingkungan sekitar siswa, belajar menjadi lebih aktif, adanya pemfokusan tema dengan adanya sub-subtema agar pembelajaran lebih konkret dan spesifik, dan mengguankan pengalaman siswa dalam belajar. Dari pembelajaran yang didesain jika diimplementasikan akan berdampak pada kompetensi hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang sudah diuraikan kemudian ide untuk mengembangkan model desain pembelajaran muncul, berikut adalah bagan yg menggambarkan kerangka berfikir penelitian ini :

Gambar 2.5 Kerangka berpikir Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

1. Guru tidak bebas dalam merancang PBM

2. Ketidak sesuaian materi pelajaran yang terdapat di buku siswa dengan kondisi lingkungan belajar siswa 3. Kurang kebermaknaan tema

dan sub tema.

Komponen pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Materi Pembelajaran 3. Strategi Pembelajaran 4. Sumber Permbelajaran 5. Evaluasi

Tujuan Pembelajaran Memberikan kompetensi dan pengalaman langsung

kepada siswa untuk digunaan dalam kehidupan sehari-hari

Pembelajaran berbasis lingkungan

1. Materi berdasarkan lingkungan sekitar siswa 2. Belajar aktif

3. Adanya pemfokusan tema dengan adanya sub-subtema agar pembelajaran lebih konkret dan spesifik

4. Mengguankan pengalaman siswa dalam belajar

Kompetensi hasil belajar


(39)

2.4Model Hipotetik

Dalam mencapai tujuan tertentu maka harus melewati suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah Desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang pertama adalah memilih tema. Pada tahap memilih tema dilakukan pengembangan sub-sub tema yang dipadukan dengan lingkungan sekitar sehingga sub-sub tema yang dikembangkan sesuai dengan lingkungan peserta didik. Pada tahap mengembangkan sub-sub tema dihasilkan produk berupa jaringan sub-sub tema. Langkah kedua melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat Indikator menghasilkan produk berupa tabel analisis SKL, KI, KD dan membuat Indikator. Langkah ketiga membuat hubungan pemetaan antara KD dan indikator menghasilkan tabel keterhubungan KD dan indikator. Langkah keempat membuat jaringan KD. Pada tahap ini selain mengembangkan jaringan KD juga mengembangkan jaringan indikator yang akhirnya menghasilkan produk jaringan KD dan Indikator. Langkah kelima yaitu menyusun silabus yang menghasilkan silabus, dan langkah terakhir menyusun RPP yang menghasilkan RPP. Pada langkah penyusunan RPP terdapat tahap untuk mengembangkan materi, sehingga perlu dilakukan pengembangan materi. Materi yang dikembangkan disusun dalam Buku Guru dan Buku Siswa sehingga perlu melakukan penyusunan Buku Guru dan Buku siswa.

Tujuan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan adalah sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran sehingga berdampak pada kompetensi Hasil Belajar.

Berdasarkan diskripsi di atas model desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan diwujudkan dalam gambar 2.6 berikut.


(40)

Gambar 2.6 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

Kompetensi Hasil Belajar

Mengembangkan sub-sub tema

Melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat indikator Membuat hubungan pemetaan antara KD dan indikator dengan

tema

Membuat jaringan KD

Menyusun silabus

Menyusun RPP

Jaringan sub-sub tema

Tabel analisis SKL, KI, KD dan membuat

indikator Tabel keterhubungan

KD dan indikator dengan sub-sub tema

Jaringan KD dan indikator

Silabus

RPP

Menyusun Buku Guru

Menyusun Buku Siswa

Buku Guru

Buku Siswa

pedoman bagi guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif

berbasis lingkungan Memilih Tema


(1)

tersebut menyatakan bahwa model layak digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian asep hanya mengembangkan langkah-langkah dan belum menyesuaikan dengan lingkungan peserta didik. pada penelitian ini juga mengerucutkan pembelajaran menjadi konkret namun kurang memperhatikan lingkungan sekitar peserta didik. sehingga hal tersebut menjadikan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan menjadi suatu kebaruan.

2. Penelitian Isniatun Munawaroh (2014) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis siswa SD Kelas Rendah”. Hasil validasi menunjukan model cukup valid dengan tingkat presentase 95%, dilihat dari kenaikan skor nilai pre-test terhadap skor nilai post-test. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik telah valid dan layak digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian dan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan selain mengembangkan model desain yang sesuai lingkungan peserta didik juga mengembangkan materi yang menjadikan anak perpikir kritis dan aktif dalam pembelajaran. Sehingga pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memberikan tambahan pengetahuan dalam pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif yang lain.

3. Penelitian Jamaluddin (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Terpadu Kontekstual bagi Anak Usia Dini di Taman Kanak-Kanak Kelompok B”. Hasil menunjukan tingkat keefektifan mencapai presentase ≥90% dan guru memberikan respon yang positif. Hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak digunakan dalam pembelajaran.Pada penelitian ini hanya mengembangkan langkah-langkah desain pembelajaran dan melihat respon guru dan siswa dengan menggunakan angket dan lembar observasi tanpa mengetahui apakah kompetensi hasil belajar


(2)

menggunkan model pembelajaran yang dikembangkan lebih tinggi dari kelas pembanding atau dari Pemerintah. Sehingga hal tersebut yang membedakan penelitian ini dengan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan. Pada penelitian dan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dilakukan Uji T untuk mengetahui apakah kompetensi hasil belajar menggunkan model yang dikembangkan lebih tinggi daripada Pemerintah.

4. Penelitian Fatchurrohman (2015) dengan judul “Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Integratif Eksternal dan Internal di Madrasah Ibtidaiyah. Hasil menunjukan guru nyaman dan cocok terhadap model yang dikembangkan dan hasil evaluasi yang baik. Sehingga hasil tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran tematik layak digunakan dalam pembelajaran. Pada penelitian ini juga hanya mengembangkan langkah-langkah dan menggunakan angket respon siswa serta lembar observasi guru tanpa melihat apakah model yang dikembangkan lebih unggul dari yang sebelumnya. Sehingga pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan memberikan sumbangan dalam mengembangkan langkah-langkah juga memberikan pengetahuan dalam melihat apakah model yang dikembangkan lebih unggul atau tidak. Sehingga penelitian dan pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan menjadi suatu kebaruan.

2.3Kerangka Berpikir

Upaya peningkatan kualitas pendidikan menjadi tugas dan tangung jawab seorang guru. Karena guru yang berhadapan langsung untuk membina para siswa di sekolah dalam proses kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana seorang guru dapat merencanakan atau mendesain program pengajaran, mengolah informasi yang relevan menjadi materi diklat,


(3)

menjabarkan program yang disusun menjadi tujuan pembelajaran, menyampaikan materi dalam bentuk kegiatan belajar mengajar, dan mengevaluasi hasil kegiatan instruksional diklat tersebut. Hal tersebut tidak terlepas dari model pembelajaran yang digunakan oleh seorang guru. Pada penelitian ini akan dibuat pengembangan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan yang akan diterapkan di kelas 4 Sekolah Dasar.

Model desain pembelajaran tematik integratif bebasis lingkungan ini selain mengembangkan materi berdasarkan lingkungan sekitar peserta didik juga menambahkan sub-sub tema sebagai pengganti pembelajaran 1 sampai 6 dengan maksud menjadikan pembelajaran lebih terfokus, spesifik dan lebih konkret. Sub-sub tema yang ditambahkan sama sekali tidak merubah tema maupun subtema yang telah ditetapkan pemerintah namun peneliti merubah pembelajaran 1 samapi 6 yang belum spesifik dan masih abstrak menjadi lebih spesifik dan konkret. Model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan selain mengetahui cara pengembangan model juga untuk mengetahui terdapat perbedaan atau tidak dalam penerapan model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dengan model desain pembelajaran tematik integratif dari Permendikbud.

Penelitian ini dilatar belakangi dari permasalahan yang telah dipaparkan di Bab I. Jika diringkas pokok latar belakang dari penelitian ini adalah guru tidak bebas dalam merancang PBM, ketidak sesuaian materi pelajaran yang terdapat di buku siswa dengan kondisi lingkungan belajar siswa dan kurang kebermaknaannya tema dan sub tema yang menyebabkan kegagalan dalam implementasi Kurikulum 2013. Kemudian disusunlah model desain pembelajaran tematik integratif berbasis lingkungan dengan memperhatikan komponen pembelajaran antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber permbelajaran, dan evaluasi. Tujuan Pembelajaran yang ingin dicapai yaitu selain memberikan kompetensi kepada peserta didik juga memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk digunaan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran


(4)

yang didesain yaitu disesuaikan dengan lingkungan peserta didik atau berbasis lingkungan. Dengan spesifikasi pembelajaran yang didesain antara lain materi berdasarkan lingkungan sekitar siswa, belajar menjadi lebih aktif, adanya pemfokusan tema dengan adanya sub-subtema agar pembelajaran lebih konkret dan spesifik, dan mengguankan pengalaman siswa dalam belajar. Dari pembelajaran yang didesain jika diimplementasikan akan berdampak pada kompetensi hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang sudah diuraikan kemudian ide untuk mengembangkan model desain pembelajaran muncul, berikut adalah bagan yg menggambarkan kerangka berfikir penelitian ini :

Gambar 2.5 Kerangka berpikir Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

1. Guru tidak bebas dalam merancang PBM

2. Ketidak sesuaian materi pelajaran yang terdapat di buku siswa dengan kondisi lingkungan belajar siswa 3. Kurang kebermaknaan tema

dan sub tema.

Komponen pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Materi Pembelajaran 3. Strategi Pembelajaran 4. Sumber Permbelajaran 5. Evaluasi

Tujuan Pembelajaran Memberikan kompetensi dan pengalaman langsung

kepada siswa untuk digunaan dalam kehidupan sehari-hari

Pembelajaran berbasis lingkungan

1. Materi berdasarkan lingkungan sekitar siswa 2. Belajar aktif

3. Adanya pemfokusan tema dengan adanya sub-subtema agar pembelajaran lebih konkret dan spesifik

4. Mengguankan pengalaman siswa dalam belajar

Kompetensi hasil belajar


(5)

2.4Model Hipotetik

Dalam mencapai tujuan tertentu maka harus melewati suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah Desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang pertama adalah memilih tema. Pada tahap memilih tema dilakukan pengembangan sub-sub tema yang dipadukan dengan lingkungan sekitar sehingga sub-sub tema yang dikembangkan sesuai dengan lingkungan peserta didik. Pada tahap mengembangkan sub-sub tema dihasilkan produk berupa jaringan sub-sub tema. Langkah kedua melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat Indikator menghasilkan produk berupa tabel analisis SKL, KI, KD dan membuat Indikator. Langkah ketiga membuat hubungan pemetaan antara KD dan indikator menghasilkan tabel keterhubungan KD dan indikator. Langkah keempat membuat jaringan KD. Pada tahap ini selain mengembangkan jaringan KD juga mengembangkan jaringan indikator yang akhirnya menghasilkan produk jaringan KD dan Indikator. Langkah kelima yaitu menyusun silabus yang menghasilkan silabus, dan langkah terakhir menyusun RPP yang menghasilkan RPP. Pada langkah penyusunan RPP terdapat tahap untuk mengembangkan materi, sehingga perlu dilakukan pengembangan materi. Materi yang dikembangkan disusun dalam Buku Guru dan Buku Siswa sehingga perlu melakukan penyusunan Buku Guru dan Buku siswa.

Tujuan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan adalah sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan yang digunakan guru untuk melaksanakan pembelajaran sehingga berdampak pada kompetensi Hasil Belajar.

Berdasarkan diskripsi di atas model desain pembelajaran Tematik Integratif berbasis lingkungan diwujudkan dalam gambar 2.6 berikut.


(6)

Gambar 2.6 Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

Kompetensi Hasil Belajar

Mengembangkan sub-sub tema

Melakukan analisis SKL, KI, KD dan membuat indikator Membuat hubungan pemetaan antara KD dan indikator dengan

tema

Membuat jaringan KD

Menyusun silabus

Menyusun RPP

Jaringan sub-sub tema

Tabel analisis SKL, KI, KD dan membuat

indikator Tabel keterhubungan

KD dan indikator dengan sub-sub tema

Jaringan KD dan indikator

Silabus

RPP

Menyusun Buku Guru

Menyusun Buku Siswa

Buku Guru

Buku Siswa

pedoman bagi guru dalam merancang dan mengembangkan pembelajaran Tematik Integratif

berbasis lingkungan Memilih Tema


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan T1 292012236 BAB I

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan T1 292012236 BAB IV

0 0 28

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan T1 292012236 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Model Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Lingkungan

0 3 124

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar

0 0 57

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pembelajaran Tematik Integratif Berbasis Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Kelas 4 Sekolah Dasar

0 0 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Integratif a. Hakikat Pembelajaran Tematik Integratif - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pengembangan Desain Pelatihan untuk Meningkatkan Kompetensi Guru Mengem

0 0 53